Anda di halaman 1dari 51

KEPERAWATAN MATERNITAS

“Asuhan Keperawatan pada ibu melahirkan”

Disusun Oleh :

Hamdani Mr (1911316021)
Fera Azwar (1911316027)
Rosmiati (1911316029)
Zakiah Amalya (1911316034)
Kenanga Rahmadhani (1911316044)
Shelvi Husna Sukrata (1911316050)
Dwi Damayanti Jonatan (1911316057)

Dosen Pembimbing:
Ns. Yanti Puspita Sari., S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
T.A 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan Rahmat dan Hidayahnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada ibu
melahirkan”. Makalah ini dibuat dengan tujuan menambah pengetahuan
penulis dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Dalam
Keperawatan.

Dalam penulisan makalah ini kami masih merasa banyak


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami, ibu Ns.
Yanti Puspita Sari., S.Kep., M.Kep yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Padang,26 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................. i


Daftar Isi ............................................................................. ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Tujuan ......................................................................... 2
BAB II Pembahasan
A. Konsep Persalinan ....................................................... 3
B. Adaptasi fisiologis dan psikologi pada persalinan....................... 25

C. Nyeri Persalinan................................................................................. 28

D. Persalinan dengan bantuan................................................................. 31

E. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal.......................................... 38

BAB III Penutup


A. Kesimpulan .................................................................. 49
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (Marmi, 2012:1)
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang
terutama disebabkan oleh perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi
keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut
sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif. Asuhan kesehatan ibu
selama dua dasawarsa terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih
mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan neonatal trfokus untuk memantau
perkembangan kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya, menyediakan persalinan
dan kesediaan menghadapi komplikasi. Asuhan pasca keguguran untuk penatalaksaan
gawat darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan
kesehatan reproduksi lainnya.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah
menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah
satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi
yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk
menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas,
pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut
derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu
selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan,
membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta untuk mendeteksi
komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan ketidaknormalan dalam proses
persalinan.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep persalinan normal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang adaptasi anatomi fisiologis dan pskologis
pada persalinan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang nyeri persalinan
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada persalinan
normal
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PERSALINAN

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah

cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan

bantuan atau tanpa bantuan (Marmi, 2012:1)

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi

yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pelepasan dan

pengeluaran plasenta serta selaput janin dari tubuh ibu. Persalianan dianggap

normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah

kehamilan 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

Proses persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan menyebabkan

perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhirnya dengan

lahirnya plasenta secara lengkap (Kumalasari, 2015:97)

Persalinan adalah proses parasimpatis, Kondisi fisiologis yang perlu istirahat,

ketenteraman, Rasa nyaman, percaya diri, terutama harus ada rasa Aman

(reuwer dkk, 2009)

2. Tahapan Persalinan

a. KALA I (Pembukaan)

Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi


pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10

menit selama 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung

antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi

menjadi dua fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka

sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10

cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada

permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga

parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-jalan.

Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada

multigravida sekitar 8 jam, Berdasarkan Kurve Friedman,

diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam dan pembukaan

multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu

pembukaan lengkap dapat diperkirakan. (Sulistyawati, 2010).

b. KALA II (Pegeluaran Bayi)

Kala II adalah pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai

bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran

akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2

jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosis

persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah

tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm,.

Gejala utama kala II adalah sebagai berikut:

1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100

detik.

2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan


pengeluaran cairan secara mendadak.

3) Ketuban pecah saat pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser.

4) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi

sehingga kepala bayi membuka pintu: Suboksiput bertindak

sebagai hipomochlion, berturut-turut lahir ubun- ubun besar, dahi,

hidung, dan muka serta kepala seluruhnya.

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung.

6) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi

ditolong dengan jalan berikut:

a) Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu,

kemudian ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu

depan, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang.

b) Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait untuk melahirkan

sisa badan bayi.

c) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

d) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multi gravid

30 menit. (Sulistyawati dkk, 2010).

c. KALA III (Pengeluaran Plasenta)

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan

lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan

nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah

dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda uterus menjadi

bundar, uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen


bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan,

melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede

pada fundus uteri (Manuaba, 2010:147).

Ada 2 metode untuk pelepasan plasenta :

1) Metode schulze

Pelepasan plasenta mulai dari pertengahan, sehingga plasenta lahir diikuti

oleh pengeluaran darah. Metode yang lebih umum terjadi, plasenta

terlepas dari suatu titik pusat dan merosot ke vagina melalui lubang

dalam kantung amnion, pembukaan fetal plasenta muncul pada vulva

dengan selaput ketuban yang mengikuti dibelakang seperti payung

terbalik saat terkelupas dari dinding uterus. Permukaan maternal

plasenta tidak terlihat, dan bekuan darah berada dalam kantong yang

terbalik, kontraksi dan retraksi otot uterus yang menimbulkan

pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darah dengan kuat dan

mengontrol perdarahan (Marmi, 2016:257).

2) Metode Matthews Ducan

Pelepasan plasenta dari daerah tepi sehingga terjadi perdarahan dan

diikuti pelepasan plasenta. Pada metode ini kemungkinan terjadi

bagian selaput ketuban yang tertinggal lebih besar karena selaput

ketuban tersebut tidak terkelupas semua selengkap metode schultze.

Metode ini adalah metode yang berkaitan dengan plasenta letak

rendah didalam uterus. Proses pelepasan berlangsung lebih lama

dan darah yang hilang sangat banyak karena hanya ada sedikit serta

oblik dibagian bawah segmen (Marmi, 2016:257).


Schultze Ducan

Gambar 2.14 Mekanisme Pelepasan Plasenta

Sumber : Daniel E, 2016. Pengeluaran dan pelepasan plasenta Schultze dan Ducan

Untuk mengetahui apakah plasenta telah lepas dari tempat implantasinya, dipakai

beberapa prasat menurut Marmi (2016:258-259).

1) Perasat Kustner

Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri

menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali dalam

vagina berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Perasat ini

hendaknya dilakukan secara hati-hati.

Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat

terjadi.

2) Perasat Strassman

Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri

mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa ada getaran pada tali pusat

yang diregangkan ini, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Bila tidak terasa getaran, berarti plasenta telah lepas dari dinding uterus.

3) Perasat Klein

Wanita tersebut disuruh mengejan dan tali pusat tampak turun ke bawah.

Bila pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali kedalam

vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.

