Anda di halaman 1dari 21

P8

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan resmi Praktikum Bioproses yang berjudul Hidrodinamika Reaktor yang


disusun oleh:

Kelompok : 4/ Kamis

Anggota : 1. Azka Nurhayatina NIM. 21030117190171

2. Dhyrana Shaila Armani NIM. 21030117190182

3. Bimo Setio Wicaksono NIM. 21030117190174

Laporan resmi ini disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Semarang, 2019

Mengesahkan,

Asisten Pengampu

Ratna Juwita Sari


NIM. 21030115140162

iii
P8

RINGKASAN

Reaktor merupakan alat utama pada industri yang digunakan untuk proses
kimia yaitu untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Pada perancangan reaktor
pengetahuan kinetika reaksi harus dipelajari secara komprehensif dengan peristiwa-
peristiwa perpindahan massa, panas dan momentum untuk mengoptimalkan kinerja
reaktor. Fenomena hidrodinamika yang meliputi hold up gas dan cairan, laju sirkulasi
merupakan faktor yang penting yang berkaitan dengan laju perpindahan massa. Tujuan
percobaan ini akan mempelajari hidrodinamika pada reaktor air-lift terutama pengaruh
variabel kondisi operasi terhadap hold up gas (Ԑ), laju sirkulasi (vL) dan koefisien
transfer massa gas-cair (kLa), lalu menentukan pengaruh waktu tinggal Na2SO3
terhadap Kla.
Hidrodinamika reaktor mempelajari perubahan dinamika cairan dalam reaktor
sebagai akibat laju alir yang masuk reaktor dan karakterisik cairannya. Hidrodinamika
reaktor meliputi hold up gas (fraksi gas saat penghamburan) dan laju sirkulasi cairan.
Kecepatan sirkulasi cairan dikontrol oleh hold up gas, sedangkan hold up gas
dipengaruhi oleh kecepatan kenaikan gelembung. Sirkulasi juga mempengaruhi
turbulensi, koefisien perpindahan massa dan panas serta tenaga yang dihasilkan.

iv
P8

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Bioproses dengan materi Hidrolisa Pati tanpa hambatan yang berarti.
Terselesaikannya laporan ini tidak lepas dari beberapa pihak. Oleh karena itu,
praktikan mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu laporan materi Alkohol, Prof. Dr. Widayat, S.T, M.T,
2. Pranata Laboratorium Pendidikan Laboratorium Mikrobiologi, Jufriyah, S.T,
3. Koordinator asisten Laboratorium Mikrobiologi, Florence Kharisma,
4. Asisten pengampu laporan materi Alkohol Ratna Juwita Sari,
5. Segenap asisten yang telah membimbing kami selama praktikum,
6. Kepada teman-teman yang telah membantu memberikan motivasi dan
kerjasama yang baik.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi para pembaca. Penulis
memohon maaf apabila ada salah kata ataupun hal-hal yang kurang berkenan di hati
pembaca.

Semarang, 2018

Penyusun

v
P8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................ii


LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................iii

RINGKASAN ................................................................................................iv

PRAKATA.......................................................................................................v

DAFTAR ISI...................................................................................................vi

DAFTAR TABEL........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum...............................................................................1
1.3 Manfaat Praktikum..............................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reaktor Kolom Gelembung dan Air Lift ............................................3
2.2 Hidrodinamika Reaktor ......................................................................4
2.3 Perpindahan Masa..............................................................................6
2.4 Kegunaan Hidrodinamika Reaktor dalam Industri...............................8
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan.......................................................10
3.1.1 Bahan .......................................................................................10
3.1.2 Alat ..........................................................................................10
3.2 Gambar Rangkaian Alat....................................................................11
3.3 Variabel Operasi ...............................................................................11
3.4 Prosedur Praktikum...........................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................13
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI

vi
P8

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tipe Reaktor Air-Lift....................................................................3

