Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HERNIA


DI RUANG ASPARAGA RSD Dr. HARYOTO LUMAJANG

oleh
Siti Amaliatul Khoiroh, S.Kep
NIM 192311101054

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hernia di


Ruang Asparaga RSUD dr. Haryoto Lumajang telah disetujui dan di sahkan pada:

Hari, Tanggal :

Tempat : Ruang Asparaga

Lumajang, November 2019

Mahasiswa,

Siti Amaliatul Khoiroh


NIM. 192311101054

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Fakultas Keperawatan Ruang Asparaga
Universitas Jember RSUD dr. Haryoto Lumajang

Ns. Siswoyo, S.Kep., M.Kep. M. Makhrus Irfan


NIP. 19800412 200604 1 002 NIP. 19810515 200701 1 014
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hernia di Ruang


Asparaga RSUD dr. Haryoto Lumajang telah disetujui dan disahkan pada:
Hari, Tanggal :
Tempat : Ruang Asparaga

Lumajang, November 2019

Mahasiswa

Siti Amaliatul Khoiroh, S.Kep


NIM 192311101054

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Fakultas Keperawatan Ruang Asparaga
Universitas Jember RSUD dr. Lumajang

Ns. Siswoyo, S.Kep., M.Kep. M. Makhrus Irfan, S. Kep.


NIP. 19800412 200604 1 002 NIP 19810515 200701 1 014
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN...........................
DAFTAR ISI......................................................................................................
LAPORAN PENDAHULUAN.........................................................................
A. Konsep Teori................................................................................................
1. Definisi Hernia.........................................................................................
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan..............................................
3. Klasifikasi Hernia...................................................................................
4. Etiologi Hernia........................................................................................
5. Epidemiologi Hernia...............................................................................
6. Manifestasi Klinis...................................................................................
7. Komplikasi...............................................................................................
8. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................
9. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi.............................
10. Patofisiologi Hernia............................................................................
B. Clinical Pathway.........................................................................................
C. Konsep Asuhan Keperawatan...................................................................
D. Discharge Planning...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teori
1. Definisi
Hernia merupakan penonjolan kantong peritoneum, suatu organ atau lemak
praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita (didapat). Hernia terdiri atas
cincin, kantong, dan isi hernia. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut (Amrizal,
2015).

Gambar 1. Hernia

2. Anatomi Fisiologi
Dinding abdomen terdiri daripada kulit, fascia superfiscialis, lemak,
otototot, fascia transversalis dan parietal peritoneum. Posisi abdomen terdapat
diantara toraks dan pelvis. Pada abdomen, terdapat empat kuadran yang dibahagi
dari bagian midline dan bagian transumbilical (Sloane, 2003), yaitu:
1. Bagian kanan atas: Hepar dan kantong empedu
2. Bagian kiri atas: Gastric dan limfa
3. Bagian kanan bawah: Cecum, ascending colon dan usus kecil
4. Bagian kiri bawah: Descending colon, sigmoid colon, dan usus kecil
Gambar 2. Bagian abdomen
Menurut Singh (2014), bagian-bagian abdomen terbagi menjadi 9 yaitu:
1. hypocondriaca dextra
2. Epigastrica
3. Hypocondriaca sinistra
4. lateralis dextra
5. Lumbilicalis
6. Lateralis sinistra
7. Inguinalis dextra
8. Pubica
9. Linguinalis sinistra
Menurut Singh (2014), tempat organ abdomen adalah pada:
1. Hypocondriaca dextra meliputi organ: lobus kanan hepar, kantung empedu,
sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan kelenjar
suprarenal kanan.
2. Epigastrik meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan sebagian
hepar
Pada bagian kauda otot 6 yang membentuk lengkungan aponeurotik
transversus abdominalis yang merupakan bagian tepi atas cincin inguinal internal
dan diatas dasar medial kanalis inguinalis. Yang menghubungkan tuberkulum
pubikum dan spina iliaka anterior superior adalah ligamentum inguinal. Pada
bagian medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus
kanalis ingunalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis muskulus oblikus
eksternus. Pada bagian atas terdapat aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan
bagian bawah terdapat ligamentum inguinalis.15 Segitiga Hasselbach bagian
medial dibatasi oleh lateral rektus abdominis, bagian lateral dibatasi oleh
pembuluh darah vena dan arteri epigastrika inferior, pada bagian basis dibatasi
oleh ligamentum inguinal.