4) Perasat Crede

Dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar plasenta lepas dari

dinding uterus hanya dapat dipergunakan bila terpaksa misalnya

perdarahan. Perasat ini dapat mengakibatkan kecelakaan perdarahan

postpartum. Pada orang yang gemuk, perasat crede sukar atau tidak dapat

dikerjakan.

d. KALA IV (Observasi)

Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV dilakukan

observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi pada 2

jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Tingkat kesadaran pasien

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi, dan pernafasan.

3) Kontraksi uterus.

4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika

jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.(Sulistyawati, 2010).


3. Sebab Mulainya Persalinan

Selama kehamilan dalam tubuh wanita terdapat dua hormone yang dominan:

a. Estrogen

Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan

penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,

prostaglandin ddan mekanis.

b. Progesteron

Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim, menghambat

rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan

mekanis, serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi

(Sulistyawati, 2010).

Adapun teori-teori tersebut diantarannya:

1) Teori Penurunan Hormon

Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi penurunan

kadar esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang

otot-otol polos rahim, jika kadar progesteron turun akan menyebabkan

tegangnya pembuluh darah dan menimbulkan his (Sulistyawati,

2010:4).

2) Teori Plasenta Menjadi Tua

Plasenta yang menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen

dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal

ini akan menimbulkan kontraksi rahim (Marmi, 2012).

3) Teori Distensi Rahim

a) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas


tertentu.

b) Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai.

c) Contohnya pada kehamilan gemeli, sering terjadi kontraksi karena

uterus teregang oleh ukuran janin ganda, sehingga kadang

kehamilan gemeli mengalami persalinan yang lebih dini

(Sulistyawati, 2010:5).

4) Teori Iritasi Mekanis

Di belakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus

frankenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh

kepala janin), maka akan timbul kontraksi uterus (Sulistyawati,

2010:5).

5) Teori Oksitosin

a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior

b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat

mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga terjadi kontraksi

Braxton Hicks.

c) Menurunya konsentrasi progesteron karena magangnya usia

kehamilan menyebabkan ok di fisik meningkatkan aktivitasnya

dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi, dan akhirnya

persalinan dimulai (Rohani, 2011:5)

6) Teori Hipotalamus-Pituitari Dan Glandula Suprenlis

a) Grandula suprarenalis merupakan memicu terjadinya persalinan.

b) Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus

sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk nya


hipotalamus (Sulistyawati, 2010:6).

7) Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah satu

sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa

prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intravena menimbulkan

kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan. Hal ini juga

disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air

ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau

selama proses persalinan (Sulistyawati, 2010:6). Prostaglandin

dihasilkan oleh lapisan dalam rahim diduga dapat menyebabkan

kontraksi rahim. Pemberian prostaglandin dari luar dapat merangsang

kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung

(Bandiyah, 2009:23).

8) Induksi Persalinan

Persalinan dapat juga di timbulkan dengan jalan sebagai berikut.

a) Gagang laminaria : dengan cara laminaria dimasukkan ke dalam

kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus

frankenhauser.

b) Amniotomi : pemecahan ketuban

c) Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infuse

(Sulistyawati, 2010:6)

4. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

a. Power

Menurut Marmi (2016:51) power adalah kekuatan yang mendorong


janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan

ialah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari

ligament, dengan kerja sama yang baik dan sempurna.

1) Kontraksi Uterus (HIS)

Otot rahim terdiri dari 3 lapis, dengan susunan berupa anyaman

yang sempurna. Tediri atas lapisan otot longitudinal dibagian luar,

lapisan otot sirkular dibagian dalam, dan lapisan otot menyilang

diantara keduannya. Dengan susunan demikian, ketika otot rahim

berkontraksi maka pembuluh darah yang terbuka setelah plasenta

lahir akan terjepit oleh otot dan perdarahan dapat berhenti

(Sulistyawati, 2010:24).

2) Kontraksi dinding rahim.

3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.

4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.

Tabel 2.3

Perbedaan antara His palsu dan His sejati

Jenis
His Palsu His Sejati
Perubahan
Karakteristik Tidak teratur dan tidak Timbul secara teratur dan

Kontraksi semakin sering semakain sering,

(disebut kontraksi berlangsung selama 30-

Braxton Hicks). 70 detik.


Pengaruh Jika ibu berjalan atau Meskipun posisi atau

gerakan beristirahat atau jika gerakan ibu berubah,

tubuh. posisi tubuh ibu kontraksi tetap dirasakan

berubah, kontraksi
akan menghilang atau

berhenti.
Kekuatan Biasanya lemah dan Kontraksinya semakin

Kontraksi tidak semakin kuat kuat.

(mungkin menjadi kuat

lalu melemah).
Nyeri karena Biasanya hanya Biasanya berawal di

kontraksi dirasakan di tubuh punggung dan menjalar

bagian depan. ke depan.


Sumber : Marmi, 2016:54).

b. Passage

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar

panggul, vagina, dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya

terhadap jalan lahir yang relative kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk

panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. Jalan lahir dibagi

atas :

1) Bagian keras : Tulang-tulang panggul.

2) Bagian lunak : Uterus, otot dasar panggul dan perineum

(Prawirohardjo, 2011:289).

Ruang panggul (Pelvic Cavity) dibagi menjadi 2, yaitu:

a) Pelvis mayor (flase pelvic), diatas linea terminalis.

b) Pelvis minor (true pelvic), dibawah linea terminalis (Rohani,

2011:23).

Bidang-bidang Panggul

Bidang hodge adalah bidang semua sebagai pedoman untuk


menentukan kemajuan persalinan, yaitu seberapa jauh penurunan

kepala melalui pemeriksaan dalam atau vaginal toucher (VT). Bidang

hodge terbagi empat antara lain sebagai berikut:

a) Bidang Hodge I

Bidang setinggi pintu atas panggul (PAP) yang dibentuk oleh

promontorium, artikulasio sakro-illiaka, sayap sacrum, linea

inominata, ramus superior os. Pubis, tepi atas simpisis pubis

(Rohani dkk, 2011:23).

b) Bidang Hodge II

Bidang setinggi pinggir bawah simpisis pubis, berhimpit dengan

PAP (Hodge I) (Rohani dkk, 2011:23).

c) Bidang Hodge III

Bidang setinggi spina ischiadica berhimpit dengan PAP (Hodge I)

(Rohani dkk, 2011:23).

d) Bidang Hodge IV

Bidang setinggi ujung koksigis berhimpit dengan PAP (Rohani

dkk, 2011:23).

c. Pasanger

1) Janin

Hubungan janin dengan jalan lahir:

a) Sikap : Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin satu sama

lain. Biasanya tubuh janin berbentuk lonjong (avoid) kira-kira

sesuai dengan kavum uterus.

b) Letak (situs) : Menujukkan hubungan sumbu janin dengan sumbu

jalan lahir. Bila kedua sumbunya sejajar disebut letak memanjang,


bila tegak lurus satu sama lain disebut letak melintang.

c) Presentasi dan bagian bawah : Presentasi menunjukkan bagian

janin yang berada dibagian terbawah jalan lahir.

d) Posisi dan Penyebutnya : Posisi menujukan hubugan bagian janin

tertentu (Penyebut, umpamanya ubun- ubun kecil, dagu atau

sacrum) dengan bagian kiri, kanan, depan, lintang (lateral) dan

belakang dari jalan lahir (Sulistyawati, 2010:32).