Gambar 3.1 Rangkaian alat Hidrodinamika Reaktor .....................................11

vii
P8

viii
P8

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaktor merupakan alat utama pada industri yang digunakan untuk proses kimia
yaitu untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Reaktor dapat diklasifikasikan atas
dasar cara operasi, geometrinya, dan fase reaksinya. Berdasarkan cara operasinya
dikenal reaktor batch, semi batch, dan kontinyu. Jika ditinjau dari geometrinya
dibedakan menjadi reaktor tangki berpengaduk, reaktor kolom, reaktor fluidisasi.
Sedangkan bila ditinjau berdasarkan fase reaksi yang terjadi didalamnya, reaktor
diklasifikasikan menjadi reaktor homogen dan reaktor heterogen.
Reaktor heterogen adalah reaktor yang digunakan untuk mereaksikan komponen
yang terdiri dari minimal 2 fase, seperti fase gas-cair. Reaktor yang digunakan untuk
kontak fase gas-cair, diantaranya dikenal reaktor kolom gelembung (bubble column
reaktor) dan reaktor air-lift. Reaktor jenis ini banyak digunakan pada proses industri
kimia dengan reaksi yang sangat lambat, proses produksi yang menggunakan mikroba
(bioreaktor) dan juga pada unit pengolahan limbah secara biologis menggunakan
lumpur aktif.
Pada perancangan reaktor pengetahuan kinetika reaksi harus dipelajari secara
komprehensif dengan peristiwa-peristiwa perpindahan massa, panas dan momentum
untuk mengoptimalkan kinerja reaktor. Fenomena hidrodinamika yang meliputi hold
up gas dan cairan, laju sirkulasi merupakan faktor yang penting yang berkaitan dengan
laju perpindahan massa. Pada percobaan ini akan mempelajari hidrodinamika pada
reaktor air-lift, terutama berkaitan dengan pengaruh laju alir udara, viskositas, dan
densitas terhadap hold up, laju sirkulasi dan koefisien perpindahan massa gas-cair
pada sistem sequantial batch.

1.2 Tujuan Praktikum


Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menentukan pengaruh variabel kondisi operasi terhadap hold-up gas (ε).
2. Menentukan pengaruh variabel kondisi operasi terhadap laju sirkulasi (VL).
3. Menentukan pengaruh variabel kondisi operasi terhadap koefisien transfer massa
gas-cair (KLa).
4. Menentukan pengaruh waktu tinggal Na2SO3 terhadap KLa

1.3 Manfaat Praktikum


1. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh variabel kondisi operasi terhadap hold up
gas (ε).

1
P8

2. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh variabel kondisi operasi terhadap laju


sirkulasi (VL).
3. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh variabel kondisi operasi terhadap koefisien
transfer massa gas-cair (KLa).
4. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh waktu tinggal Na2SO3 terhadap KLa.

2
P8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reaktor Kolom Gelembung dan Air Lift

Reaktor adalah suatu alat tempat terjadinya suatu reaksi kimia untuk mengubah
suatu bahan menjadi bahan lain yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi. Reaktor
Air-lift adalah reaktor yang berbentuk kolom dengan sirkulasi aliran. Kolom berisi
cairan atau slurry yang terbagi menjadi 2 bagian yaitu raiser dan downcomer. Raiser
adalah bagian kolom yang selalu disemprotkan gas dan mempunyai aliran ke atas.
Sedangkan downcomer adalah daerah yang tidak disemprotkan gas dan mempunyai
aliran ke bawah. Pada zona downcomer atau riser memungkinkan terdapat plate
penyaringan pada dinding, terdapat satu atau dua buah baffle. Jadi banyak sekali
kemungkinan bentuk reaktor dengan keuntungan penggunaan dan tujuan yang
berbeda-beda (Widayat, 2004).
Secara umum reaktor air-lift dikelompokkan menjadi 2, yaitu reaktor airlift
dengan internal loop dan eksternal loop (Christi, 1989; William, 2002). Reaktor air-lift
dengan internal loop merupakan kolom bergelembung yang dibagi menjadi 2 bagian,
riser dan downcomer dengan internal baffle dimana bagian atas dan bawah raiser dan
downcomer terhubung. Reaktor air-lift dengan eksternal loop merupakan kolom
bergelembung dimana riser dan downcomer merupakan 2 tabung yang terpisah dan
dihubungkan secara horizontal antara bagian atas dan bawah reaktor. Selain itu reaktor
air-lift juga dikelompokkan berdasarkan sparger yang dipakai, yaitu statis dan
dinamis. Pada reaktor air lift dengan sparger dinamis, sparger ditempatkan pada riser
dan atau downcomer yang dapat diubahubah letaknya ( Christi, 1989., dan
William,2002).
Secara teoritis reaktor air-lift digunakan untuk beberapa proses kontak gas
cairan atau slurry. Reaktor ini sering digunakan untuk beberapa fermentasi aerob,
pengolahan limbah, dan operasi-operasi sejenis.

