Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM II

PARASITOLOGI
Blok Molecular Mechanism Of Infection

DISUSUN OLEH :
NAMA : PUTRI SIFAHUL HUSNA
NPM : 1808260047
KELOMPOK : A3

DEPARTEMEN PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKETERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA
UTARA
2019
PEMBUATAN SEDIAAN DARAH UNTUK PEMERIKSAAN
PARASIT

1. TUJUAN : Pembuatan sediaan darah untuk pemeriksaan


parasit bertujuan untuk dapat mendiagnosa infeksi parasit Plasmodium malariae.
Darah diperiksa dengan cara membuat sediaan darah tipis dan sediaan darah tebal.

2. LANDASAN TEORI : Darah merupakan salah satu bahan untuk


mendiagnosa infeksi parasit. Beberapa parasit dapat kita temukan dalam darah antara
lain, Plasmodium malariae, mikrofilaria, leishmania, tripanosona dan lain-lain.
Darah diperiksa dengan cara membuat sediaan darah tipis dan sediaan darah tebal
dengan pulasan Giemsa. Sediaan darah tebal mempunyai kepekaan 20x
dibandingkan sediaan darah tipis untuk mendeteksi ada tidaknya parasit didalam
sediaan, sedangkan sediaan darah tipis digunakan untuk menentukan spesies parasit
berdasarkan marfologinya.
Perbedaan diantara sediaan darah tipis dan sediaan darah tebal adalah :

Sediaan Darah Tipis Sediaan Darah Tebal

Lebih sedikit darah yang diperiksa Lebih banyak darah yang diperiksa

Marfologi parasit lebih jelas, Jumlah parasit lebih banyak 20x dalam satu
sehingga lebih mudah menentukan lapang pandang, sehingga pada infeksi
spesies dan stadium parasit ringan lebih mudah ditemukan

Perubahan pada eritrosit yang Perubahan pada eritrosit yang dihinggapi


dihinggapi parasit dapat dilihat jelas parasit tidak dapat dilihat jelas
Pemeriksaan sediaan darah pada Plasmodium malariae

Malaria merupakan masalah kesehatan dibanyak negara diseluruh dunia. Tiga ratus
juta penduduk diserang setiap tubuhnya dan 2-4 juta meninggal dunia. Indonesia merupakan
daerah endemis malaria, walaupun telah dilakukan program pelaksanaan dan pemberantasan
penyakit malaria sejak tahun 1959, namun hingga saat ini angka kesakitan masih cukup
tinggi, terutama didaerah indonesia bagian timur.
Program transmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah
yang endemis dan tidak endemis malaria, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
semakin meluasnya kejadian malaria ini. Di daerah endemis malaria masih sering terjadi
letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria. Adanya kejadian luar biasa ini menyebabkan
incident rate penyakit malaria masih tinggi didaerah tersebut.
Malaria adalah suatu penyakit protozoa dari genus Plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Malaria dapat juga ditularkan secara langsung
melalui transfusi darah, jarum suntik serta dari ibu hamil kepada bayinya. Pada
manusia tedapat 4 spesies Plasmodium yaitu :
1. Plasmodium vivax adalah jenis plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria
vivax atau yang sering disebut dengan malaria tersiana. Jenis penyakit malaria
ini tergolong tidak ganas, biasanya ditandai dengan gejala suhu badan yang naik-
turun, kondisi tersebut biasanya terjadi setiap 2 hari sekali (48 jam sekali).
2. Plasmodium ovale adalah jenis plasmodium yang menyebabkan penyakit
malaria tersiana yang tergolong ganas. Gejala yang ditimbulkan mirip dengan
gejala pada penyakit malaria tersiana yang tidak ganas, jenis ini jarang sekali
dijumpai di Indonesia, karena umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan
Pasifik barat.
3. Plasmodium malariae adalah jenis plasmodium yang menyebabkan penyakit
malaria kuartana. Penyakit malaria tersebut tergolong tidak ganas, baisanya
ditandai dengan gejala naik-turunnya suhu tubuh setiap 3 hari sekali.
4. Plasmodium falciparum adalah jenis plasmodium yang menyebabkan penyakit
malaria kuartana yang bersifat ganas. Biasanya penyakit tersebut ditandai
dengan naik-turunnya suhu tubuh secara tidak beraturan.
Diagnostik malaria sebagaimana penyakit pada umumnya didasarkan dengan
gejala klinis, penemuan fisik diagnostik, laboratorium darah, uji imunoserologis
dan ditemukannya parasit (plasmodium) didalam darah tepi penderita sebagai
gold standard. Gambaran karakteristik dari malaria adalah demam periodik,
anemia, trombositopeni, dan splenomegali. Berat demamnya manifestasi
malaria tergantung jenis plasmodium yang menyebabkan infeksi dan imunitas
penderita. Upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui,
pemberantasan vektor penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan dilanjutkan
dengan melakukan pengobatan kepada mereka yang diduga menderita malaria
atau pemberantasan malaria selain dengan pengobatan langsung juga sering
dilakukan dengan jalan penyemprotan rumah dan lingkungan sekeliling rumah
dengan racun serangga, untuk membunuh nyamuk dewasa upaya lain juga
dilakukan untuk larva nyamuk.

Penyebaran malaria

Vaktor penyakit malaria di Indonesia adalah nyamuk Anopheles. Anopheles dapat


disebut vektor malaria disuatu daerah, apabila spesies anopheles tersebut didaerah yang
bersangkutan telah pernah terbukti positif mengandung sporozoit didalam kelenjar
ludahnya. Nyamuk anopheles dapat dikatakan sebagai vektor malaria apabila memenuhi
suatu persyaratan tertentu yaitu:
1. Kontaknya dengan manusia relatif cukup besar(suka menggigit manusia).
2. Merupakan spesies yang selalu dominan.
3. Anggota populasi pada umumnya berumur cukup panjang, sehingga
memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan plasmodium hingga menjadi
sporozoit.
4. Ditempat lain terbukti sebagai vektor.
Ada beberapa jenis vektor malaria yang perlu diketahui yaitu : Anopheles
aconitus, Anopheles sundaicus, Anopheles maculatus dan Anopheles
barbirostris.
Batas dari penyebaran malaria adalah 64○LU (rusia) dan 32○LS (argentina).
Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas, mulai dari daerah
beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik.
Plasmodium falciparum jarang sekali terdapat didaerah beriklim dingin.
Plasmodium malariae hampir sama dengan P.falciparum, meskipun jauh lebih jarang
terjadinya.
Plasmodium ovale pada umumnya dijumpai di Afrika dibagian yang beriklim tropik, kadang-
kadang dijumpai di Pasifik Barat.

Siklus Perkembangan
1. Siklus Schizogoni yang berlangsung ditubuh manusia memiliki 2 fase dalam
perkembangannya. Fase yang pertama adalah fase ekso eritrosit, yaitu fase
perkembangan yang terjadi sebelum parasit menginfeksi eritrosit. Fase kedua adalah
fase eritrositer, yaitu fase perkembangan Plasmodium yang terjadi didalam eritrosit.
2. Siklus Sporogoni, fase ini terjadi ketika plasmodium berada didalam nyamuk.
Plasmodium akan melakukan reproduksi secara seksual didalam tubuh nyamuk.
Didalam tubuh nyamuk, spora akan berubah menjadi mikromagnet, keduanya akan
bersatu membentuk zigot dan menembus dinding usus naymuk. Didalam dinding usus
nyamuk, zigot akan mengalami perubahan menjadi ookinet, kemudian ookista, lalu
menjadi sporozoit. Sporozoit tersebut kemudian akan bergerak kelenjar liur nyamuk,
sporozoit yang berada didalam air liur nyamuk tersebut kemudian akan menghasilkan
spora seksual. Melalui gigitan nyamuk, spora seksual tersebut akan masuk kedalam
tubuh manusia.

3. ALAT DAN BAHAN

Object glass

Lanset
Alkohol 70%

Metil alkohol

Air Mengalir

Larutan Giemsa

1. PEMERIKSAAN CARA LANGSUNG :


Terdapat 2 cara pemeriksaan cara langsung yaitu, pemeriksaan sediaan tinja
basah dengan kaca tutup dan pemeriksaan sediaan basah hapus, pada
praktikum ini kami menggunakan cara pemeriksaan dengan sediaan tinja basah
dengan kaca tertutup.

1. Pemeriksaan Sediaan Tinja Basah dengan Kaca Tertutup

 Bahan yang dibutuhkan :


1. Tinja yang akan diperiksa
2. Lidi (5cm)
3. Object glass
4. Kaca penutup
5. Zat warna (EOSIN)

 Cara kerja :
1. Meletakkan setetes larutan zat warna (EOSIN) diatas object glass
2. Mengambil sedikit tinja dengan lidi
3. Menghancurkan tinja diatas kaca benda hingga terdapat suspensi
yang homogen. Kemudian keluarkan bahan yang kasa seperti sisa
makanan atau pasir.
4. Kemudian menutup dengan kaca tutup
5. Kemudian memeriksa dibawah mikroskop dengan pembesaran
10x10, jika terdapat kecurigaan dengan sediaan feces maka
gunakan pembesaran 40x.

 Lampiran gambar hasil percobaan dengan kaca tutup


 Pemeriksaan sediaan langsung dengan kaca tutup dengan
pembesaran 10x10, terdapat jenis telur cacing Ascaris
Lumbricoides (cacing gelang).
 Terdapat kecurigaan dengan sediaan feces maka digunakan
pembesaran 40x pada sediaan langsung dengan kaca tutup

2. Pemeriksaan Sediaan Tinja Tebal/Teknik Kato


Pada teknik ini digunakan cellophane tape sebagai pengganti kaca tertutup.
Telur cacing dapat ditemukan lebih banyak, karena kita menggunkan tinja lebih
banyak, ± 100-200 mg. Teknik ini dianjurkan untuk pemeriksaan tinja pada
penelitian epidemiologi karena lebih sederhana, murah dan marfologi telur
cacing dapat dilihat cukup jelas.

Larutan yang digunakan adalah larutan KATO yang terdiri dari :


1. 100 bagian aquades atau Phenol 6%
2. 100 bagian gliserin
3. 1 bagian malachite green 3%
Ada 2 cara pemeriksaan teknik kato yaitu, cara pemeriksaan
kualitatif(modifikasi teknik kato) dan dengan cara pemeriksaan kuantitatif,
pada praktikum ini kami menggunakan cara pemeriksaan kuantatif.
 Cara pemeriksaan kuantitatif

 Bahan yang diperlukan :


1. Cellophane tape selebar ± 2,5 x 3 cm
2. Larutan kato
3. Kawat selebar 3x4 cm untuk menyaring tinja
4. Kertas karton tebal 3x4 cm ditengah berlubang, dimana isi lubang
karton telah diketahui sebelumnya ± 50 mg
5. Kaca benda
6. Tutup botol karet
7. Kertas saring ukuran 10x10 cm
8. Kertas berminyak tidak tembus air ukuran 10x10 cm
9. Potongan lidi/bambu
10.Tinja yang akan diperiksa

 Cara kerja :
1. Meletakkan kertas saring diatas kertas berminyak dimeja laboratorium
2. Mengambil tinja yang banyak dengan lidi dan letakkan diatas kertas
diatas meja laboratorium
3. Meletakkan kawat kasa diatas tinja
4. Mengambil kaca benda/object glass dan letakkan kertas karton diatas
kaca benda, lubang kertas karton harus ditengah kaca benda
5. Dengan menggunakan lidi tekan kawat kasa diatas tinja, kemudian
dengan lidi tinja diatas kawat kasa masukkan ke dalam lubang kertas
karton
6. Mengisi lubang karton sampai rata dengan permukaan kertas karton
7. Menganggkat kertas karton, dan tinja dalam lubang akan tertinggal
diatas kaca benda
8. Tutuplah kaca benda dengan cellophane tape
9. Menekan cellophane tape dengan kaca benda lain atau tutup botol dari
karet untuk meratakan tinja dibawah cellophane
10.Meletakkan secara terbalik diatas kertas saring
11.Biarkan sediaan 20-30 menit
12.Menghitung telur cacing, jumlah telur cacing dikali 1000/50 sama
dengan jumlah telur cacing dalam 1 gram tinja
 Lampiran gambar hasil percobaan dengan cara pemeriksaan
kuantitatif
- Pemeriksaan dengan teknik kato sediaan kuantitatif
dengan pembesaran 10x10, terdapat jenis telur cacing
Ascaris Lumbricoides (cacing gelang).

- Terdapat kecurigaan dengan sediaan feces maka digunakan


pembesaran 40x pada sediaan kuantitatif
Dari hasil Praktikum yang telah saya lakukan percobaan, adalah
saya mendapatkan hasil Postif Terinfeksi Cacing, karena saya
mendapatkan pada pembesaran 10x10 terdapat telur cacing yang
berjenis telur cacing gelang atau Ascaris Lumbricoides pada
pemeriksaan sediaan langsung dengan kaca tertutup dan
pemeriksaan sediaan tebal/teknik kato dengan pemeriksaan
sediaan kuantitatif kemudian saya lakukan pembesaran 40x untuk
memastikan telur tersebut dan benar pada tinja feces ini terinfeksi
telur cacing galang (Ascaris Lumbricoide).

Anda mungkin juga menyukai