Modul 02
Hari & Tanggal Praktikum: 17 April 2015
Hari & Tanggal Memasukan Laporan: 18 April 2015
Percobaan berjudul Penentuan Kadar Ca dan Mg di Dalam Air Minum. Penelitian bertujuan untuk
menentukan kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel air minum kemasan dan memahami konsep
pembentukan ion kompleks dengan titrasi kompleksometri. Air yang mengandung mineral dalam
jumlah yang tinggi disebut sebagai air sadah. Penentuan kadar Ca 2+ dan Mg2+ dalam air minum
kemasan dilakukan dengan cara pentitrasian menggunakan larutan EDTA (Ethylene Diamine Tetra
Acetic Acid) yang telah distandarisasi sebagai titran. Proses pentitrasian dilakukan dengan bantuan
indikator Eriochrome Black T (EBT) yang akan berwarna merah pada keadaan terikat dengan ion
logam dan biru muda pada keadaan bebasnya. Kestabilan pH indikator EBT dijaga dengan adanya
larutan buffer pH 10 yang ditambahkan ke dalam sampel. Standarisasi larutan EDTA dengan larutan
CaCO3 mendapatkan nilai konsentrasi tetap EDTA, yakni sebesar 0,00944 M. Dari titrasi EDTA
standar dan sampel air diperoleh rata - rata kadar Mg 2+ dan Ca2+ sebesar 85,0338 mg/L ± 7,2823 mg/L.
Ca dalam sampel air diendapkan dengan menggunakan larutan H 2C2O4 selama 45 menit, kemudian
disaring sehingga dalam sampel tersisa Mg, sehingga dapat ditentukan kadar Mg dan Ca masing -
masing, yakni diperoleh Mg 10,232 mg/L ± 0,299 mg/L dan Ca 17,177 mg/L ± 2,421 mg/L.
Penentuan kadar kalsium dan magnesium pada air dapat dilakukan dengan melakukan
titrasi dengan larutan standar EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid). EDTA
(C10H16N2O8) dapat bereaksi dengan kation logam sehingga membentuk ion logam kompleks
yang stabil. Titrasi yang mengacu pada pembentukan bahan kompleks disebut juga dengan
titrasi kompleksometri (Day, R.A dan Underwood, A.L., 2002). EDTA bereaksi dengan cara
mengikat kation logam yang ada pada cairan. Ikatan EDTA dapat menyumbangkan 6 pasang
elektron pada kation logam dan mengurung logam tersebut sehingga menjadi ikatan yang
stabil (Harvey, D., 2008). EDTA tergolong sebagai asam lemah dengan pemilik proton, yakni
asam karboksilat (4) dan proton dari ammonium (2). Penggunaan EDTA pada titrasi dengan
maksud untuk mengikat kation Mg2+ dan Ca2+ yang ada dalam air dengan reaksi:
Pada proses pertama dilakukan standarisasi EDTA yang bertujuan menentukan nilai
konsentrasi tepat dari EDTA itu sendiri, yakni diperoleh rata - rata sebesar 0,00944 M. Nilai
ini berbeda dengan nilai asli yang tertera pada label di kemasan yaitu sebesar 0,01 M. Hal ini
diperkirakan karena adanya sisa-sisa moisture yang terkandung di dalam EDTA yang dijual
secara komersial (Barnes,J. D., Mendham, J., Denney, R.C., dan Thomas, J.K., 2000).
Namun, data volume EDTA tidak dapat langsung dipercaya ke akuratannya. Hal ini
dikarenakan nilai volume EDTA yang didapatkan dari hasil titrasi dengan larutan CaCO 3
berbeda dengan range yang besar (>0,02) yakni volume 1 dan volume 2 berurut 26,56 mL
dan 26,18 mL. Perbedaan yang besar ini dapat terjadi dikarenakan 2 hal, yaitu proses
penghentian titrasi yang kurang tepat, sehingga terjadi pergeseran nilai ekuivalen dan juga
dikarenakan ketidaktepatan saat memprediksi angka tidak pasti setelah 1 angka di belakangan
koma. Kedua kesalahan tersebut dikategorikan sebagai kesalahan sistematis. Berdasarkan data
yang didapat ditentukan bahwa nilai kadar total kesadahan adalah 85,0338 mgCaCO 3/L ±
7,2823 mgCaCO3/L. Data tersebut tidak memiliki presisi yang baik dikarenakan perbedaan
volume EDTA yang digunakan pada saat titrasi dengan sampel air terhitung jauh (V1 – V2 =
2,37 mL - 2,13 mL = 0,24 mL). Perbedaan volume yang signifikan tersebut menyebabkan
terjadinya perbedaan kadar yang besar berdasarkan kedua volume EDTA yang didapat.