Gambar 2.1 Tipe Reaktor Air-Lift

3
P8

Keuntungan penggunaan reaktor air-lift dibanding reaktor konvensional


lainnya, diantaranya :
1. Perancangannya sederhana, tanpa ada bagian yang bergerak
2. Aliran dan pengadukan mudah dikendalikan
3. Waktu tinggal dalam reaktor seragam
4. Kontak area lebih luas dengan input yang rendah
5. Meningkatkan perpindahan massa
6. Memungkinkan tangki yang besar sehingga meningkatkan produk

Kelemahan Reaktor Air Lift antara lain:


1. Biaya investasi awal mahal terutama skala besar
2. Membutuhkan tekanan tinggi untuk skala proses yang besar
3. Efisiensi kompresi gas rendah
4. Pemisahan gas dan cairan tidak efisien karena timbul busa (foamin)
Dalam aplikasi reaktor air-lift terdapat 2 hal yang mendasari mekanisme kerja
dari reaktor tersebut, yaitu hidrodinamika dan transfer gas-cair.

2.2 Hidrodinamika Reaktor

Di dalam perancangan bioreaktor, faktor yang sangat berpengaruh adalah


hidrodinamika reaktor, transfer massa gas-cair, rheologi proses dan morfologi
produktifitas organisme. Hidrodinamika reaktor mempelajari perubahan dinamika
cairan dalam reaktor sebagai akibat laju alir yang masuk reaktor dan karakterisik
cairannya. Hidrodinamika reaktor meliputi hold up gas (fraksi gas saat
penghamburan) dan laju sirkulasi cairan. Kecepatan sirkulasi cairan dikontrol oleh
hold up gas, sedangkan hold up gas dipengaruhi oleh kecepatan kenaikan gelembung.
Sirkulasi juga mempengaruhi turbulensi, koefisien perpindahan massa dan panas serta
tenaga yang dihasilkan.
Hold up gas atau fraksi kekosongan gas adalah fraksi volume fase gas pada
disperse gas-cair atau slurry. Hold up gas keseluruhan (ε).

ε= .....(1)
VL−V ε
dimana : ε = hold up gas
Vε = volume gas (cc/s
VL = volume cairan (cc/s)
Hold up gas digunakan untuk menentukan waktu tinggal gas dalam cairan.
Hold up gas dan ukuran gelembung mempengaruhi luas permukaan gas cair yang
diperlukan untuk perpindahan massa. Hold up gas tergantung pada kecepatan

