Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PKRS RUMAH SAKIT

“SENGATAN LISTRIK”

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi


Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
di Bagian Ilmu Bedah RS Islam Jemursari Surabaya

Oleh :

Dinda Mutiara Sukma Prastika

6120018031

Pembimbing :

dr. Dayu Satriya Wibawa, Sp.B

DEPARTEMEN / SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

LATAR BELAKANG.............................................................................................3

MATERI EDUKASI................................................................................................4

A...................................................................................... Definisi Striktur Uretra


..............................................................................................................................4

B...................................................................................... Etiologi Striktur Uretra


..............................................................................................................................4

C....................................................................................... Derajat Striktur Uretra


..............................................................................................................................6

D............................................................................. Gejala Klinis Striktur Uretra


..............................................................................................................................7

E........................................................................ Penatalaksanaan Striktur Uretra


..............................................................................................................................7

F...................................................................................Pencegahan Striktur Uretra


..............................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

LAMPIRAN….....................................................................................................

2
LATAR BELAKANG

Trauma akibat sengatan listrik merupakan jenis trauma yang bisa berakibat
fatal bagi manusia karena mempunyai nilai resiko kematian yang tinggi. Sekitar
50% dari jumlah korban sengatan listrik akan mengalami kematian. 1 Di Amerika
Serikat data korban akibat trauma listik mencapai angka 1000 kasus berakibat
fatal per tahunnya dan hampir 3-5% dari jumlah korban mengalami kematian.
Data lainnya menyebutkan trauma bakar listrik di Inggris diperkirakan mencapai
sekitar 3-4% dengan mortalitas terdapat 2 pasien dengan trauma serius dan 36
pasien dilaporkan mengalami syok elektrik.2 Kematian akibat trauma listrik pada
karena petir mencapai 7000 kematian pada 34 tahun terakhir di Amerika Serikat.3

Listrik merupakan suatu aliran elektron yang mempunyai kemampuan


untuk berjalan atau melewati dengan baik melalui media yang bersifat konduktor
dan melewati dengan buruk pada benda atau material yang bersifat isolator. 4 Salah
satu konduktor yang baik dalam menghantarkan arus listrik adalah air.5

Kasus kematian akibat trauma listrik yang terjadi di dalam air merupakan
kasus yang banyak terjadi di masyarakat, hal ini dikarenakan air merupakan unsur
yang dekat dengan manusia dan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
dan dalam penggunaannya sering secara tidak sengaja berdekatan dengan sumber
listrik. Derajat keparahan kerusakan jaringan tubuh manusia akibat trauma listik
dipengaruhi oleh jenis sirkuit listrik, lama waktu kontak tubuh dengan listrik,
tahanan dalam jaringan tubuh, besarnya tegangan listik, kuat arus listrik, dan sifat
konduktor media.3

Tujuan edukasi ini adalah untuk memberikan wawasan kepada pasien yang
berkunjung ke rumah sakit tentang bahaya dan tatalaksana sengatan listrik.

3
MATERI EDUKASI

A. Sengatan Listrik
Kecelakaan akibat arus listrik dapat terjadi karena arus listrik
mengaliri tubuh, karena adanya loncatan arus, atau karena ledakan tegangan
tinggi, antara lain akibat petir (De Jong, 2010).
Pada sengatan listrik dapat timbul kerusakan jaringan dengan
spektrum luas, mulai dari luka bakar kulit superfisial sampai kerusakan
organ-organ tubuh hingga kematian.
Kerusakan yang timbul sangat penting untuk mendiagnosis adanya
luka pada jaringan dan organ tubuh agar dapat ditentukan tindakan
selanjutnya. Sebagian besar sengatan listrik terjadi pada anak-anak, remaja,
dan pekerja yang terpapar bahaya listrik.

B. Arus Listrik
Arus listrik menimbulkan kelainan karena rangsangan terhadap saraf
dan otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui arus
menyebabkan luka bakar pada jaringan tersebut. Energi panas dari loncatan
arus listrik tegangan tinggi yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka
bakar yang dalam karena suhu bunga api listrik 2.500°C. Arus bolak-balik
menimbulkan rangsangan yang hebat berupa kejang-kejang. Bila arus
tersebut melalui jantung, kekuatan sebesar 60 miliamper saja sudah cukup
untuk menimbulkan fibrilasi ventrikel. Lebih-lebih kalau arus langsung
mengenai jantung, fibrilasi dapat terjadi oleh arus sebesar 1/10 miliampere.
Kejang tetanik yang kuat pada otot skelet dapat menimbulkan fraktur
kompresi vertebra. Bila kawat berarus listrik terpegang tangan, pegangan
akan sulit dilepaskan akibat kontraksi otot fleksor jari lebih kuat daripada
otot ekstensor jari sehingga korban terus teraliri arus. Pada otot dada
(m.interkostal) keadaan ini menyebabkan gerakan napas terhenti sehingga
penderita mengalami afiksia. Pada tegangan rendah, arus searah tidak
berbahaya dibanding arus bolak-balik dengan ampere yang sama.
Sebaliknya, pada tegangan tinggi, arus searah lebih berbahaya. Panas timbul

