Anda di halaman 1dari 53

Penggunaan dan Teknik

Produksi Pakan Alami:


Rotifera

Alih Jenjang D4 Bidang Studi Akuakultur 2009


AKUAKULTUR
Masalah :
 Teknik kultur (managemen induk, grow-out)
 Disease control
 Ketersediaan dan strategi pemberian pakan
Larvikultur produksi larva ikan dengan kualitas dan kuantitas tinggi
masalah : tingkat kematian larva ikan tinggi
(sistem pencernaan ‘primitif’ dan ketersediaan pakan buatan )

Penggunaan pakan alami / ‘live food’ (Rotifera : Brachionus plicatilis)


 Kandungan nutrisi yang tinggi dan sesuai bagi larva ikan
 Toleransi hidup terhadap lingkungan yang tinggi
 Laju reproduksi tinggi (0,7 – 1,4 kali / rotifera/ hari)
 Dapat diproduksi masal (partenogenetik)
 Ukuran tubuh sesuai dengan ukuran mulut larva ikan
 Mobilitas rendah
 Autolisis (mudah diserap oleh pencernaan larva ikan)
 Tingkat pencemaran terhadap air kultur rendah
Klasifikasi Rotifera Strain -L

Kingdom : Animalia
Filum : Rotifera
Kelas : Eurotatoria
Ordo : Ploima
Famili : Brachionidae
Genus : Brachionus
Spesies : Brachionus plicatilis

Ukuran : 130 - 340 µm

(Fukusho, 1982)
Morfologis B. plicatilis

Corona
Mastax
Lorica

Lambung

Ovarium

Vesica
urinaria Penis

Telur
Pedal
Foot gland

B. plicatilis betina dan jantan Rotifera dengan resting egg


Reproduksi / Siklus Hidup B. plicatilis

Reproduksi B. plicatilis (Sorgeloos & Lavens, 1996)


GAMBARAN UMUM
 Digunakan sebagai pakan alami untuk proses larvikultur
beberapa spesies ikan (kerapu,kakap) dan crustacea

 KeuntunganRotifer excellent
penggunaan rotifera : first food for fish larvae

Mass production Reproduction the su

Size
Mobility

Tolerance

Bioencapsulation
Perilaku Makan

- Omnivora

- Memakan semua partikel organik yang ukurannya sesuai


dengan ukuran mulutnya.

- Jenis makanan  mikroalga, bakteri, ragi, protozoa, perifiton,


tannoplankton, detritus.
Tipe Ukuran Tubuh Rotifera

 Large (L-type) rotifers (Brachionus


plicatilis) panjang lorika berkisar
antara 200-360 µm, dan berbentuk
obtuse angled spines
 Small (S-type) rotifers (Brachionus
rotundiformis), panjang lorika
berkisar 150-220 µm, dan
berbentuk pointed spines.
 Super small (SS-type) rotifers
- panjang lorika 70-160µm,
- dipilih untuk dijadikan pakan
pertama bagi larva ikan bermulut
kecil (kerapu).
- spesiesnya tidak berbeda dengan
spesies S-type rotifers
(Brachionus rotundiformis), hanya
ukurannya yang lebih kecil dari S-
SS-type rotifer
type rotifers perbesaran 100x
Peningkatan produksi akuakultur dari sektor perikanan
- Eropa
- Asia Kerapu
Kakap

Pakan alami (Life Feed)

Rotifera (Brachionus plicatilis)

Permasalahan kultur :
- kesulitan dalam produksi rotifera dalam jumlah banyak
- rendahnya kualitas rotifera yang dihasilkan
- tingginya biaya operasional dalam produksi masal rotifera.
Masalah :

 Penggunaan (dari segi nutrisi, tingkat higienis kultur)


 Teknik Kultur :
Produksi rotifera Brachionus plicatilis umumnya masih dilakukan
dengan sistem kultur statis / konvensional (sistem Batch)

