Anda di halaman 1dari 10

Kebutuhan Air Irigasi pada Areal Persawahan

Perhitungan Kebutuhan air pada 1 Ha lahan sawah/musim

Periodesasi Jenis kebutuhan air Waktu


penjenuhan evaporasi transpirasi perkolasi (hari)
Pengolahan tanah ü ü ü 20
Vegetatif ü ü ü
Generatif awal ü ü 15
Generatif ü ü ü 30
Pematangan ü ü 15

a.          Pada fase pengolahan tanah air yang dibutuhkan adalah :

<!–[if gte msEquation 12]>S+k+Ev+P-PE<![endif]–>

Dimana : S = air yang dibutuhkan pada saat penjenuhan

k = tinggi genangan

Ev = Evaporasi

P = Perkolasi

PE = Curah hujan Efektif peluang 80 %

Untuk mencari nilai S dibutuhkan nilai TRP dan nilai KA pada masing-masing kedalaman,
pengurangan nilai TRP oleh nilai KA pada pF tertentu tersebut dikalikan dengan kedalaman
tanah dan BJ tanah tersebut.

b. Pada fase Vegetatif air yang dibutuhkan adalah :

<!–[if gte msEquation 12]>Etc+P-PE<![endif]–>

Dimana : Etc = Evapotranspirasi

c. Pada fase generatif awal air yang dibutuhkan adalah :

<!–[if gte msEquation 12]>(Etc-PE)<![endif]–>

d. Pada fase Generatif air yang dibutuhkan adalah :

<!–[if gte msEquation 12]>Etc+P-PE<![endif]–>

e. Pada fase Pematangan air yang dibutuhkan adalah :

<!–[if gte msEquation 12]>(Etc-PE)<![endif]–>

Study kasus : Pada areal persawahan daerah Bonjol Kecamatan Sungai Rumbai
Kabupaten Dharmasraya

Data yang dibutuhkan : (ex)

Sifat Fisik Nilai


TRP 0 – 20 65 %
TRP 20 – 40 60 %
KA pF 4,2 25 %
KA pF 4,5 45 %
Evaporasi 3 mm/hr
Transpirasi 2 mm/hr
Perkolasi 3 mm/hr
Tinggi genangan air 10 cm
BJ 1,2
PE ?

Data curah hujan terlampir

Perhitungan PE

Data curah hujan yang digunakan sebaiknya data curah hujan harian atau 15 harian, namun
data yang ada adalah data bulanan dari bulan April 1993 sampai maret 2008. Untuk mencari
nilai PE peluang 80 % :

BULAN CURAH HUJAN RATA-


RATA
Januari 172,9
Febuari 144,3
Maret 133,8
April 145,4
Mei 100,7
Juni 67,0
Juli 60,4
Agustus 84,0
September 84,2
Oktober 105,6
November 139,8
Desember 142,7

<!–[if gte msEquation 12]>PE 80 %=0,8 x 130<![endif]–> R80

Untuk mencari R80 :

Dicari peluangnya dengan rumus : <!–[if gte msEquation 12]>P= mn+1<![endif]–> dimana :

P = peluang hujan yang dicari (%)

M = no urut data

N = jumlah data
No Urut Peluang (%) Data curah hujan bulanan
1 7,69 172,9
2 15,38 145,4
3 23,08 144,3
4 30,77 142,7
5 38,46 139,8
6 46,15 133,8
7 53,85 105,6
8 61,54 100,7
9 69,23 84,2
10 76,92 84,0
11 84,62 67.0
12 92,31 60,4

Besar curah hujan bulanan dengan peluang 80 % adalah terletak di no 11, maka :

<!–[if gte msEquation 12]>PE=0,8 x 130<![endif]–> R80 = 1.77

Perhitungan kebutuhan air:

a. Fase pengolahan tanah

S 0 – 20 = <!–[if gte msEquation 12]> TRP-pF 4,2 x k<![endif]–> x BJ

= (65 – 25 ) X 200 mm x 1,2

= 96 mm

S 20 – 40 = (60 – 45) x 200 mm x 1,2

= 36 mm

S = 132 mm

Jadi air yang dibutuhkan adalah :