4
P8

kenaikan gelembung, luas gelembung dan pola aliran. Inverted manometer adalah
manometer yang digunakan untuk mengetahui beda tinggi cairan akibat aliran gas,
yang selanjutnya dipakai pada perhitungan hold up gas (ε) pada riser dan downcomer.
Besarnya hold up gas pada riser dan downcomer dapat dihitung dengan persamaan :

dimana :
ε = hold up gas
εr = hold up gas riser
εd = hold up gas downcomer
ρL = densitas cairan (gr/cc)
ρg = densitas gas (gr/cc)
Δhr = perbedaan tinggi manometer riser (cm)
Δhd = perbedaan tinggi manometer downcomer (cm)
Z = Perbedaan antara taps tekanan
Hold up gas total dalam reaktor dapat dihitung dari keadaan tinggi dispersi
pada saat aliran gas masuk reaktor sudah mencapai keadaan tunak (steady state).
Persamaan untuk menghitung hol up gas total adalah sebagai berikut :

dimana : ε = hold up gas


h0 = tinggi campuran gas setelah kondisi tunak (cm)
hi = tinggi cairan mula-mula dalam reactor
Hubungan antara hold up gas riser (ε r) dan donwcomer (ε d) dapat dinyatakan
dengan persamaan 6 :

dimana : Ar = luas bidang zona riser (cm2)


Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
Sirkulasi cairan dalam reaktor air lift disebabkan oleh perbedaan hold up gas
riser dan downcomer. Sirkulasi fluida ini dapat dilihat dari perubahan fluida, yaitu
naiknya aliran fluida pada riser dan menurunnya aliran pada downcomer. Besarnya
laju sirkulasi cairan pada downcomer (ULd) ditunjukkan oleh persamaan 7 dan laju
sirkulasi cairan pada riser ditunjukan oleh persamaan 8 :

5
P8

dimana :
Uld = laju sirkulasi cairan pada downcomer (cm/s)
LC = panjang lintasan dalam reaktor (cm)
tC = waktu (s)
Dikarenakan tinggi dan volumetric aliran liquid pada raiser dan downcomer
sama, maka hubungan antara laju aliran cairan pada riser dan downcomer yaitu:
Ulr.Ar = Uld.Ad …(8)
dimana : Ulr = laju sirkulasi cairan riser (cm/s)
Uld = laju sirkulasi cairan downcomer (cm/s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
Waktu tinggal tld dan tlr dari sirkulasi liquid pada downcomer dan riser
tergantung pada hold up gas seperti ditunjukan pada persamaan berikut :

dimana :
tlr = waktu tinggal sirkulasi liquid pada riser (s)
tld = waktu tinggal sirkulasi liquid pada downcomer (s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
εr = hold up gas riser
εd = hold up gas downcomer

2.3 Perpindahan Massa

Perpindahan massa antar fase gas-cair terjadi karena adanya beda konsentrasi
antara kedua fase. Perpindahan massa yang terjadi yaitu oksigen dari fase gas ke fase
cair. Kecepatan perpindahan massa ini dapat ditentukan dengan koefisien perpindahan
massa.
Koefisien perpindahan masssa volumetric (KLa) adalah kecepatan spesifik dari
perpindahan massa (gas teradsobsi per unit waktu, per unit luas kontak, per beda
konsentrasi). KLa tergantung pada sifat fisik dari sistem dan dinamika fluida. Terdapat
2 istilah tentang koefisien transfer massa volumetric, yaitu:
1. Koefisien transfer massa KLa, dimana tergantung pada sifat fisik dari cairan dan
dinamika fluida yang dekat dengan permukaan cairan
2. Luas dari gelembung per unit volum dari reaktor