Perbedaan konsentrasi total ion Ca2+ dan Mg2+ yakni yang pertama adalah 7,9875 . 10 -4 M dan
yang kedua adalah 9,0164 . 10-4 M. Hal ini dapat menimbulkan bias data yang besar.
Perbedaan volume tersebut bisa terjadi karena larutan buffer yang digunakan (NH 3)
mengalami penguapan selama proses pentitrasian. Penguapan tersebut bisa mempengaruhi
nilai pH, yang akan mempengaruhi ketepatan titik akhir titrasi. Proses pengendapan dengan
asam oksalat menyebabkan sejumlah Ca mengendap pada sample air. Sample yang kemudian
disaring dengan saringan buchner ini dapat digunakan untuk mengukur kandungan nilai Mg
dimana artinya pada sample air yang disaring kandungan Ca-nya tinggal bersisa Mg. Pada
proses titrasi sample hasil penyaringan Ca dengan EDTA untuk mengukur kadar Mg 2+ ini
didapatkan bahwa volume EDTA yang digunakan berturut adalah 1,10 mL dan 1,13 mL.
Kedua volume EDTA tersebut memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan (0,03 mL)
sehingga presisi data dapat digunakan. Hasil akhir menunjukkan bahwa nilai (w/v) Mg 2+
adalah 10,232 mg/L ± 0,299 mg/L dan nilai (w/v) Ca 2+ adalah 17,177 mg/L ± 2,421 mg/L.
Jika hasil akhir ion dibandingkan dengan nilai yang tertera pada kemasan le minerale maka
terdapat perbedaan yang jauh. Pada kemasan tercantum bahwa kadar Ca 2+ adalah 9,14 mg/L
dan kadari Mg2+ adalah 5,87 mg/L. Terjadi penyimpangan nilai kadar Ca 2+ dan Mg2+ berturut
sebesar 87,9% dan 74,3%. Penyimpangan ini bisa terjadi dikarenakan beberapa kesalahan.
Ketidak presisian nilai Volume EDTA pada langkah standarisasi bisa menjadi acuan
kesalahan yang paling mendasar. Nilai konsentrasi EDTA yang didapat tidak stabil dengan
deviasi yang besar sehingga dapat mempengaruhi hasil titrasi selanjutnya. Selain kesalahan
konsentrasi tepat EDTA, kesalahan juga dapat ditinjau dari penggunaan buffer, penggunaan
buffer NH3 dengan pH = 10 dapat berdampak pada ketidak stabilan ikatan EDTA dengan Ion
logam. Pada tahap buffer dimasukkan ke dalam larutan sample, buffer langsung bereaksi
dengan ion logam membentuk M2+-NH3 yang stabil. Kemudian, ketika indikator EBT
diteteskan ke dalam sampel maka Metal yang terkandung dalam sampel akan berikatan
dengan indikator ini sehingga memperlihatkan warna merah. Namun ketika EDTA di reaksi
kan maka EDTA akan merebut M2+ yang berikatan dengan indikator EBT sehingga
menghasilkan perubahan warna dari yang sebelumnya merah menjadi biru muda karena EBT
sudah tidak lagi berikatan dengan ion Metal tersebut. Kemudian ikatan EDTA menjadi tidak
stabil. Ketidak stabilan ini memicu pada lamanya EDTA untuk mencapai titik akhir titrasi
(Harvey, D, 2009). Namun selain beberapa galat yang disebutkan, juga terdapat pengaruh ion
logam lain terhadap EDTA yang dapat menjadi faktor interferensi. Ternyata bila beberapa ion
logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah
semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993). Sehingga ion logam lain
yang berada pada larutan sample akan berikatan dengan EDTA. Interferensi ion logam
tersebut berdampak pada hasil yang memiliki rentan error yang besar. Hal ini dikarenakan
nilai konsentrasi yang didapat tidak hanya dari ion Ca 2+ dan Mg2+ melainkan dari semua total
ion yang ada. Meskipun pada kenyataanya bahwa ion Sodium dan Potassium tidak dapat
bereaksi dengan ligan EDTA (Harris, DC, 2010). Namun, dapat dinyatakan bahwa terdapat
sejumlah ion lain yang tersebar secara merata pada larutan air le minerale. Langkah
perebusan air menjadi penting pada awal persiapan sample karena terdapat sejumlah anion
penyebab kesadahan sementara yang harus dievaporasi terlebih dahulu agar tidak
mengganggu ikatan EDTA terhadap ion logam pada sample (Barnes, J.D., Mendham, J.,
Denney, R.C., dan Thomas, J.K, 2000).
