Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

“Penentuan Kadar Ca dan Mg di Dalam Air Minum”

Ketua Grup: Angelina Rianti


Anggota: Fendy Wijaya & Nathania Angelia

Modul 02
Hari & Tanggal Praktikum: 17 April 2015
Hari & Tanggal Memasukan Laporan: 18 April 2015

Program Studi Nutrition and Food Technology


Fakultas Life Sciences
Surya University
2015
ABSTRAK
Angelina Rianti (1401010013)
Nathania Angelia (1401010052)
Fendy Wijaya (1401010060)

Penentuan Kadar Ca dan Mg di Dalam Air Minum


(7 ; 7 tabel; 8 lampiran)

Percobaan berjudul Penentuan Kadar Ca dan Mg di Dalam Air Minum. Penelitian bertujuan untuk
menentukan kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel air minum kemasan dan memahami konsep
pembentukan ion kompleks dengan titrasi kompleksometri. Air yang mengandung mineral dalam
jumlah yang tinggi disebut sebagai air sadah. Penentuan kadar Ca 2+ dan Mg2+ dalam air minum
kemasan dilakukan dengan cara pentitrasian menggunakan larutan EDTA (Ethylene Diamine Tetra
Acetic Acid) yang telah distandarisasi sebagai titran. Proses pentitrasian dilakukan dengan bantuan
indikator Eriochrome Black T (EBT) yang akan berwarna merah pada keadaan terikat dengan ion
logam dan biru muda pada keadaan bebasnya. Kestabilan pH indikator EBT dijaga dengan adanya
larutan buffer pH 10 yang ditambahkan ke dalam sampel. Standarisasi larutan EDTA dengan larutan
CaCO3 mendapatkan nilai konsentrasi tetap EDTA, yakni sebesar 0,00944 M. Dari titrasi EDTA
standar dan sampel air diperoleh rata - rata kadar Mg 2+ dan Ca2+ sebesar 85,0338 mg/L ± 7,2823 mg/L.
Ca dalam sampel air diendapkan dengan menggunakan larutan H 2C2O4 selama 45 menit, kemudian
disaring sehingga dalam sampel tersisa Mg, sehingga dapat ditentukan kadar Mg dan Ca masing -
masing, yakni diperoleh Mg 10,232 mg/L ± 0,299 mg/L dan Ca 17,177 mg/L ± 2,421 mg/L.

Referensi : 9 (1993 - 2010)


Kata kunci : Air sadah, titrasi kompleksometri, EDTA, EBT, kesadahan Ca2+ Mg2+
I. Tujuan Praktikum :
1. Memahami prinsip titrasi pembentukan kompleks.
2. Mengukur kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel air minum kemasan.

II. Teori/ Hipotesis :


Air sadah adalah air yang mengandung banyak mineral garam kation. Tingkat
kesadahan air ditentukan dari banyaknya kandungan kation Ca 2+ dan Mg2+. Kesadahan air
dijadikan sebagai teknik pengukuran tradisional terhadap tingkat reaktivitas air terhadap
sabun, semakin sadah (hard) air maka semakin sulit pembentukan busa dari sabun (WHO,
2013). Jenis kesadahan dapat dibagi menjadi permanent hardness (terjadi dikarenakan adanya
ion kalsium, magnesium, klorida, sulfat, dan nitrat) dan carbonated hardness atau kesadahan
sementara yang terjadi dikarenakan adanya ion karbonat dan bikarbonat dari ion kalsium dan
magnesium (Caballero, B., Trugo, L., dan Finglas, P., 2003). Kadar ion pada air sadah
bermanfaat baik bagi kesehatan tubuh karena tubuh memerlukan mineral - mineral yang ada
pada air sadah. Kalsium karbonat pada air minum standar adalah 10 - 500 mg/L dan kadar
magnesium yang biasa diminum oleh pria dewasa adalah 2,3 - 52,1 mg/L ( WHO, 2013).
Kesadahan air ditunjukkan dalam bentuk miligram kalsium karbonat (CaCO 3) per liter.
Menurut WHO 2013, air yang mengandung tingkat kesadahan kurang dari 60 mg/L
dikategorikan sebagai kesadahan yang rendah. Pada dasarnya kadar kalsium akan lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar magnesium, yakni kalsium dalam air sebesar 100 mg/L yang
masih dikategorikan umum untuk ditemukan, sedangkan untuk kadar kalsium diatas 200
mg/L sudah dianggap sangat jarang untuk ditemukan. Kadar magnesium yang banyak
ditemukan dalam air mineral adalah sebesar 10 mg/L.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/1990
tentang persyaratan kualitas air minum, kadar maksimum kesadahan total yang diperbolehkan
adalah 500 mg/L. Berikut terdapat tabel klasifikasi kesadahan air (Beran, J.A., 2010).