<!–[if gte msEquation 12]>S+k+Ev+P-PE<![endif]–>

= {(132 + 100 + (3.20) + (3.20)} – 1.77 à 20 hari penggenangan

= 350,23 mm

b. Fase Vegetatif

= <!–[if gte msEquation 12]>Etc+P-PE<![endif]–>

= {(6.60) + (3.60)} – 1.77 à 60 hari

= 538,23 mm
c. Fase Generatif Awal

= <!–[if gte msEquation 12]>(Etc-PE)<![endif]–>

= (6.15) – 1.77 à 15 hari

= 88,23 mm

d. Fase Generatif

= <!–[if gte msEquation 12]>Etc+P-PE<![endif]–>

= {(6.30) + (3.30)} – 1.77 à 30 hari

= 268.23 mm

e. Fase Pematangan

= <!–[if gte msEquation 12]>(Etc-PE)<![endif]–>

= (6.15) – 1.77 à 15 hari

= 88,23 mm

Jadi jumlah air yang harus ditambahkan untuk 1 kali musim tanam padi sawah/ha didaerah
Bonjol adalah 1333,15 mm atau sekitar 133315 m3

http://sundana.wordpress.com/2008/07/31/perhitungan-kebutuhan-air-sawah/

a.    Kebutuhan air domestik

Air akan sangat dibutuhkan untuk bertahan hidup dan aktivitas manusia  (Jasrotia dkk, 2009).
Kebutuhan air domestik dihitung  berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan,
kebutuhan air perkapita dan proyeksi waktu air akan digunakan (Yulistiyanto dan
Kironoto,2008). Standar kebutuhan air domestik adalah dari Departemen Pemukiman dan
Prasarana Wilayah tahun 2003 dan SNI tahun 2002.

Tabel 1 Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kota dan Jumlah
Penduduk.
Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kota dan Jumlah Penduduk.

Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU dalam Direktorat Pengairan dan
Irigasi Bappenas. 2006.

dimana :
Q (DMI)     = kebutuhan air untuk kebutuhan domestik (m³/tahun)
q(u)             = konsumsi air pada daerah perkotaan (liter/kapita/hari)
q(r)              = konsumsi air daerah pedesaan (liter/kapita/hari)
P(u)             = jumlah penduduk kota
P(r)              = jumlah penduduk pedesaan

Kebutuhan air domestik akan dipengaruhi juga oleh pola konsumsinya seperti penduduk kota
menggunakan air lebih banyak dibandingkan penduduk desa. Berdasarkan SNI tahun 2002
tentang sumberdaya air penduduk kota membutuhkan 120L/hari/kapita, sedang penduduk
pedesaan memerlukan 60L/hari/kapita. Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat
diformulasikan kebutuhan air penduduk desa maupun kota (SNI, 2002).
Kebutuhan air penduduk pedesaan = penduduk x 365 x 60 L = ………. L/Tahun.
Kebutuhan air penduduk perkotaan = penduduk x 365 x 120 L = ………. L/Tahun.

b.    Kebutuhan air irigasi

Air irigasi merupakan air yang diambil dari suatu sungai atau waduk melalui saluran-saluran
irigasi yang disalurkan ke lahan pertanian guna menjaga keseimbangan air dan kepentingan
pertanian (Suhardjono, 1994 dalam Gunawan, 2008). Air sangat dibuthkan untuk produksi
pangan, seandainya pasokan air tidak berjalan baik maka hasl pertannian pn akan terpengaruh
(Sutawan, 2001). Air irigasi dapat berasal dari air hujan maupun air permukaan atau sungai.
Pemanfaatan air irigasi tidak hanya untuk pertanian saja melainkan dapat juga dimanfaatkan
untuk kegiatan-kegiatan yang lain seperti perikanan atau peternakan. Kebutuhan air irigasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebutuhan untuk penyiapan lahan (IR), kebutuhan air
konsumtif untuk tanaman (Etc), perkolasi (P), kebutuhan air untuk penggantian lapisan air
(RW), curah hujan efektif (ER), efisiensi air irigasi (IE), dan luas lahan irigasi (A)
(SNI,2002). Untuk menghitung kebutuhan.
keterangan :
IG       = kebutuhan air irigasi (m3),
Etc     = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),
IR       = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari),
RW     = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari),
P          = perkolasi (mm/hari),
ER      = hujan efektif (mm/hari),
EI        = efisiensi irigasi (-),
A         = luas areal irigasi (m2).

