Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PERPAJAKAN

Pengaruh Virus Corona Terhadap Pajak Penghasilan

Dosen Pengampu : Dr. Rd. Tuty Sariwulan, M.Si

Disusun Oleh :

Silmi Febriyanti (701619076)

Kelas A – S1 Pendidikan Ekonomi Koperasi A

FAKULTAS EKONOMI

PENDIDIKAN EKONOMI KOPERASI A

2020
Pengaruh Virus Corona Terhadap Pajak Penghasilan

Virus corona atau covid-19 kian mengganas di Indonesia. Terbukti,


jumlah pasien positif pandemi ini terus bertambah dan sudah mencapai 686
orang. Warga semakin panik, ekonomi nasional mulai goyang. Dari Wuhan,
Provinsi Hubei, China, virus corona begitu cepat menjalar ke seluruh penjuru
dunia. Di tengah mewabahnya virus Corona, pemerintah tetap berupaya
mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen pada
2020. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto
menjelaskan, tansformasi ekonomi yang akan dilakukan tentunya terpengaruh
oleh risiko eksternal berupa defisit transaksi berjalan dan neraca perdagangan
yang membuat Indonesia rentan terhadap gejolak eksternal. Negara yang
tadinya disebut-sebut ‘kebal’ virus corona, tiba-tiba Indonesia memiliki range
yang tinggi untuk kasus Covid-19. Dampak dari Coronavirus Disease 2019
(Covid-19) terhadap perekonomian semakin terasa. Terutama pada dunia
perpajakan Indonesia. Demi mengurangi penyebaran virus corona, pemerintah di
berbagai daerah mulai antisipasi dengan kebijakan pembatasan. Mulai dari
meliburkan sekolah kegiatan belajar mengajar selama 2 pekan, menunda ujian
nasional, menutup sementara tempat-tempat rekreasi, hingga membatasi
operasional angkutan umum, di antaranya Transjakarta, LRT, dan MRT. Meski
belum mengambil langkah berani, seperti lockdown di negara lain, namun
kebijakan pembatasan tersebut diperkirakan akan sangat mempengaruhi
perekonomian Indonesia.

Oleh karenanya, pemerintah merilis paket kebijakan fiskal guna


meminimalisir dampak negatif virus corona terhadap ekonomi. Pasti, imbas
Covid-19 ini kena ke pengusaha, perusahaan besar, dan masyarakat terutama
guna meningkatkan daya beli. Seperti yang diketahui sekarang, sejumlah mal
atau pusat perbelanjaan, hotel, tempat rekreasi, maskapai penerbangan sepi dari
pengunjung atau penumpang sejak Januari lalu karena wabah corona. Belum
lagi harga-harga bahan pokok, sampai masker dan hand sanitizer serba mahal di
pasaran. Pengusaha dan masyarakat ikut kena getahnya. Virus corona jangan
sampai membuat semua aktivitas bisnis terhenti. Perputaran uang jadi mandek,
sehingga akan menekan ekonomi Indonesia. Agar dunia usaha tidak terlalu
terguncang, pada akhir Februari 2020 pemerintah menggunakan APBN sebagai