Tabel Klasifikasi Kesadahan Air


Tingat Kesadahan (ppm CaCO3) Klasifikasi

< 17,1 ppm Sangat rendah

17,1 ppm - 60 ppm Rendah

60 ppm - 120 ppm Cukup tinggi

120 ppm - 180 ppm Tinggi

> 180 ppm Sangat tinggi

Penentuan kadar kalsium dan magnesium pada air dapat dilakukan dengan melakukan
titrasi dengan larutan standar EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid). EDTA
(C10H16N2O8) dapat bereaksi dengan kation logam sehingga membentuk ion logam kompleks
yang stabil. Titrasi yang mengacu pada pembentukan bahan kompleks disebut juga dengan
titrasi kompleksometri (Day, R.A dan Underwood, A.L., 2002). EDTA bereaksi dengan cara
mengikat kation logam yang ada pada cairan. Ikatan EDTA dapat menyumbangkan 6 pasang
elektron pada kation logam dan mengurung logam tersebut sehingga menjadi ikatan yang
stabil (Harvey, D., 2008). EDTA tergolong sebagai asam lemah dengan pemilik proton, yakni
asam karboksilat (4) dan proton dari ammonium (2). Penggunaan EDTA pada titrasi dengan
maksud untuk mengikat kation Mg2+ dan Ca2+ yang ada dalam air dengan reaksi:

M2+ + Y-4 → MY-2


Kation logam bereaksi dengan EDTA dan membentuk ion kompleks yang stabil.
Sebelum dilakukan percobaan dengan EDTA, perlu dilakukan standarisasi EDTA dengan cara
titrasi terhadap larutan yang mengandung CaCO 3 dan Mg2+ dengan konsentrasi yang
ditentukan, sehingga dapat diketahui nilai tepat dari konsentrasi EDTA. Perlu diperhatikan
juga, walaupun Mg memiliki biloks 2+ namun tetap pada reaksinya dengan EDTA memiliki
perbandingan stoichiometry yakni, metal : EDTA = 1 : 1 (Harvey, D, 2008).
Untuk menentukan titik akhir reaksi maka digunakan indikator Eriochrome Black-T
yang akan berubah warna dari merah ketika diteteskan pada larutan yang mengandung
magnesium misalnya, menjadi biru pada keadaan bebasnya (Sawhney, S.S., Jassal,
Manmohan S., dan Batial, B.M.L., 1995). Erio Black-T (C20H12N3O7SNa) adalah salah satu
indikator yang sering digunakan pada titrasi kompleksometri. EBT merupakan salah satu
bentuk asam lemah dengan batas nilai pH 7,5 -10,5 (Harvey, D, 2008). Indikator EBT akan
membentuk ikatan dengan logam sejak awal penetesan yang ditandai dengan perubahan
warna larutan mejadi merah, namun EBT akan tetap menyisakan beberapa kation logam yang
nantinya akan berikatan dengan EDTA dan merubah warna larutan menjadi biru terang. Pada
proses titrasi dengan EDTA diperlukan penambahan buffer berupa ammonia (NH3) dengan
pH = 10. Buffer NH3 digunakan sebagai penjaga nilai pH yang akan berubah selama titrasi
sehingga mempengaruhi titrasi secara signifikan. Penggunaan pH 10 digunakan agar akhir
titrasi berada pada range yang tepat (7,5 - 10,5). Penggunaan buffer pH 9 menyebabkan akhir
titrasi yang terlalu awal dan perubahan yang tidak signifikan untuk setiap volume titran yang
ditambahkan. Penggunaan buffer pH 11 juga menyebabkan perubahan menuju titik akhir
titrasi yang tidak signifikan untuk setiap volume titran yang ditambahkan dan juga
menyebabkan titik akhir titrasi yang terlambat (Harvey, D, 2008).

III. Prosedur Kerja :


Prosedur kerja telah sesuai dengan apa yang tertulis pada modul praktikum 03.