2) Plasenta

Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap

sebagai penumpang yang menyertai janin.

Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada persalinan

normal. Dimana plasenta memiliki peranan berupa tansport zat dari ibu

ke janin, penghasil hormone yang berguna selama kehamilan, serta

sebagai barier. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila

terjadi kelaianan pada plasenta akan menyebabkan kelaianan pada janin

ataupun mengganggu proses persalinan (Marmi, 2012).

3) Air ketuban

Merupakan elemen penting dalam proses persalinan. Air ketuban dapat

dijadikan acuan dalam menentukan diagnose kesejahteraan janin

(Sulistyawati, 2010:32).

d. Posisi

Ganti posisi secara teratur kala II persalianan karena dapat mempercepat

kemajuan persalinan. Bantu ibu memperoleh posisi yang paling nyaman

sesuai dengan keinginannya.

e. Penolong persalinan
Kehadiran penolong yang berkesinambungan (bila diinginkan ibu) dengan

memelihara kontak mata seperlunya, bantuan member rasa nyaman,

sentuhan pijatan dan dorongan verbal, pujian serta penjelasan mengenai

apa yang terjadi dan beri nernagai informasi.

f. Pendamping persalinan

Pendamping persalinan merupkan factor pendukung dalam lancarnya

persalinan. Dorong dukungan berkesinambungan, harus ada sesorang yang

menunggui setiap saat, memegang tangannya dan memberikan

kenyamanan.

g. Psikologi ibu

Melibatkan psikologi ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman

bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada

kehidupan ibu. (Walyani, 2014:76-77).

5. Mekanisme Persalinan

Engagement dan penurunan merupakan dua mekanisme persalinan.

Mekanisme persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin untuk

menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Ada tiga ukuran diameter kepala janin

yang digunakan sebagai patokan dalam mekanisme persalinan normal, antara

lain :

a. Jarak biparenatal, merupakan diameter melintang terbatas dari kepala

janin, dipakai di dalam definisi penguncian (engagement).

b. Jarak suboksipito bregmatika, jarak antara batas leher dan oksiput ke

anterior fontanel, ini adalah diameter yang bersangkutan dengan presentasi

kepala.
c. Jarak oksipitomental, merupakan diameter terbesar dari kepala janin, ini

adalah diameter yang bersangkutan dengan hal presentasi dahi.

Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap gerakan

kepala janin di dasar panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh

anggota badan bayi.

1) Penurunan kepala

Terjadi selama proses persalianan karena daya dorong dari kontraksi

uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.

Gambar 2.15 Asinklitismus Anterior


Sumber : Wiknjosastro, Gulardi H, dkk. 2009:311

2) Penguncian (engagement)

Tahap penurunan pada waktu diameter biparetal dari kepala janin

telah melalui lubang masuk panggul pasien.

Gambar 2.16 Asinklitimus anteroposterior


Sumber : Wiknjosastro, Gulardi H, dkk, 2009:310.

3) Fleksi

Dalam proses masuknya kepala janin ke dalam panggul, fleksi


menjadi hal yang sangat penting karena dengan fleksi diameter

kepala janin terkecil dapat bergerak melalui panggul dan terus

menuju dasar panggul. Pada saat kepala bertemu dengan dasar

panggul, tahannya akan meningkatkan fleksi menjadi bertambah

besar yang sangat diperlukan agar saat sampai di dasar panggul

kepala janin sudah dalam keadaan fleksi maksimal.

Gambar 2.17 Asinklitismus Posterior


Sumber : Wiknjosastro, Gulardi H, dkk. 2009:311.

4) Putaran paksi dalam

Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter

anteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala menyesuaikan dari

dengan diameter anteroposterior dari panggul pasien. Pada

umunya rotasi penuh dari kepala ini akan terjadi ketika kepala

telah sampai di dasar panggul atau segera setelah itu. Perputaran

kepala yang dini kadang-kadang terjadi pada multipara atau pasien

yang mempunyai kontraksi efisien.

5) Lahirnya kepala dengan cara ekstensi

Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput posterior.

Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana

gaya tersebut membentuk lengkungan carus, yang mengarahkan

kepala ke atas menuju lorong vulva. Bagian leher belakang di

bawah oksiput akan bergeser ke bawah simpisis pubis dan bekerja


sebagai titik poros (hipomoklion). Uterus yang berkontraksi

kemudian memberikan tekanan tambahan di kepala yang

menyebabkan ekstensi lebih lanjut saat lubang vulva-vagina

membuka lebar.

Gambar 2.18 Kepala janin ekstensi


Sumber : Manuaba, dkk. 2010:185.

6) Restitusi

Restitusi adalah perputaran kepala sebesar 45 derajat baik ke kanan

atau ke kiri bergantung kepada arah dimana ia mengikuti

perputaran menuju posisi oksiput anterior.

Gambar 2.19
Ekspulsi kepala janin
Sumber : Manuaba, dkk. 2010:185.

7) Putaran paksi luar

Putaran ini terjadi bersama dengan putaran internal dari bahu.

Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan


mengalami perputaran dalam arah yang sama dengan kepala, janin

agar terletak dalam diameter yang besar dari rongga panggul.

Bahu anterior akan terlihat pada lubang vagina-vulva, dimana ia

akan bergeser dibawah simpisis pubis. (Sulistyawati A, 2010:109-

111).

Gambar 2.20 Rotasi eksternal


Sumber : Manuaba, dkk. 2010:185.

6. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan

Beberapa kebutuhan dasar ibu selama proses persalinan antara lain :

a. Kebutuhan fisiologis

1) Oksigen

2) Makan dan minum

Beberapa waktu yang lalu pemberian makanan padat pada pasien

memungkinkan sewaktu-waktu memerlukan tindakan anastesi

tidak disetujui, karena makanan yang tertinggal dilambung akan

menyebabkan aspirasi pneumoni (terdesak dan masuk dalam

saluran pernafasan). Penatalaksanaan yang tepat dan bijaksana

yang dapat dilakukan bidan adalah melihat situasi pasien artinya

intake cairan dan nutrisi tetap dipertimbangkan untuk diberikan

dengan konsistensi dan jumlah yang logis dan sesuai dengan


kondisi pasien (Sulistyawati, 2010:41)

3) Istirahat

Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat rileks.