6
P8

3. Ketergantungan KLa pada energi masuk adalah kecil, dimana luas kontak adalah
fungsi dari sifat fisik design geometri dan hidrodinamika.
Luas kontak adalah parameter gelembung yang tidak bisa ditetapkan. Di sisi
lain koefisien transfer massa pada kenyataannya merupakan faktor yang proposional
antara fluks massa dan substrat (atau bahan kimia yang ditransfer), Ns, dan gradient
yang mempengaruhi fenomena beda konsentrasi. Hal ini dapat dirumuskan dengan
persamaan 11 :
N = KLa (C1-C2) …(11)
dimana : N = fluks massa
KLa = koefiesien transfer massa gas-cair (l/detik)
C1 = konsentrasi O2 masuk (gr/L)
C2 = konsentrasi O2 keluar (gr/L)
Untuk perpindahan massa oksigen ke dalam cairan dapat dirumuskan sebagai
kinetika proses, seperti di dalam persamaan 10 :
𝑑𝑐/𝑑𝑡 = 𝐾𝐿𝑎 (𝐶1 − 𝐶) …(12)
dimana: C = konsentrasi udara (gr/L)
Koefisien perpindahan gas-cair merupakan fungsi dari laju alir udara atau
kecepatan superfitial gas, viskositas, dan luas area riser dan downcomer/geometric
alat.
Pengukuran konstanta perpindahan massa gas-cair dapat dilakukan dengan
metode sebagai berikut :
1. Metode OTR-Cd
Dasar dari metode ini adalah persamaan perpindahan massa (persamaan 12)
semua variabel kecuali K0A dapat terukur. Ini berarti bahwa dapat digunakan
dalam sistem kebutuhan oksigen, konsentrasi oksigen dari fase gas yang masuk dan
meninggalkan bioreaktor dapat dianalisa.
2. Metode Dinamik
Metode ini berdasarkan pengukuran C0i dari cairan, deoksigenasi sebagai
fungsi waktu, setelah aliran udara masuk. Deoksigenasi dapat diperoleh dengan
mengalirkan oksigen melalui cairan atau menghentikan aliran udara, dalam hal ini
kebutuhan oksigen dalam fermentasi.
3. Metode Serapan Kimia
Metode ini berdasarkan reaksi kimia dari absorbsi gas (O2, CO2) dengan
penambahan bahan kimia pada fase cair (Na2SO3, KOH). Reaksi ini sering
digunakan pada reaksi bagian dimana konsentrasi bulk cairan dalam komponen gas
= 0 dan absorpsi dapat mempertinggi perpindahan kimia.
4. Metode Kimia OTR-C0i

7
P8

Metode ini pada dasarnya sama dengan metode OTR-Cd. Namun, seperti
diketahui beberapa sulfit secara terus-menerus ditambahkan pada cairan selama
kondisi reaksi tetap dijaga pada daerah dimana nilai C0i dapat diketahui. C0i dapat
diukur dari penambahan sulfit. Juga reaksi konsumsi oksigen yang lain dapat
digunakan.
5. Metode Sulfit
Metode ini berdasarkan pada reaksi reduksi natrium sulfit. Mekanisme reaksi
yang terjadi : Reaksi dalam reaktor :
Na2SO3 + 0.5 O2 → Na2SO4 + Na2SO3 (sisa)
Reaksi saat analisa :
Na2SO3 (sisa) + KI + KIO3 → Na2SO4 + 2KIO2 + I2 (sisa)
I2 (sisa) + 2 Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2NaI
Mol Na2SO3 mula-mula (a)
= 𝑁 𝑁𝑎2𝑆𝑂3 / 𝑒𝑞 𝑥 𝑉 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
Mol I2 excess (b)
= 𝑁 / 𝐾𝐼 𝑒𝑞 𝑥 𝑉 𝐾𝐼
Mol Na2SO3 sisa (c)
= 𝑏 – 1 / 2 (𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 / 𝑒𝑞 𝑥 𝑉 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3)
Mol O2 yang bereaksi (d)
= 1 / 2 𝑥 (𝑎 − 𝑐)
O2 yang masuk reaktor (e)
= 𝑑 𝑥 𝐵𝑀 𝑂2 / 𝑡60
Koefisien transfer massa gas-cair (KLa)
𝐾𝐿𝑎 = 𝑒 / 0,008