IV. Hasil dan Diskusi :

Standarisasi Larutan EDTA 0,01 M


Volume Awal Volume Akhir Volume Standar EDTA yang
Standar EDTA Standar EDTA Dibutuhkan Untuk Titrasi
pada Buret pada Buret

Percobaan I 5,92 mL 32,48 mL 26,56 mL

Percobaan II 0,00 mL 26,18 mL 26,18 mL

Rata - rata 26,37 mL

Volume CaCO3 M CaCO3 Volume Standar EDTA Rata-


rata

Data 25 mL 9,96.10-3 M 26,37 mL

M standar EDTA simplo = 0,009375 M


M standar EDTA duplo = 0,009511 M
M standar EDTA rata - rata = 0,00944 M
Penentuan Kadar Total Mg2+ dan Ca2+
Volume Awal Volume Akhir Volume Standar EDTA yang
Standar EDTA Standar EDTA Dibutuhkan Untuk Titrasi
pada Buret pada Buret

Percobaan I 4,22 mL 6,35 mL 2,13 mL

Percobaan II 6,35 mL 8,72 mL 2,37 mL

Rata - rata 2,25 mL

Volume Sampel Volume EDTA Konsentrasi EDTA


Air
Data 25 mL 2,25 mL 0,00944 M

MTotal Ion Ca2+ dan Mg2+ simplo = 7,9875 . 10-4 M


MTotal Ion Ca2+ dan Mg2+ duplo = 9,0164 . 10-4 M
MTotal Ion Ca2+ dan Mg2+ rata - rata = 8,496 . 10-4 M
w/v Ion Ca2+ dan Mg2+ dalam CaCO3 simplo = 79,9444 mg/L
w/v Ion Ca2+ dan Mg2+ dalam CaCO3 duplo = 90,2424 mg/L
w/v Ion Ca2+ dan Mg2+ dalam CaCO3 rata - rata = 85,0338 mg/L ± 7,2823 mg/L

Penentuan Kadar Mg2+


Volume Awal Volume Akhir Volume Standar EDTA yang
Standar EDTA Standar EDTA Dibutuhkan Untuk Titrasi
pada Buret pada Buret

Percobaan I 3,15 mL 4,25 mL 1,10 mL

Percobaan II 8,72 mL 9,85 mL 1,13 mL

Rata - rata 1,115 mL

Volume Sampel Volume EDTA Konsentrasi EDTA


Hasil Filtrasi

Data 25 mL 1,115 mL 0,00944 M

M ion Mg2+ simplo = 4,125 . 10-4 M


M ion Mg2+ duplo = 4,299 . 10-4 M
M ion Mg2+ rata - rata = 4,210 . 10-4 M
(w/v) Mg2+ simplo = 10,026 mg/L
(w/v) Mg2+ duplo = 10,449 mg/L
(w/v) Mg2+ rata - rata= 10,232 mg/L ± 0,299 mg/L

M ion Ca2+ simplo = 3,8625 . 10-4 M


M ion Ca2+ duplo = 4,717 . 10-4 M
M ion Ca2+ rata - rata = 4,286 . 10-4 M
(w/v) Ca2+ simplo = 15,480 mg/L
(w/v) Ca2+ duplo = 18,905 mg/L
(w/v) Ca2+ rata - rata = 17,177 mg/L ± 2,421 mg/L
Error Mg2+ (perhitungan dengan label kemasan) = 74,3 %
Error Ca2+ (perhitungan dengan label kemasan) = 87,9 %