Kebutuhan air konsumtif


Kebutuhan air konsumsi memiliki makna bahwa setiap tanaman akan memiliki kebutuhan
tertentu terhadap air sehingga antara tanaman satu dengan lainnya akan memiliki kebutuhan
yang berbeda dalam menggunakan air. Dengan menggunakan standar yang sudah ada maka
besarnya kebutuhan air konsumtif dapat dihitung menggunakan rumus berikut.

dengan:
Etc     = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),
Eto     = evapotranspirasi (mm/hari),
kc       = koefisien tanaman.
Evapotranspirasi dapat dihitung menggunakan metode Penman sedangkan koefisien tanaman
dapat melihat panduan dari FAO yang ada dalam standar irigasi.

Tabel 2 Koefisien Tanaman, kc

Sumber: Direktorat Pengairan dan Irigasi


Bappenas. 2006
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan

Perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan ditentukan oleh kebutuhan maksimum
irigasi. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air untuk penyiapan lahan
adalah (1) lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan,
dan (2) jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Perhitungan kebutuhan air yang
digunakan didasarkan dari penelitian van de Goor dan Zijlstra (1968) (dalam Direktorat
Pengairan Irigasi, 2006).

keterangan :
IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari),
M = kebutuhan air untuk menganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah
yang telah dijenuhkan,= Eo + P, Eo = 1,1 x Eto; P = Perkolasi (mm/hari),
T = jangka waktu penyiapan lahan (hari) dan k = M x (T/S),
S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm.

Perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan digunakan T = 30 hari dan S = 250 mm. Ini
sudah termasuk banyaknya air untuk penggenangan setalah transplantasi, yaitu sebesar 50
mm serta kebutuhan untuk persemaian.

c.    Kebutuhan air untuk perikanan

Aspek perikanan merupakan kegiatan yang banyak sekali menggunakan air karena tentu
untuk menggenagi kolam budidaya ikan diperlukan air dalam volume besar agar tercipta
tempat hidup yang cocok untuk perkembangan ikan. Kebutuhan ini dimaksudkan pada saat
awal tanam dan pergantian air (Heru, 1986). Setiap jenis budidaya ikan akan berbeda pola
penggunaan airnya, misalnya untuk ikan lele dumbo memerlukan 1x dalam sebulan
sedangkan ikan gurame perlu 1 minggu sekali (SNI, 2002). Menurut Sri Najiyanti (1992)
(dalam SNI, 2002) menjelaskan bahwa air yang diganti adalah kurang lebih sepertiga tinggi
genangan kolam atau  7 mm/hari/ha.

keterangan :
Q(FP)      = Kebutuhan air untuk perikanan (m3/hari),
q(f)     = Kebutuhan air untuk pembilasan (mm/hari/ha),
A(FP)     = Luas kolam ikan (ha).

d.    Kebutuhan air untuk peternakan

Bidang peternakan juga membutuhkan air untuk minum ternak,. Cara yang mudah untuk
menghitung kebutuhan air ternak adalah menghitung jumlah ternak dan mengalikan dengan
kebutuhan airnya (Yulistyanto dan Kironoto,2008). Jenis ternak yang berbeda memiliki
kebutuhan air yang berbeda pula. Standar yang digunakan untuk menghitung kebutuhan
setiap ternak adalah dari SNI 2002 yang didasarkan pada hasil penelitian tentang sumberdaya
air nasional tahun 1992. Besar kecilnya peternakan akan berpengaruh juga terhadap
kebutuhan airnya seperti peternakan skala besar dengan jumlah ternak yang banyak dan
jenisnya sapi, maka konsumsi air akan lebih besar dibandingkan dengan  jumlah ternak
babi.yang sama, Jenis ternak juga memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan air

dimana :
Q(L)     : Kebutuhan air untuk ternak (m³/tahun)
q(c/b)     : Kebutuhan air untuk sapi/kerbau (liter/ekor/hari)
q(s/g)    : Kebutuhan air untuk Domba/Kambing (liter/ekor/hari)
q(pi)    : Kebutuhan air untuk babi (liter/ekor/hari)
q(po)     : Kebutuhan air untuk unggas (liter/ekor/hari)
P(c/b)     : Jumlah sapi/kerbau
P(s/g)     : Jumlah domba/kambing
P(pi)     : Jumlah babi
P(po)     : Jumlah unggas

