Anda di halaman 1dari 4

Kasus Korupsi E-KTP Aspek Hukum & Ekonomi

Nama Kelompok :

Adisti Anggraeni Putri (20215155)

Hadiyanto (22215978)

Putri Kladia Khairunnisa (25215448)

Reza Gilang Pradewa (25215829)

Penjabaran Singkat Kasus Mega Korupsi E-KTP :

Kasus KTP elektronik alias e-KTP sudah lama bergulir. Kasus ini diduga merugikan negara lebih dari Rp2
triliun. Bahkan, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) menilai, kasus korupsi ini adalah kasus paling
serius. Dua tersangka dari Kementerian Dalam Negeri sudah ditetapkan sebagai tersangka. Konsorsium
PT PNRI memenangkan tender dengan penawaran harga Rp5,8 triliun. Padahal, para pesaingnya
mengajukan penawaran lebih rendah, antara Rp4,7 triliun- Rp4,9 triliun. KPK juga memeriksa banyak
pihak. Termasuk para anggota Komisi II DPR, periode 2009-2014.

Bagaimana kronologinya kasus korupsi E-KTP?

Sejak Undang-undang nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Penduduk disahkan, data penduduk
harusnya sudah dibangun. Kementerian Dalam Negeri bertanggung jawab atas administrasi
kependudukan ini. Lelang e-KTP ini dimulai pada 2011. Terpidana korupsi M Nazaruddin bahkan
membeberkan, pengaturan lelang ini sudah berlangsung sejak Juli 2010.

Akhirnya, pada Juni 2011, Kementerian Dalam Negeri mengumumkan Konsorsium PT PNRI sebagai
pemenang dengan harga Rp5,9 triliun. Konsorsium ini terdiri dari Perum PNRI, PT Sucofindo (Persero),
PT Sandhipala Arthapura, PT Len Industri (Persero), PT Quadra Solution). Mereka menang setelah
mengalahkan PT Astra Graphia yang menawarkan harga Rp6 triliun. Tapi banyak pihak menilai janggal
munculnya pemenang.

Dalam proses lelang, menurut ICW (Indonesian Corruption Watch) ada kejanggalan. Tiga hal yang
janggal menurut ICW adalah post bidding, penandatanganan kontrak pada masa sanggah banding, dan
persaingan usaha tidak sehat. Post bidding adalah mengubah dokumen dokumen penawaran setelah
batas akhir pemasukan penawaran. Selain itu, LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/jasa
Pemerintah) menilai, kontrak itu ditanda tangani saat proses lelang tengah disanggah, oleh dua peserta
lelang, Konsorsium Telkom dan Konsorsium Lintas Bumi Lestari.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan ada persekongkolan dalam tender penerapan
KTP Berbasis NIK Nasional (e-KTP) Tahun 2011-2012. Pelakunya, menurut KPPU adalah Panitia Tender,
Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI), dan PT Astra Graphia Tbk. Dalam putusan tersebut,
majelis KPPU membeberkan bentuk-bentuk persekongkolan yang dilakukan antara PNRI dan Astra
Graphia. Persengkokolan juga dijalin dengan panitia lelang.

KPK mulai menelusuri dugaan korupsi pada 22 April 2014. Komisi menetapkan “S”, mantan Direktur
Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Ditjen Dukcapil Kemendagri sebagai tersangka. Enam
bulan selepas KPK masuk, MA dalam putusannya menolak kasasi KPPU tersebut.

Dua setengah tahun jadi tersangka, “S” baru ditahan pertengahan Oktober lalu. Belakangan, KPK
menetapkan “IR” yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil
sebagai tersangka.

Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan meyakini, kasus dugaan korupsi e-KTP tidak hanya dilakukan oleh dua
tersangka itu. Untuk mengusut kasus ini, tim penyidik KPK telah memeriksa 110 orang yang dianggap
mengetahui proses proyek e-KTP. Banyak tokoh sudah diperiksa. Di antaranya mantan Menteri Dalam
Negeri Gamawan Fauzi dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Bahkan, Ketua DPR Setya Novanto
juga bakal diperiksa.Wakil Ketua KPK lainnya, Laode M Syarief menyatakan, kasus e-KTP merupakan
salah satu kasus yang menjadi fokus KPK saat ini.

Analisis Aspek Hukum :

§ Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
secara jelas menyebut unsur pidana wajib dilaporkan ke pihak berwajib.Selain itu, BPK juga bisa
memanfaatkan konsep whistleblower untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh oknum kasus e-KTP ini.

§ Berdasarkan UU No 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, seorang
whistleblower bisa melaporkan indikasi tindak pidana korupsi yang terjadi di dalam organisasi tempat
dia bekerja dan memiliki akses informasi yang memadai atas terjadinya indikasi tindak pidana korupsi
tersebut.

§ Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2001 juncto UU No. 31 Tahun 1999, perbuatan korupsi diancam
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat empat tahun dan paling lama
duapuluh tahun dan denda paling sedikit Rp. 200 juta dan paling banyak Rp. 1 milyar. Mengenai
penerapan pidana mati terhadap terdakwa korupsi dilakukan dalam keadaan tertentu.

§ Berdasarkan penjatuhan pidana bagi perkara korupsi yang diakomodir dalam RKUHP dalam BAB XXXI
menganai tindak pidana jabatan (Pasal 661 – Pasal 687 ) dengan ancaman pidana paling singkat 5 tahun
dan paling lama 20 tahun dan denda paling banyak kategori V( Pasal 80 ayat 3 huruf e ,dengan denda
sebesar Rp. 1.200.000.000,00).
§ Berdasarkan pada BAB XXXII mengenai tindak pidana korupsi ( Pasal 668 – Pasal 701 ) cukup
bervariatif mulai dari pidana penjara paling singkat satu tahun, lima tahun, tujuh tahun, sembilan tahun,
dan paling lam 15 tahun serta pemberatan pidana satu per tiga masa tahanan apabila merugikan
keuangan dan perekonomian negara ( Pasal 702 ). Dan denda paling sedikit kategori I (Pasal 80 ayat 3
huruf a dengan denda sebesar Rp.6.000.000 ) paling banyak kategori VI (Pasal 80 ayat 3 huruf f dengan
denda sebesar Rp. 12.000.000.00).

Analisis Aspek Ekonomi :

KPK baru mengumumkan total kerugian negara dalam kasus ini pada 2016, yakni sebesar Rp 2,3 triliun.
Dari angka tersebut, sebanyak Rp 250 miliar dikembalikan kepada negara oleh 5 korporasi, 1
konsorsium, dan 14 orang. Nilai kerugian negara dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP). Angkanya pun sangat fantastis yang lebih dari Rp 2 triliun.

Selaku pejabat pembuat komitmen (PPK), Sugiharto diduga melakukan perbuatan melawan hukum dan
atau penyalahgunaan wewenang yang mengakibatkan kerugian negara terkait pengadaan proyek
tersebut. Nilai proyek tersebut mencapai Rp6 triliun dan saat itu diperkirakan kerugian negara sebesar
Rp1,12 triliun.

Dari segi ekonomi sendiri, korupsi akan berdampak banyak perekonomian negara kita. Yang paling
utama pembangunan terhadap sektor - sektor publik menjadi tersendat. Dana APBN maupun APBD dari
pemerintah yang hampir semua dialokasikan untuk kepentingan rakyat seperti fasilitas-fasilitas publik
hampir tidak terlihat realisasinya, kalaupun ada realisasinya tentunya tidak sebanding dengan biaya
anggaran yang diajukan.. Contoh kecilnya saja, jalan - jalan yang rusak dan tidak pernah diperbaiki akan
mengakibatkan susahnya masyarakat dalam melaksanakan mobilitas mereka termasuk juga dalam
melakukan kegiatan ekonomi mereka. Jadi akibat dari korupsi ini tidak hanya mengganggu
perekonomian dalam skala makro saja, tetapi juga mengganggu secara mikro dengan terhambatnya
suplai barang dan jasa sebagai salah satu contohnya.

Hal ini akan menambah tingkat kemiskinan, pengangguran dan juga kesenjangan sosial karena dana
pemerintah yang harusnya untuk rakyat justru masuk ke kantong para pejabat dan orang - orang yang
tidak bertanggung jawab lainnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak optimal ini akan
menurunkan kualitas pelayanan pemerintah di berbagai bidang. Menurunnya kualitas pelayanan
pemerintah akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Kepercayaan masyarakat
yang semakin berkurang kepada para pejabat negara.

Korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan pembelanjaan pemerintah untuk
sektor publik. Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan perbaikan dalam bentuk
peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure). Korupsi juga menghambat pendapatan
pajak.

Kasus mega korupsi e-ktp, pembuatan ktp di seluruh Indonesia jadi terhambat bahkan sampe berbulan-
bulan e-ktp belom selesai. Pada tahun 2017 ini yang sedang dilaksanakan Pilkada serentak, banyak
warga yang kehilangan hak suara memilih pemimpin daerah karena tidak adanya e-ktp.

https://beritagar.id/artikel/berita/kronologi-sengkarut-korupsi-e-ktp Diakses pada tanggal 24 Maret


2017. Pukul 11;00

https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/undang-undang-pendukung Diakses pada tanggal 24 Maret 2017.


Pukul 11;00

https://news.detik.com/berita/d-3442042/kasus-e-ktp-rp-23-t-kerugian-negara-2-tersangka-dan-280-
saksi Diakses pada tanggal 24 Maret 2017. Pukul 11;00

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_31_99.htm Diakses pada tanggal 24 Maret 2017. Pukul 11;00

Anda mungkin juga menyukai