3. Klasifikasi
a. Berdasarkan terjadinya hernia terbagi atas:
1. Hernia bawaan atau konginetal, Sjamsuhidayat (2010) menjelaskan bahwa
pada hernia kongenital sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai
akibat dari gangguan proses perkembangan intra uteri dan merupakan bawaan
sejak lahir.
2. Hernia dapatan atau akuisita
Menurut Henry & Thompson (2010) hernia akuisita merupakan hernia yang
didapat seseorang akibat beberapa faktor salah satunya mengakat benda yang
terlalu berat.
b. Berdasarkan letaknya hernia menurut Amrizal (2015) adalah:
1. Hernia inguinal, dibagi menjadi dua antara lain:
a. Hernia indirek atau lateral, terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat besar dan turun ke
skrotum umumnya terjadi pada pria. Benjolan tersebut dapat mengecil serta
menghilang pada waktu tidur atau menangis kemudian tumbuh kembali saat
mengejan, mengangkat benda berat atau berdiri.
b. Hernia direk atau medialis, hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inginalis dan femoralis
indirek.Lebih umum terjadi pada lansia.Hernia ini disebut direkta karena langsung
menuju annulus inguinalis eksterna.
2. Hernia femoralis, terjadi melalui cincin femoral umumnya pada wanita.
Pertama menyumbat lemak di kanalis femoral yang membesar dan secara
bertahap menarik peritoneum kemudian kandung kemih masuk kedalam kantong.
3. Hernia umbilikal, umumnya terjadi pada wanita karena peningkatan tekanan
abdominal, biasanya pada klien obesitas dan multipara. Umbilikus tertutup
peritoneum dan kulit akibat penutupan yang inkomplet dan tidak adanya fasia
umbilikalis.
4. Hernia insisional, terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang sembuh secara
tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka kemungkinan disebabkan oleh
infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau obesitas.
5. Hernia Paraumbilikus merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah di
tepi kranial umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan
jarang terjadi sehingga umumnya diperlukan tindakan operasi untuk dikoreksi.
6. Hernia Epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui
defek di linea alba antara umbilikus dan prosessus xifoideus.
7. Hernia Ventralis adalah hernia di dinding perut bagian anterolateral. Nama
lainnya adalah hernia insisional dan hernia sikatriks.

Gambar 3. Klasifikasi berdasarkan letak


c. Berdasarkan sifatnya terbagi atas:
1. Hernia reponible/ reducible, isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia irreponible, isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam
rongga karena perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong hernia, tidak ada
keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus, hernia ini disebut juga hernia akreta.
3. Hernia strangulate, yaitu hernia ireponibel ditambah dengan tanda- tanda
gangguan sirkulasi lokal daerah hernia karena adanya iskemi atau nekrosis dari isi
hernia, benjolan terasa sakit, tegang, edema, ataubahkan ada tanda infeksi.
4. Hernia inkaserata, yaitu hernia ireponibel ditambah jepitan usus sehingga
memberikan tanda- tanda obstruksi ileus.