Total kesadahan Ca dan Mg sebagai CaCO 3 dari hasil praktikum ini adalah 85,0338
mg/L. Indonesia sendiri memiliki batas kesadahan air minum yang masih dapat ditoleransi
peredarannya di kalangan masyarakat, yakni berdasarkan Peraturan Menteri Kesahatan RI
Nomor 416/MENKES/PER/IV/1990 adalah 500 mg/L. Dari data tersebut dapat dikatakan
bahwa total kesadahan air dalam produk air kemasan Le Minerale masih berada dibawah
batas maksimal yang diperbolehkan untuk diedarkan di masyarakat. Selain itu sifat tingkat
kesadahan sendiri berbeda - beda mulai dari yang sangat rendah hingga yang sangat tinggi.
Kedar kesadahan total sebesar 85,0338 mg/L yang didapatkan termasuk dalam kategori
kesadahan yang cukup tinggi.
V. Kesimpulan :
1. Titrasi pembentukan ion kompleks adalah titrasi yang memerlukan ligan/ agen pembentuk
ion kompleks dalam proses titrasi. Titrasi kompleksiometri biasa terjadi pada kation logam
dengan anion berupa ligan/ chelate dan membentuk senyawa kompleks yang bersifat
stabil.
2. Didapat angka kesadahan total dari air minum le minerale sebesar 85,0338 mgCaCO3/L.
3. Kesadahan total/ kandungan mineral dari le minerale tergolong cukup tinggi berdasarkan
standar Peraturan Menteri Kesehatan RI.
4. Kandungan (w/v) Mg2+ yang didapat adalah sebesar 10,232 mg/L ± 0,299 mg/L dan nilai
(w/v) Ca2+ adalah 17,177 mg/L ± 2,421 mg/L, dengan perbedaan terhadap komposisi le
minerale sebesar 74,3% dan 87,9%.
5. Percobaan titrasi dengan EDTA pada praktikum ini kurang mampu menunjukkan nilai
masing masing Ca2+ dan Mg2+ dengan tepat dikarenakan adanya logam lain yang bereaksi
dengan EDTA. Namun cukup akurat untuk menentukan kadar kesadahan total suatu
mineral.
VI. Referensi :
1. Beran, J.A. 2010. Laboratory Manual for Principles of General Chemistry (9th ed). USA:
Wiley, Inc.
2. Barnes, J.D., Mendham, J., Denney, R.C., dan Thomas, J.K. 2000. Vogel's Textbook of
Quantitative Chemical Analysis (6th ed). UK : Pearson Education Limited.
3. Caballero, B., Trugo, L., dan Finglas, P. 2003. Encyclopedia of Food Science, Food
Technology and Nutrition (2nd ed). USA: Academic Press.
4. Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif (6th ed). Jakarta:
Erlangga.
5. Harjadi,W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Erlangga.
6. Harris, D.C. 2010. Quantitive Chemical Analysis (8th ed). New York: W.H. Freeman and
Company.
7. Harvey, D. 2009. Analytical Chemistry 2.0. USA: Mc Graw Hill.
8. Sawhney, S.S., Jassal, Manmohan S., dan Batial, B.M.L., 1995. A Text Book of Chemistry
Practicals (vol II). New Delhi: APH Publishing Corporation.
9. WHO. 2003. Hardness in Drinking-Water. Geneva: WHO.
VII. Appendix :
2. a) [Ca(EDTA)]2-
b) Eriochrome Black-T
3. Perubahan warna yang akan diamati selama titrasi kompleksometri ini adalah dari warna
merah saat pertama kali indikator diteteskan, dimana indikator masih berikatan dengan ion
logam yang ada pada sampel air, namun kemudian akan terjadi perubahan warna menjadi
biru karena indikator sudah tidak lagi berikatan dengan ion logam dikarenakan ion logam
ditarik oleh EDTA sehingga pada akhirnya berikatan dengan EDTA.
4. Konsentrasi ion Ca2+ dan ion Mg2+ dapat ditentukan dengan beberapa tahap, yang pertama
adalah dilakukan titrasi sampel air dengan larutan standar EDTA sehingga didapat
konsentrasi total Mg2+ dan Ca2+, kemudian lakukan pula pengendapan Ca2+ dari sampel air
mineral yang selanjutnya disaring. Setelah itu, hasil sampel air mineral dari penyaringan
yang di dalamnya hanya tersisa ion Mg 2+ dititrasi kembali dengan larutan standar EDTA
sehingga diperoleh konsentrasi Mg2+. Langkah terakhir adalah dengan mengurangi
konsentrasi total Mg2+ dan Ca2+ dengan Mg2+ sehingga diperoleh konsentrasi Ca2+.
5. a) Diketahui :
m Na2H2EDTA.2H2O = 0,5946 gram (Mr = 372,24 gram/mol)
V = 500 mL
Ditanya : MEDTA?
Jawab :
MEDTA = n/V
MEDTA = (0,5946 g/ 372,24 g/mol) / 0,5 L
MEDTA = 0,00319 M
b) Diketahui :
Vair = 50 mL
MEDTA = 0,003125 M
VEDTA = 34,64 mL
Ditanya : MTOTAL ion Mg2+ dan Ca2+ dalam sampel air?