2.4 Kegunaan Hidrodinamika Reaktor dalam Industri


Berikut ini beberapa proses yang dasar dalam perancangan dan operasinya
menggunakan prinsip hidrodinamika reaktor :
1. Bubble Column Reactor
Contoh aplikasi bubble column reactor antara lain :
a. Absorbsi polutan dengan zat tertentu (missal CO2 dengan KOH)
b. Untuk bioreactor
2. Air-lift Reactor
Contoh aplikasi air-lift reactor antara lain :

a. Proses produksi laktase (enzim lignin analitik yang dapat mendegradasi


lignin) dengan mikroba

8
P8

b. Proses produksi glucan (polisakarida yang tersusun dari monomer glukosa


dengan ikatan 1,3 yang digunakan sebagai bahan baku obat kanker dan
tumor) menggunakan mikroba.
c. Water treatment pada pengolahan air minum.
d. Pengolahan limbah biologis.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan yang digunakan

3.1.1 Bahan

9
P8

o Glukosa Anhidrit
o Tepung tapioka
o NaOH
o HCl
o Indikator MB
o Fehling A
o Fehling B
o Aquadest

3.1.2 Alat
o Gelas Arloji
o Beaker Glass
o Erlenmeyer
o Gelas Ukur
o Buret, Statif. Dan Klem
o Rotameter
o Inverted manometer
o Pipet tetes
o Sparger
o Tangki cairan
o Kompresor
o Reaktor
o Sendok Reagen
o Picnometer

3.2 Gambar Rangkaian Alat

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Hidrodinamika Reaktor

3.3 Prosedur Praktikum


3.3.1 Pembuatan Starter

10
P8

a. Mula-mula persiapkan sari buah belimbing untuk bahan starter. Dengan


mempersiapkan Sari buah belimbing yang telah bebas dari ampas
sebanyak 900 ml.
b. Sari buah disterilkan dengan cara dididihkan. Adonan didinginkan
sampai suhu kamar.
c. Sari buah sebanyak 300 mL pada masing-masing starter ditambahkan
KH2PO4 0.0133 gram, MgSO4 0.0133 gram, dan urea 0,12 gram sebagai
nutrient.
d. pH diatur 5.
e. Ragi/fermipan starter A 0,25 gram, starter B 1,25 gram, dan starter C
2,125 gram ditambahkan ke dalam larutan tersebut.
f. Jumlah yeast dan densitas dalam larutan dihitung setiap hari selama 2
hari sampai dengan konstan.
3.3.2 Pengukuran Variabel Respon
A. Metode Perhitungan Yeast
Cara perhitungan jumlah Mikroorganisme dengan Hemositometer
1) Sampel sebanyak 1 mL diencerkan 100x.
2) Samperl diteteskan pada meja hemositometer.
3) Hemositometer diletakkan pada mikroskop.
4) Gambar/preparat dicari dengan mengatur perbesaran
5) Jumlah yeast dihitung pada ruang hemositometer
6) Jumlah yeast/mikroorganisme dihitung dengan mengalikan faktor
pengenceran

Gambar 3.11 Tampilan Hemositometer Menggunakan Mikroskop


Jumlah Mikroorganisme per sampel:
1
x fp x total volume starter x ∑ jumlah sel
80 x 25. 10−5 x 10−3

11
P8

B. Analisis Densitas
1) Timbang berat piknometer kosong
2) Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh
3) Timbang piknometer berisi sampel
Berat picnometer berisi sampel−berat picnometer kosong
Densitas=
volume picnometer

