Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MACAM-MACAM KONSEP KURIKULUM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Presentasi

Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum MI/SD

Dosen Pengampu : Dr. Fifi Nofiaturrahmah, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Pipit Priyani ( 1710320007 )

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI PGMI

NON REGULER TAHUN 2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berbicara mengenai kurikulum, bangsa kita sendiri Indonesia telah
mengalami banyak perubahan kurikulum bukan hanya substansinya saja
tetapi juga terdapat istilah-istilah yang disesuaikan dengan kebutuhan
zaman. Perubahan kurikulum yang ada seringkali memaksa guru agar bisa
mendesain pembelajaran yang berpusat pada siswa (​student centre)​. Hal ini
baik adanya dan merupakan motivasi bagi guru agar bisa selalu berusaha
memperbarui wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan kurikulum yang
berlaku sehingga pembelajaran dapat didesain sedemikian rupa dan
mencapai tujuan pembelajaran nasional.
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua
pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Rancangan ini
disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana
pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai
tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan suatu model
yang dijadikan landasan teoritis untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Model atau konstruksi merupakan alasan teoritis tentang suatu konsepsi
dasar. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum konsep merupakan ulasan
teoritis tentang proses pengembangan kurikulum. Ada suatu konsep yang
memberikan ulasan tentang keseluruhan proses kurikulum, tetapi ada pula
yang hanya menekankan pada mekanisme pengembangannya saja.
Banyak model dan konsep yang dapat digunakan dalam pengembangan
kurikulum. Pemilihan suatu konsep kurikulum bukan saja didasarkan atas
kelebihan dan kekurangannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang
optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan mana yang

2
digunakan. Konsep pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan
pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi.
Konsep pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis
berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis dan rekonstruksi sosial.

B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud konsep kurikulum?
2. Bagaimana konsep kurikulum akademik?
3. Bagaimana konsep kurikulum humanistik?
4. Bagaimana konsep kurikulum rekonstruksi sosial?
5. Bagaimana konsep kurikulum teknologi?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan apakah yang dimaksud dengan konsep kurikulum
2. Menjelaskan bagaimana konsep kurikulum akademik
3. Menjelaskan bagaimana konsep kurikulum humanistik
4. Menjelaskan bagaimana konsep kurikulum rekonstruksi sosial
5. Menjelaskan bagaimana konsep kurikulum teknologi

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kurikulum
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori
dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori
pendidikan yang dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum
merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau
dipelajari oleh siswa. Anggapan ini telah ada sejak zaman Yunani Kuno,
dalam lingkungan atau hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai
sampai sekarang, yaitu kurikulum sebagai "... ​a racecourse of subject
matters to be mastered​" (Robert S. Zais, 1976, hlm. 7).1
Oleh karena itu, tak heran jika penerapan kurikulum di Indonesia
dikenal sebagai sebuah rencana pelajaran yang menjadi bukti seseorang
menempuh pendidikan. Pada waktu itu dan mungkin bahkan sampai
sekarang, sebagian besar masyarakat termasuk juga guru-guru, akan
menganggap bahwa kurikulum merupakan bidang studi atau mata-mata
pelajaran. Lebih khusus mungkin kurikulum diartikan hanya sebagai isi
pelajaran.
Namun seiring berjalannya waktu, pendapat-pendapat yang muncul
dari para akhli selanjutnya telah beralih dari pengertian kurikulum dari isi
menjadi lebih ditekankan pada pengalaman belajar. Kurikulum memuat isi
dan sejumlah materi pelajaran yang akan diterima oleh siswa untuk
memperoleh sejumlah pengetahuan. Dengan kata lain, kurikulum
merupakan suatu program kegiatan/perencanaan pendidikan yang
disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan perencanaan tersebut siswa
dapat melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan

1
​Nana Syaodih Sukmadinata, ​Pengembangan Kurikulum, ​(Bandung: Remaja Rosdakkarya, 2015)
hal. 4-6

4
perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pembelajaran.
Kurikulum dilaksanakan berdasarkan pada landasan-landasan yang
ada dan juga berpedoman pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SPN), kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.2 Berdasarkan UU N. 20 Tahun 2003 Bab X tentang kurikulum,
pasal 36 ayat 1 bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.3
Jadi inti daripada landasan dan gambaran umum mengenai konsep
kurikulum, kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan dalam suatu
pendidikan.
Dalam perkembangan selanjutnya, ruang lingkup pelaksanaan
kurikulum tidak hanya terbatas pada program pendidikan, namun juga
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi pada suatu
pendidikan dan keberadaannya dapat mepengaruhi perkembangan siswa,
meliputi: bangunan sekolah, sarana prasarana sekolah, halaman sekolah, alat
dan perlengkapan pelajaran, komponen sekolah dan lain-lain yang
menyediakan kemungkinan belajar secara efektif.
Pengembangan kurikulum pada dasarnya dilaksanakan secara
sistematik berdasarkan prinsip terpadu yaitu memberikan petunjuk bahwa

2
​Oemar Hamalik, ​Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,​ (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) hal.1
3
​Ibid,​ hal.3-4

5
keseluruhan komponen harus tepat sekali dan menyambung secara
integrative,​ tidak terpisah-pisah, namun secara menyeluruh. Oleh karena itu
penyusunan dan pelaksanaannya perlu menggunakan konsep model dengan
tepat dan se-efektif mungkin sesuai dengan kondisi pendidikan tertentu.
Kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori
pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau
beberapa teori kurikulum, dan suatu teori kurikulum diturunkan atau
dijabarkan dari teori pendidikan tertentu. Kurikulum dapat dipandang
sebagai rencana konkret penerapan dari suatu teori pendidikan. Untuk lebih
memahami hubungan kurikulum dengan pendidikan, dikemukakan beberapa
teori pendidikan dan model-model konsep kurikulum dari masing-masing
teori tersebut. Minimal ada empat teori pendidikan yang banyak dibicarakan
para ahli pendidikan dan dipandang mendasari pelaksanaan pendidikan,
yaitu pendidikan klasik, pendidikan pribadi, pendidikan interaksional, dan
teknologi pendidikan. 4
1. Pendidikan Klasik
Kurikulum pendidikan klasik lebih menekankan isi pendidikan, yang
diambil dari disiplin-disiplin ilmu, disusun oleh para ahli tanpa
mengikutsertakan guru-guru, apalagi siswa. Isi disusun secara logis,
sistematis, dan berstruktur, dengan berpusatkan pada segi intelektual,
sedikit sekali memperhatikan segi-segi sosial atau psikologis peserta
didik. Guru mempunyai peranan yang sangat besar dan lebih dominan.
Dalam pengajaran, ia menentukan isi, metode, dan evaluasi. Dialah
yang aktif dan bertanggung jawab dalam segala aspek pengajaran.
Siswa mempunyai peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan
tugas-tugas dari guru.
2. Pendidikan Pribadi

4
​Nana Syaodih Sukmadinata, ​Pengembangan Kurikulum, ​(Bandung: Remaja Rosdakkarya, 2015)
hal. 4-6

6
Kurikulum pendidikan pribadi lebih menekankan pada proses
pengembangan kemampuan siswa. Materi ajar dipilih sesuai dengan
minat dan kebutuhan siswa. Pengembangan kurikulum dilakukan oleh
guru- guru dengan melibatkan siswa. Tidak ada suatu kurikulum
standar, yang ada adalah kurikulum minimal yang dalam
implementasinya dikem- bangkan bersama siswa. Isi dan proses
pembelajarannya selalu berubah sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa.
3. Pendidikan Interaksioanl
Kurikulum pendidikan interaksional menekankan baik pada isi maupun
proses pendidikan sekaligus. Isi pendidikan terdiri atas problem-
problem nyata yang aktual yang dihadapi dalam kehidupan di
masyarakat. Proses pendidikannya berbentuk kegiatan-kegiatan belajar
kelompok yang mengutamakan kerja sama, baik antarsiswa, siswa dan
guru, maupun antara siswa dan guru dengan sumbersumber belajar yang
lain. Kegiatan penilaian dilakukan untuk hasil maupun proses belajar.
Guru-guru melakukan kegiatan penilaian sepanjang kegiatan belajar.
4. Teknologi Pendidikan
Kurikulum pendidikan teknologi menekankan kompetensi atau
kemampuan- kemampuan praktis. Materi disiplin ilmu dipelajari
termasuk dalam kurikulum, apabila hal itu mendukung penguasaan
kemampuan-kemampuan tersebut. Dalam kurikulum, materi disiplin
ilmu tersebut disusun terjalin dalam kemampuan. Penyusunan
kurikulum dilakukan para ahli dan atau guru-guru yang mempunyai
kemampuan mengembangkan kurikulum. Perangkat kurikulum cukup
lengkap mulai dari struktur dan sebaran mata pelajaran sampai dengan
rincian bahan ajar yang dipelajari oleh siswa, yang tersusun dalam
satuan-satuan bahan ajar dalam bentuk satuan pelajaran, paket belajar,
modul, paket program audio, video ataupun komputer. Dalam

7
satuan-satuan bahan ajar tersebut tercakup pula kegiatan pembelajaran
dan bentuk-bentuk serta alat penilaiannya.
Namun, dalam pendapat lain, di dalam kurikulum John D. Neil
mengemukakan empat macam konsep, yaitu: ​kurikulum akademis,
humanistis, rekonstruksi sosial dan teknologi​.5

B. Konsep Kurikulum Akademis


Kurikulum akademis ini merupakan model yang pertama dan tertua,
sejak sekolah berdiri kurikulumnya seperti ini, bahkan sampai sekarang
walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak dapat
melepaskan tipe ini. Karenya sangat praktis, mudah disusun dan mudah
digabungkan dengan tipe-tipe lain. Kurikulum subjek akademis bersumber
dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi
pada masa lalu.
Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah
berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam
belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi
pendidikan yang diberikan atau yang disiapkan oleh guru. Karena kurikulum
sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya sangat bersifat
intelektual, nama-nama mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir
sama dengan nama disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, geografi,
matematika, ilmu kealaman, sejarah dsb.6
Salah satu contoh kurikulum yang berdasarkan atas struktur
pengetahuan adalah Man: A Course of Study (MACOS) Macos adalah
kurikulum untuk sekolah dasar, terdiri atas buku-buku, film, poster,
rekaman, permainan, dan perlengkapan kelas lainnya. Kurikulum ini

5
​John D. Neil, Curriculum A Comprehensive Introduction (t.tp.: a Division of Scott Foresman
and Company, 1980), 5
6
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakkarya, 2015)
hal. 109

8
ditujukan untuk mengadakan penyempurnaan tentang pengajaran ilmu sosial
dan humanitas, dengan pengarahan dan bimbingan Bruner.
1. Pendekatan Konsep Kurikulum Akademik
Ada tiga pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek akademis
yaitu:7
a. Melanjutkan pendekatkan struktur pengetahuan.
Murid-murid belajar ba.gaimana memperoleh dan menguji
fakta-fakta dan bukan sekadar mengingat-ingatnya.
b. Studi yang bersifat integratif.
Ada beberapa ciri model kurikulum yang dikembangkan.
1) Menentukan tema-tema yang membentuk satu kesatua, yang
dapat terdiri atas ide atau konsep besar yang dapat mencakup
semua ilmu atau suatu proses kerja ilmu, fenomena alam, atau
masalah sosial yang membutuhkan pemecahan secara ilmiah.
2) Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu.
Kegiatan belajar melibatkan isi dan proses dari satu atau beberapa
ilmu sosial atau perilaku yang mempunyai hubungan dengan tema
yang dipilih/ dikerjakan.
3) Menyatukan berbagai cara/metode belajar. Kegiatan belajar
ditekankan pada pengalaman konkret yang bertolak dari minat
dan kebutuhan murid serta disesuaikan dengan keadaan setempat.
c. Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
Mereka tetap mengajar berdasarkan matamata pelajaran dengan
menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah-masalah
matematis. Pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu kealaman, ilmu
sosial, dan lain-lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan
praktis pemecahan masalah dalam kehidupan.

7
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakkarya, 2015)
hal. 101-102

9
2. Ciri-ciri konsep kurikulum akademis
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri-ciri antara lain:
a. Bertujuan untuk pemberian ide pengetahuan yang solid serta melatih
para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”.
b. Metode yang paling sering digunakan adalah metode ekspositori dan
inkuiri.
c. Materi atau ide-ide diberikan oleh guru yang kemudian dielaborasi
oleh siswa sampai terkuasai, dengan proses sebagai berikut: konsep
utama disusun secara sistematis, kemudian dikaji, selanjutnya dicari
berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara
pemecahannya.
3. Kelebihan dan kekurangan
● Kelebihan: Karena Kurikulum akademis sangat mengutamakan
pegetahuan, maka pendidikannya lebih bersifat intelektual.
Kurikulumnya tidak hanya menekankan pada materi yang
disampaikan, dalam perkembangannya secara berangsur-angsur
memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa. Tentang
kegiatan evaluasi kurikulum subject akademis menggunakan
bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan
sifat mata pelajaran. Berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi
isi dan evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademis adalah
pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa
menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Metode yang banyak
digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah metode
ekspositori dan inquiry.
● Kekurangan: Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang
kurikulum subjek akademis adalah bagaimana memilih mata

10
pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Ada bebrapa
saran untuk mengatasi masalah tersebut yaitu:
a. Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh dengan
menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau
mendapatkan pengetahuan.
b. Mengutamakan kebutuhan masyarakat ( social utility).
c. Menekankan pengetahuan dasar.
4. Pola organisasi isi kuirkulum subjek akademis
Sedangkan pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek
akademis antara lain:8
a. Correlated curriculum
b. Unified atau concentrated curriculum
c. Integrated curriculum
d. Problem solving curriculum.

C. Konsep Kurikulum Humanistik


1. Konsep Dasar
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan
pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (Progressive
Education) dan J.J. Rousseau (Romantic Education). Aliran ini lebih
memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi
bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam
pendidikan. la adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan.
Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, punya kemampuan,
dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga
berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan

8
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakkarya, 2015)
hal. 120

11
satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina
manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi
sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain)

Dalam pandangan ​humanisme​, kurikulum adalah sesuatu yang dapat


menunjang perkembangan anak dalam aspek kepribadiannya.
Kurikulum dapat dilihat sebagai suatu proses yang mampu memenuhi
kebutuhan individu untuk mencapai integrasi perkembangan dalam
menuju aktualisasi (perwujudan) diri. Pengikut dalam aliran ini meliputi
pendidikan Konfluen, Kritisi Radikal, Mistisi Baru.
2. Karakteristik kurikulum humanistic.
Kurikulum humanisik mempunyai beberapa karakteristik berkenaan
dengan tujuan , metode, organisasi isi dan evaluasi. Menurut para
humanis kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman atau
pengetahuan berharga untuk membantumemperlancar perkembangan
pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses
perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan,
integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri
sendiri, orang laindan belajar.
Kurikulum humanistic menuntut hubungan emosional yang baik antara
guru dengan murid.Dalam evaluasi kurikulum humanistic berbeda
dengan yang biasa. Model lebih mengutamakan proses daripada hasil.
3. Pendidikan konfluen
Pendidikan konfluen adalah pendidikan yang memandang anak sebagai
satu keseluruhan diri. Kritisi Radikal adalah pendidikan yang bersumber
dari aliran Naturalisme atau Romantisme, yang menekankan
pendidikannya pada upaya untuk membantu anak menentukan dan
mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya, dan
menciptakan situasi yang memungkinkan anak berkembang secara

12
optimal. Mistikisme Modem adalah aliran yang menekankan pada
latihan dan kepekaan, perasaan, dan keluhuran budi pekerti, atau
menemukan nilai-nilai dalam latihan sensitivitas, meditasi, atau teknik
transpersonal lainnya.
4. Beberapa ciri kurikulum konfluen
Kurikulum konfluen mempunyai beberapa ciri utama yaitu:
a. Partisipasi. Kurikulum ini menekankan partisipasi murid dalam
belajar. Kegiatan belajar adalah belajar bersama, melalui berbagai
bentuk aktivitas kelompok. Melalui partisipasi dalam kegiatan
bersama, murid-murid dapat mengadakan perundingan, persetujuan,
pertukaran kemampuan, bertanggung jawab bersama, dan lain-lain.
Ini menunjukkan ciri yang nonotoriter dari pendidikan konfluen.
b. Integrasi. Melalui partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok
terjadi interaksi, interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran,
perasaan dan juga tindakan.
c. Relevansi. Isi pendidikan relevan dengan kebutuhan, minat dan
kehidupan murid karena diambil dari dunia murid oleh murid sendiri.
Hal demikian sudah tentu akan lebih berarti bagi murid baik secara
intelektual maupun emosioanal.
d. Pribadi anak. Pendidikan ini memberi tempat utama pada pribadi
anak. Pendidikan adalah pengembangan pribadi, pengaktualisasian
segala potensi pribadi anak secara utuh.
e. Tujuan. Pendidikan ini bertujuan mengembangkan pribadi yang
utuh, yang serasi baik di dalam dirinya maupun dengan lingkungan
secara menyeluruh.
5. Kelemahan kurikulum humanistic.
a. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi
perkembangan individual peserta didik.

13
b. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik,
pada kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta
didik.
c. Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara
keseluruhan.
d. Dalam kurikulum ini, prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang
terhubungkan.

Kurikulum humanistik bertolak dari asumsi bahwa anak adalah


pertama dan utama dalam pendidikan. Anak adalah subyek yang menjadi
sentral aktivitas pendidikan. Anak memiliki sejumlah potensi, kemampuan,
dan kekuatan untuk berkembang sendiri. Para pendidik humanis berpegang
juga pada konsep Ge​stalt. Artinya, anak merupakan satu kesatuan yang
menyeluruh. Pendidikan diarahkan pada pembinaan yang utuh, bukan pada
aspek fisik atau intelektual belaka, melainkan juga pada segi afektif (emosi,
perasaan, nilai, dan sejenisnya).
Bertolak dari asumsi di atas, kurikulum Humanisme menekankan pada
pendidikan yang integratif (menyeluruh) antara aspek afektif (emosi, sikap,
dan nilai) dengan aspek kognitif (pengetahuan dan kecakapan intelektual).
Atau dengan kata lain, kurikulum ini menambahkan aspek emosional ke
dalam kurikulum yang berorientasi pada subject matter (mata pelajaran).

D. Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial


1. Konsep Dasar
Kurikulum Rekonstruksi Sosial ini lebih menekankan pada
problem-problem yang dihadapi murid dalam kehidupan masyarakat.
Konsepsi kurikulum ini mengemukakan bahwa pendidikan bukanlah
merupakan upaya sendiri, melainkan merupakan kegiatan bersama,
interaksi, dan kerja sama. Interaksi atan kerja sama dapat terjadi pada siswa

14
dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan orang di lingkungannya.
Dengan kerja sama semacam ini, para siswa berusaha memecahkan
problem-problem yang dihadapi dalam masyarakat agar menjadi masyarakat
yang lebih baik. Pendidikan, menurut konsepsi kurikulum rekonstruksi
sosial ini memiliki pengaruh, mengubah, dan memberi corak baru kepada
masyarakat dan kebudayaan.
2. Ciri-ciri kurikulum rekonstruksi sosial
a. Asumsi
b. Masalah-masalah sosial yang mendesak
c. Pola-pola organisasi

3. Komponen-komponen​ kurikulum rekonstruksi sosisal


a. Tujuan dan isi kurikulum
b. Metode
c. Evaluasi

4. Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum ini antara lain melibatkan,


1.​ S
​ urvey kritis terhadap suatu masyarakat

2. Study yang melihat hubungan antara ekonomi local dengan


ekonomi nasional atau internasional


3.​ S
​ tudi pengaruh sejarah dan kecenderungan situasi ekonomi local

4.​ U
​ ji coba kaitan praktik politik dengan perekonomian

5.​ B
​ erbagai pertimbangan perubahan politik

6.​ P
​ embatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya

E. Konsep Kurikulum Teknologi


1. Konsep Dasar
Dalam pandangan teknologi, kurikulum merupakan proses teknologi
untuk menghasilkan tuntutan kebutuhan-kebutuhan tenaga yang mampu

15
membuat keputusan. Penerapan teknologi dalam pendidikan, khususnya
kurikulum meliputi dua bentuk, yakni; bentuk perangkat lunak
(software) dan perangkat keras (handware). Penerapan teknologi
perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tulls
technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut
juga teknologi sistem (system technology).
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan
penggunaan alat alat teknologi untuk menunjang efisiensi dan
efektivitas pendidikan. Dalam kurikulumnya mengandung
rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga
model-model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan alat.
Contoh model dari pengajaran tersebut adalah pengajaran berprograma,
mesin pengajaran, pengajaran modul, pengajaran dengan bantuan alat
komputer, dan pengajaran dengan pendekatan sistem. Dalam arti
teknologi sebagai sistem, teknologi pendidikan menekankan
penyusunan program atau rencana pelajaran dengan menggunakan
sistem. Program pengajaran tersebut bisa semata-mata sistem, dapat
juga berupa program sistem yang ditunjang dengan alat dan media, serta
bisa juga program sistem yang dipadukan dengan alat dan media
pengajaran.
Pada bentuk pertama, pengajaran tidak membutuhkan alat dan media
yang canggih. Sedangkan pada bentuk kedua, pengajaran tetap berjalan,
meski tanpa alat dan media yang canggih, tetapi lebih baik jika alat dan
media itu disediakan. Bentuk ketiga, pengajaran tidak berjalan tanpa
alat dan media yang canggih. Karena itu, alat dan media sebagai syarat
yang berpadu dengan program.
Dengan teknologi diusahakan terjadinya proses belajar mengajar,
terutama dalam teknik mengajar dapat dikuasai sepenuhnya sehingga
dapat menjamin hasil yang sama. Teknologi pendidikan memberikan

16
dasar ilmiah dan empirik kepada proses belajar mengajar. Pengetrapan
teknologi telah dikenal dalam kurikulum 1975, setiap guru diharuskan
menggunakan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI),
Pengajaran Modul, Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTANAS), dan
Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SIPENMARU), belajar-mengajar
berbasis internet dan lain sebagainya.
2. Kelebihan dan kekurangan kurikulum teknologi antara lain:
● Kelebihan : Dengan model pengajaran teknologis ini tingkat
penguasaan siswa lebih tinggi dibandingkan dengan model-model
lainnya. Apalagi kalau digunakan program-program yang lebih
terstruktur seperti pengajaran terprogram dengan bantuan video dan
komputer dilengkapi dengan sistem umpan balik dan bimbingan
yang teratur dapat mempercepat dan meningkatkan penguasaan
siswa.
● Kekurangan : Model ini terbatas kemampuannya untuk
mengajarkan bahan ajar yang kompleks atau membutuhkan
penguasaan tingkat tinggi ( analisis, sintesis, evaluasi ) juga
bahan-bahan ajar yang efektif.

17
BAB III
PENUTUP

A) Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya mengenai Macam-macam Konsep
Kurikulum, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya. Kurikulum
yang digunakan dalam lingkungan pendidikan dapat berupa realisasi dari
masing-masing model kurikulum hal dapat disesuaikan berdasarkan kebijakan
yang diputuskan pemerintah dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan.
Kebijakan kurikulum yang ada dapat berdasarkan kepada satu model
kurikulum atau berdasarkan gabungan dari setiap model kurikulum yang
tercermin dari landasan filosofis, tujuan, materi, kegiatan belajar, mengajar
dan smapai kepada evaluasi.
Porsi dari setiapkurikulum yang digunakan pada setiap jenjang
pendidikan tidak sama, porsi penggunaan kurikulum harus disesuaikan
dengan karakterisitik dari setiap jenjan pendidikan, baik itu pendidikan
didasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi dan penyesuaian
juga harus dilakukan terhadap karakter perkembangan pesertadidik.
Pendidikan tinggi juga memiliki porsi yang berbeda terhadap
penggunaan setiap kurikulum yang didasarkan pada output pendidikan yang
diharapkan dan in terjadi pada pendidikan vokasional, pendidikan profesi, dan
pendidikan akademik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2013 ​Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,​ Bandung:


Remaja Rosdakarya.
Neil, John D., 1980. ​Curriculum A Comprehensive Introduction (t.tp.: a
Division of Scott Foresman and Company).
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2015 ​Pengembangan
​ andung:Remaja Rosdakkarya,
Kurikulum,B
Sanjaya, Wina. 2008. ​Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.​ Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

19

Anda mungkin juga menyukai