~1~
stimulus guna menggerakkan perekonomian Indonesia. Stimulus tahap pertama
berupa pembebasan pajak hotel dan restoran di 10 daerah wisata yang terdiri
dari 33 kabupaten dan kota. Juga diberikan diskon tiket penerbangan sebesar 30
persen dari 25 persen seat penerbangan menuju 10 derah wisata yang
terdampak penurunan wisatawan. Selain itu, stimulus fiskal tahap pertama
lainnya yang diberikan pemerintah adalah pemberian kartu sembako untuk
melindungi daya beli masyarakat miskin, percepatan implementasi Kartu Pra-
Kerja, subsidi untuk perumahan rakyat melalui Skema Subsidi Selisih Bunga
(SSB). Stimulus fiskal saat itu adalah menyesuaikan dengan kondisi di mana
saat itu belum ditemukannya virus Corona oleh pemerintah Indonesia. Dengan
telah diumumkannya pasien wabah Virus Corona di Indonesia yang jumlahnya
terus bertambah, maka strategi stimulus fiskal juga perlu dilakukan penyesuaian.
Pemerintah menyadari bahwa akan banyak perusahaan yang menghentikan
sementara usahanya terutama dari sektor industri. Untuk itu, 13 Maret 2020 telah
diumumkan secara resmi stimulus fiskal yang kedua. Melalui yang disebut
sebagai kebijakan counter cyclical atau kontra siklus, pemerintah memutuskan
untuk melonggarkan kebijakan fiskal, yaitu dengan melebarkan defisit APBN
2020 menjadi sekitar 2,5 persen PDB dari yang direncanakan semula sebesar
1,76 persen PDB. Hal ini tak lain untuk memberikan ruang gerak ekonomi yang
lebih leluasa di tengah tekanan ekonomi. dari yang sudah dilakukan pada sisi
belanja di stimulus tahap pertama, pemerintah juga memberikan stimulus dari sisi
penerimaan negara. Insentif perpajakan diberikan dalam berbagai bentuk.

Relaksasi pertama adalah pemerintah menanggung Pajak Penghasilan


(PPh) pasal 21 untuk seluruh karyawan industri manufaktur pengolahan.
Pemerintah menyiapkan sejumlah kebijakan untuk meminimalkan dampak
ekonomi wabah virus korona. Relaksasi ini juga merupakan respons pemerintah
terhadap masukan berbagai pihak, termasuk dunia usaha. Kamar Dagang dan
Industri (Kadin) meminta pemerintah lebih proaktif menangkap peluang di tengah
pagebluk Covid-19. Karyawan bergaji Rp16 juta sebulan atau sampai dengan
Rp200 juta per tahun dibebaskan dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
Berlaku selama 6 bulan, mulai April-September 2020. Kebijakan tersebut akan
mulai berlaku April 2020 selama enam bulan mendatang. Namun, pemerintah
membuka peluang kebijakan itu diteruskan apabila dampak virus korona belum

~2~
mereda. Yang bebas bayar pajak adalah karyawan industri manufaktur
pengolahan, baik yang berlokasi di Kawasan Industri Tujuan Ekspor (KITE)
maupun non-KITE. Jadi, karyawan bisa menerima gaji penuh tanpa dipotong
pajak oleh perusahaan. Menurut teorinya pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung. Dan pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada
penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. PPh atau pajak
penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Penghasilan
yang dimaksud dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan
yang lainnya. PPH pasal 21 merupakan pajak yang ditanggung oleh diri sendiri
dan tidak dapat dibebankan kepada orang lain. Berdasarkan proses
pembayarannya, pajak langsung dilakukan secara teratur. Jadi, tiap tahunnya
pemberlakuan pajak, dapat dilakukan secara berkala kepada wajib pajak. Wajib
Pajak, merupakan orang/badan yang memiliki kewajiban untuk membayar pajak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam perundang undangan perpajakan.
Kewajiban perpajakan termasuk pemotong pajak dan pemungut pajak. Hal
tersebut dapat dilakukan, selama wajib pajak mampu memenuhi unsur-unsur
sesuai dengan peraturan perundangan tentang pajak yang berlaku. Pajak
penghasilan merupakan pajak yang tarifnya progresif yaitu persentase tarif yang
digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Karena
pajak penghasilan merupakan pajak subjektif (bersifat perorangan) maka
pengenaannya memperhatikan keadan atau kondisi dari wajib pajak. Karena itu,
pemerintah memberikan sebuah keringanan untuk karyawan dengan
membebaskan pajak penghasilan untuk enam bulan. PPh Pasal 21 (pajak atas
penghasilan gaji) nantinya akan ditanggung oleh pemerintah. Sebelumnya
Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap
bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan
atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Nomor
Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban

~3~
perpajakannya. Yang berfungsi sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib
Pajak, dan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan. Penghasilan pegawai harian, mingguan,
serta pegawai tidak tetap lainnya yang dipotong pajak adalah jumlah penghasilan
bruto setelah dikurangi bagian penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan
yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan. Besarnya tarif
yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP). Ketentuan mengenai petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Pemerintah berharap berharap
kebijakan tersebut bisa memberikan ruang gerak bagi industri di tengah
hantaman virus korona.

Relaksasi kedua PPh pasal 22. PPh pasar 22 ialah bentuk pemotongan
atau pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap wajib pajak dan
berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang. Berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) No. 34 Tahun 2017 tentang Pemungutan pph Pasal 22
Sehubungan dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di
Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain. Pihak pemungut PPh Pasal
22 ialah Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah
dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas
penyerahan barang, Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun
swasta yang berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di
bidang lain, dan Wajib pajak badan tertentu untuk memungut pajak pembeli atas
penjualan barang mewah. Kegiatan impor untuk 19 industri manufaktur yang
diberikan selama 6 bulan dari bulan April-September 2020 baik untuk industri
manufaktur di wilayah KITE maupun non KITE. Relaksasi ini diberikan kepada
yang mengimpor barang baku untuk 19 industri manufaktur yang terkena
dampak sesuai rekomendasi KADIN dan APINDO baik yang berlokasi di wilayah
KITE maupun non KITE. Pembebasan ini akan diberikan selama 6 bulan mulai
April hingga September. Perkiraan dari total volume kalau sama dengan tahun
lalu, Rp8,15 triliun PPH pasal 22 Impor yang tidak akan dibayarkan perusahaan.

~4~
Kebijakan ini dilakukan melalui perubahan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
terkait tata cara pengajuan permohonan pembebasan dari pemotong dan/atau
pemungutan oleh pihak lain.

Relaksasi ketiga pemerintah memberi penundaan PPh Pasal 25 untuk


korporasi baik yang berlokasi di KITE maupun non KITE selama 6 bulan mulai
April hingga September. PPh Pasal 25 adalah Wajib Pajak yang memiliki
kegiatan usaha akan membayar angsuran Pajak Penghasilan setiap bulannya.
Cara menghitung PPh Pasal 25 ialah besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam
tahun berjalan dihitung berdasarkan Pajak Penghasilan Terutang sesuai dengan
SPT Tahunan tahun sebelumnya dikurangi dengan kredit pajak (PPh Pasal 21,
22, 23, dan 24) dibagi dengan 12 (atau banyaknya bulan dalam bagian tahun
pajak). Secara garis besar, penentuan tarif PPh Pasal 25 dibagi menjadi tiga
kriteria yaitu, Wajib Pajak kategori Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (OPPT)
ialah siapa saja yang menjalankan usaha penjualan barang (grosir ataupun
eceran) dan usaha jasa dengan satu tempat usaha atau lebih. Bagi OPPT, akan
dikenakan PPh Pasal 25 sebesar 0,75% x omzet bulanan pada tiap-tiap tempat
usaha. Yang kedua Wajib Pajak kategori Orang Pribadi Selain Pengusaha
Tertentu (OPSPT) ialah karyawan atau pekerja bebas yang tidak memiliki usaha
sendiri. Bagi yang masuk dalam kategori OPSPT, akan dikenakan Penghasilan
Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh pada UU PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a. Dan yang
terakhir yaitu Wajib Pajak Badan ialah tarif yang dikenakan adalah PKP x 25%
Tarif Pasal 17 ayat (1) UU PPh seperti yang dijelaskan di atas dan Pasal 31 E
UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Batas waktu pembayaran
PPh Pasal 25 adalah paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dari masa pajak
yang akan dibayarkan. Pajak relaksasi PPh pasal 25, yaitu pajak korporasi
sebesar 30% kepada 19 sektor pengolahan, baik yang berlokasi di KITE maupun
non KITE termasuk KITE IKM, selama 6 bulan mulai April hingga September.
Perhitungannya, kebijakan pengurangan pajak ini nilainya mencapai Rp 4,2
triliun. Ini akan mengurangi beban cash flow perusahaan yang biasanya
membayar PPh 25 Masa. Ini juga akan mengurangi beban arus kas perusahaan
karena biasanya mereka harus mencicil pembayaran pajak penghasilannya
sejak awal menggunakan baseline kinerja tahun sebelumnya. Sekarang tidak
perlu lagi, penundaan ini matters sekali buat perusahaan. Sebagaimana halnya

~5~
relaksasi PPh Pasal 22 Impor, melalui kebijakan ini diharapkan industri
memperoleh ruang cashflow sebagai kompensasi switching cost (biaya
sehubungan perubahan negara asal impor dan negara tujuan ekspor). Selain itu,
dengan upaya mengubah negara tujuan ekspor, diharapkan akan terjadi
peningkatan ekspor.

Bendahara Negara berharap, dengan relaksasi tersebut diharapkan bisa


meningkatkan daya beli masyarakat karena konsumsi merupakan komponen
paling besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, untuk industri
manufaktur yang tertekan arus kasnya bisa berkurang beban perpajakannya.
langkah tersebut juga merupakan bagian dari paket stimulus kebijakan yang
dilakukan pemerintah untuk meredam dampak virus corona terhadap
perlambatan ekonomi. Selain itu juga Presiden Joko Widodo menyiapkan
sembilan jurus untuk melawan dampak wabah virus corona pada ekonomi di
dalam negeri. Jurus pertama, memerintahkan seluruh menteri, gubernur, wali
kota memangkas anggaran yang tidak penting, seperti perjalanan dinas, rapat,
dan belanja yang tak berpengaruh langsung pada peningkatan daya beli
masyarakat. Jurus kedua, meminta seluruh kementerian/lembaga di pusat
maupun provinsi harus melakukan realokasi anggaran untuk penanganan virus
corona. Artinya, pemerintah akan fokus pada sektor kesehatan dalam
penggunaan APBN 2020. Jurus ketiga, Jokowi meminta seluruh 'pembantunya'
baik di pusat dan daerah untuk menjamin ketersediaan bahan pokok dan
mempertahankan daya beli, khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini akan fokus pada lapisan bawah masyarakat,
seperti buruh, petani, dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Jurus keempat, ia meminta agar masing-masing kementerian/lembaga
memperbanyak program padat karya tunai. Namun, semua kegiatan itu harus
tetap mengikuti protokol kesehatan demi mengurangi risiko penyebaran virus
corona. Jurus kelima, menambah tunjangan Kartu Sembako Murah dari Rp150
ribu menjadi Rp200 ribu per bulan untuk satu keluarga. Pemerintah
mengalokasikan untuk program ini sebesar Rp4,5 triliun. Jurus keenam,
mempercepat penyaluran kartu prakerja. Hal ini untuk mengurangi dampak risiko
pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat virus corona. Jurus ketujuh,
menanggung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atau pajak gaji karyawan.

~6~
Kebijakan ini akan berlaku selama enam bulan. Jurus kedelapan, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) melakukan relaksasi kredit untuk UMKM dengan nilai di bawah
Rp10 miliar. Relaksasi ini akan diberikan oleh perbankan dan industri keuangan
non bank (IKNB) lain. Lalu yang terakhir jurus kesembilan, pemerintah akan
membayar subsidi selisih bunga dengan bunga di atas 5 persen selama 10 tahun
bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang akan mengajukan kredit pemilikan
rakyat (KPR) bersubsidi. Kemudian, pemerintah akan memberikan subsidi uang
muka bagi masyarakat yang mengajukan kredit untuk rumah bersubsidi. Itu
semua bertujuan agar seluruh industri mendapatkan space untuk mereka dalam
situasi yang sangat ketat seperti sekarang sehingga beban mereka betul-betul
diminimalkan dari pemerintah. Namun rencana ini juga perlu dilakukan secara
hati-hati. Sebab PPh pasal 21 ini merupakan komponen terbesar dalam proporsi
pajak penghasilan. Artinya sektor yang sifatnya mendesak dan berkontribus
banyak terhadap perekonomian yang perlu diprioritaskan. Sebab jika dilihat dari
momen[ CITATION Arn20 \l 1057 ]tum sebelum rencana penundaan PPh pasal 21
ini pemerintah sudah banyak mengeluarkan banyak insentif fiskal. Misalnya
menambah bansos, iuran sembako, dan pemangkasan pajak hotel.

~7~
Daftar Pustaka

Ariyanti, F. (2020, 3 18). Karyawan Bebas Bayar Pajak Mulai April, Jurus Maut
Pemerintah Lawan Virus Corona. Diambil kembali dari cermati.com:
https://www.cermati.com/artikel/karyawan-bebas-bayar-pajak-mulai-april-
jurus-maut-pemerintah-lawan-virus-corona

Direktorat Jendral Pajak. (t.thn.). PPh Pasal 21/26. Diambil kembali dari
https://www.pajak.go.id/: https://www.pajak.go.id/id/pph-pasal-2126

Ete, S. (2020, Maret 12). Pemerintah Gratiskan Pajak Gaji Buruh Manufaktur Selama 6
Bulan. Diambil kembali dari koranperdjoeangan.com:
https://www.koranperdjoeangan.com/hore-pemerintah-gratiskan-pajak-gaji-
buruh-manufaktur-selama-6-bulan/

Fauzia, M. (2020, Maret 13). Mulai April, Karyawan Bergaji hingga Rp 16 Juta Per Bulan
Bebas Pajak Penghasilan. Diambil kembali dari kompas.com:
https://money.kompas.com/read/2020/03/13/113200626/mulai-april-
karyawan-bergaji-hingga-rp-16-juta-per-bulan-bebas-pajak?page=all

Fitria. (2020, Maret 24). Sembilan Jurus Ekonomi Jokowi Lawan Dampak Virus Corona |
Makassar Info Berita Terbaru. Diambil kembali dari liputanmakassar.com:
https://www.liputanmakassar.com/2020/03/sembilan-jurus-ekonomi-jokowi-
lawan.html

Kristianus, A. (2020, Marer 11). Penundaan Penarikan PPh 21 Tingkatkan Daya Beli
Masyarakat. Diambil kembali dari investor.id:
https://investor.id/business/penundaan-penarikan-pph-21-tingkatkan-daya-beli-
masyarakat

MAULIDA, R. (2018, Oktober 18). Jenis Tarif Pajak yang Perlu Anda Ketahui. Diambil
kembali dari online-pajak.com: https://www.online-pajak.com/tentang-
pajakpay/tarif-pajak

Milna. (2020, Maret 25). Imbas Corona, Kemenkeu Gratiskan Pajak Karyawan
Manufaktur Selama 6 Bulan. Diambil kembali dari harianhaluan.com:
https://www.harianhaluan.com/news/detail/89451/imbas-corona-kemenkeu-
gratiskan-pajak-karyawan-manufaktur-selama-6-bulan

Olivia, G. (2020, Maret 13). Mulai April, Kemenkeu kurangi PPh 25 sebesar 30% untuk
korporasi. Diambil kembali dari kontan.co.id:
https://nasional.kontan.co.id/news/mulai-april-kemenkeu-kurangi-pph-25-
sebesar-30-untuk-korporasi

~8~
Pro Kaltim. (t.thn.). Dampak Korona, Pemerintah Gratiskan Pajak Penghasilan Karyawan
Manufaktur. Diambil kembali dari kaltim.procal.co:
https://kaltim.prokal.co/read/news/368397-dampak-korona-pemerintah-
gratiskan-pajak-penghasilan-karyawan-manufaktur.html

Suminar, A. (2020, Maret 11). Pemerintah Tanggung PPh Pasal 21 Industri Manufaktur
Selama 6 Bulan. Diambil kembali dari suarasurabaya.net:
https://www.suarasurabaya.net/ekonomibisnis/2020/pemerintah-tanggung-
pph-pasal-21-industri-manufaktur-selama-6-bulan/

~9~

Anda mungkin juga menyukai