3.3.3 Analisa Hasil


A. Persiapan Sari Buah
1) Mula-mula persiapkan sari buah belimbing untuk bahan starter.
Dengan mempersiapkan Sari buah belimbing yang telah bebas dari
ampas.
2) Sari buah disterilkan dengan cara dididihkan.
3) Adonan didinginkan samapi suhu kamar, lalu diatur pH 5.
4) Penentuan kadar glukosa substrat (lakukan metode analisis gula).
Kadar glukosa substrat sebelum fermentasi disesuaikan. Bila %SB
> %sari buah yang diinginkan perlu diencerkan:
%SB x V SB x ρSB
%Sari buah= x 100 %
( Vaq x ρaq )+(V SB x ρSB)
Bila %SB < %sari buah yang diinginkan perlu ditambah sukrosa:
180 X +(%SB x V SB x ρSB)
%Sari buah= x 100 %
342 X +(V SB x ρSB)
Berat sukrosa = X mol . 342 gr/mol = Y gram
Y gram dilarutkan ke dalam substrat tersebut.
B. Fermentasi Media Sari Buah
1) Substrat yang telah diatur kadar glukosanya diambil.
2) Substrat ditambahkan starter 20 ml.
3) Fermentasi anaerob selama 5 hari.
4) Lakukan analisan glukosa dan pengukuran densitas sebelum dan
sesudah fermentasi.
3.3.4 Metode Analisis Glukosa
A. Analisis Glukosa Standar
1) Pembuatan glukosa standar dengan melarutkan 1.25 gram glukosa
anhidrit pada 500 mL aquadest dalam labu takar.
2) Standarisasi kadar glukosa
a. 5 mL glukosa standar, diencerkan sampai 100 mL, diambil 5
mL, dinetralkan pHnya.

12
P8

b. Larutan ditambahkan 5 mL fehling A dan 5 mL fehling B.


c. Larutan dipanaskan hingga 60OC s.d. 70OC
d. Larutan dititrasi dengan glukosa standar sambal dipanaskan
60OC – 70OC sampai warna biru hampir hilang, ditambahkan 2
tetes MB.
e. Larutan dititrasi lagi dengan glukosa standar sambal dipanaskan
60OC – 70OC sampai warna biru menjadi merah bata.
f. Kebutuhan titran dicatat volumenya
F = V titran
B. Mengukur Kadar Glukosa Sari Buah
1) Ukur densitas sari buah
2) Cari M
a. 5 ml sari buah belimbing, diencerkan hingga 100 ml, diambil 5
ml dan dinetralkan pHnya
b. Larutan ditambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B,
ditambahkan 5 ml glukosa standar yang telah diencerkan
c. Larutan dipanaskan hingga 60OC s.d. 70OC.
d. Larutan dititrasi dengan glukosa standar sambal dipanaskan
60OC s.d. 70OC, sampai warna biru hampir hilang, lalu
ditambahkan 2 tetes MB
e. Larutan dititrasi lagi dengan glukosa standar sambal dipanaskan
60OC s.d. 70OC sampai warna biru menjadi merah bata.
f. Kebutuhan titran dicatat volumenya
M = V titran
g. Kadar glukosa sari buah diukur dengan rumus berikut:
Vtotal Vpengenceran
( F−M ) x x
Vtitrasi V yang diambil
%SB= x 100 % x 0.0025
V total x ρ
A. Analisis Densitas
1) Timbang berat piknometer kosong
2) Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh
3) Timbang piknometer berisi sampel
Berat picnometer berisi sampel−berat picnometer kosong
Densitas=
volume picnometer