Jawab :
Diasumsikan bahwa di dalam sampel air hanya terdapat ion Mg 2+ dan Ca2+
MEDTA . VEDTA = M . Vair
0,003125 M . 34,64 mL = M . 50 mL
50 M = 0,10825
Mtotal = 0,002165 M
c) Diketahui :
Vair = 50 mL
VEDTA = 23,67 mL
Ditanya : M ion Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel? Tingkat kesadahan total (mg/L)?
Jawab :
M Mg2+ . Vair = M EDTA . V EDTA
M Mg2+ = (0,003125 M . 23,67 mL) / 50 mL
M Mg2+ = 0,001479 M
2. Konsentrasi Ca2+ dan Mg2+ yang didapat adalah 17,177 mg/L dan 10,232 mg/L. Kadar
yang terdapat pada label kemasan air minum yang dijadikan sampel pada praktikum ini
adalah Kalsium 9,14 mg/L dan Magnesium 5,87 mg/L. Dari hasil tersebut didapat besar
kesalahan relatif jika dibandingkan hasil pengukuran dengan kadar yang tertera pada
kemasan adalah 74,3% untuk kadar Mg dan 87,9% untuk kadar Ca.
3. Nilai Kf mendeskripsikan bagaimana hubungan reaksi yang terjadi antar EDTA 4- dengan
ion logam. Semakin besar nilai Kf-nya maka nilai konsentrasi produk pun semakin besar
dibandingkan dengan konsentrasi reaktan. Hal ini menandakan lebih setimbangnya reaksi
atau nilai kesetimbangan reaksi. Karena pada reaksi diperlukan perlakuan perebutan
metal dari ikatan dengan indikator EBT oleh titran EDTA, maka angka kesetimbangan
yang dimiliki indikator haruslah lebih kecil dibandingkan dengan yang dimiliki oleh
EDTA. Oleh karena itu, lebih baik memilih indikator A.
4. M Mg2+
SIMPLO
MMg2+ = VEDTA . MEDTA / Vsampel
MMg2+ = 1,10 . 0,009375 / 25
MMg2+ = 4,125 . 10-4 M
DUPLO
MMg2+ = VEDTA . MEDTA / Vsampel
MMg2+ = 1,13 . 0,009511 / 25
MMg2+ = 4,299 . 10-4 M
RATA - RATA
MMg2+ = VEDTA . MEDTA / Vsampel
MMg2+ = 1,115 . 0,00944 / 25
MMg2+ = 4,210 . 10-4 M
5. w/v Mg2+
SIMPLO
w/v Mg2+ = MMg2+ . ArMg2+ . 1000
w/v Mg2+ = 4,125 . 10-4 . 24,305 . 1000
w/v Mg2+ = 10,026 mg/L
DUPLO
w/v Mg2+ = MMg2+ . ArMg2+ . 1000
w/v Mg2+ = 4,299 . 10-4 . 24,305 . 1000
w/v Mg2+ = 10,449 mg/L
RATA - RATA
w/v Mg2+ = MMg2+ . ArMg2+ . 1000
w/v Mg2+ = 4,210 . 10-4 . 24,305 . 1000
w/v Mg2+ = 10,232 mg/L
6. Konsentrasi Ca2+
SIMPLO
Selisih volume titran = 2,13 mL - 1,10 mL
Selisih volume titran = 1,03 mL
MCa2+ = 1,03 . 0,009375/ 25
MCa2+ = 3,8625 . 10-4 M
DUPLO
Selisih volume titran = 2,37 mL - 1,13 mL
Selisih volume titran = 1,24 mL
MCa2+ = 1,24 . 0,009511 / 25
MCa2+ = 4,717 . 10-4 M
RATA - RATA
Selisih volume titran = 2,25 mL - 1,115 mL
Selisih volume titran = 1,135 mL
MCa2+ = 1,135 . 0,00944 / 25
MCa2+ = 4,286 . 10-4 M
7. w/v Ca2+
SIMPLO
w/v Ca2+ = MCa2+ . ArCa2+ . 1000
w/v Ca2+ = 3,8625 . 10-4 . 40,078 . 1000
w/v Ca2+ = 15,480 mg/L
DUPLO
w/v Ca2+ = MCa2+ . ArCa2+ . 1000
w/v Ca2+ = 4,717 . 10-4 . 40,078 . 1000
w/v Ca2+ = 18,905 mg/L
RATA - RATA
w/v Ca2+ = MCa2+ . ArCa2+ . 1000
w/v Ca2+ = 4,286 . 10-4 . 40,078 . 1000
w/v Ca2+ = 17,177 mg/L
Foto Keterangan