4
karena tahanan yang dijumpai waktu arus listrik mengalir, dan dampaknya
tergantung pada jenis jaringan dan keadaan kulit.
Urutan tahanan jaringan dimulai dari yang paling rendah adalah saraf,
pembuluh darah, otot, kulit, tendo dan tulang. Jaringan yang tahanannya
tinggi akan lebih banyak dialiri arus dan panas yang timbul lebih tinggi.
Karena epidermisnya lebih tebal, telapak tangan dan kaki mempunyai
tahanan listrik lebih tinggi sehingga luka bakar yang terjadi akibat arus
listrik di daerah ini juga lebih berat.
Kelancaran arus masuk tubuh juga bergantung pada basah atau
keringnya kulit yang kontak dengan arus. Bila kulit basah atau lembab, arus
akan mudah sekali masuk. Di tempat masuk akan tampak luka masuk yang
berupa luka bakar dengan kulit yang lebih rendah dari sekelilingnya,
sedangkan di tempat arus keluar, yaitu luka keluar, terkesan loncatan arus
keluar.
Panas yang timbul pada pembuluh darah akan merusk akan merusak
intima sehingga terjadi trombosis yang timbul pelan-pelan. Hal ini
menerangkan mengapa kematian jaringan pada luka bakar listrik seakan-
akan progresif dan banyak kerusakan jaringan baru terjadi kemudian.
Ekstremitas yang semula tampak vital, mungkin setelah beberapa hari
menunjukkan nekrosis otot iskemik. Beberapa jam setelah kecelakaan listrik
dapat terjadi sindrom kompartemen karena udem dan trombosis.
Pada kecelakaan tersengat arus lsitrik di daerah kepala, penderita
dapat pingsan lama dan mengalami henti napas. Dapat juga terjadi udem
otak. Akibat samping yang lama baru timbul adalah katarak. Destruksi
jaringan paling berat terjadi dekat luka masuk dan keluar karena di sanalah
arus lsitrik paling kuat (De Jong, 2010).

C. Gambaran Klinis
Listrik dapat menyebabkan kerusakan jaringan sebagai efek langsung
arus listrik searah pada sel dan oleh kerusakan termal dari panas yang
diteruskan oleh jaringan. Energi terbesar terjadi pada titik kontak sehingga
kerusakan jaringan pada daerah tersebut harus diobservasi lebih baik.

5
Luka ke luar sengatan listruk lebih besar daripada luka masuk. Bila
sengatan listrik masuk ke dalam tubuh, kerusakan terbesar terjadi pada
jaringan saraf, pembuluh darah dan otot. Sengatan listrik dapat
mengakibatkan nekrosis berupa koagulasi, kematian saraf dan kerusakan
pembuluh darah. Luka yang ditimbulkan lebih menyerupai jaringan nekrosis
atau kerak daripada luka bakar termal.
Karena ukuran dari luka karena sengatan listrik tidak berkorelasi baik
dengan kerusakan yang ditimbulkan, pemeriksaan teliti untuk luka yang
dalam sangat penting. Luka traumatik sering terjadi bersamaan dengan
sengatan listrik.

D. Diagnosis
Diagnosis sengatan listrik berdasarkan riwayat penyakit. Bila riwayat
penyakit tidak jelas, ciri-ciri luka pada kulit sangat menolong. Pemeriksaan
yang menyeluruh serta memperhatikan luka akibat sengatan listrik sangat
penting untuk mengesampingkan adanya suatu trauma.
Pemeriksaan untuk tulang patah dan dislokasi tetap dilakukan
walaupun tanpa riwayat trauma. Tidak ditemukannya luka sengatan listrik
pada pemeriksaan jaringan mengesampingkan sengatan listrik serius.
Pemeriksaan laboratorium hitung darah lengkap elektrolit, kalsium,
urea nitrogen darah, kreatinin, analisa gas darah, myoglobin (MB), kreatinin
kinase (CK), CK-MB dapat meningkat tanpa adanya kerusakan otot jantung
tapi ada luka otot secara ekstensif. Fungsi hati dan amilase diperiksa bila
diduga ada luka abdomen.
EKG dapat dilakukan bila ada indikasi; pemeriksaan radiologis
dilakukan pada sisi luka sengatan listrik. CT scan kepala merupakan
indikasi pada luka kepala yang berat, koma atau bila ada perubahan mental.

E. Pengobatan
Terlebih dahulu, sebelum penderita ditangani, arus listrik harus
diputus. Harus diingat bahwa penderita mengandung muatan lsitrik selama
masih berhubungan dengan sumber arus. Kemudian, kalau perlu, dilakukan

6
resusitasi jantung dengan masase jantung dan napas buatan mulut ke mulut.
Cairan parenteral harus diberikan. Kadang luka bakar di kulit luar tampak
ringan, tetapi kerusakan jaringan yang lebih dalam, luas dan berat.
Umumnya perlu pemberian cairan lebih banyak dari yang diperkirakan
karena sering kerusakan jauh lebih luas daripada yang disangka. Kalau
banyak terjadi kerusakan jauh lebih luas daripada yang disangka. Kalau
banyak terjadi kerusakan otot, urin akan berwarna gelap oleh mioglobin:
penderita ini perlu diberi manitol dengan dosis awal 25gr, disusul dosis
rumat 12½ gr/jam. Kalau perlu, manitol diberikan sampai enam kali, untuk
memperbaiki fungsi ginjal dan mencegah gagal ginjal. Bila ada udem otak,
dapat diberikan diuretik dan kortikosteroid.

 Putuskan arus listrik


 Resusitasi pernapasan dan peredaran darah
 Diagnosis cedera lain (neurologik, patah
tulang vertebra)
 Pemberian cairan intravena
 Diagnosis luasnya nekrosis
 Eksisi nekrosis bertahap
 Dekompresi melalui fasiotomi untuk
mencegah sindrom kompartemen
 Penanggulangan mioglobinuria

7
F. Komplikasi

1. Kardiovaskular
Kematian mendadak (fibrilasi ventrikel, asistolik), nyeri dada, disritonia,
segmen ST-T abnormal, blok cabang berkas, kerusakan miokardial,
disfungsi ventrikel, MCI, hipotensi (volume deplesi), hipertensi
(pelepasan katekolamin).
2. Neurologis
Status mental, agitasi, koma, kejang, edema serebral, ensefalopati
hipoksia, nyeri kepala, afasia, lemah, paraplegia, kuadriplegia, disfungsi
sumsum tulang, perifer neuropati, insomnia, emosi labil.
3. Kulit
Luka akibat sengatan listrik, akibat sekunder luka bakar
4. Vaskular
Trombosis, nekrosis koagulasi, DIC, ruptur pembuluh darah, aneurisma,
sindrom kompartemen.
5. Pulmonal
Henti napas (sentral atau perifer mis. Tetanus), pneumonia aspirasi,
edema pulmonal, kontusi pulmonal, kerusakan inhalasi.
6. Renal/metabolik
Gagal ginjal akut, mioglobinuria, asidosis metabolik, hipokalemia,
hipokalsemia, hiperglikemia.
7. Gastrointestinal
Perforasi, tukak stres (curling ulcer), perdarahan GIT.
8. Mukular
Mionekrosis, sindrom kompartemen.
9. Skeletal
Fraktur kompressi vertebra, fraktur tulang, dislokasi bahu (anterior dan
posterior), fraktur skapula.
10. Optamologi
Cornel burns, delayed cataract, trombosis atau hemoragia intraokular,
uveitis, fraktur orbita.
11. Pendengaran

8
Hilangnya pendengaran, tinnitus, perforasi membran timpani,
mastoiditis, meningitis.
12. Oral burns
Hemoragia arteri labialis, scarring dan deformitas fasialis, gangguan
bicara, perubahan bentuk mandibula dan gangguan pembentukan gigi.
13. Obstetrik
Aborsi spontan, kematian janin.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Martinez JA, Nguyen T. Electrical injuries. Southern Medical Journal. 2000

2. Cushing TA, Wright RK. Electrical Injuries. Available from :


URL:http://emedicine.medscape.com/article/770179_overvieuw

3. Cooper MA, Price TG. Eectrical and Lightning Injuries. [homepage on the
internet]. C2009 [ cited 2013 November 30 ] Available from :
http://www.uic.edu/labs/lightninginjury/Electr%26Ltn.pdf

4. Gabriel JF. Fisika Kedokteran. 9th ed. Jakarta: EGC: 2002

5. Lenntech org. Water Conductivity. [serial on internet] 2008 [cited 2013 Dec
01];Available from : http://www.lenntech.com/water-conductivity.html

10
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN

11
12

Anda mungkin juga menyukai