Diawal persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk istirahat yang

cukup sebagai persiapan untuk menghadapi persalinan yang

panjang. Posisi dikombinasikan dengan aktivitas dalam ambulasi

agar penurunan kepala janin dapat lebih maksimal (Nugraheny,

2010:47).

4) Buang Air kecil (BAK)

Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri sehingga

penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi terpenuhi

(Sulistyawati, 2010:42)

5) Buang Air Besar (BAB)

Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan

dorongan untuk BAB. Dalam kondisi ini penting bagi keluarga

serta bidan untuk menunjukkan respons yang positif dalam hal

kesiapan untuk memberikan bantuan dan menyakinkan pasien

bahwa ia tidak perlu merasa risih atau sungkan untuk

melakukannya (Sulistyawati, 2010:43)

6) Posisi dan Ambulasi

Posisi yang aman selama persalinan sangat diperlukan bagi pasien.

Selain mengurangi pada ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu

justru akan memebantu proses penurunan kepala janin sehingga

persalinan akan berjalan lebih cepat (selama tidak ada kontra

indikasi dari keadaan pasien). Beberapa posisi dapat diambil antara


lain Rekumben lateral (miring), lutut-dada duduk, berdiri, berjalan,

dan jongkok (Nugraheny, 2010:43)

7) Akses intravena

Ada 2 tujuan pemasangan infus, yakni:

 Sebagai jalur obat, cairan atau darah untuk mempertahankan

keselamatan ketika terjadi kegawatdaruratan obstetric.

 Sebagai cara mempertahankan hidrasi maternal.

(Helen Varney, 2008:696)

7. Tanda dan Gejala persalinan

a. Perasaan Distensi Berkurang (Lightening)

Lightening yang mulai dirasa kira-kira dua minggu seelum persalinan,

adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis minor

(Varney, 2007:672).

b. Perubahan serviks

Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas Braxton

hiks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda

sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapan

untuk persalinan. Setelah menentukan kematangan serviks, bidan dapat

meyakinkan ibu bahwa ia akan berlanjut ke proses persalinan begitu

muncul kontraksi persalinan dan bahwa waktunya sudah dekat (Asri

dkk, 2013:24).

c. Persalinan palsu

Kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang member pengaruh signifikan

terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya

sebenarnya timbul akibat kontraksi Beaxton hicks yang tidak nyeri,


yang telah terjadi sekitar enam minggu kehamilan (Varney, 2007:673).

d. Ketuban pecah

Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan.

Apabila terjadi sebelum awitan persalian, disebut ketuban pecah dini

(KPD). Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan

cukup bulan dan mengalai KPD mulai mengalami persalinan spontan

mereka dalam waktu 24 jam (Asri dkk, 2013:24).

e. Blood show

Plak lender disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir

serviks pada awak kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan

menutup jalan lahir selama kehamilan. Pengeluaran plak inilah yang

dimaksud sebagai bloody show. BloOdy show paling sering terlihat

sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan

dengan cermat dari perdarahan murni. Ketika melihat rabas tersebut,

wanita seringkali berfikir bahwa ia melihat tanda persalinan. Kadang-

kadang seluruh plak lendir dikeluarkan dalam bentuk massa. Plak yang

keluar pada saat persalinan berlangsung dan terlihat pada vagina

seringkali disangka tali pusat yang lepas. Blody show merupakan tanda

persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24 sampai 48 jam (Asri,

2013:25).

f. Lonjakan energy

Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai 48

jam sebelum awitan persalinan. Setelah beberapa hari dan minggu

merasa letih secara fisik dan lelah secara hamil, mereka terjaga pada

suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga penuh. Para wanita
ini merasa enerjik melakukan sebelum kedatangan bayi, selama

beberapa jam sehingga mereka semangat melakukan berbagai aktivitas

yang sebelumnya tidak mampu mereka lakukan, akibatnya mereka

memasuki masa persalinan dalam keadaan letih.

Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaskan selain bahwa hal

tersebut terjadi alamiyah, yang memungkinkan wanita tersebut

memperoleh energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan.

Wanita tersebut harus di beri informasi tentang kemungkinan lonjakan

energi ini dan diarahkan untuk menahan diri menggunakannya dan

menghematnya untuk persalinan (Asri, 2013:25).

B. ADAPTASI FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGI PADA PERSALINAN

Adaptasi Fisiologis

1. Adaptasi janin

a. Denyut jantung janin

Pemantauan djj memberi informasi yang dapat dipercaya dan dapat digunakan

untuk memprediksi keadaan janin yang berkaitan dengan oksigenasi, djj

rata-rata pada aterm adalah 140 denyut / menit, batas normalnya adalah 110

sampai 160 denyut /menit. Pada kehamilan yang lebih muda djj lebih tinggi

dengan nilai rata-rata 160denyut / menit

b. Sirkulasi darah janin

Sirkulasi darah janin dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah

posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan darah dan aliran darah tali pusat,

kebanyakan apabila janin yang sehat mampu mengompensasi stres ini, biasanya

aliran darah tali pusat tidak terganggu oleh kontraksi uterus atau posisi janin.
c. Pernafasan dan gerakan janin

Pada waktu persalinan pervaginam 7 sampai 42 ml air ketuban diperas keluar dari

paru-paru, tekanan oksigen janin menurun, tekanan karbondioksida arteri

meningkat, gerakan janin masih sama seperti masa kehamilan tetapi akan

menuruns etelah ketuban pecah.