13
P8

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Baarri, Mulyani. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol,
pH, dan Produksi Gas Pada Proses Fermentasi Bioetanol Dari Whey Dengan
Substitusi Kulit Nanas. Program Studi Teknologi Pangan. Universitas
Diponegoro: Semarang.
Campbell, Neil, dkk. 2002. Biologi Jilid 1. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Chanifah U. 2014. Uji Kelayakan Starter Fermentasi Pakan Berbahan Ekstrak Limbah
Sayur Fermentasi (ELSF) dan Cairan Rumen Dilihat dari Keberadaan Coliform
dan Salmonella. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro:
Semarang.
Dutta. 2008. Fundamental of Biochemical Engineering. Amity Institute of
Biotechnology Lucknow: India.
Galih A. 2008. Pengaruh Penambahan Gula Pasir Terhadap Kadar Alkohol dan Kadar
Vitamin C Pada Pembuatan Sari Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola)
yang Difermentasikan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta: Surakarta.
Hamdiyati. 2010. Pertumbuhan dan Pengendalian Mikroorganisme II. Program Studi
Biologi Fakultas MIPA. Universitas Udayana: Bali.
Khodijah dan, Abtokhi. 2015. Analisis Pengaruh Variasi Persentase Ragi
(Saccharomyces cerivisiae) dan Waktu Pada Proses Fermentasi Dalam
Pemanfaatan Duckweed (Lemna minor) Sebagai Bioetanol. Jurusan Fisika,
Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Maliki: Malang.
Marhusari. 2009. Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam
Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel.
Departemen Kimia Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara: Medan.
Menegristek. 2000. Belimbing (Averrhoa carambola). Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi:
Jakarta.
Muin, Roosdiman, dkk. 2015. Pengaruh Waktu Fermentasi dan Konsentrasi Enzim
Terhadap Kadar Bioetanol dalam Proses Fermentasi Nasi Aking Sebagai
Substrat Organik. Universitas Sriwijaya: Palembang.
Oktarina. 2008. Penapisan dan Uji Aktivitas Bakteri Alkalo Termofilik Penghasil
Xilanase. Fakultas Matematika dan IPA. Universitas Indonesia: Depok.
Said, Muhammad, dkk. 2014. Sintesis Bioalkohol dari Jerami Padi (Oryza Sativa L)
Melalui Fermentasi. Universitas Tadulako: Palu.
Senam. 2009. Prospek Bioetanol Sebagai Bahan Bakar yang Terbarukan dan Ramah
Lingkungan. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.
Setyo dan Yulianti. 2009. Membuat Aneka Roti. Penebar Swadaya: Jakarta.

14
P8

Sulistiyanto. 2015. Jumlah Bakteri Asam Laktat (BAL) Dalam Digesta Usus Halus dan
Sekum Ayam Boiler yang Diberi Pakan Ceceran Pabrik Pakan yang
Difermentasi. Program Studi Peternakan. Universitas diponegoro: Semarang.
Sutanto, Jaya, dan Mulyanto. 2013. Analisa Pengaruh Lama Fermentasi dan
Temperatur Distilasi Terhadap Sifat Fisik (Specific Gravity dan Nilai Kalor)
Bioetanol Berbahan Baku Nanas (Ananas comosus). Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik. Universitas Mataram: Mataram.
Utama, Legowo, dan Baarri. 2013. Produksi Alkohol, Nilai pH, dan Produksi Gas Pada
Bioetanol Dari Susu Rusak Dengan Campuran Limbah Cair Tapioka. Program
Studi Peternakan. Universitas Diponegoro: Semarang.
Valim, Oliveira, Kamimura, Alves, dan Maldonado. 2016. Production of Star Fruit
Alcoholic Fermented Beverage. J. Microbiology: India.
Wahono, Damayanti, dan Rosyida. 2011. Laju Pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae
Pada Proses Fermentasi Pembentukan Bioetanol Dari Biji Sorgum (Sorghum
bicolor L). UPT BPPTK – LIPI: Yogyakarta.
Waluyo. 2011. Isolasi Mikroba Pseusomonas pseudomallei dan Klebsiella ozaenae.
Program Studi Kimia Fakultas MIPA. Universitas Islam Negeri Maulana Maliq
Ibrahim: Malang.
Wulandari. 2016. Analisis Karbohidrat (Gula Reduksi). Fakultas Matematika dan IPA.
Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Yanti, Kharista, dan Yotiani. 2013. Pembuatan Bioetanol Dari Biji Nangka. Prodi
Pendidikan IPA (Kimia). Universitas Negeri Semarang: Semarang.
Yumas dan Rosniati. 2014. Pengaruh Konsentrasi Starter dan Lama Fermentasi Pulp
Kakao Terhadap Konsentrasi Etanol. Balai Besar Industri Hasil Perkebunan:
Makassar.
Zely. 2014. Pengaruh Waktu dan Kadar Saccharomyces cerevisiae Terhadap Produksi
Etanol Dari Serabut Kelapa Pada Proses Sakarifikasi dan Fermentasi Simultan
Dengan Enzim Selulase. Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Matematika
dan IPA. Universitas Bengkulu: Bengkulu.

15

Anda mungkin juga menyukai