Pada proses pertama dilakukan standarisasi EDTA yang bertujuan menentukan nilai
konsentrasi tepat dari EDTA itu sendiri, yakni diperoleh rata - rata sebesar 0,00944 M. Nilai
ini berbeda dengan nilai asli yang tertera pada label di kemasan yaitu sebesar 0,01 M. Hal ini
diperkirakan karena adanya sisa-sisa moisture yang terkandung di dalam EDTA yang dijual
secara komersial (Barnes,J. D., Mendham, J., Denney, R.C., dan Thomas, J.K., 2000).
Namun, data volume EDTA tidak dapat langsung dipercaya ke akuratannya. Hal ini
dikarenakan nilai volume EDTA yang didapatkan dari hasil titrasi dengan larutan CaCO 3
berbeda dengan range yang besar (>0,02) yakni volume 1 dan volume 2 berurut 26,56 mL
dan 26,18 mL. Perbedaan yang besar ini dapat terjadi dikarenakan 2 hal, yaitu proses
penghentian titrasi yang kurang tepat, sehingga terjadi pergeseran nilai ekuivalen dan juga
dikarenakan ketidaktepatan saat memprediksi angka tidak pasti setelah 1 angka di belakangan
koma. Kedua kesalahan tersebut dikategorikan sebagai kesalahan sistematis. Berdasarkan data
yang didapat ditentukan bahwa nilai kadar total kesadahan adalah 85,0338 mgCaCO 3/L ±
7,2823 mgCaCO3/L. Data tersebut tidak memiliki presisi yang baik dikarenakan perbedaan
volume EDTA yang digunakan pada saat titrasi dengan sampel air terhitung jauh (V1 – V2 =
2,37 mL - 2,13 mL = 0,24 mL). Perbedaan volume yang signifikan tersebut menyebabkan
terjadinya perbedaan kadar yang besar berdasarkan kedua volume EDTA yang didapat.
Perbedaan konsentrasi total ion Ca2+ dan Mg2+ yakni yang pertama adalah 7,9875 . 10 -4 M dan
yang kedua adalah 9,0164 . 10-4 M. Hal ini dapat menimbulkan bias data yang besar.
Perbedaan volume tersebut bisa terjadi karena larutan buffer yang digunakan (NH 3)
mengalami penguapan selama proses pentitrasian. Penguapan tersebut bisa mempengaruhi
nilai pH, yang akan mempengaruhi ketepatan titik akhir titrasi. Proses pengendapan dengan
asam oksalat menyebabkan sejumlah Ca mengendap pada sample air. Sample yang kemudian
disaring dengan saringan buchner ini dapat digunakan untuk mengukur kandungan nilai Mg
dimana artinya pada sample air yang disaring kandungan Ca-nya tinggal bersisa Mg. Pada
proses titrasi sample hasil penyaringan Ca dengan EDTA untuk mengukur kadar Mg 2+ ini
didapatkan bahwa volume EDTA yang digunakan berturut adalah 1,10 mL dan 1,13 mL.
Kedua volume EDTA tersebut memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan (0,03 mL)
sehingga presisi data dapat digunakan. Hasil akhir menunjukkan bahwa nilai (w/v) Mg 2+
adalah 10,232 mg/L ± 0,299 mg/L dan nilai (w/v) Ca 2+ adalah 17,177 mg/L ± 2,421 mg/L.
Jika hasil akhir ion dibandingkan dengan nilai yang tertera pada kemasan le minerale maka
terdapat perbedaan yang jauh. Pada kemasan tercantum bahwa kadar Ca 2+ adalah 9,14 mg/L
dan kadari Mg2+ adalah 5,87 mg/L. Terjadi penyimpangan nilai kadar Ca 2+ dan Mg2+ berturut
sebesar 87,9% dan 74,3%. Penyimpangan ini bisa terjadi dikarenakan beberapa kesalahan.
Ketidak presisian nilai Volume EDTA pada langkah standarisasi bisa menjadi acuan
kesalahan yang paling mendasar. Nilai konsentrasi EDTA yang didapat tidak stabil dengan
deviasi yang besar sehingga dapat mempengaruhi hasil titrasi selanjutnya. Selain kesalahan
konsentrasi tepat EDTA, kesalahan juga dapat ditinjau dari penggunaan buffer, penggunaan
buffer NH3 dengan pH = 10 dapat berdampak pada ketidak stabilan ikatan EDTA dengan Ion
logam. Pada tahap buffer dimasukkan ke dalam larutan sample, buffer langsung bereaksi
dengan ion logam membentuk M2+-NH3 yang stabil. Kemudian, ketika indikator EBT
diteteskan ke dalam sampel maka Metal yang terkandung dalam sampel akan berikatan
dengan indikator ini sehingga memperlihatkan warna merah. Namun ketika EDTA di reaksi
kan maka EDTA akan merebut M2+ yang berikatan dengan indikator EBT sehingga
menghasilkan perubahan warna dari yang sebelumnya merah menjadi biru muda karena EBT
sudah tidak lagi berikatan dengan ion Metal tersebut. Kemudian ikatan EDTA menjadi tidak
stabil. Ketidak stabilan ini memicu pada lamanya EDTA untuk mencapai titik akhir titrasi
(Harvey, D, 2009). Namun selain beberapa galat yang disebutkan, juga terdapat pengaruh ion
logam lain terhadap EDTA yang dapat menjadi faktor interferensi. Ternyata bila beberapa ion
logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah
semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993). Sehingga ion logam lain
yang berada pada larutan sample akan berikatan dengan EDTA. Interferensi ion logam
tersebut berdampak pada hasil yang memiliki rentan error yang besar. Hal ini dikarenakan
nilai konsentrasi yang didapat tidak hanya dari ion Ca 2+ dan Mg2+ melainkan dari semua total
ion yang ada. Meskipun pada kenyataanya bahwa ion Sodium dan Potassium tidak dapat
bereaksi dengan ligan EDTA (Harris, DC, 2010). Namun, dapat dinyatakan bahwa terdapat
sejumlah ion lain yang tersebar secara merata pada larutan air le minerale. Langkah
perebusan air menjadi penting pada awal persiapan sample karena terdapat sejumlah anion
penyebab kesadahan sementara yang harus dievaporasi terlebih dahulu agar tidak
mengganggu ikatan EDTA terhadap ion logam pada sample (Barnes, J.D., Mendham, J.,
Denney, R.C., dan Thomas, J.K, 2000).
Total kesadahan Ca dan Mg sebagai CaCO 3 dari hasil praktikum ini adalah 85,0338
mg/L. Indonesia sendiri memiliki batas kesadahan air minum yang masih dapat ditoleransi
peredarannya di kalangan masyarakat, yakni berdasarkan Peraturan Menteri Kesahatan RI
Nomor 416/MENKES/PER/IV/1990 adalah 500 mg/L. Dari data tersebut dapat dikatakan
bahwa total kesadahan air dalam produk air kemasan Le Minerale masih berada dibawah
batas maksimal yang diperbolehkan untuk diedarkan di masyarakat. Selain itu sifat tingkat
kesadahan sendiri berbeda - beda mulai dari yang sangat rendah hingga yang sangat tinggi.
Kedar kesadahan total sebesar 85,0338 mg/L yang didapatkan termasuk dalam kategori
kesadahan yang cukup tinggi.