2. Adaptasi ibu

a. Perubahan kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler wanita selama proses persalinan, pada

setiap kontraksi 400 ml darah akan dikeluarkan dari uterus dan masuk ke sistem

vaskuler ibu, hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15%

pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30% sampai 50% pada tahap kedua

persalinan, untuk mengantisipasi perubahan tekanan darah, ada beberapa

faktor yang mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah yang menurun

pada arteri uterus akibat kontraksi dialirkan kembali ke pembuluh darah

perifer, timbul tahanan perifer, tekanan darah meningkat dan frekwensi

denyut nadi menurun. Pada persalinan tahap pertama, kontraksi uterus

meningkatkan tekanan sistolik 10 mmHg sedangkan pada tahap kedua sekitar 30

mmHg dan tekanan diastolik sampai 25 mmHg.

b. Perubahan pernafasan

Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat

daripeningkatan frekwensi pernafasan, pada tahap kedua persalinan jika ibu tidak

diberi obat-obatan maka ia akan memakai oksigen hampir dua kali lipat.

c. Perubahan pada ginjal

Pada trimester kedua kandung kemih menjadi organ abdomen, apabila terisi,

kandung kemih akan teraba diatas simpisis pubis. Selama persalinan wanita dapat
mengalami kesulitan berkemih secara spontan akibat berbagai alasan : edema

jaringan akibat tekanan bagian presentasi, perasaan tidak nyaman dan rasa malu

d. Perubahan integumen

Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daerah

introitus vagina, meskipun daerah itu dapat meregang namun dapat terjadi

robekan-robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina sekalipun tidak

dilakukan episiotomi atau tidak terjadi laserasi.

e. Perubahan muskuloskeletal

Sistem ini mengalami stres selama persalinan,nyeri punggung dan nyeri sendi

terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm, proses

persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan

kram tungkai.

f. Perubahan neurologi

Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman selama

persalinan, perubahan sensoris terjadi saat memasuki tahap persalinan pertama

dan masuk ke tahap berikutnya.

g. Perubahan pencernaan

Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna, bibir dan mulut menjadi kering

akibat bernafas lewat mulut, dehidrasi dan sebagai respons emosi

terhadap persalinan. Selama persalinan motilitas dan absorpsi saluran cerna

menurun dan pada waktu pengosongan lambung menjadi lambat, seringkali

ada rasa mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna, mual dan

sendawa juga terjadi sebagai respons refleks terhadap dilatasi serviks lengkap.

h. Perubahan endokrin

Sistem endokrin aktif selama persalinan, awal persalinan dapat


diakibatkan penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen,

prostaglandin danoksitosin, metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah

dapat menurun akibat proses persalinan.

Adaptasi Psikologi

Beberapa keadaan yang dapat terjadi pada ibu dalam persalinan, terutama bagi ibu

yang pertama kali melahirkan, Perubahan-perubahan tersebut adalah:

 Perasaan tidak enak.

 Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi. Ibu dalam

menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain apakah akan

berjalan normal. Menganggap persalinan sebagai cobaan.

 Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya.

C. NYERI PERSALINAN

1. Pengertian Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan merupakan rasa sakit yang ditimbulkan saat persalinan yang

berlangsung dimulai dari kala I persalinan, rasa sakit terjadi karena adanya aktifitas

besar di dalam tubuh ibu guna mengeluarkan bayi, semua ini terasa menyakitkan

bagi ibu. Rasa sakit kontraksi dimulai dari bagian bawah perut, mungkin juga

menyebar ke kaki, rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu mencapai puncak,

kejadian itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi untuk mendorong bayi keluar

dari dalam rahim ibu (Danuatmaja, 2004, dalam Adriana, 2012, hal. 14).

Menurut Judha dkk (2012, hal. 75) rasa nyeri dalam persalinan adalah manifestasi dari

adanya kontraksi otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada
pinggang darah perut dan menjalar kea rah paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya

pembukaan mulut rahim (servik).

2. Penyebab Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan kala-satu adalah akibat dilatasi seviks dan sagmen uterus bawah

dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen. Faktor

penyebab nyeri persalinan adalah :

a) berkurangnya pasokan oksigen ke otot rahim (nyeri persalinan menjadi lebih

hebat jika interval antara kontraksi singkat, sehingga pasokan oksigen ke otot

rahim belum sepenuhnya pulih)

b) meregangnya leher rahim (effacement dan pelebaran)

c) tekanan bayi pada saraf di dan dekat leher rahim dan vagina

d) ketegangan dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi panggul

selama kontraksi dan turunnya bayi

e) Tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan anus

f) Meregangnya otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina

g) Ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan dikeluarkannya hormon

stress dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin, dan lain- lain) yang

mengakibatkan timbulnya nyeri persalinan yang lama dan lebih berat (Simkin, P.,

Whalley, J., dan Keppler, A., 2007, hal. 150).

3. Fisiologi Nyeri Persalinan

Rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot uterus,

peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia rahim (penurunan aliran darah

sehingga oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi arteri miometrium.


Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah nyeri viseral yang

berlokasi di bawah abdomen menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke

paha. Biasanya nyeri dirasakan pada saat kontraksi saja dan hilang pada saat relaksasi.

Nyeri bersifat lokal seperti kram, sensasi sobek dan sensasi panas yang disebabkan

karena distensi dan laserasi serviks, vagina dan jaringan perineum.

Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan refleks fisik. Nyeri persalinan

memberikan gejala yang dapat diidentifikasi seperti pada sistem saraf simpatis yang

dapat terjadi mengakibatkan perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan warna kulit.

Ekspresi sikap juga berubah meliputi peningkatan kecemasan, mengerang, menangis,

gerakan tangan (yang menandakan rasa nyeri) dan ketegangan otot yang sangat di

seluruh tubuh (Bobak I. M., at all. 2004, hal. 253).

4. Intervensi Nyeri

Rasa sakit yang dialami ibu selama proses persalinan sangat bervariasi tingkatannya.

Untuk itu perlu dukungan selama persalinan untuk mengurangi rasa nyeri selama

proses persalinan. Penny simpkin (2007) mengatakan cara untuk mengurangi rasa

sakit ini ialah : mengurangi sakit langsung dari sumbernya, memberikan ransangan

alternatif yang kuat, mengurangi reaksi mental negatif, emosional dan fisik ibu

terhadap rasa sakit. Pendekatan pengurangan rasa nyeri persalinan dapat dilakukan

dengan pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis.

Manajemen secara farmakologis adalah dengan pemberian obat-obatan sedangkan

nonfarmakogis tanpa obat-obatan. Cara farmakologis adalah dengan pemberian obat-

obatan analgesia yang bisa disuntikan melalui infus intravena yaitu saraf yang
mengantar nyeri selama persalinan. Tindakan farmakologis masih menimbulkan

pertentangan karena pemberian obat selama persalinan dapat menembus sawar

plasenta, sehingga dapat berefek pada aktifitas rahim. Efek obat yang diberikan

kepada ibu terhadap bayi dapat secara langsung maupun tidak langsung (Mander,

2005).

Manajemen secara nonfarmakologis sangat penting karena tidak membahayakan bagi

ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika diberikan kontrol nyeri yang

kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. Banyak teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri selama kala I meliputi, relaksasi, akupresur,

kompres dingin atau hangat, terapi musik, hidroterapi dan masase (Mander, 2005

dalam Adriana 2012, hal 18).