Tabel 3. Unit kebutuhan air untuk peternakan

Sumber: Technical Report National Water Resources Policy tahun 1992 dalam SNI, 2002

e.    Kebutuhan air untuk Industri

Kebutuhan air untuk industry merupakan kebtuhan untuk kegiatan produksi meliputi bahan
baku, pekerja, industry dan kebutuhan pendukung industry lainnya (Gunawan, 2008).
Menurut  Erwan dkk (1996) dalam SNI 2002, untuk memperoleh data yang akan digunakan
untuk menghitung kebutuhan air industry diperlukan kuesioner dan wawancara langsung,
namun jika datanya terbatas maka prediksi penggunaan air dapat menggunakan standar dari
Direktorat Teknik Penyehatan, Ditjen Cipta Karya Depertemen Pekerjaan Umum. Besar
kebutuhan rata-ratanya adalah 2.000 lt/unit/hari atau 500 lt/hari/karyawan (Nippon Koei,
1995 dalam SNI, 2002).
Tabel 4. Kebutuhan Air Industri Berdasarkan Beberapa Proses Industri

Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU.

Proyeksi kebutuhan air industri sangat kompleks dengan segala faktor-faktor yang ikut
mendukungnya. Semakin besar suatu industri maka pemanfaatan air akan semakin banyak,
hal ini juga dipengeruhi oleh jenis industri yang diusahakan misalnya industri sedang
minuman ringan lebih kecil kebutuhannya dibandingkan industri besar minuman ringan.

Tabel 5 Standar kebutuhan air untuk berbagai sektor


Sumber: Standar Nasional Indonesia, 2002

C.    KESIMPULAN

Air merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Adanya
pengelolaan dan pemanfaatan yang optimal serta berwawasan lingkungan diharapkan
kebutuhan manusia dapat terpenuhi tanpa mengganggu kesimbangan alam dan ketersediaan
air terjaga sehingga air dapat dimanfaatkan secara lestari. Ketersediaan akan berbenturan
dengan kebutuhan, maka selayaknya fungsi manajemen kebutuhan sangat penting untuk
dilakukan sperti dalam manajemen air untuk irigasi, industry, peternakan, irigasi, perikanan
serta pemanfaatan lain yang juga harus diperhatikan.

D.    DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2002. Penyusunan neraca sumber daya Bagian 1: Sumber daya
air spasial .Standar Nasional Indonesia, SNI 19-6728.1-2002

Direktorat Pengairan dan Irigasi Bappenas. 2006.  Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber
Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa. Laporan Akhir: Jakarta

Gunawan, Randi.2008. Analisis Sumberdaya Air Daerah Aliran Sungai Bah Bolon Sebagai
Sarana Pendukung Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Simalungun Dan Asahan. Wahana
Hijau Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Vol. 2 No. 1 Agustus 2008.

Jasrotia,A. S, Abinash Majhi, Sunil Singh. 2009. Water Balance Approach for Rainwater
Harvesting using Remote Sensing and GIS Techniques, Jammu Himalaya, India. Water
Resour Manage (2009) 23:3035–3055 .DOI 10.1007/s11269-009-9422-5

Sutawan, Nyoman . 2001. Pengelolaan Sumberdaya Air Untuk Pertanian Berkelanjutan


Masalah Dan Saran Kebijaksanaan. Seminar ”Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Tanah
dan Air yang Tersedia untuk Keberlanjutan Pembangunan, Khususnya Sektor Pertanian”, 
Fakultas Pertanian Universitas Udayana pada tanggal 28 April 2001

Yulistiyanto, Bambang dan Kironoto, BA. 2008. Analisa Pendayagunaan Sumberdaya Air
Pada WS Paguyaman dengan RIBASIM. Media Teknik No 2 Tahun XXX Edisi Mei 2008
ISSN 0216-3012

http://younggeomorphologys.wordpress.com/2011/03/19/konsepsi-kebutuhan-air-batasan-dan-
cara-perhitungannya/

Anda mungkin juga menyukai