4. Etiologi
Menurut Amrizal (2015), penyebab hernia adalah sebagai berikut.

1. Usia
Usia merupakan salah satu penentu seseorang mengalami hernia inguinalis,
sebagaimana pada hernia inguinalis direk lebih sering pada laki-laki usia tua yang
telah mengalami kelemahan pada otot dinding abdomen. Sebaliknya pada dewasa
muda yang berkisar antara 20- 40 tahun yang merupakan usia produktif. Pada usia
ini bisa terjadi peningkatan tekanan intraabdominal apabila pada usia ini
melakukan kerja fisik yang berlangsung terus-menerus yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya hernia inguinalis indirek.
2. Pekerjaan
Aktivitas (khususnya pekerjaan) yang menyebabkan peningkatan tekanan
intra abdomen memberikan predisposisi besar terjadinya hernia inguinalis pada
pria. Dan apabila terjadi pengejanan pada aktivitas fisik maka proses pernapasan
terhenti sementara menyebabkan diafragma berkontraksi sehingga meningkatkan
kedalaman rongga torak, pada saat bersamaan juga diafragma dan faktor yang
dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka.
Tekanan intra abdominal yang meninggi sertakronik seperti batuk kronis,
hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.
3. Batuk Kronis
Proses batuk terjadi didahului inspirasi maksimal, penutupan glotis, peningkatan
tekanan intratoraks lalu glotis terbuka dan dibatukkan secara eksplosif untuk
mengeluarkan benda asing yang ada pada saluran respiratorik. Inspirasi
diperlukan untuk mendapatkan volume udara sebanyak- banyaknya sehingga
terjadi peningkatan intratorakal.
4. Obesitas
Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi
lemak pada jaringan adiposa. Pada orang yang obesitas terjadi kelemahan pada
dinding abdomen yang disebabkan dorongan dari lemak pada jaringan adiposa di
dinding rongga perut sehingga menimbulkan kelemahan jaringan rongga dinding
perut dan terjadi defek pada kanalis inguinalis.

5. Epidemologi

Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 1.774.012 klien tiap


tahun yang menderita penyakit hernia. Angka kejadian hernia inguinalis 10 kali
lebih banyak dari pada hernia femoralis dan keduanya mempunyai persentase
sekitar 75-80 % dari seluruh jenis hernia, hernia insisional 10 %, hernia ventralis
10 %, hernia umbilikalis 3 %, dan lainnya sekitar 3 % (Sjamsuhidayat, 2010).
Kasus hernia inguinalis di USA (United States America) sekitar 800.000 kasus
setiap tahunnya dan Belanda sekitar 33.000 kasus setiap tahunya (Ruhl, 2007).
Salah satu Rumah Sakit di Indonesia yaitu RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
kabupaten Sragen terdapat 324 pasien hernia inguinalis dari keseluruhan pasien
bedah riwayat jalan 5291 kasus pada tahun 2012.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin pada tahun 2015 dari 10 besar diagnose terbanyak diruang Kumala
di temukan dengan kasus Hernia Inguinalis Lateral sebanyak 152  pasien dengan
peringkat pertama. Laki-laki dengan total 146 sedangkan perempuan 6 orang
dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 34 %. 
6. Manifestasi Klinik
Menurut Suratun dan Lusianah (2010):
1. Tampak adanya benjolan pada daerah inguinal
2. Timbul nyeri di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral
karena regangan pada mesenterium saat segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia
3. Nyeri disertai mual muntah timbul jika terjadi inkarserasi atau strangulasi
akibat nekrosis atau gangren.
4. Nyeri dirasakan seperti terbakar yang tidak hanya dirasakan di daerah nyeri
tetapi menyebal ke daerah pinggul. Nyeri meningkat ketika beraktivitas berat dan
mereda jika istirahat.
5. Benjolan bertambah besar jika pasien batuk atau mengejan.