D. PERSALINAN DENGAN BANTUAN

1. Persalinan dengan Bantuan Forsep

Indikasi persalinan dengan bantuan forsep adalah kebutuhan untuk memperpendek

kala dua pada kasus distosia atau untuk membantu upaya mendorong ibu yang

kurang (pada ibu yang kelelahan akibat anastesi atau epidural) atau membantu proses

persalinan pada ibu dengan dekomensasi kordis. Indikasi pada janin adalah

presentasi belum pasti, atau janin berhenti berotasi, dan juga dan dimasukkan ke

kanalis servikalis atau dipasang pada diagfragma yang diletakkan dekat serviks.

Selain hormonal, penggunaan gagang upaya melahirkan kepala pada presentasi

bokong. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persalinan bantuan forsep adalah

pembukaan sudah lengkap, bagian terendah sudah masuk panggul, presentasi vertex,

selaput ketuban sudah pecah, dan tidak boleh ada CPD (Machmudah, 2010).
2. Persalinan dengan Bantuan Vakum Ekstraksi

Ekstrasi vakum merupakan alterfnatif yang sangat membantu untuk menggantikan

tindakan forceps rendah pada saat ibu meras letih dan tidak mampu mengejan dengan

efektif. Disamping itu, ekstrasi Vakum kadang – kadang dipakai untuk membantu

memutar presentasi melintang atau oksiput posterior menjadi posisi anterior. Dengan

menggunakan ekstraksi vacum, kemungkinan laserasi atau keharusan untuk

melakukan episiotomi akan lebih kecil bila dibandingkan dengan tindakan forseps.

Namun demikian, ekstraksi vacum relatif berlangsung lambat sehingga tidak

dilakukan pada keadaan fetal distress (Manuaba, 2009).

3. Persalinan Sectio Cesarea (SC)

Persalinan SC adalah kelahiran bayi melalui abdomen dan insisi uterus (Bobaket al,

2005). Kehilangan pengalaman melahirkan anak secara tradisional dapat

memberikan efek negative pada konsep diri ibu. Tujuan SC adalah memelihara

kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya, yaitu karena adanya indikasi yang

mendukung.

Indikasi dilakukan SC adalah distosia, SC ulang, presentasi bokong, dan gawat janin

(Bobaket al, 2005). Indikasi lain antara lain infeksi, prolaps tali pusat, preeklamsia,

plasenta previa, solusio plasenta, malpresentasi, dan anomaly janin, seperti

hidrosephalus.

Komplikasi yang ditimbulkan SC antara lain, aspirasi, emboli pumoner, infeksi luka,

luka, tromboplebitis, perdarahan, infeksi saluran kemih (ISK), cedera pada kandung
kemih, dan komplikasi yang berhubungan dengan anastesia

PATHWAY

Progesteron ↓ oksitosin ↑ oto-otot rahim


pengaruh janin prostaglandin
Estrogen ↑ pd akhir kehamilan meregang

Kerentanan otot kontraksi otot


rahim ↑ rahim

Kala I

Laten aktif

estrogen dan rahim besar napas mulut kontraksi ↑


progesteron dan meregang

oksitosin ↑ iskemia alat sirkulasi O2 dilatasi


uterus
rahim maternal 4-8 cm

kadar sirkulasi uretroplasenta hipoksia tekanan


pada
prostaglandin↑ terganggu jaringan janin jaringan

kontraksi uterus hipoksia jaringan


Resti kerusakan Resti kerusakan
pertukaran gas pertukaran gas
Nyeri Resti cedera
pd janin Transisi

metabolisme ↑ kepala bayi turun

kadar aliran darah ↓ menekan janin

aliran balik vena ↓


Hipoksia jaringan

Resti penurunan
curah jantung

Kala II

Kontraksi uterus
Dorongan fetus ke uterus dan Dorong kuat pada janin ke arah serviks dan
serviks perinium Upa

regangan pada uterus dan serviks Terjadi peregangan yang sangat besar di
↑ daerah serviks&perinium

Perangsangan reseptor nyeri pada


uterus dan serviks Resiko Kerusakan Integritas Kulit (Ibu)

Nyeri

Kala III
(Pelepasan dan Pengeluaran Uri)

Terlepasnya plasenta dari endometrium

Kesulitan dengan Diikuti o


Trauma Jaringan pelepasan plasenta si

Terputusnya klien Teknik pelepasan dan Keluarn


kontinuitas jaringan pengeluaran uri yang tidak 1
tepat

Pelepasan Risik
neurotransmitter nyeri di Vo
korteks serebral Risiko Cedera Maternal

Nyeri
Kala IV
Plasenta lahir kelahiran bayi
robekan pada

jalan lahir

kontraksi uterus pemulihan sistem tubuh pertambahan anggota


keluarga trauma jaringan (perineum)

sirkulasi tremor otot Perubahan proses


episiotomi keluarga
uteroplasenta
berlanjut trauma mekanis
atau edema otot Resti infeksi

Nyeri
perdarahan

Resti kekurangan
volume cairan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
KALA I
N DIAGNOSA
NOC NIC
O KEPERAWATAN
1Nyeri berhubungan dengan
Tujuan: nyeri berkurang 1. Kaji derajat nyeri
kontraksi uterus Kriteria evaluasi : secara verbal dan non
1. Pasien melaporkan verbal.
nyeri berkurang 2. Anjurkan berkemih 1-
2. Pasien tampak relaks 2 jam, palpitasi di atas
atau tenang diantara simpisis pubis.
kontraksi 3. Ajarkan pasien untuk
mengedan yang
efektif dan relaksasi
saat tidak ada his.
4. Berikan
analgetik/alfafrodin
hidroklorida atau
meperidin
hidroklorida per
IV/IM diantara
kontraksi.

2 Risiko cidera berhubungan Tujuan: tidak terjadi cerera 1. Pantau DJJ


dengan hipoksia jaringan, janin 2. Catat kemajuan
hiperkapnea Kriteria evaluasi: persalinan
1. DJJ dalam batas 3. Lakukan pemeriksaan
normal (120-160 leophol
x/menit) 4. Posisikan janin miring
2. Tidak ada perubahan 5. Kolaborasi dalam
periodik yang pemberian O2
berbahaya

3 Perubahan eliminasi urine Tujuan: perubahan eliminasi 1. Catat dan bandingkan


berhubungan dengan urine teratasi sehingga masukan dan haluaran
perubahan hormonal memudahkan kemajuan urine
dalam persalinan 2. Anjurkan untuk sering
Kriteria evaluasi: berkemih 1-2 jam
1. Pasien 3. Palpasi di atas
mengosongkan simpisis pubis
kandung kemih 4. Kolaborasi dalam
dengan cepat melakukan
2. Pasien bebas dari kateterisasi
cedera kandung
kemih

4 Risiko kerusakan pertukaran Tujuan: tidak terjadi 1. Kaji adanya faktor


gas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas maternal/kondisi yang
perubahan suplai darah Kriteria evaluasi: menurunkan
1. DJJ dan variabilitas uteroplasenta.
denyut dalam batas 2. Pantau DJJ setiap 15-
normal (120- 30 menit
160x/menit) 3. Periksa DJJ segera
2. TTV dalam batas setelah ketuban pecah
normal terutama (periksa setiap 15
respirasi normal (16- menit).
20x/menit) 4. Pertahankan dan catat
warna, jumlah amnion
saat ketuban pecah.
5. Anjurkan pasien
miring kiri.
6. Ajarkan pasien
menarik napas dalam.

