Anda di halaman 1dari 8

Review Bab Perilaku Reproduktif

Psikologi Faal

Dosen Pengampu Ainindita Aghniacakti,M.Psi

Nama : Rahmad Aden Sadewo

NIM : 19410080

Kelas : Psikologi C

Perilaku Reproduktif

A. Perilaku Reproduktif
1. Perkembangan Seksual
 Dalam perkembangannya,remaja dipengaruhi oleh dua jenis kelenjar
eksokrindan kelenjar endokrin
 Proses pematangan secara fisik pada wanita diawali umur 9-11 tahun,
yaitu pembesaran payudara, sesudah itu pertumbuhan rambut didaerah
kemaluan dan ketiak
 Pada pria proses pematangan seksual, dimulai dari umur 11-15 tahun yaitu
mulai denganpartumbuhan buah pelir dan zakar, tumbuhnya rambut di
daerah kemaluan luar berlangsung lambat.
a. Produksi Gamet dan Pembuahan semua
 Sel yang ada didalam tubuh manusia terkecuali sperma dan ovum
mengandung 23 pasang kromosom
 Produksi gamet (ovum dan sperma; gamein yang berarti
‘menikah’) terjadi melalui pembuahan sel
 Perkembangan manusia dimulai pada saat pembuahan, ketika satu
sperma dan satu ovum bergabung maka ia akan menggabungkan
dua puluh tiga kromosom tunggal milik mereka sehingga kan
membentuk lagi dua puluh tiga pasangan.
 Ada dua macam kromosom seks: kromosom X dan kromosom Y
Perempuan memiliki dua kromosom X, laki-laki memiliki satu
kromosom X dan satu kromosom Y
b. Perkembangan Organ-Organ Kelamin
 Ada tiga macam atau kategori umum organ kelamin, yaitu :
a. Gonad
 Gonad adalah testis atau ovarium yang akan
berkembang pertama kali, fungsi dari gonad ini
ialah menghasilkan sperma atau ovarium dan
menyekresikan hormon
 Faktor yang mengontrol perkembangan gonad
tampaknya adalah sebuah gen tunggal di kromosom
Y yang disebut Sry ( sex-determining region Y)
 Bila gen Sry tidak ada, gonad yang terdiferensiasi
menjadi ovarium
 Selama perkembangan pranatal, hormon-hormon ini
memiliki efek-efek organisasional, yang
memengaruhi perkembangan organ-organ kelamin
dan otak seseorang
 Peran kedua hormon-hormon seks adalah efek
aktivasional., seperti hormon-hormon mengaktivasi
produksi sperma
b. Organ-Organ Kelamin Internal
 Di awal perkembangan embrionik, organ-organ
kelamin internal bersifat biseksual, maksudnya
adalah semua embrio mengandung prekursor bagi
organ-organ kelamin perempuan maupun laki-laki
 Prekursor organ-organ kelamin internal perempuan,
yang berkembang menjadi fimbria dan tuba fallopi,
rahim, dan dua-pertiga sebelah dalam vagina,
disebut sistem Mullerian
 Prekursor organ-organ kelamin internal laki-laki
rumah yang berkembang menjadi epididimis, vas
deferens, dan vesikula seminalis, disebut sistem
Wolffian
 testis menyekresikan dua jenis hormon yaitu,
hormon yang pertama adalah sejenis hormon
peptida yang disebut hormon anti-Mullerian.
 Hormon yang kedua adalah seperangkat hormon
steroid yang disebut androgen, ia menstimulasi
perkembangan sistem Wolffian.
 Ada dua androgen berbeda yang bertanggungjawab
atas efek maskulinisasi yaitu, androgen pertama
bernama testosteron yang disekresikan oleh testis
 Sejumlah orang tidak peka (insensitif) terhadap
androgen ialah mereka yang mengidap sindroma
insensitivitas androgen karena mutasi genetik yang
mencegah pembentukan reseptor-reseptor androgen
yang fungsional
 Sindroma duktus Mullerian persisten karena dua
sebab yaitu, bisa dengan kegagalan menghasilkan
hormon anti-Mullerian atau tidak adanya reseptor
bagi hormon ini
Sindroma Turner, kelainan ini hanya memiliki
satu kromosom seks yaitu, kromosom X
c. Genitalia Eksternal
 Genitalia eksternal adalah organ-organ kelaminnya
terlihat.
 Gender genitalia eksternal seseorang ditentukan
oleh keberadaan atau ketiadaan androgen

Penderita sindroma Turner memiliki genitalia
eksternal perempuan walaupun mereka tidak
memiliki ovarium
c. Kematangan Seksual
 Ciri-ciri kelamin primer mencakup gonad, organ-organ kelamin
internal, dan genitalia eksternal
 Ciri-ciri kelamin Sekunder ialah payudara yang membesarkan
pinggul yang lebar atau jenggot dan suara yang dalam, ciri-ciri ini
akan muncul saat pubertas