- Produktivitas relatif rendah


- Tidak ada perlakuan dalam menjaga kualitas air
- Sistem kultur belum baku

Penggunaan sistem resirkulasi


Sistem Resirkulasi
Sistem kultur dimana secara kontinu terjadi
pengambilan sejumlah air dari sistem untuk kemudian
dimasukkan kembali ke dalam sistem setelah diberi
suatu perlakuan tertentu (secara fisik, kimiawi atau
biologis), umumnya untuk menghilangkan limbah dalam
kultur sehingga kualitas air kultur dapat terjaga / tetap
stabil bagi organisme kultur.
(Midlen & Redding, 2000)

Biofilter :
- Filter hidup yang terdiri dari media tempat bakteri dapat
hidup (Helfrich dan Libey, 2003).
- Tempat kolonisasi bakteri nitrifikasi dan tempat
terjadinya detoksifikasi amonia
(Tetzlaff dan Heidinger, 1990).
NITRIFIKASI :

• Proses oksidasi amonia menjadi nitrat


• 2 grup bakteri yang berbeda :
1. bakteri pengoksidasi amonium (Nitrosomonas)
2. bakteri pengoksidasi nitrit (Nitrobacter)

NH4+
NH4+
NO3-

NO2-
NO2-

Perubahan Nitrogen selama Proses Nitrifikasi


(Sawyer dan McCarty, 1978 dalam Effendi, 2003).
1. SISTEM STATIK (BATCH)

Tampak depan Tampak atas

selang aerasi
2. SISTEM RESIRKULASI
Skema sistem resirkulasi

Flow rate = 0,12 mL/s (~ 100% per hari)

Tangki kultur rotifera (triplo) ‘Settlement Tank’ ‘Protein Biofilter


Skimmer‘

P : Pompa : Aliran air sebelum treatment : Aliran air setelah treatment

Sistem kultur resirkulasi (modifikasi dari Suantika et.al., 2000)


Sistem kultur resirkulasi

a
b

Keterangan :
a = tangki kultur rotifera
b = settlement tank
c = biofilter bakteri nitrifikasi
d = protein skimmer
e = tangki pakan
d
a c

b
Keterangan :
a a = filter screen (30µm)
b = selang pakan
c = selang aerasi
d = selang inlet
b
c

Keterangan :
a = filter screen (30µm)
b = batu aerasi
c = pipa outlet

b
Keterangan :
a = pompa
b = selang outlet
Tampak Atas

a
b
c

Biofilter Protein
Skimmer
Keterangan :
a = saluran inlet biofilter
b = selang aerasi
c = substrat bakteri nitrifikasi (35 kg CaCO3)
(ukuran 3-18 mm; berat 0,01-2,5 g)
Protein Skimmer
Alat filtrasi (tabung) yang berfungsi untuk
memisahkan materi organik terlarut dalam air
dengan cara pengapungan melalui jasa
gelembung-gelembung udara yang ditiupkan
kedalam suatu kolom air.

Prinsip kerja :
Air kultur masuk ke dalam tabung protein
skimmer lalu diberikan aerasi dengan kekuatan
tinggi sampai ke dasar tabung, sehingga tercipta
gelembung-gelembung udara. Pada gelembung-
gelembung udara yang dihasilkan inilah terjadi
penempelan materi organik terlarut yang
kemudian naik ke permukaan air dalam tabung,
kemudian saling bersatu membentuk buih/busa
dan dapat dipisahkan dari kolom air untuk
kemudian dibuang keluar dari tabung.
Kondisi Kultur

 B. plicatilis dikultur dalam air laut  Parameter kualitas air :


dengan volume total 10 L dan
kepadatan awal 20 ind /mL - Fisika :
 Diberi aerasi (200 mL/ menit) 1. Salinitas
2. Oksigen terlarut (DO)
 Suhu : 25 ± 1oC 3. Suhu
4. pH
 Salinitas : 30 ± 1 ppt
- Kimia :
 Diberi pakan (ragi) 0,45 g /106 ind/ hari 1. Kadar amonium
2. Kadar nitrit
 Dihitung kepadatan (ind/mL) 3. Kadar nitrat
diukur setiap hari
 Dihitung jumlah telur
- Biologi : Total Bacteria Count
diukur pada awal, tengah
dan akhir periode kultur
Pengukuran faktor fisika - kimia air

Salinitas Diukur dengan Refractometer


merk ATAGO tipe S/Mill-E

Oksigen Terlarut (DO) Diukur dengan menggunakan


dan Suhu DO-meter Extech model 407510

pH Diukur dengan pH-meter merk


Oakton

Kadar Amonium Diukur dengan (HACH-


spektrofotometer) metode Nessler-
spektrofotometri

Kadar Nitrit Diukur dengan metode Diazotasi-


spektrofotometri
Kadar Nitrat Diukur dengan metode Brusin-
spektrofotometri
Penghitungan Total Bacteria Count (TBC)

‘ Serial Dilution ‘

1mL sampel air +


9mL NaCl 85% +9mL NaCl 85% +9mL NaCl 85% +9mL NaCl 85% +9mL NaCl 85%

Pengenceran 101 Pengenceran 102 Pengenceran 103 Pengenceran 104 Pengenceran 105

1 mL
Pour Plate

Penghitungan Jumlah Bakteri


(antara 30-300 koloni)

Back
2. SISTEM RESIRKULASI

Pengkondisian Biofilter Bakteri Nitrifikasi

Kultur Bakteri Nitrifikasi


(105 CFU/mL)

inokulasi

Biofilter
(substrat : kerikil CaCO3)

Penambahan NH4Cl

25 ppm 50 ppm 100 ppm


SISTEM KULTUR

Terdapat beberapa sistem yang digunakan dalam


produksi kultur Rotifera, antara lain :

 Sistem Statis
 Sistem semi kontinyu (Semi-continuous system)
 Sistem Kultur Berkepadatan Sangat Tinggi
(Ultra-high density system)
 Sistem Resirkulasi Akuakultur
Pengembangan dalam Sistem Kultur

 Kultur Statis (Batch Culture)


- ragi + alga
- pasta alga
- penggunaan pakan buatan

 Semi-continuous & Continuous culture


- ultra high density
- Yoshimura et al.

 Resirkulasi
(ARC, UGent)
Sistem Statis (Batch)

 Umumnya diinokulasikan pada kepadatan awal


50-200 ind/mL
 Kelebihan mudah untuk dilakukan
 Kekurangan 
- Bersifat ekstensif
- Membutuhkan ruang yang luas
- Kualitas air tidak terjaga
-Kualitas dan kuantitas tidak stabil
Skema Kultur Statis (Batch culture)
Peristaltic pump

Cold storage (4oC)


Air line

Air line
Food line

Air-water-lift
Heater

Air stone

Rotifer tank
Kepadatan B. plicatilis

Hari Kepadatan Brachionus plicatilis (ind/mL) pada


ke- sistem Batch, Resirkulasi Tahap I
dan Resirkulasi Tahap II
300
Sistem Batch Sistem Resirkulasi Batch
hari 0-5 hari 5-10 Pakan=0,45 g Pakan=0,60g 250
Resirkulasi I
Resirkulasi II
0 20 ± 0 a 20 ± 0 a 20 ± 0 a
200
1 24 ± 4 a 33 ± 11 b 30 ± 5 ab

Kepadatan (ind/mL)
2 32 ± 6 a 42 ± 13 a 62 ± 22 b 150

3 42 ± 7 a 62 ± 7 a 108 ± 35 b
100
4 52 ± 6 a 76 ± 10 a 153 ± 53 b
5 50 ± 6 a 20 ± 0 92 ± 22 b 206 ± 33 c 50

6 21 ± 5 98 ± 16 a 223 ± 41 b
0
7 29 ± 7 109 ± 19 a 236± 39 b 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

8 42 ± 7 118 ± 19 a 241 ± 39 b Hari ke-


9 55 ± 8 121 ± 17 a 213 ± 29 b
Grafik Pertumbuhan Kultur B. plicatilis pada
10 51 ± 6 116 ± 16 a
sistem Batch, Resirkulasi Tahap I dan
* Huruf yang sama pada satu baris menunjukkan nilai Resirkulasi Tahap II
rata-rata yang tidak berbeda secara signifikan (P>0,05)
12
8,5
10
8
8
DO (mg/L)

pH
7,5

4
Batch 7 Batch
2 Resirkulasi I Resirkulasi I
Resirkulasi II Resirkulasi II
0 6,5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari ke- Hari ke-