V. Kesimpulan :
1. Titrasi pembentukan ion kompleks adalah titrasi yang memerlukan ligan/ agen pembentuk
ion kompleks dalam proses titrasi. Titrasi kompleksiometri biasa terjadi pada kation logam
dengan anion berupa ligan/ chelate dan membentuk senyawa kompleks yang bersifat
stabil.
2. Didapat angka kesadahan total dari air minum le minerale sebesar 85,0338 mgCaCO3/L.
3. Kesadahan total/ kandungan mineral dari le minerale tergolong cukup tinggi berdasarkan
standar Peraturan Menteri Kesehatan RI.
4. Kandungan (w/v) Mg2+ yang didapat adalah sebesar 10,232 mg/L ± 0,299 mg/L dan nilai
(w/v) Ca2+ adalah 17,177 mg/L ± 2,421 mg/L, dengan perbedaan terhadap komposisi le
minerale sebesar 74,3% dan 87,9%.
5. Percobaan titrasi dengan EDTA pada praktikum ini kurang mampu menunjukkan nilai
masing masing Ca2+ dan Mg2+ dengan tepat dikarenakan adanya logam lain yang bereaksi
dengan EDTA. Namun cukup akurat untuk menentukan kadar kesadahan total suatu
mineral.

VI. Referensi :
1. Beran, J.A. 2010. Laboratory Manual for Principles of General Chemistry (9th ed). USA:
Wiley, Inc.
2. Barnes, J.D., Mendham, J., Denney, R.C., dan Thomas, J.K. 2000. Vogel's Textbook of
Quantitative Chemical Analysis (6th ed). UK : Pearson Education Limited.
3. Caballero, B., Trugo, L., dan Finglas, P. 2003. Encyclopedia of Food Science, Food
Technology and Nutrition (2nd ed). USA: Academic Press.
4. Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif (6th ed). Jakarta:
Erlangga.
5. Harjadi,W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Erlangga.
6. Harris, D.C. 2010. Quantitive Chemical Analysis (8th ed). New York: W.H. Freeman and
Company.
7. Harvey, D. 2009. Analytical Chemistry 2.0. USA: Mc Graw Hill.
8. Sawhney, S.S., Jassal, Manmohan S., dan Batial, B.M.L., 1995. A Text Book of Chemistry
Practicals (vol II). New Delhi: APH Publishing Corporation.
9. WHO. 2003. Hardness in Drinking-Water. Geneva: WHO.
VII. Appendix :