Pubertas dimulai ketika sel-sel di hipotalamus menyekresikan
hormone-hormon Pelepas-gonadotropin (GnRH), yang
menstimulasi produksi dan pelepasan dua hormone gonadotropin
oleh kelenjar pituitari anterior.
B. Kontrol Hormon Atau Perilaku Seksual
1. Kontrol Hormone Atas Perilaku
 Siklus reproduksi primate betina disebut siklus menstruasi
 Betina spesies-spesies mamalia lain juga memiliki siklus reproduksi disebut siklus
estrus
 Ciri utama yang membedakan siklus menstruasi dari siklus estrus adalah
pertumbuhan dan rontoknya pelapis Rahim setiap bulan
i. Kontrol Hormon atas Perilaku Seksual Hewan-Hewan
Laboraturium
a. Jantan
 Perilaku seksual tikus pengerat jantan bergantung pada
testosterone
 Oksitison adalah hormone yang dihasilkan oleh kelenjar
pituatri posterior yang mengkontraksi saluran susu dan
karenanya menyebabkan keluarnya susu pada netina yg
sedang menyusui.
 Oksitosin dilepaskan saat orgasme pada jantan maupun
betina dan tampaknya berkontribusi terhadap kontraksi
otot-otot polos pada sistem ejakulasi jantan serta vagina dan
Rahim.
b. Betina
 Perilaku seksual hewan pengerat betina bergantung pada
hormone-hormon gonad yang hadir saat estrus: estradiol
dan progesterone
 Progesteron saja tidaklah efektif; dengan demikian,
estradiol membuat keefektifan progesteron ‘prima’
 Urutan estradiol disusul progesterone memiliki tiga efek
pada tikus betina: meningkatkan reseptivitas,
proreseptivitas, dan daya tarik mereka
ii. Efek-Efek Organisasional Androgen Terhadap Perilaku:
Maskuinisasi Dan Defeminisasi
a. Efek-efek feromon
 Hormone-hormon meneruskan pesan dari suatu bagian
tubuh (kelenjar pensekresi) ke bagian lain (jaringan
sasaran).
 Feromon dapat memengaruhi fisiologi ataupun perilaku
reproduktif
 Efek vandenbergh adalah percepatan terjadinya pubertas
pada hewan pengerat betina yang disebabkan oleh bau
jantan
 Efek whitten bila sekelompok betina diberi paparan bau
jantan (atau kencingnya), siklus mereka mulai berjalan lagi,
dan siklus mereka cenderung bersinkronisasi
 Efek bruce adalah sewaktu mencit betina yang belum lama
dihamili berjumpa dengan mencit jantan normal selain yang
kawin dengannya, kehamilan itu kemungkinan besar gagal
2. Perilaku Seksual Manusia
a. Efek-Efek Aktivasional Hormone Seks Pada Perempuan
 Gangestad dan Thornhill menunjukkan bahwa tampaknya
seksualitas perempaun berubah sepanjang siklus menstruasi dengan
cara tertentu
 Ada dua sumber utama androgen pada tubuh perempuan: ovarium
dan kelenjar adrenal
b. Efek-Efek Aktivasional Hormon Seks Pada Laki-Laki
 Testosterone tidak hanya memengaruhi aktivitas seksual melainkan
juga terpengaruh olehnya—atau bahkan oleh memikirkan
mengenainya
3. Perilaku Seksual
a. Androgenisasi Pranatal Pada Orang yang Secara Genetis
Perempuan
 Pada gangguan yang dikenal sebagai hyperplasia adrenal
kongenital (congenital adrenal hyperplasia, CAH) kelenjar-kelenjar
adrenal menyekresikan androgen dalam jumlah abnormal
 Perempuan dengan CAH memiliki kemungkinan lebih besar
tertarik secara seksual kepada perempuan lain
b. Kegagalan Androgenisasi Orang Yang Secara Genetis Laki-Laki
 Laki-laki dengan sindroma insentivitas androgen berkembang
sebagai perempuan, denga geniatalia eksternal perempuan—namun
juga dengan testis tanpa Rahim atau tuba fallopi
4. Efek-Efek Pengasuhan Terhadap Identitas Dan Orientasi Seksual Orang-
Orang Yang Secara Genetis Laki-Laki Namun Terandrogenisasi Saat
Prenatal
 Identitas seksual dan orientasi seksual sesorang sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor biologis dan tidiak dapat dengan mudah diubah
melalui cara seorang anak dibesaran
a. Orientasi seksual dan otak
 Sejumlah penelitian telah mengkaji otak laki-laki heteroseksual dan
homoseksual serta perempuan heteroseksual yang telah meninggal