7. Kompikasi

Menurut Suratun dan Lusianah (2010) komplikasi yang mungkin terjadi pada
hernia yaitu :
1.    Hernia berulang
2.    Obstruksi usus parsial atau total
3.    Luka pada usus
4.    Ganguan suplai darah ke testis jika klien laki-laki
5.    Perdarahan yang berlebih
6.    Infeksi luka bedah
7.    Fistel urin dan feses

8. Pemeriksaan Penunjang
1. Herniografi, injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal dan dilakukan
X-Ray. Biasanya digunakan untuk memastikan adanya hernia pad apasien dengan
nyeri kronis pada groin.
2. Ultrasonografi (USG), sering digunakan pada pemeriksaan hernia yang dulit
dilihat secara klinis misalnya spigelian hernia.
3. Compyterized Tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
digunakan untuk menentukan hernia yang jarang terjadi misalnya hernia
obturator.
4. Pemeriksaan darah lengkap, menunjukan peningkatan sel darah putih, serum
elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan
ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin memanjang,
mempengaruhi homeostastis intraoperasi atau post operasi
5. Pemeriksaan urine, munculnya sel darah merah atau bakteri yang
mengidentifikasikan infeksi.
6. Elektrokardiografi (EKG), penemuan akan sesuatu yang tidak normal
memberikan prioritas perhatian untuk memberikan anestesi
7. Sinar X abdomen, menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus.

9. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non- Farmakologi


a. Terapi konservatif
a) Reposisi
Tindakan memasukan kembali isi hernia ketempatnya semula
secara hati-hati. Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada hernia
reponibilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu
melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukan isi
hernia melalui leher hernia.
b) Pemakaian penyangga/ sabuk hernia
Pemakaian bantalan penyangga yang bertujuan menahan hernia
yang telah diresposisi akan tetapi tidak dapat menyembuhkan
sehingga harus dipakai seumur hidup.
b. Terapi operatif
a) Herniatomi
Pada herniatomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada
perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit, diikat
kemudian dipotong.
b) Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.
c. Medikasi
a) Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri.
b) Pemberian antibiotik untuk menyembuhan infeksi.
d. Aktivitas dan diet
a) Aktivitas : Hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau
sesudah pembedahan.
Diet : Tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan sampai
saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi
seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi cairan untuk
mencegah sembelit dan mengejan selama buang air besar. Hindari
kopi, teh, coklat, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol, dan
setiap makanan atau bumbu yang memperburuk gejala.
10. Patofisiologi dan Clinical Pathway

Hernia inguinalis lateralis menurut Betz, (2004), disebabkan oleh factor yang
pertama kelemahan dinding otot abdomen yang meliputi kelemahan jaringan,
adanya daerah yang luas di ligament inguinal dan trauma. Yang kedua disebabkan
peningkatan tekanan intraabdomen yang meliputi obesitas, mengangkat beban
berat, mengejan, konstipasi, kehamilan, batu kronik, hipertropi prostat dan yang
ketiga factor congenital. Bila kanalis inguinalis terbuka terus, karena prosesus
tidak beroblitasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kangenital
(Hockenberry, 2008) Herniasi mengakibatkan cincin hernia menyempit dan
menekan isi hernia sehingga menonjol keluar maka terjadi edema, indikasi
pembedahan dilakukan jika penonjolan besar yang mengidentifikasikan
peningkatan resiko hernia inkaserata dan nyeri hebat yang merupakan respon
masuknya penonjolan melalui kanal inguinal (Black, 2005).
B. Clinical Pathway

Bayi Baru Lahir Pekerjaan berat, angkat beban berat, batuk, mengejan,
bersih,

Kanalis Ingunalis terbuka Peningkatan tekanan abdomen Obesitas, kelemahan abdomen

Peritonium tertarik Fasia abdomen tidak mampu menahan tekanan Otot dinding abdomen tipis atau mengalami kelemahan
kedaerah skrotuim
Fasia terkoyak

HERNIA Resiko Infeksi


Kantong hernia semakin sempit

Post-Operatif
Pre-Operatif
Usus terjepit

Perubahan status kesehatan Peningkatan abdomen memasuki kantong hernia Prosedur pembedahan
Penurunan gerak
peristaltik usus
Kurang informasi Sistem limfe terbendung
Diskontuinitas jaringan
Mual muntah
Defisiensi Oedema
Ansietas Penurunan motorik
pengetahuan Pelepasan mediator nyeri (histamin,
Ketidakseimbangan prostaglandin)
Pelepasan mediator nyeri (histamin, nutrisi : kurang dari Kelemahan anggota
prostaglandin) kebutuhan tubuh gerak, penurunan
kekuatan otot Stimulasi syaraf

Stimulasi syaraf
Nyeri
Hambatan
mobilitas fisik
Nyeri
C. Konsep Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian Keperawatan (Data Fokus)

Pengkajian perioperatif terdiri dari 3 bagian pengkajian yaitu:


1. Pengkajian pre operasi
a. Identitas pasien
Jenis kelamin : pria memiliki risiko 3x lipat mengalami hernia inguinalis
dibandingkan dengan wanita
Riwayat keperawatan
- Keluhan utama: yang sering muncul pada pasien adalah benjolan pada
daerah inguinal
- Riwayat penyakit sekarang: perjalanan penyakit pasien yang sedang dialami
- Riwayat penyakit dahulu: kemungkinan pernah menderita penyakit yang
sama
- Riwayat penyakit keluarga: orang dengan keluarga hernia memiliki risiko
lebih tinggi
b. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi: tingkat kesadaran, ada tidaknya benjolan tanda infeksi (merah,
bengkak, panas, nyeri, berubah bentuk)
- Palpasi: turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat nyeri
- Auskultasi: bising usus jumlahnya melebihi batas norma >12 karena mual
dan pasien tidak nafsu makan, nafas veskuler, jantung sonor
- Perkusi: kembung daerah perut, terjadi distensi abdomen
2. Pengkajian intra operasi
a. Pernapasan (B1: Breath)
Pada general anastesi pernapasan pasien dengan ventilator dan pemberian
oksigen. Pada pembiusan SAB pasien bernafas spontan
b. Cardiovaskuler (B2: Blood)
Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi akibat proses pembedahan (nyeri),
risiko perdarahan. Kaji TTV 15 menit sekali.
c. Persarafan (B3: Brain)
Pasien tidak sadar dengan general anastesi dan sadar jika pembiusan SAB.
Umunya tibul demam ringan kemudian semakin lama meninggi.
d. Perkemihan-eliminasi (B4: Bladder)
Urine normal dengan kateter
e. Pencernaan-eliminasi alvi (B5: Bowel)
BAB normal
f. Tulang-otot-integumen (B6: Bone)
Kekuatan otot, tulang, dan integumen 0 (nol), kadang pasien dapat
menggerakkan anggota tubuh karena obat anastesi berkurang
3. Pengkajian post operasi
a. Pernapasan (B1: Breath)
Pernafasan perlahan spontan, penyumbatan jalan nafas akibat sekret atau lendir
b. Cardiovaskuler (B2: Blood)
Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi akibat proses pembedahan (nyeri),
risiko perdarahan. Kaji TTV 15 menit sekali.
c. Persarafan (B3: Brain)
Pasien perlahan disadarkan oleh petugas anastesi hingga sadar penuh
d. Perkemihan-eliminasi (B4: Bladder)
BAK normal
e. Pencernaan-eliminasi alvi (B5: Bowel)
Biasanya terjadi mual muntah
f. Tulang-otot-integumen (B6: Bone)
Kekuatan otot perlahan kembali normal
Pemeriksaan fisik hernia adalah secara inspeksi, palpasi, dan auskultasi sebagai
berikut (ganong, 1995 dalam Iscan, 2010; Sabiston, 1994; Swartz, 1995).
1) Inspeksi: ketika pasien diminta mengedan akan terlihat benjolan pada
lipat paha, bahkan benjolan bisa saja sudah nampak meskipun pasien tidak
mengedan.
2) Palpasi: dapat meraba benjolan yang kenyal, isinya mungkin berupa usus,
omentum atau ovarium. Palpasi juga dapat menentukan apakah hernia
tersebut dapat didorong masuk dengan jari (direposisi).
3) Auskultasi: pada pemeriksaan secara auskultasi, bila isi hernia berupa
usus maka bising usus dapat terdengar.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan menggunakan tiga teknik
sederhana yaitu:
1) Finger Test
- Menggunakan jari ke-2 (telunjuk) atau jari ke-5 (kelingking)
- Dimasukkan lewat skroum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal
- Penderita di suruh batuk
- Jika impuls diujung jari berarti hernia inguinalis lateralis (hernia yang
keluar menjauhi usus)
- Jika impuls disamping jari berarti hernia inguinalis medialis (hernia yang
masuk dalam organ bagian dalam melewati usus).