● Tugas Awal Praktikum


1. a) Air sadah merupakan air yang mengandung mineral dalam jumlah yang tinggi.
b) Pada percobaan ini, kami menentukan kesadahan permanen. Kesadahan permanen
terjadi karena kandungan ion kalsium dan magnesium yang terdapat pada sampel air yang
kami uji. Kandungan ion logam tersebut tidak dapat dihilangkan hanya dengan direbus/
dipanaskan sehingga disebut kesadahan permanen.

2. a) [Ca(EDTA)]2-

b) Eriochrome Black-T

3. Perubahan warna yang akan diamati selama titrasi kompleksometri ini adalah dari warna
merah saat pertama kali indikator diteteskan, dimana indikator masih berikatan dengan ion
logam yang ada pada sampel air, namun kemudian akan terjadi perubahan warna menjadi
biru karena indikator sudah tidak lagi berikatan dengan ion logam dikarenakan ion logam
ditarik oleh EDTA sehingga pada akhirnya berikatan dengan EDTA.

Reaksi antara indikator dan ion logam adalah sebagai berikut.


Sedangkan, reaksi indikator setelah ion logam berikatan dengan EDTA adalah sebagai
berikut.

4. Konsentrasi ion Ca2+ dan ion Mg2+ dapat ditentukan dengan beberapa tahap, yang pertama
adalah dilakukan titrasi sampel air dengan larutan standar EDTA sehingga didapat
konsentrasi total Mg2+ dan Ca2+, kemudian lakukan pula pengendapan Ca2+ dari sampel air
mineral yang selanjutnya disaring. Setelah itu, hasil sampel air mineral dari penyaringan
yang di dalamnya hanya tersisa ion Mg 2+ dititrasi kembali dengan larutan standar EDTA
sehingga diperoleh konsentrasi Mg2+. Langkah terakhir adalah dengan mengurangi
konsentrasi total Mg2+ dan Ca2+ dengan Mg2+ sehingga diperoleh konsentrasi Ca2+.

5. a) Diketahui :
m Na2H2EDTA.2H2O = 0,5946 gram (Mr = 372,24 gram/mol)
V = 500 mL
Ditanya : MEDTA?
Jawab :
MEDTA = n/V
MEDTA = (0,5946 g/ 372,24 g/mol) / 0,5 L
MEDTA = 0,00319 M

b) Diketahui :
Vair = 50 mL
MEDTA = 0,003125 M
VEDTA = 34,64 mL
Ditanya : MTOTAL ion Mg2+ dan Ca2+ dalam sampel air?
Jawab :
Diasumsikan bahwa di dalam sampel air hanya terdapat ion Mg 2+ dan Ca2+
MEDTA . VEDTA = M . Vair
0,003125 M . 34,64 mL = M . 50 mL
50 M = 0,10825
Mtotal = 0,002165 M

c) Diketahui :
Vair = 50 mL
VEDTA = 23,67 mL
Ditanya : M ion Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel? Tingkat kesadahan total (mg/L)?
Jawab :
M Mg2+ . Vair = M EDTA . V EDTA
M Mg2+ = (0,003125 M . 23,67 mL) / 50 mL
M Mg2+ = 0,001479 M

M Ca2+ = 0,002165 M - 0,001479 M


M Ca2+ = 0,000686 M

Kesadahan total (mg/L) dalam CaCO3 = (Mtotal . MrCaCO3) . 1000


Kesadahan total (mg/L) dalam CaCO3 = (0,002165 M . 100,0869 g/mol) . 1000
Kesadahan total = 216,7 mg/L dalam CaCO3 = 216,7 ppm CaCO3

● Tugas Akhir Praktikum


1. Reaksi pengendapan ion Ca2+ adalah
Ca2+ + C2O42- + H2O → CaC2O4.H2O
Proses pengendapan tersebut hanya dapat dialami oleh ion Ca 2+, tidak dapat dialami oleh
Mg2+. Hal ini terjadi karena perbedaan kondisi pengendapan. Pengendapan Ca 2+ terjadi
pada kondisi asam, dalam kasus ini digunakan H 2C2O4 sehingga terjadi pengendapan
Ca2+. Namun untuk Mg2+ pengendapan hanya terjadi pada kondisi basa pH > 9, jika
kondisi masuk ke asam dengan pH < 5 maka Mg2+ akan terlarut kembali.

2. Konsentrasi Ca2+ dan Mg2+ yang didapat adalah 17,177 mg/L dan 10,232 mg/L. Kadar
yang terdapat pada label kemasan air minum yang dijadikan sampel pada praktikum ini
adalah Kalsium 9,14 mg/L dan Magnesium 5,87 mg/L. Dari hasil tersebut didapat besar
kesalahan relatif jika dibandingkan hasil pengukuran dengan kadar yang tertera pada
kemasan adalah 74,3% untuk kadar Mg dan 87,9% untuk kadar Ca.

3. Nilai Kf mendeskripsikan bagaimana hubungan reaksi yang terjadi antar EDTA 4- dengan
ion logam. Semakin besar nilai Kf-nya maka nilai konsentrasi produk pun semakin besar
dibandingkan dengan konsentrasi reaktan. Hal ini menandakan lebih setimbangnya reaksi
atau nilai kesetimbangan reaksi. Karena pada reaksi diperlukan perlakuan perebutan
metal dari ikatan dengan indikator EBT oleh titran EDTA, maka angka kesetimbangan
yang dimiliki indikator haruslah lebih kecil dibandingkan dengan yang dimiliki oleh
EDTA. Oleh karena itu, lebih baik memilih indikator A.

● Hasil Perhitungan Percobaan


1. M EDTA standar (MCaCO3 diberikan oleh pembimbing praktikum)
SIMPLO
V CaCO3 . M CaCO3 = VEDTA . MEDTA
MEDTA = 25 . 9,96 . 10-3 / 26,56
MEDTA = 0,009375 M
DUPLO
V CaCO3 . M CaCO3 = VEDTA . MEDTA
MEDTA = 25 . 9,96 . 10-3 / 26,18
MEDTA = 0,009511 M
RATA - RATA
V CaCO3 . M CaCO3 = VEDTA . MEDTA
MEDTA = 25 . 9,96 . 10-3 / 26,37
MEDTA = 0,00944 M

2. M kation total Ca dan Mg terdapat pada sampel air


SIMPLO
Vsampel . Msampel = VEDTA . MEDTA
Msampel = 2,13 . 0,009375 / 25
Msampel = 7,9875 . 10-4 M
DUPLO
Vsampel . Msampel = VEDTA . MEDTA
Msampel = 2,37 . 0,009511 / 25
Msampel = 9,0164 . 10-4 M
RATA - RATA
Vsampel . Msampel = VEDTA . MEDTA
Msampel = 2,25 . 0,00944 / 25
Msampel = 8,496 . 10-4 M

3. w/v kation total


SIMPLO
w/v kation total = Msampel . MrCaCO3 . 1000
w/v kation total = 7,9875 . 10-4 . 100,0869 . 1000
w/v kation total = 79,9444 mg/L
DUPLO
w/v kation total = Msampel . MrCaCO3 . 1000
w/v kation total = 9,0164 . 10-4 . 100,0869 . 1000
w/v kation total = 90,2424 mg/L
RATA - RATA
w/v kation total = Msampel . MrCaCO3 . 1000
w/v kation total = 8,496 . 10-4 . 100,0869 . 1000
w/v kation total = 85,0338 mg/L

Standar Deviasi w/v Mg2+ dan Ca2+


∑ ( ⌈ x−x́ ⌉ )2 = 7,2823
s=
√ N−1

4. M Mg2+
SIMPLO
MMg2+ = VEDTA . MEDTA / Vsampel
MMg2+ = 1,10 . 0,009375 / 25
MMg2+ = 4,125 . 10-4 M
DUPLO
MMg2+ = VEDTA . MEDTA / Vsampel
MMg2+ = 1,13 . 0,009511 / 25
MMg2+ = 4,299 . 10-4 M
RATA - RATA
MMg2+ = VEDTA . MEDTA / Vsampel
MMg2+ = 1,115 . 0,00944 / 25
MMg2+ = 4,210 . 10-4 M

5. w/v Mg2+
SIMPLO
w/v Mg2+ = MMg2+ . ArMg2+ . 1000
w/v Mg2+ = 4,125 . 10-4 . 24,305 . 1000
w/v Mg2+ = 10,026 mg/L
DUPLO
w/v Mg2+ = MMg2+ . ArMg2+ . 1000
w/v Mg2+ = 4,299 . 10-4 . 24,305 . 1000
w/v Mg2+ = 10,449 mg/L
RATA - RATA
w/v Mg2+ = MMg2+ . ArMg2+ . 1000
w/v Mg2+ = 4,210 . 10-4 . 24,305 . 1000
w/v Mg2+ = 10,232 mg/L

Standar Deviasi w/v Mg2+


∑ ( ⌈ x−x́ ⌉ )2 =
s=
√ N−1
0,299

Kesalahan Relatif w/v Mg2+


|Tertera pada kemasan−Per h itungan|
%= x 100 %
Tertera pada kemasan
|5,87 mg/ L−10,232 mg/ L|
%= x 100 %
5,87 mg/ L
% = 74,3%

6. Konsentrasi Ca2+
SIMPLO
Selisih volume titran = 2,13 mL - 1,10 mL
Selisih volume titran = 1,03 mL
MCa2+ = 1,03 . 0,009375/ 25
MCa2+ = 3,8625 . 10-4 M
DUPLO
Selisih volume titran = 2,37 mL - 1,13 mL
Selisih volume titran = 1,24 mL
MCa2+ = 1,24 . 0,009511 / 25
MCa2+ = 4,717 . 10-4 M
RATA - RATA
Selisih volume titran = 2,25 mL - 1,115 mL
Selisih volume titran = 1,135 mL
MCa2+ = 1,135 . 0,00944 / 25
MCa2+ = 4,286 . 10-4 M

Standar Deviasi w/v Ca2+


∑ ( ⌈ x−x́ ⌉ )2 = 2,421
s=
√ N−1

Kesalahan Relatif w/v Ca2+


|Tertera pada kema san−Per hitungan|
%= x 100 %
Tertera pada kemasan
|9,14 mg/L−17,177 mg/ L|
%= x 100 %
9,14 mg/L
% = 87,9%

7. w/v Ca2+
SIMPLO
w/v Ca2+ = MCa2+ . ArCa2+ . 1000
w/v Ca2+ = 3,8625 . 10-4 . 40,078 . 1000
w/v Ca2+ = 15,480 mg/L
DUPLO
w/v Ca2+ = MCa2+ . ArCa2+ . 1000
w/v Ca2+ = 4,717 . 10-4 . 40,078 . 1000
w/v Ca2+ = 18,905 mg/L
RATA - RATA
w/v Ca2+ = MCa2+ . ArCa2+ . 1000
w/v Ca2+ = 4,286 . 10-4 . 40,078 . 1000
w/v Ca2+ = 17,177 mg/L

● Lampiran Foto Praktikum

Foto Keterangan

Tiga sampel air yang telah ditambahkan oksalat


untuk mengendapkan seluruh Ca2+. Pengendapan ion
Ca2+ yang terdapat di dalam sampel air dilakukan
selama 45 menit.

Sampel air yang telah ditambahkan


akuades, larutan buffer, dan EBT
(Eriochrome Black-T), kemudian dititrasi
dengan larutan standar EDTA.

Hasil titrasi standarisasi larutan EDTA,


dimana larutan yang berwarna merah
berubah menjadi biru.
Larutan disaring dengan corong Buchner
dan pompa vakum, kemudian endapan
dibilas dengan akuades.

Larutan dari hasil filtrasi yang


berada pada labu hisap.

Larutan hasil filtrasi diberi reaktan, kemudian


ditritasi dengan larutan standar EDTA hingga warna
larutan berubah dari merah menjadi biru (seperti
warna larutan blanko).

Larutan yang mengandung ion Mg2+ setelah dititrasi


berubah warna menjadi biru.
Sampel air yang telah diberi reaktan kemudian
dititrasi dan berubah warna dari merah menjadi biru,
bertujuan untuk menentukan kadar total Mg2+ dan
Ca2+ dalam sampel air dengan mencatat volume
standar EDTA yang digunakan.

Kandungan mineral yang terdapat dalam air minum


kemasan merek dagang “Le Minerale”

Anda mungkin juga menyukai