4,5
Batch 0,3
4 Batch
Resirkulasi I Resirkulasi I
3,5 Resirkulasi II Resirkulasi II

[ NO2- ] (ppm)
[ NH4+ ] (ppm)

3 0,2
2,5
2
1,5 0,1
1
0,5
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari ke- Hari ke-

7
Batch
6 Resirkulasi I
5
Resirkulasi II
[ NO3- ] (ppm)

4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hari ke-

Hasil pengukuran a) DO b) pH c) NH4+ d) NO2- e) NO3- pada sistem Batch,


sistem resirkulasi tahap I dan sistem resirkulasi tahap II
Pakan optimum  Nannochloropsis sp. dengan konsentrasi 107 sel/mL

450
Kepadatan (ind.mL -1)
400
407 ind/ml
350
300 105
250 106
200 107

150 108

100
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Hari ke

Kepadatan B. plicatilis dengan pemberian pakan


Nannochloropsis sp. dengan konsentrasi yang berbeda
Rendahnya produktivitas sistem Batch  Akumulasi Amonium
~ Cekaman yang tinggi pada kultur

Untuk mengatasi dengan memanipulasi nitrifikasi  menambahkan


bakteri nitrifikasi dalam kultur rotifera  ditambahkan 24 jam setelah
stocking rotifers

Pengatur aerasi

Selang aerasi

Plastik hitam

Rangkaian sistem Batch tanpa


penambahan bakteri nitrifikasi Rangkaian sitem Batch dengan penambahan bakteri nitrifikasi
(menggunakan bola polipropilen dan tekstil sebagai substrat)
HASIL

600

500 515 ind/mL


jumlah (ind/ml)

400
kontrol
300 bola
kain
200

100

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
hari ke

Kepadatan B. plicatilis dengan inokulasi bakteri nitrifikasi


dan penambahan substrat yang berbeda
Parameter Fisika-Kimia
Parameter Fisika-Kimia
7

6 8,5
9

5 8
DO (mg/L)

4 7,5

pH
7 kontrol
3
kontrol 6,5 polipropilen
2
polipropilen 6 kain
1 kain
5,5
0
5
0 1 2 3 hari ke 4 5 6 7 8
0 1 2 3
hari ke 4 5 6 7 8

7 0,5
kontrol
6 kontrol
polipropilen 0,4
polipropilen
5 kain

[NO2-] (ppm)
[NH4+] (ppm)

kain
0,3
4

3 0,2

2
0,1
1
0
0
0 1 2 3 hari ke 4 5 6 7 8 0 1 2 3 hari ke 4 5 6 7 8

300
kontrol
250
polipropilen
[NO3-] (ppm)

200 kain

150

100

50

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
hari ke

Hasil pengukuran a) DO b) pH c) NH4+ d) NO2- e) NO3- pada kultur B. plicatilis dengan inokulasi bakteri
nitrifikasi dan penambahan substrat yang berbeda
Sistem Kultur Berkepadatan Sangat Tinggi
(Ultra-high density system)

 Rotifera dikultur dengan metode statis  kepadatan awal 10.000


ind/mL dalam tangki berukuran 1 m3  diberi pakan Chlorella air
tawar berkepadatan tinggi (concentrated freshwater Chlorella).

 Kepadatan akhir kultur B. plicatilis  20.000 - 40.000 ind/mL setelah
2 hari periode kultur.

 Kelebihan :
- jumlah tenaga kerja sedikit
- area kultur yang lebih kecil
- produktivitas tinggi dan konsisten sepanjang tahun

 Kekurangan :
- sistem yang sangat rumit
- membutuhkan biaya investasi yang tinggi (Yoshimura et.al.,1995).
Sistem semi kontinyu
(Semi-continuous system)

 Kepadatan B. plicatilis dijaga konstan dengan


pemanenan secara periodik.

 Metode yang digunakan  metode perampingan


(thinning method)  25% volume kultur dipanen
setiap hari, kemudian kultur ditambah medium
yang baru dengan volume yang sama
(Girin & Devauchele (1974)
Jumlah Bakteri pada Air Kultur Rotifera
(CFU.mL-l)

Control Ozone
Marine agar TCBS Marine agar TCBS
Rotifer culture 9.0  104 1.8  103 2.7  104 1.1  103

Protein skimmer 1.0  105 5.4  102 <30 <30


Bacterial Counting

CFU/ml

Day Sample MA TCBS


culture 3.4  106 1.6  105
7 after protein skimmer 1.8  105 2.2  104
after biofilter 1.4  105 3.5  103

culture 3.4  106 3.8  104


15 after protein skimmer 4.1  105 3.5  103
after biofilter 4.9  105 0

culture 2.3  105 3.0  104


23 after protein skimmer 2.8  104 5.5  103
after biofilter 3.5  104 0

Batch (4 days culture period) 7.3 × 106


Changes in bacterial communities in rotifer cultures (DGGE)
recirculation technique

Week 1 Week 2 Week 3 Week 4


Nutritional content of harvested rotifers

Protein DHA EPA DHA/EPA (n-3) HUFA


(%) (mg.g-1 DW) (mg.g-1DW) (mg.g-1 DW)

1stday harvest 55.6  0.9 2.5 4.8 0.52 10.1

6thday harvest 52.3  1.1 3.0 4.8 0.63 10.3

11thday harvest 56.8  2.2 3.5 5.4 0.64 10.4

16th day harvest 51.2  1.2 3.1 4.7 0.66 10.0

tch : (n-3) HUFA = 9.0 mg.g-1 DW (De wolf et al., 1998)


100 µm 100 µm

floccules& debris lorica

floccules

Batch Resirkulasi
Estimasi Biaya

Sistem Batch Sistem Resirkulasi


Lain2
Depresiasi 4% others
Lain2
10% Depresiasi 4%
10%

Pakan 51%
21% Biaya Pakan Biaya
Investasi 27% Investasi
27%
51% 52%

SDM SDM
7%
14%
Gambaran Penggunaan Rotifera pada
Larvikultur Kerapu dan Kakap

 Pakan pertama bagi larva kakap dan kerapu yang baru


menetas  Super small-strain (SS-type) rotifers
(Brachionus sp.), atau S-type rotifers dengan ukuran
<90µm

 Small-strain(S-type) rotifers (Brachionus rotundiformis)


are too large for newly hatched grouper larvae to ingest.

 S-type rotifers diberikan pada larva D7


Penggunaan pakan alami pada setiap tingkatan benih
kerapu macan dan kakap

Umur Jenis pakan Dosis


D1 Fitoplankton 200.000-300.000 sel/mL
D3-D20 Rotifera 5-10 ind/mL
D15-D30 Nauplii artemia 1-2 ekor/mL
D25-D35 Artemia muda 3-5 ekor/mL
D35-D40 Artemia dan jembret 10-20 ekor/mL
Penggunaan pakan alami
pada setiap tingkatan benih kakap

Umur Jenis pakan Dosis


D1-D12 Rotifera 15 - 20 ind/mL
D12-D15 Rotifera + Artemia 0.5 - 2 ind/mL
(cladocerans~Moina dan Diaphanosoma)
D15- D26 Artemia 5-10 ind/mL
(harvest)
Enrichment/Bioencapsulation
Enrichment Rotifera
 Penambahan kandungan nutrisi pada rotifera

 Teknik Enrichment n-3 HUFAs


1. mikroenkapsulasi minyak yang mengandung n-3 HUFAs
dalam konsentrasi tinggi
2. emulsified marine oils rich in omega-3 HUFAs
3. mikroalga (Nannochloropsis occulata dan Isochrysis galbana)

 Teknik Enrichment vitamin C


- pemberian pakan dengan baker’s yeast (150mg vit.C/g-1DW)
- pemberian pakan dengan Chlorella (2300mg vit.C/g-1 DW)

 Teknik Enrichment protein


Pemberian Protein Selco®  konsentrasi 125 mg.L-1 air laut
sebanyak 2 kali dengan selang waktu 3-4 jam.
Scheme of rotifer production using artificial diet
(Culture Selco)
Proses penambahan emulsi enrichment ke dalam tanki kultur rotifera
Kerapu

Kakap
TERIMA KASIH
Biofilter aeration

BACK
Nylon
Filter

Air water
lift
BACK

Anda mungkin juga menyukai