2) Ziemen Test
- Posisi berbaring, bila ada benjolan minta pasien untuk memasukkannya
terlebih dahulu
- Hernia kanan diperiksa oleh tangan kanan dan sebaliknya
- Jari telunjuk tangan pemeriksa diletakkan diatas anulus internus (1,5 cm
diatas pertengahan SIAS-TV-Tuberculum puicum)
- Jari tengah diletakkan diatas anulus eksternus
- Jari manis pada fossa ovalis
- Minta pasien untuk batuk
- Jika terasa dorongan pada jari telunjuk berarti hernia inguinalis lateralis
- Jika terasa dorongan pada jari tengah berarti hernia inguinalis medialis
- Jika terasa dorongan pada jari manis berarti hernia femoralis (hernia
yang kelaur melalui otot paha yang terdekat dengan anus).
3) Thumb Test
- Posisi pasien berbaring dan benjolan dimasukkan kedalam rongga perut
- Ibu jari pemeriksa ditekan pada anulus internus pasien
- Pasien diminta untuk mengejan atau meniup dengan hidung dan mulut
tertutup
- Bila benjolan keluar pada waktu mengejan berarti hernia inguinalis
medialis
- Bila tidak keluar berarti hernia inguinalis lateralis

2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi (foto rontgen sinar X).
b. Pemeriksaan laboratorium (tes darah lengkap, pemeriksaan feses,
pemeriksaan urine).
c. Pemeriksaan EKG.
d. Pencitraan (MRI, CT scan)
b) Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Pre-Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan terjadinya distensi abdomen yang
ditandai dengan oedem dan pelepasan mediator nyeri
(prostaglandin, histamin) yang ditandai dengan pasien mengalami
nyeri tingkat sedang hingga berat.
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan adanya penurunan peristaltik usus yang
ditandai dengan mual dan muntah.
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan
kurangnya informasi yang diterima oleh pasien mengenai
tindakan atau proses penyakit yang ditandai dengan kebingungan
dan tidak bisa tidur.
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai proses terjadinya penyakit dan tindakan yang akan
dilakukan dalam menangani pasien.
b. Diagnosa Post-Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri yang
menstimulus syaraf berhubungan dengan dengan prosedur infasif
yang mengakibatkan diskontuinitas jaringan
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan gerak
motorik yang ditandai dengan penurunan anggota gerak,
penurunan kekuatan otot akibat prosedur infasif.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasif yang ditandai
dengan penurunan nafsu makan yang ditandai dengan mual
muntah dan penurunan peristaltik usus yang akan memperlama
penyembuhan luka
c) Perencanaan Keperawatan
a. Preoperatif

Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Paint Management
..x 24 jam pasien menunjukkan nyeri berkurang, 1. Kaji mengenai persepsi dan keyakinan mengenai
dibuktikan dengan kriteria hasil: nyeri
NOC 2. Kaji polamanajemen nyeri yang dilakukan oleh
Tingkat Nyeri pasien
a. Nyeri waktu berkurang 3. Beri informasi mengenai nyeri, faktor penyebab.\
a. Pasien menunjukkan tanda- 1. Diskusikan bersama pasien dan keluarga strategi
tanda kenyamanan/ tidak ada nyeri. nyeri untuk pasien
b. Ttv dalam rentang normal. 4. Beri teknik untuk mengurangi nyeri
Kontrol Nyeri 5. Kolaborasikan pemberian analgesic
a. Pasien menggunakan obat- obatan anti
nyeri yang dianjurkan
b. Pasien menggunakan cara mengontrol
nyeri dengan beberapa teknik
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatam selama Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari ...x24 jam nutrisi dapat terpenuhi a. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b. Berikan makanan yang terpilih sesuai dengan
NOC hasil konsultasi ahli gizi
a.Nutritional status: food and fluid c. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
b. Nutritional status: nutrient a. Monitor BB pasien
intake c.Weight control d. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
Kriteria Hasil jam makan
a.Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
b.Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
c.Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d.Tidak menunjukkan penurunan berat badan
3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 Anxiety Reduction
jam pasien bebas dari perasaan cemas a. Identifikasi tingkat kecemasan pasien
NOC b. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
a.Anxiety self-kontrol selama prosedur
b.Anxiety level c. Pahami perspektif pasien terhadap kecemasan
c.Coping d. Dorong keluarga untuk senantiasa menemani pasien
Kriteria Hasil dan memberikan ketenangan pada pasien
a.Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan e. Bantu pasien untuk mengenal situasi yang dapat
gejala cemas menyebabkan cemas
b.mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan f. Berikan informasi mengenai kondisi penyakit pasien
tehnik untuk mengontrol cemas g. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
c.Vital sign dalam batas normal ketakutan, dan persepsi terhadap rasa sakit yang
d.Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dialaminya
menunjukkan penurunan kecemasan h. Kolaborasikan pemberian obat untuk menenangkan
pasien

4. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 30 a. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya dan
pengetahuan menit, pasien mengetahui informasi terkait kondisinya prosedur operasi
NOC b. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala),
a.Knowledge: disease process identifikasi kemungkinan penyebab. Jelaskan kondisi
b.Knowledge: health behavior tentang klien
Kriteria Hasil c. Jelaskan tentang prosedur operasi
a.Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang d. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan digunakan untuk mencegah komplikasi
b.Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur e. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya
yang dijelaskan secara benar f. Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa
c.Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa digunakan/ mendukung
yang telah dijelaskan g. Tanyakankembalipengetahuan
b. Post-operatif
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Paint management
… x 24 jam diharapkan nyeri dapat 1. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik,
berkurang NOC: durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi)
1. Pain level 2. Beri penjelasan mengenai penyebab nyeri
1. Pain control 3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
2. Comfort level 4. Segera immobilisasi daerah fraktur
5. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 6. Ajarkan pasien tentang alternative lain untuk
nyeri, mampu menggunakan tehnik mengatasi dan mengurangi rasa nyeri
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, 7. Ajarkan teknik manajemen stress misalnya
mencari bantuan) relaksasi nafas dalam
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan 8. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian
menggunakan manajemen nyeri obat analgeik sesuai indikasi
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi, dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
2 Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nyeri
mobilitas fisik … x 24 jam diharapkan pasien mampu 1. Lakukan pengkajian nyeri
melakukan mobilitas fisik secara mandiri. 2. Berikan informasi mengenai nyeri
NOC 3. Evaluasi mengenai nyeri
1. Ambulasi 4. Berikan terapi relaksasi otot progresif
2. Keseimbangan 5. Berikan terapi teknik nafas dalam
3. Koordinasi Pergerakan 6. Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan nyeri
Kriteria hasil : Terapi latihan keseimbangan
1. Pasien mampu melakukan ambulasi secara 1. Tentukan kemampuan pasien dalam menjaga
mandiri keseimbangan
2. Pasien mampu melakukan koordinasi gerak 2. Sediakan lingkungan yang aman bagi pasien
3. Pasien mampu berjalan dengan pelan-pelan 3. Instruksikan pasien untuk melakukan latihan
4. Pasien mampu menjaga keseimbangan tubuh keseimbangan
4. Berikan informasi mengenai alternatif terapi seperti
yoga atau taichi
5. Bantu pasien untuk berpindah ke posisi duduk ke tidur
atau sebaliknya
3. Resiko infeksi NOC NIC
Keparahan infeksi (0703) Kontrol infeksi
Kontrol resiko (1902) 1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah dipakai
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama setiap pasien
1x24 jam, tidak terjadi infeksi pada pasien dengan 2. Ganti perawatan peralatan setiap pasien sesuai
kriteria hasil: SOP rumah sakit
1. Luka tidak berbau busuk 3. Batasi jumlah pengunjung
1. Pasien tidak demam (suhu stabil) 3. Ajarkan cara mencuci tangan
2. Tidak terdapat nanah pada luka
3. Pasien dapat mengidentifikasi faktor resiko Perlindungan infeksi (6550)
4. Mengenali faktor resiko individu 4. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
5. Berikan perawatan kulit yang tepat
Surgical Recovery: Convalescence [0800]
a. Pasien menunjukkan penyembuhan luka Manajemen nutrisi (1100)
b. Pasien tidak menunjukkan infeksi pada daerah 6. Tentukan status gizi pasien
luka
7. Identifikasi adanya alergi

Identifikasi resiko (6610)


8. Kaji ulang riwayat kesehatan masa lalu
9. Identifikasi strategi koping yang digunakan

Incision Site Care [3440]


7. Inspeksi gejala infeksi, seperti kemerahan,
pembengkakan.
8. Monitor penyembuhan di luka insisi
7. Gunakan prinsip steril setiap memebrsihkan area luka
Ganti balutan luka dengan interval yang ditentukan
8. Gunakan balutan luka yang sesuai
9. Ajarkan ke keluarga menegnai bagaimana merawat
luka insiis, termasuk tanda dan gejala
D. Discarge Planning
1. Persiapan perawatan di rumah
Hal yang harus dikaji meliputi tingkat pengetahuan klien dan keluarga
dan lingkungan rumah. Hal-hal yang memungkinkan jauh dan celaka
harus dihilangkan. Ruang harus bebas/minimal perabot untuk
memudahkan klien bergerak dengan alat bantu. Toilet duduk bisa
disiapkan untu membantu kemandirian klien dalam bereliminasi
2. Edukasi klien/keluarga
Klien dengan hernia biasanya dipulangkan kerumah masih dalam
keadaan memakai balutan post op. Perawat harus menyiapkan instruksi
verbal/tertulis untuk klien/keluarga/caregiver bagaimana mengkaji dan
merawat luka untuk meningkatkan penyembuhan dan mencegah infeksi.
Klien dan keluarga harus tahu bagaimana komplikasi/tanda-tanda
komplikasi dan dimana serta kapan harus menemui atau kontak dengan
tenaga kesehatan profesional.
3. Psikososial
Perawat mengidentifikasi masalah potensial/aktual dirumah sakit dan
mengatur untuk evaluasi di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Amrizal. 2015. Hernia inguinalis : tinjauan pustaka pendahuluan. Syifa Medika.


6(1)
Betz, CL & Sowden, LA. 2009. Buku Saku keperawatan Pediatric Edisi 5.
Primary care, 3rd Edition.
Bulechek, G & Butcher, H. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi
6. Elsevier.
Kelliat, dkk., 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Ed. 11. Jakarta: EGC.
Moorhead, S. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). Edisi 5. United
Kingdom: Elsevier.
Priharjo, Robert. 2006. Buku Pengkajian Fisik Keperawatan . Edisi 2.    Jakarta:
EGC
Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Suratan dan Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Gatrointestinal. Jakarta: Trans Info Media
Amrizal. 2015. Hernia inguinalis : tinjauan pustaka pendahuluan. Syifa Medika.
6(1)
Bulechek, G & Butcher, H. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi
6. Elsevier.
Moorhead, S. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). Edisi 5. United
Kingdom: Elsevier.
Sloane, E. 2003. Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai