Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen pengampu :
Lilih Riniwasih, M.Farm., Apt.
GRUP D KELOMPOK 5 :
1. Inggrya Aliyy Fatma Pradevi (1843050018)
2. Maria Agnesi Angi (1843050078)
3. Moni Rezkiani Latif (1843050084)
4. Kinta Bebimilla (1843050085)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
JAKARTA
2019
I. TUJUAN
1)Untuk mengetahui kemampuan antibiotik dalam menghambat atau membunuh
pertumbuhan mikroorganisme
2) Untuk melihat kemampuan antibiotik tetrasiklin dalam menghambat atau membunuh
pertumbuhan mikroorganisme.
II. TEORI
Antibiotika adalah golongan senyawa, baik alami, semi sintetis maupun sintetis,
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri.
Kegiatan antibiotik untuk pertama kalinya ditemukan secara kebetulan oleh dr.
Alexander Fleming. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan pada
permulaan perang dunia II di tahun 1941, ketika obat-obat antibakteri sangat
diperlukan untuk menanggulangi infeksi dari luka-luka akibat pertempuran (Tan
dan Rahardja, 2008).
Cephalexin adalah antibiotik kelompok sefalosporin yang bekerja dengan cara
mencegah bakteri membentuk dinding sel sehingga bakteri tidak akan bisa hidup.
Cephalexin efektif dalam mengobati infeksi akibat bakteri Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae dan Escherichia coli. Bakteri
tersebut dapat menyebabkan penyakit seperti infeksi saluran pernapasan, infeksi
tulang, kulit, saluran kemih dan kelamin. Namun cephalexin tidak efektif
mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus, misalnya flu, dan justru berisiko
menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotik cephalexin.
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr.
Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru
diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford).
Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di
seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat
digunakan sebagai obat (Tjay, 1978).
Pertumbuhan dan pengerasan bakteri-bakteri dipengaruhi oleh berbagai macam
zat kimia dalam lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri seperti bergerak menuju
atau menjauhi zat kimia itu. Peristiwa. Bila bakteri-bakteri itu tertarik dan bergerak menuju
kearah zat kimia kita sebut chemotaxis (+) dan sebaliknya kita sebut chemotaxis (-). Bakteri-
bakteri yang tidak bergerak, peretumbuhan koloninya dapat dipengaruhi oleh zat-zat kimiab
peristiwa itu disebut chemotropis (soemarno, 1976).
Suatu zat antimikroba yang ideal, memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti
bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tapi tidak membahayakan bagi inang. Umumnya
toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolud, ini berarti bahwa suatu obat yang
pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang umum dapat merusak parasit (Tjay,
2003)
Aktifitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur faktor-faktor lingkungan
yang meliputi faktor biotik dan abiotik (temperatur, pH, kelembaban, radiasi)
(Dwidjesoputro, 1994).
Uji potensi antibiotika dilakukan dalam dua metode yaitu metode kertas saring
(Kirby and Bauer) dan metode d’Aubert. Metode kertas saring menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dengan menggunakan zat-zat kimia seperti fungisida, bakterisida, dan
insektisida. Dengan perlakuan fisik seperti dengan sinar UV, pemanasan yang tinggi, serta
dengan perlakuan biologi seperti menggunakan mikroorganisme lain sebagai antagonis.
Metode d’Aubert yaitu metode yang digunakan untuk memeriksa kadar anibiotika dalam
bahan makanan sebagai bahan pengawet (Ramona dkk., 2007).
Terdapat bermacam-macam metode uji antimikroba seperti yang dijelaskan berikut ini:
Metode difusi
Metode disc diffusion (tes Kirby dan Bauer) untuk menentukan aktivitas agen antimikroba.
Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami
mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan
adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba permukaan media
agar. (lihat gambar)
E-test
Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitory concentration) atau
KHM (kadar hambat minimum), yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk
dapat menghabat pertumbuhan mikroorganisme.
Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari kadar
terendah hingga tertinggi dan diletakkan permukaan media agar yang telah ditanami
mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang ditimbulkannya yang
menunjukkan kadar agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
media agar.
Ditch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada parit yang dibuat
dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur
dan mikroba uji ( maksimum 6 macam ) digoreskan kearah parit yang berisi agen
antimikroba.
Cup-plate technique
metode ini serupa dengan mitode disc diffusion, dimana dibuat sumur pada media agar yang
telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba
yang akan diuji.
Gradient-plate technique
Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar secara teoretis bervariasi dari
0 hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan. Campuran kemudian
dituang kedalam cawan petri dan diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya
dihitung diatasnya.
Plate diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan
permukaan media mengering. Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai
dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan
mikroorganisme maksimum yang mungkin dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil
goresan.
Bila:
C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media mg/mL atau μ/mL,
Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat dari lingkungan padat
dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat mempengaruhi keseluruhan hasil pada media
padat.
- buffer fosfat
Konsentrasi : S1 = 10 mg/ml
S2 = 5 mcg/ml
S3 = 2,5 mcg/ml
Konsentrasi : U1 = 10 mcg/ ml
U2 = 5 mcg/ ml
Cara pengenceran:
Sediakan 5 piring Petri yang telah berisi base layer steril masing-masing ± 10 ml dan
telah membeku
Cairkan di atas penangas air seed layer steril, ambil 50 ml dan masukkan dalam
erlenmeyer 100 ml steril, biarkan suhu ± 500C. Masukkan inokulum ± 4 ml campur
dengan mengocok hingga homogen, lalu tuangkan ke atas base layer dengan cara
mempipet ± 5 ml untuk tiap-tiap Petri. Biarkan membeku dan uap yang mengembun
pada tutup petri dikeringkan dengan kertas saring steril.
Siapkan 50 buah silinder steril, 5 buah untuk setiap Petri (selain silinder dapat juga
dipakai kertas cakram steril/ melubangi agar). silinder tersebut dijatuhkan dengan
ketinggian yang sama ke permukaan seed layer sedemikian rupa sehingga jarak satu
sama lain sama
Siapkan larutan standart antibiotika dan larutkan unknown antibiotika lalu diisikan ke
dalam silinder berturut-turut secara bergiliran dengan pipet steril searah dengan jarum
jam (S1, U1, S2, U2, S3)
Piring-piring Petri tersebut dibiarkan dalam suhu kamar selama 1 jam untuk memberi
kesempatan pada antibiotika berdifusi dengan media.
Lalu masukkan ke dalam incubator, dieramkan selama 16-18 jam pada suhu 32-370C
Keesokan harinya angkat silinder dan diameter zone hambatan yang terbentuk diukur
dengan teliti menggunakan jangka sorong.
Perhitungan Potensi AB
u u1 u 2 s1 s2
1. Rumus : log - log 2
s u1 s1 u 2 s 2
8,96
97,23 mcg/mg 8,71mcg/mg
100
Nilai kotak:
50-25
=1 ,25
20
100−50
=1, 25
40
U2 = 50 + (0 x 1,25) = 50
50
100% 100%
P = 50
100% : 97,23%
ct 2
log 2 0,3010
I = cr 1
1
E
= ( u -u ) +( s -s )
2{ 1 2 1 2}
1
¿ { ( 13 ,3 -11,7 ) + ( 13 , 8 -10,5 ) }
2
1
¿ (1,6 +3 , 08 )
2
1
¿ ×4 , 68=2, 34
2
1
F = { ( u 1+u 2 )−( s1+s2 ) }
2
1
= { ( 13 , 3+11, 7 )− (13,8 + 10,5 ) }
2
1 1
U1 = ( 25-24,3
=100+ ( )=) ×0 , 7 = 0,35
0×1,5
2 2
100
= +0
100
=100 %
100% : 97,23%
PEMBAHASAN
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala infeksi
terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang dihasilkan
mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem pertahanan tubuh, namun
adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik.
Pada praktikum ini digunakan medium NA dan PDA dengan sampel antibiotik Cloramex.
Pertama-tama dibuat pengenceran dengan 5 variasi dosis baku (S1 sampai S5). Dibuat 1
variasi dosis uji (U3) yang sesuai dengan S3 kurva baku. Kemudian dibuat suspense
Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Mc Evoy, G.K., J.L. Miller, J. Shick and E.D. Milikan. 2002. AHFS Drug Information.
American Society of Health: USA.
Tjay, Tann Hoan., Rahardja, Kirana. 2008. Obat-Obat Penting. Penerbit Elexmedia
Komputindo. Jakarta.
Van Saene, H.K.F, Silvestri L, De la Cal MA. 2005. Infection Control In The Intensive
Care Unit. 2nd ed. Springer. Milan.