 Nucleus suprakiasmatik; komisura anterior adalah berkas serat
yang saling menghubungkan bagian-bagian lobus temporal
b. Pewarisan sifat dan orientasi seksual
 Bila kedua kembar homoseksual, mereka disebut konkordan untuk
sifat ini. bila hanya salah satu yang homoseksual, pasangan kembar
itu disebut diskordan
5. Kontrol Neuron atas Perilaku Seksual
a. Laki-Laki
i. Mekanisme spesial
 Sejumlah respons seksual dikontrol oleh sirkuit-sirkuit
neuron yang terkandung di dalam urat saraf tulang
belakang
 Ejakulasi terjadi setelah cukup stimulasi taktil terhadap
penis yang ereksi menyebabkan aktivasi generator
ejakulasi spinal.
 Wilayah lumbar (panggul) urat saraf tulang belakang
tikus tampak merupakan bagian penting dari generator
ejakulasi spinal
 Neuron ini menjulurkan akson ke neuron sebelah di urat
tulang saraf tulang yang mengontrol mekanisme
simpatik dan parasimpatik yang menyebabkan
pengeluaran dan ejakulasi semen
ii. Mekanisme Otak
 Ereksi dan ejakulasi dikontrol oleh sirkuit-sirkuit neuron
yang berada di urat saraf tulang belakang
 Mekanisme otak memiliki control perangsang dan
penghambat terhadap sirkuit-sirkuit ini.
 Stimulasi taktil terhadap genital laki-laki berbeda hasil
jika dokter melakukan pemerikasaan fisik atau
pasangannya menyentuh sewaktu berbaring tempat tidur.
b. Perempuan
 Neuron nukleus ventromedial menjulurkan akson ke materi kelabu
perilaku aduktal.
 Hennesey menemukan bahwa lesi yang memutus VMHI dari PAG
melenyapkan perilaku seksual perempuan.
 Para peneliti mendapati jalur yang mensarafi otot untuk melakukan
perilaku seksual yakni : VMH  PAG  nPGi  neuron motoric
ditanduk ventral wilayah umbar saraf tulang belakang
c. Pembentukan Ikatan Pasangan
 Hubungan monogamy dan kadar dua jenis peptida diotak yakni:
vasopressin dan oksitosin. Senyawa ini sama-sama dilepas oleh
kelenjar pituitari posterior dan sebagai neurotransmitter.
 Pada jantan vasopressin memaknai peran yang lebih penting pada
betina, oksitosin memainkan peran besar dalam pembentukan
ikatan pasangan.
 Banyak peneliti yang percaya bahwa oksitosin dan vasopressin
berperan dalam pembentukan ikatan pasangan pada manusia
6. Perilaku Parental
a. Perilaku Maternal Hewan Pengerat
 Pada kondisi normal, salah satu stimulus yang memicu tikus betina
mulai merawat bayinya adalah parturisi (melahirkan), hewan
pengerat betina normalnya merawat bayi-bayinya ketika bayi
mereka terlahir.
 Sebagian efek ini disebabkan oleh hormon-hormon prenatal, tetapi
lewatnya bayi melalui saluran peranakan juga menstimulasi
perilaku maternal.
b. Kontrol hormon atas perilaku maternal
 Dalam Perilaku maternal atau perilaku keibuan, pertama-tama tidak
ada bukti bahwa efek-efek organisasional hormon memegang
hormon, yang kedua meskipun perilaku maternal dipengaruhi oleh
hormon namun perilaku tersebut tidak dikontrol oleh hormon.
c. Kontrol neuron atas perilaku maternal
 Area praoptik medial, wilayah otak depan yang memainkan peran
paling penting dalam perilaku seksual jantan, memainkan peran
serupa dalam perilaku maternal
d. Kontrol neuron atas perilaku paternal
 bukti menunjukkan bahwa tampaknya prolaktin maupun oksitosin
memfasilitasi peran ayah dalam perawatan bayi. Fleming
menemukan bahwa dengan kadar prolaktin yang lebih tinggi dalam
darah melaporkan perasaan simpati dan aktivasi yang lebih kuat
sewaktu mendengar tangisan bayi
e. Rangkuman singkat sub bab diatas
 Stimulus yang normalnya menginduksi perilaku Maternal adalah
yang dihasilkan oleh hormon Hormon yang ada saat kehamilan dan
pada sekitar waktu melahirkan.
 Oksitosin memfasilitasi pembentukan ikatan pasangan pada hewan
pengerat betina juga terlibat dalam pembentukan ikatan antara
induk betina dan bayi bayinya.

Anda mungkin juga menyukai