Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN KARIES DINI

“ Bagaimana Terbentuknya Gigi Sehat Tanpa Karies”

Disusun Oleh :

Novitasari (PO.71.25.1.18.043)

Kelas B

Dosen Pembimbing :

Drg. Sri Wahyuni, M.Kes


Marlindayanti, S.Pd, MDSc

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya pada akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Tak lupa juga shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita
nabi besar Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga
akhir zaman.

Rasa terima kasih juga saya ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga Makalah Penatalaksanaan Pencegahan
Karies Dini telah diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam hal isi
maupun dalam penulisan. Karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sebagai masukan untuk dapat menyempurnakan penulisan makalah di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri
dan bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Palembang, Desember 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR·······································································1

DAFTAR ISI··················································································1

PENDAHULUAN············································································1

LANDASAN TEORI·········································································2

A. Gigi Sehat··········································································4

B. Karies Gigi·········································································5

C. Mewujudkan Gigi Sehat Tanpa Karies·········································6

RINGKASAN·················································································10

DAFTAR PUSTAKA········································································11

2
PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap manusia dan karies merupakan salah
satu masalah kesehatan yang merusak struktur email dan dentin dari gigi dan
penanggulangannya adalah dengan menumpat gigi yang mengalami kerusakan.Konsep alam,
cantik, dan menarik memiliki arti yang berbeda untuk setiap pasien. Ini adalah tugas dari
dokter untuk mengetahui apa yang pasien inginkan. Dokter gigi harus mengetahui sejauh
mana pasien mewujudkan tujuan yang ideal untuk diri mereka sendiri. Aspek estetika tidak
bisa kompromi dari fungsi gigi. Perawatan gigi karena harus menyeimbangkan antara fungsi
dan estetika gigi. Untuk tujuan ini banyak faktor perlu dicermati sebelum tambalan akan
menonjolkan dalam penampilan estetika. Dokter gigi harus berkomunikasi dengan pasien
untuk menjelaskan aspek-aspek penting tentang tambalan yang mempengaruhi penampilan
estetika.
Kesehatan gigi dan mulut adalah sangat penting karena gigi dan gusi yang rusak dan
tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit, gangguan pengunyahan dan dapat mengganggu
kesehatan tubuh lainnya. Mulut merupakan suatu tempat yang sangat ideal begi perkembangan
bakteri. Bila tidak dibersihkan dengan sempurna, sisa makanan yang terselip bersama bakteri
akan bertambah banyak dan membentuk koloni yang disebut plak, yaitu lapisan film tipis,
lengket dan tidak berwarna.
Plak merupakan tempat pertumbuhan ideal bagi bakteri yang dapat memproduksi
asam. Jka tidak disingkirkan dengan melakukan penyikatan gigi, asam tersebut akhirnya akan
menghancurkan email gigi dan akhirnya menyebabkan gigi berlubang. Selain itu, plak ini juga
berpengaruh terhadap kesehatan jaringan pendukung gigi seperti gusi dan tulang
pendukungnya. Hal ini disebabkan oleh bakteri yang menempel pada plak diatas permukaan
gigi dan di atas garis gusi. Kuman- kuman pada plak menghasilkan racun yang merangsang
gusi sehingga terjadi radang gusi, dan gusi menjadi mudah berdarah. Menyikat gigi adalah
cara untuk membersihkan kotoran lunak pada permukaan gigi dan gusi.

3
LANDASAN TEORI

A. GIGI SEHAT

Menurut WHO, gigi dan mulut dikatakan sehat apabila gigi berwarna putih dengan
mahkota gigi utuh, leher gigi tidak kelihatan, kondisi gusi dan mukosa mulut sehat, tidak ada
keluhan sakit atau bau mulut.

Gambar. Gigi Sehat

Sumber. Sari, Anindita (2016)

Kesehatan gigi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Kebersian gigi

Kebiasaan dan perilaku membersihkan gigi sangat mempengaruhi kebersihan gigi, dan
kebersihan gigi sangat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut secara umum (Asmawati,
2007)

2. Jenis makanan

Makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi seperti permen dan coklat, makanan ini
sangat disukai oleh anak-anak dan tanpa disadari dapat mengakibatkan gangguan. Makanan
tadi mudah tertinggal dan melekat pada gigi, sehingga bila terlalu sering dan lama, maka

4
berakibat tidak baik. Makanan yang manis dan lengket tersebut akan bereaksi di mulut dan
asam yang merusak email gigi. (Asmawati, 2007)

3. Gizi makanan

Perlu kita kertahui bahwa gigi sudah terbentuk waktu janin (embrio) berusia 1/2 bulan dalma
kandungan. Makanan-makanan ini sudah tercakup dalam empat sehat lima sempurna
(Palupi,2005)

4. Bila gigi sudah tumbuh

Makanan yang menumpuk dan lunak tidak memerlukan pengunyahan yang sulit. Sering
tidaknya kita makan juga mempengaruhi. Pengaruh asam dari zat hidrat arang dalam mulut
terjadi selama 40 menit pertama sesudah makan. Jika kita makan tiga kali sehari maka
pengaruh asam hanya selama 3x30 menit = 1,5 jam/hari (Asmawati,2007)

5. Pengaruh selama pembentukan gigi

Zat kapur merupakan bahan utama dalam pembentukan enamel. Di samping vitamin C, D, dan
lain-lain (Paupi,2005)

6. Kepekatan air liur.

Pada orang-orang yang mempunyai air ludah sangat pekat dan sedikit akan lebih mudah
giginya menjadi berlubang dibandingkan dengan air ludah yang encer dan banyak, sebab pada
orang yang berair ludah pekat dan sedikit maka sisa makanan akan mudah menempel pada
permukaan gigi (Asmawati.2007)

B. KARIES GIGI

Karies gigi adalah penyakit kronis yang prosesnya berlangsung cukup lama, berupa
hilangnya ion-ion mineral secara kronis dan terus menerus dari permukaan email pada
mahkota atau permukaan akar gigi yang disebabkan oleh bakteri dan produk-produk yang
dihasilkannya. Karies dapat terjadi disetiap gigi, baik gigi sulung maupun gigi permanen dan
di setiap permukaan gigi. Karies gigi merupakan penyakit yang tidak dapat sembuh dengan
sendirinya bila tidak diambil tindakan khusus (dengan obat-obatan) dan tidak terjadi
regenerasi dari jaringan yang telah rusak.

5
Gambar. Karies Gigi

Sumber. Cahaya, Arianti (2017)

Terjadinya karies gigi pada individu diantaranya dipengaruhi oleh pengetahuan mereka
tentang kebersihan gigi dan mulut individu itu sendiri. Apabila cara hidup sehat dalam
memelihara kesehatan gigi yang terbentuk dari perilaku yang baik dalam menjaga kesehatan
gigi dan mulut, maka resiko terjadi karies gigi juga dapat dicegah.

C. MEWUJUDKAN GIGI SEHAT TANPA KARIES

Dalam mewujudkan gigi sehat tanpa karies, kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor
resiko yang dapat menyebabkan karies. Adapun beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor
resiko karies adalah faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

1) Faktor Host atau Tuan Rumah

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu
morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel,faktor kimia dan kristalografis.

 Gigi berjejal

Gigi berjejal merupakan keadaan berjejalnya gigi diluar suusnan gigi yang normal
dimana tejadi ketidaksesuaian anatra ukuran gigi dan dimensi lengkung.

6
 Malposisi gigi

Malposisi merupakan suatu kelainan letak tumbuh gigi yang dialami secara
individual. Susunan gigi yang malposisi selain mengganggu fungsi pengunyahan, bicara,
estetik, jug amengakibatkan terjadinya penyakit gigi dan jaringan gingiva.

 Pertumbuhan benih gigi

Perkembangan pertumbuhan gigi akan berlangsung sehat jika seorang ibu selama
mengandung selalu dalam keadaan sehat. Namun jika selama mengandung seorang ibu
mengalami kekurangan kalsium, pertumbuhan gigi anaknya juga dapat terhambat

2) Faktor Agen atau Mikroorganisme

Plak gigi memegang peran yang sangat penting dalam menyebabkan terjadinya karies.
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembangbiak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi
yang tidak dibersihkan. Mikroorganisme yang menyebabkan karies adalah kakus gram
prositif, merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus Mutans,
Streptokokus Sangius, Streptokokus Mitis, dan Streptokokus Salivarius, serta beberapa strain
lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus pada plak gigi.
Walaupun demikian, S. Mutanss yang diakui sebagai penyebab utama karies. Oelh karena S.
Mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam)

3) Saliva

Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa
makanan di dalam mulut, aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak tersebut
berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi peningkatan sedikit. Tidak hanya umur,
beberapa faktor lain juga dapat menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Pada individu yang
berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat secara signifikan

b. Faktor Eksternal

1) Penglaman karies

7
Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara pengalaman
karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir
mencapai 60%. prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada gigi
permanennya.

2) Penggunaan flour

Berbagai macam konsep tentang mekanisme kerja flour yang berkaitan dengan
pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah gigi erupsi. Pemberian flour yang teratur
baik secara sistemik maupul lokal marupakan hal yang penting diperhatikan dalam
mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi.

3) Oral Hygiene

Oral hygiene adalah suatu perawatan mulut dengan atau tanpa menggunakan
antiseptik untuk memenuhi salah satu kebutuhan personal hygine seseorang. Sebagaimana
diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insiden
karies dapat dikurangi ddengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari
permukaan gigi, namun banyak dilakukan dengan menggunakan alat pembersih
interdental yang dikombinasikan dengan pemeriksaan gigi secara teratur

4) Faktor substrat atau diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel.
Selain itu dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plka dengan menyediakan
bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang
menyebabkan timbulnya karies.

Pola makan juga sangat berpengaruh dalam proses terbentuknya karies gigi, baik itu
dari frekuensi makan, jenis makanan yang dikonsumsi, dan kontur makan.

 frekuensi artinya berapa kali seseorang makan dalam sehari. Karena pada saat
seseorang selesai makan, maka setelah 3-4 menit proses demineralisasi atau
pelepasan ion-ion mineral dari email gigi akan berlangsung. Ini disebabkan pH
plak di dalam mulut menurun. Seseorang dengan frekuensi makan 3 kali sehari

8
maka ia akan mengalami demineralisasi sebanyak 3 kali, namun jika seseorang
memiliki hobi mengemil terutama jenis makanan yang mengandung karbohidrat
maka demineralisasi akan terus terjadi pada saat ia mengemil.

 Jenis makanan yang dapat menyebabkan karies adalah makanan yang


mengandung karbohidrat terutama yang mengandung gula sukrosa karena
sukrosa memiliki dua efek yang sangat merugikan. Pertma, seringnya asupan
maknaan yang mengandung sukrosa sangat berpotensi menimbulan kolonisasi
streptokosu mutans, meningkatkan potensi karies pada plak. Kedua, plak lama
yangsering terkenal sukrosa dengan cepat dimetabolisme menjadi asam organik,
menimbulkan penurunan pH plak yang drastis.

Pola makan makanan yang mengandung konsentrasi gula melebihi batas


minimum, akan menghasilkan banyak asam yang merubah gula menjadi asam,
terjadi pembuatan polisakarida ekstraseluler yang menyebabkan asam melekat
pada permukaan gigi, sehingga plak tidak mudah dinetralisir kembali.

 Kontur makanan yang dimaksud adalah makanan yang keras dan lunak. Makanan
yang memiliki tekstur yang keras akan sukar untuk menempel dan menyangkut di
sela-sela gigi ataupun pada permukaan oklusal gigi posterior. Dengan
mengkonsumsi makanan yang bertekstur keras, gigi otomatis akan mengunyah
maknaan tersebut lebih ekstra sehingga dapat menstimulus sekresi saliva yang
akan membantu membersihkan gigi karena saliva memiliki sifat self cleansingi.
Oleh karena itu, jika seseorang sering mengkonsumsi makanan dengan tekstur
keras memiliki resiko yang kecil untuk terkena karies gigi.

Namun berbeda jika seseorang yang sering mengkonsumsi makanan dengan


tekstur yang lunak serta lengket seperti coklat, biskuit, dan gulali, teksturnya
yang lunak membuat makanan tersebut menjadi lebih mudah terselip di antara
gigi ataupun pada bagian oklusal gigi posterior yang memiliki ceruk sehingga
akan sulit dibersihan. Mengkonsumsi makanan dengan tekstur lunak juga tidak
menstimulus sekresi saliva sehingga gigi akan terpapar karbohidrat lebih lama.

9
RINGKASAN

Gigi dan mulut dikatakan sehat apabila gigi berwarna putih dengan mahkota gigi utuh,
leher gigi tidak kelihatan, kondisi gusi dan mukosa mulut sehat, tidak ada keluhan sakit atau
bau mulut. Karies gigi adalah penyakit kronis yang prosesnya berlangsung cukup lama, berupa
hilangnya ion-ion mineral secara kronis dan terus menerus dari permukaan email pada
mahkota atau permukaan akar gigi yang disebabkan oleh bakteri dan produk-produk yang
dihasilkannya. Dalam mewujudkan gigi sehat tanpa karies, kita harus mengetahui terlebih
dahulu faktor resiko yang dapat menyebabkan karies. faktor yang dianggap sebagai faktor
resiko karies adalah faktor internal dan faktor eksternal

10
DAFTAR PUSTAKA

Asmawati . 2007. Kriteria Gigi Sehat. https://www.dentistrytoday.com/ -134/1838--sp-


1547062389. Diakses paa tanggal 1 Desember 2019. Pukul 14:08
Palupi. 2005. Gizi Makanan. https://www.dentistry.co.uk/2007/11/01/nutrition of dentistry.
Diakses pada tanggal 1 Desember 2019. Pukul 14:10
Lloyd baum, Ralph W. Philips, Melvin R. Lund. 1997. Dental Health Education III.
ttps://www.google.com/search?q=dentalhealth&safe=strict&client=firefox. Diakses
pada tanggal 2 Desember 2019. Pukul 12:00

11

Anda mungkin juga menyukai