5 Risiko penurunan curah Tujuan: tidak terjadi 1. Kaji TTV diantara


jantung berhubungan dengan penurunan curah jantung kontraksi.
penurunan aliran darah Kriteria evaluasi: 2. Pantau adanya edema
1. TTV dalam batas dan luasnya, pantau
normal DJJ.
- TD : 100- 3. Catat masukan
120/60-80 mmHg parenteral dan oral
- RR : 16- dan haluaran secara
20x/menit akurat. Ukur berat
-N : 60- jenin bila fungsi ginjal
80x/menit menurun.
-S : 4. Tes urin terhadap
36,5-37,4oC albumin
2. DJJ dalam batas
normal (120-
160x/menit)

6 Kerusakan integritas Tujuan : tidak 1. Bantu klien/pasangan


kulit/jaringan berhubungan terjadi kerusakan integritas dengan posisi yang
dengan pencetusan kulit tepat, pernapasan dan
pesalinan, pola kontraksi Kriteria evaluasi : upaya untuk rileks
hipertonik, janin besar, 1. Otot-otot perineal 2. Bantu sesuai
pemakaian forsep rileks selama upaya kebutuhan dengan
mengejan manuver tangan ;
2. Bebas dari laserasi berikan tekanan pada
yang dapat dicegah dagu janin melalui
perineum ibu saat
tekanan pengeluaran
pada oksiput dengan
tangan lain
3. Bantu dengan
episiotomi garis
tengah atau
mediolateral bila
perlu
4. Bantu dengan
penggunaan forsep
pada kepala janin,
bila perlu
6 Risiko kekurangan volume Tujuan: pemenuhan 1. Pantau TTV dan DJJ.
cairan berhubungan dengan kebutuhan cairan 2. Pantau tanda-tanda
kurangnya intake, muntah terpenuhi dehidrasi.
dan diaphoresis Kriteria evaluasi: 3. Catat waktu dan
1. TTV dalam batas mekanisme pelepasan
normal plasenta.
 TD : 4. Kolaborasi dalam
100-120/60-80 pemberian cairan
mmHg perenteral
 RR : 16-
20x/menit
 N : 60-
80x/menit
 S :
36,5-37,4oC
2. Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi
7 Risiko terhadap cedera Tujuan : tidak terjadi cedera 1. Palpasi fundus dan
maternal berhubungan terhadap ibu masase dengan
dengan posisi selama Kriteria hasil perlahan
melahirkan, kesulitan 1. Bebas dari cedera 2. Masase fundus
pelepasan plasenta maternal secara perlahan
setelah
pengeluaran
plasenta
3. Bersihkan vulva
dan perineum
dengan air dan
larutan antiseptik
steril, berikan
pembalut.
4. Rendahkan kaki
klien secara
simultan dari
pijakan kaki
5. Kolaborasi
pemberian
oksitosin IV,
posisikan kembali
uterus di bawah
pengaruh anastesi,
dan berikan
ergonovin maleat
IM setelah
penempatan uterus
kembali
6. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
profilaktik
8 Risiko tinggi infeksi Tujuan: tidak terjadi infeksi 1. Observasi TTV
berhubungan dengan adanya Kriteria evaluasi: terutama suhu.
luka epiostomi. 1. Tidak ada tanda- 2. Kaji tanda-tanda
Tujuan: tidak terjadi infeksi tanda infeksi infeksi.
Kriteria evaluasi: 2. TTV dalam batas 3. Pertahankan tehnik
1. Tidak ada tanda-tanda normal terutama suhu aseptik.
infeksi 4. Kolaborasi dalam
2. TTV dalam batas pemberian antibiotik
normal terutama suhu dan kaji efek samping

9 Perubahan proses keluarga Tujuan: penerimaan 1. Observasi interaksi


berhubungan dengan transisi anggota baru dalam ibu dan bayi serta
atau peningkatan keluarganya keluarganya.
perkembangan anggota Kriteria evaluasi: 2. Catat adanya
keluarga. 1. Ibu mengatakan pengungkapan atau
merasakan perilaku yang
kebahagiaan menunjukkan
memiliki bayi. kekecewaan.
2. Ibu tampak 3. Berikan ibu menyusui
menyusui bayinya bayinya.
dengan penuh cinta 4. Anjurkan pasien dan
3. Ibu tampak keluarga
menerima kehadiran menggendong bayinya
bayi.

KALA II
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan Tujuan : nyeri berkurang 1. Identifikasi derajat
dengan tekanan mekanik Kriteria hasil: ketidaknyamanan
pada bagian presentasi, 1. Mengungkapkan dan sumbernya
dilatasi/peregangan penurunan nyeri 2. Pantau dan catat
jaringan, kompresi saraf, 2. Menggunakan teknik aktivitas uterus
pola kontraksi semakin yang tepat untuk pada setiap
intensif mempertahankan kontraksi
kontrol, istirahat di 3. Berikan dukungan
antara kontraksi. dan informasi yang
berhubungan
dengan kemajuan
persalinan
4. Anjurkan klien atau
pasangan untuk
mengatur upaya
mengejan dengan
spontan, daripada
dilakukan terus-
menerus,
mendorong selama
kontraksi
5. Pantau penonjolan
perineal dan rektal,
pembukaan muara
vagina dan tempat
janin
6. Bantu klien
memilih posisi
optimal untuk
mengejan (Mis
jongkok, rekumben
lateral, posisi semi
fowler atau
penggunaan kursi
melahirkan).
7. Kaji keefektifan
upaya untuk
mengejan ; bantu
klien untuk
merelakskan semua
otot dan beristirahat
diantara kontraksi
2. Risiko cidera terhadap Tujuan : tidak terjadi cedera 1. Palpasi fundus dan
janin berhubungan dengan terhadap ibu masase dengan
hipoksia jaringan, Kriteria hasil perlahan
hiperkapnea 1. Bebas dari cedera 2. Masase fundus
maternal secara perlahan
setelah
pengeluaran
plasenta
3. Bersihkan vulva
dan perineum
dengan air dan
larutan antiseptik
steril, berikan
pembalut.
4. Rendahkan kaki
klien secara
simultan dari
pijakan kaki
5. Kolaborasi
pemberian
oksitosin IV,
posisikan kembali
uterus di bawah
pengaruh
anastesi, dan
berikan ergonovin
maleat IM setelah
penempatan
uterus kembali
6. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
profilaktik
3. Kerusakan integritas Tujuan : tidak terjadi 1. Bantu
kulit/jaringan berhubungan kerusakan integritas kulit klien/pasangan
dengan pencetusan Kriteria evaluasi : dengan posisi yang
pesalinan, pola kontraksi 1. Otot-otot perineal rileks tepat, pernapasan
hipertonik, janin besar, selama upaya mengejan dan upaya untuk
pemakaian forsep 2. Bebas dari laserasi yang rileks
dapat dicegah 2. Bantu sesuai
kebutuhan dengan
manuver tangan ;
berikan tekanan
pada dagu janin
melalui perineum
ibu saat tekanan
pengeluaran pada
oksiput dengan
tangan lain
3. Bantu dengan
episiotomi garis
tengah atau
mediolateral bila
perlu
4. Bantu dengan
penggunaan forsep
pada kepala janin,
bila perlu

KALA III
No Diagnosa NOC NIC
1 Risiko kekurangan volume Tujuan: pemenuhan 1. Pantau TTV dan DJJ
cairan berhubungan dengan kebutuhan cairan 2. Pantau tanda-tanda
kurangnya intake, muntah terpenuhi dehidrasi
dan diaphoresis Kriteria evaluasi: 3. Catat waktu dan
1. TTV dalam batas normal mekanisme pelepasan
 TD : 100-120/60-80 plasenta.
mmHg 4. Kolaborasi dalam
 RR : 16-20x/menit pemberian cairan
 N: 60-80x/menit perenteral

 S : 36,5-37,4oC
2. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi

2 Nyeri berhubungan dengan Tujuan: nyeri berkurang atau 1. Kaji skala nyeri pasien.
trauma jaringan, respon terkontrol 2. Beri pasien posisi yang
fisiologis melahirkan Kriteria evaluasi: nyaman.
1. Pasien mengatakan 3. Ajarkan pasien tehnik
nyeri berkurang relaksasi napas dalam.
2. Pasien tampak relaks 4. Lakukan massage pada
3. Pasien tidak merintih daerah fundus untuk
kesakitan menurunkan nyeri dan
resiko perdarahan
3 Risiko cedera maternal Tujuan : tidak terjadi 1. Palpasi fundus dan
berhubungan dengan posisi cedera terhadap ibu masase dengan
selama melahirkan, Kriteria hasil perlahan
kesulitan pelepasan Bebas dari cedera maternal 2. Masase fundus secara
plasenta perlahan setelah
pengeluaran plasenta
3. Bersihkan vulva dan
perineum dengan air
dan larutan
antiseptik steril,
berikan pembalut.
4. Rendahkan kaki klien
secara simultan dari
pijakan kaki
5. Kolaborasi
pemberian oksitosin
IV, posisikan
kembali uterus di
bawah pengaruh
anastesi, dan berikan
ergonovin maleat IM
setelah penempatan
uterus kembali
6. Kolaborasi
pemberian antibiotik
profilaktik

KALA IV
N Diagnosa NOC NIC
O
1 Risiko tinggi kekuranganTujuan: kebutuhan cairan 1. Pantau TTV, terutama
volume cairan berhubungan terpenuhi suhu.
dengan kelelahan, kegagalanKriteria evaluasi: 2. Pantau DJJ.
miometri dari mekanisme 1. Pasien tidak terdapat 3. Ukur masukan cairan
homeostatis. tanda-tanda dehidrasi dan haluaran urine.
2. Haluaran urine adekuat 4. Berikan masukan
3. Mukosa bibir lembab cairan
peroral/parenteral
2 Nyeri berhubungan dengan
Tujuan: nyeri berkurang atau 1. Kaji skala nyeri
trauma mekanis/cedera terkontrol pasien.
jaringan Kriteria evaluasi: 2. Beri pasien posisi yang
1. Pasien mengatakan nyaman.
nyeri berkurang 3. Ajarkan pasien tehnik
2. Pasien tampak relaks relaksasi napas dalam.
3. Pasien tidak merintih 4. Lakukan massage pada
kesakitan daerah fundus untuk
menurunkan nyeri dan
resiko perdarahan
3 Risiko infeksi berhubungan
Tujuan: tidak terjadi infeksi 1. Observasi TTV
dengan adanya luka
Kriteria evaluasi: terutama suhu.
epiostomi. 1. Tidak ada tanda-tanda 2. Kaji tanda-tanda
infeksi infeksi.
2. TTV dalam batas 3. Pertahankan tehnik
normal terutama suhu aseptik.
4. Kolaborasi dalam
pemberian antibiotik
dan kaji efek samping
4 Perubahan proses keluargaTujuan: penerimaan anggota 1. Observasi interaksi ibu
berhubungan dengan transisi baru dalam keluarganya dan bayi serta
atau peningkatanKriteria evaluasi: keluarganya.
perkembangan anggota 1. Ibu mengatakan 2. Catat adanya
keluarga. merasakan kebahagiaan pengungkapan atau
memiliki bayi. perilaku yang
2. Ibu tampak menyusui menunjukkan
bayinya dengan penuh kekecewaan.
cinta 3. Berikan ibu menyusui
3. Ibu tampak menerima bayinya.
kehadiran bayi. 4. Anjurkan pasien dan
keluarga
menggendong bayinya
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (Marmi, 2012:1)
Dalam melakukan pencegahan banyaknya angka kematian ibu ataupun anak saat
proses persalinan, perlu dilakukan asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV sebagai
berikut :
a. Kala I, tahap pembukaanin partu (partus mulai) ditandai dengan lendir
bercampur darah, karena serviks mulai membuka dan mendatar.
b. Kala II , pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan
lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali.
c. Kala III, pada kala ini terjadi pengeluaran plasenta setelah pengeluaran janin.
d. Kala IV, tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya
perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua jam.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson , Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternitas. Diterjemahkan oleh: Diana Kurnia S.
Yogyakarta: Rapha Publishing.
Manurung, Suryani. 2011. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan
INTRANATAL. Jakarta: Trans Info Media
Martin, Reeder dkk. 2011. Keperawatan Maternal Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga.
Vol I. Edisi 18. EGC: Jakarta
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai