Anda di halaman 1dari 16

PSIKOLOGIKA: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi E-ISSN: 2579-6518

Volume 23 Nomor 2, Juli 2018: 121-136 P-ISSN: 1410-1289


DOI:10.20885/psikologika.vol23.iss2.art4

Koping Stres dan Stres pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa “X”

Yulia Dyah Ayu Permatasari


Muhana Sofiati Utami

Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Abstract. The purpose of this study was to examine the correlation between the dimensions of
coping stress and stress among nurses who work on psychiatric units. The hypothesis stated in
this study is that there is a correlation between the dimensions of coping stress and stress among
nurses who work on psychiatric units at psychiatric hospital “X”. This study used two scale, coping
stress scale and stress scale. Subject of this study are psychiatryc units nurses who work in
psychiatric hospital “X”. The data from this study was analyzed using correlation product moment
technique from Pearson. The result showed that there is no significant correlation between the
dimensions of coping stress and stress among nurses who work on pyshiatric room. The
analysis result between problem focused coping dimension and stress showed that r = 0.091; p
= 0.210 (p > 0.05). Meanwhile, the analysis result between emotional focused coping and stress
showed that r = -0.042; p=0.709 (p>0.05). Therefore, the result of this research suggest that
there is no significant correlations between the dimensions of coping stress and stress among
nurses who work on pyshiatric room.

Keywords : coping stress, nurses, stress

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji korelasi antara dimensi-dimensi koping
stres dan stres pada perawat yang bekerja pada bagian rawat inap psikiatri. Hipotesis penelitian
ini adalah terdapat korelasi antara dimensi-dimensi koping stres dan stres pada perawat yang
bekerja pada bagian rawat inap psikiatri rumah sakit jiwa “X”. Penelitian ini menggunakan dua
skala, yaitu skala koping stres dan stres. Responden dalam penelitian ini adalah perawat yang
bekerja di rumah sakit jiwa “X”. Data dari penelitian ini dianalisis menggunakan teknik korelasi
Product Moment oleh Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi
yang signifikan antara dimensi-dimensi koping stres dan stres pada perawat yang bekerja pada
bagian rawat inap psikiatri. Hasil analisis antara dimensi problem focus coping dan stres
menunjukkan r = 0,091; p = 0,210 (p > 0,05). Sementara itu, hasil analisis antara dimensi
emotional focused coping dan stres menunjukkan r = -0,042; p=0,709 (p>0,05). Oleh karena itu,
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara dimensi-
dimensi koping stres dan stres pada perawat yang bekerja pada bagian rawat inap psikiatri.

Kata Kunci: koping stres, perawat, stres

Korespondensi: Yulia Dyah Ayu Permata Sari. E-mail: yuliadyahayu@gmail.com

121
Yulia Dyah Ayu Permatasari & Muhana Sofiati Utami

Perawat merupakan mayoritas perawat kesehatan jiwa lebih


profesional kesehatan yang bekerja di menitikberatkan pada kesehatan mental
rumah sakit dengan tuntutan kerja tinggi pasien tanpa mengesampingkan keadaan
(Maria, Pavlos, Eleni, & Thamme, 2010). jasmaniahnya. Selain itu, kondisi mental
Perawat merupakan bagian yang tidak pasien yang labil mengharuskan perawat
terpisahkan dari keseluruhan proses untuk bersikap sabar dalam melakukan
pemulihan pasien, tidak hanya sekedar berbagai macam peranan untuk mengetahui
melakukan rutinitas seperti memeriksa berbagai macam kebutuhan pasien. Perilaku
tekanan darah, denyut nadi, atau suhu pasien gangguan jiwa yang sulit diprediksi
pasien saja. Menurut The American Medical dan berbahaya juga menuntut perawat
Association Encyclopedia of Medicine bahwa untuk lebih berhati-hati dan waspada dalam
perhatian perawat lebih tertuju pada reaksi memberikan perawatan.
keseluruhan pasien terhadap penyakitnya Kesiapan baik fisik maupun
daripada penyakit itu sendiri. Perawat lebih psikologis mutlak diperlukan perawat dalam
memusatkan perhatiannya untuk mengatasi menjalankan tugasnya. Seringkali perawat
rasa sakit fisik pasien, melepaskan pasien menghadapi situasi yang tidak menye-
dari penderitaan mental dan jika mungkin nangkan (risk situation) di tempat kerjanya
menghindari timbulnya komplikasi. Selain dengan perilaku pasien yang mampu
itu, perawat juga memberikan perhatian membuat perawat kehilangan konsentrasi.
dengan penuh pengertian yang mencakup Perilaku kekerasan yang dilakukan pasien
mendengarkan dengan sabar semua dapat berakibat fatal baik bagi perawat
kekhawatiran dan ketakutan pasien serta maupun pasien. Bila situasi yang menekan
memberikan dorongan emosi dan ini tidak segera diatasi, tidak menutup
penghiburan (Wijono, 2006). kemungkinan akan menimbulkan stres dan
Di rumah sakit jiwa, pelayanan konflik pada diri perawat. Berbagai cara
keperawatan dilakukan oleh perawat yang dilakukan oleh perawat untuk
kesehatan jiwa. Perawat kesehatan jiwa mengatasi agresivitas pasien yang diarahkan
adalah bagian dari perawat umum, tetapi padanya akan menimbulkan berbagai
khusus menangani pasien gangguan jiwa dampak negatif baik pada diri perawat
dan bekerja di rumah sakit jiwa. Namun sendiri maupun pasien (As'ad & Soetjipto,
demikian ada sedikit perbedaan antara 2000).
perawat umum dengan perawat kesehatan Penelitian yang dilakukan The
jiwa. Perawat umum lebih menitikberatkan National Institute Occupational Safety and
pada keadaan jasmaniah pasien meskipun Health (2012) menunjukkan bahwa
keadaan mentalnya tidak terasa, sedang pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan

122 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Koping Stres dan Stres pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa “X”

dengan rumah sakit atau kesehatan memiliki rumah sakit jiwa, dari 54 perawat yang
kecenderungan tinggi untuk terkena stres diberikan kuesioner tentang pengukuran
atau depresi. Salah satu dari pekerjaan- tingkat stres, didapati 13 perawat
pekerjaan tersebut adalah perawat (Selye mengalami stres. Penelitian yang dilakukan
dalam Prihatini, 2007). Pada penelitian yang Kusumawati (2008) tentang stres perawat
dilakukan bersama perawat-perawat yang di instalasi rawat inap RSJD Dr. Amino
bekerja di rumah sakit jiwa, Humpel dan Gondohutomo Semarang didapati bahwa
Caputi (2001) melacak enam kategori gejala yang timbul pada stres perawat saat
stresor pada perawat jiwa, yaitu melakukan penanganan pasien dengan
karakteristik pasien yang negatif, masalah perilaku kekerasan yang dijumpai di rumah
pengorganisasian administrasi, keterbata- sakit jiwa meliputi sedih, menghindar,
san sumber daya, penampilan staf, konflik emosi, marah, kelelahan, lebih waspada,
staf dan masalah penjadwalan. Para perawat intonasi suara jadi tinggi, berpikir tidak
juga berpendapat bahwa pasien rumah sakit realistis, dan khawatir.
jiwa tidak akan tahu ketika dia dibentak atau Penelitian terkait stres pada perawat di
dimarahi, jadi menurut perawat membentak rumah sakit jiwa telah diteliti oleh peneliti-
pasien itu adalah suatu hal yang biasa peneliti sebelumnya. Riset oleh Mangoulia,
dilakukan. Koukia, Fildissis, dan Katostaras (2015) di
Berdasarkan data yang diperoleh dari Yunani pada 174 perawat rumah sakit jiwa
penelitian yang dilakukan oleh Elita, yang tergabung pada 12 rumah sakit swasta,
Setiawan, Wahyuni, dan Woferst (2011) di menyatakan kategori tinggi pada stres
RSJ Tampan Provinsi Riau, perawat traumatik. Hasil studi oleh Wang, dkk.
menyatakan sering mengalami perilaku (2015) pada 154 perawat di Taiwan
kekerasan baik berupa kekerasan verbal disebutkan bahwa keadaan stres perawat
maupun serangan secara fisik dari pasien. berkaitan positif dengan tingkat depresi,
Sehingga terkadang perawat merasa cemas namun stres berkaitan negatif dengan
terutama bila bertugas di malam hari. resourcefulness (ketrampilan menbantu diri
Namun para perawat tetap mampu sendiri dan mencari bantuan dari orang
melaksanakan tugasnya dengan baik, karena lain). Penelitian oleh Hasan (2017)
menurut perawat tindakan yang diperoleh menyatakan bahwa kondisi yang paling
dari pasien jiwa adalah risiko pekerjaan menyebabkan perawat rumah sakit jiwa
yang harus diambil dan diterima dengan mengalami stres ialah penganiayaan fisik
sebaik-baiknya. dari pasien, berurusan dengan pasien yang
Pada penelitian yang dilakukan Azhar berpotensi bunuh diri, peristiwa yang tidak
(2010) tentang gambaran stres perawat di

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 123


Yulia Dyah Ayu Permatasari & Muhana Sofiati Utami

terduga, permintaan yang terlalu banyak bahwa terdapat empat aspek dalam melihat
dari pasien, serta iklim kerja dengan kolega. gejala-gejala stres meliputi aspek fisik,
Lazarus dan Folkman (1984) juga emosi, kognitif, dan perilaku. Aspek fisik,
mendefinisikan stres sebagai segala seperti kelelahan, gangguan fisik, serta
peristiwa/kejadian baik berupa tuntutan- kerentanan terhadap penyakit. Aspek emosi,
tuntutan lingkungan maupun tuntutan- yang dapat ditunjukkan dengan labilitas
tuntutan internal (fisiologis/psikologis) perasaan (marah, sedih, tersinggung, dll),
yang menuntut, membebani, atau melebihi kecemasan, maupun penurunan minat
kapasitas sumber daya adaptif individu. terhadap aktivitas. Aspek kognitif, yang
Stres dapat juga didefinisikan sebagai ditunjukkan dengan adanya persepsi negatif
keseluruhan proses yang meliputi stimulasi, terhadap peran yang dijalaninya ataupun
kejadian, peristiwa dan respon, interpretasi persepsi negatif terhadap kemampuan
individu yang menyebabkan timbulnya untuk menghadapi tekanan yang muncul
ketegangan di luar kemampuan individu dalam menjalankan perannya. Aspek
untuk mengatasinya (Rice, 1992). Stres yang perilaku, dapat ditunjukkan dengan menarik
berkepanjangan dapat berdampak pada diri dari lingkungan sosialnya, nafsu makan
aspek dan sistem tubuh seseorang. Stres berubah drastis (berkurang atau
berdampak pada emosional, fisiologis, bertambah), dan kualitas tidur terganggu.
kognitif, dan perilaku. Dampak secara Perawat diharuskan mampu
emosional meliputi cemas, depresi, tekanan mempersiapkan segala sesuatu dengan baik
fisik, dan psikologis. Dampak kognitif guna keberlangsungan proses keperawatan.
berakibat pada penurunan konsentrasi, Situasi yang tidak kondusif seperti perilaku
peningkatan distraksi, dan berkurangnya agresi harus segera diatasi agar tidak
kapasitas memori jangka pendek. Dampak berakibat buruk bagi pasien dan perawat itu
terhadap psikologis berakibat pada sendiri, bila situasi yang menekan ini tidak
pelepasan epinefrin, norepinefrin, pennon- segera diatasi, tidak menutup kemungkinan
aktifan sistem pencernaan, nafas cepat, perawat akan terjebak dalam konflik dan
peningkatan denyut jantung, dan kontraksi stres yang mana akan mempengaruhi
pembuluh darah. Dampak pada perilaku kinerja secara langsung. Berbagai cara
misalnya meningkatnya ketidakhadiran dilakukan oleh perawat untuk mengatasi hal
kerja, mengganggu pola tidur, dan ini, agar tidak menimbulkan dampak buruk
mengurangi kualitas pekerjaan (Eysenck, bagi perawat itu sendiri, salah satunya
1993). adalah koping stres. Koping stres amat
Secara umum, Visides, Eddy, dan penting bagi perawat untuk memper-
Mozie (dalam Rice, 1992) mengatakan tahankan kinerjanya, baik koping stres yang

124 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Koping Stres dan Stres pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa “X”

berfokus pada penyelesaian masalah dari pihak keluarga merupakan komponen


maupun koping stres yang berfokus pada penting dari koping stres perawat. Riset oleh
emosi diri sendiri. Perawat harus segera Moghaddam, Piri, dan Ahanjan (2016)
melakukan koping stres yang menurutnya menyatakan bahwa stres dikatakan
paling efektif agar tidak terjebak dalam berkorelasi dengan koping stres, di
kondisi stres yang lebih parah. Dengan antaranya ialah sikap positif pada kerja,
melalui koping, perawat dapat menunjuk dukungan sosial, dan regulasi diri.
pada berbagai upaya, baik mental maupun Menurut Lazarus & Folkman
perilaku untuk mengatasi, menoleransi, (dalam Smet, 1994), strategi koping adalah
mengurangi, atau meminimalisir suatu suatu proses di mana individu mencoba
situasi atau kejadian yang penuh tekanan. untuk mengelola jarak yang ada antara
Dengan kata lain kita berusaha untuk tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang
menangani dan menguasai situasi stres yang berasal dari individu maupun tuntutan yang
menekan akibat dari masalah yang sedang berasal dari lingkungan) dengan sumber-
kita hadapi, dengan cara melakukan sumber daya yang mereka gunakan dalam
perubahan kognitif maupun perilaku guna menghadapi situasi stressfull. Ada banyak
memperoleh rasa aman secara psikologis metode atau strategi koping yang berbeda,
(Coyne, Aldwin, & Lazarus, 1981). tetapi yang paling umum ada delapan seperti
Penelitian stres perawat rumah sakit yang dijabarkan oleh Folkman (dalam Fei,
jiwa terkait faktor koping stress terdapat 2006), yakni sebagai berikut ini: (1) Koping
pada penelitian-penelitian sebelumnya. konfrontatif (confrontative coping), dimana
Studi pada perawat di Australia oleh Healy individu berpegang teguh pada
dan McKay (2000) bahwa terdapat beberapa pendiriannya dan memperjuangkan apa
jenis koping stres yang berkorelasi dengan yang diinginkannya; menggambarkan
stres perawat rumah sakit jiwa, yaitu escape- usaha-usaha agresif untuk mengubah
avoidance coping, planful problem solving, situasi. (2) Mencari dukungan sosial (seeking
seeking social support, dan humor. Penelitian social support), dimana individu berpaling
Abdalrahim (2013) pada studi literatur stres pada orang lain untuk kenyamanan dan
perawat rumah sakit jiwa menyebutkan saran mengenai bagaimana mengatasi
bahwa keadaan stres pasien dapat berakibat masalah, menunjuk-kan usaha-usaha
buruk pada kesehatan dan fungsi aktivitas individu untuk mencari dukungan. (3)
harian. koping stres yang dilakukan Pemecahan masalah yang terencana (planful
utamanya ialah strategi berbasis solusi, problem solving), artinya individu
strategi koping orientasi masalah, dan memikirkan suatu rencana tindakan untuk
dukungan sosial. Dukungan sosial terutama memecahkan situasi, menggambarkan

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 125


Yulia Dyah Ayu Permatasari & Muhana Sofiati Utami

usaha-usaha problem-focused yang sengaja merasa bahwa stresor merupakan suatu


untuk mengubah situasi. (4) Kontrol diri penderitaan (Carver, Scheier, & Weintraub,
(self control), menabahkan hati dan tidak 1989).
membiarkan perasaan terlihat, Dari uraian di atas, perlu diketahui
menunjukkan usaha-usaha individu untuk pemakaian koping pada perawat dalam
mengatur perasaan-perasaan. (5) beradaptasi dengan stres yang dihadapinya,
Menjauhkan (distancing), menggambarkan sehingga muncul suatu pertanyaan apakah
usaha-usaha individu untuk melepaskan ada hubungan antara koping stres dan
diri. (6) Penilaian positif (Positive tingkat stres pada perawat yang bekerja
reappraisal), menunjukkan usaha-usaha pada bagian rawat inap psikiatri rumah
individu untuk menciptakan arti positif sakit jiwa “X”.
dengan memfokuskan pada pertumbuhan
pribadi. (7) Menerima tanggung jawab Metode
(accepting responsibility), pengakuan Subjek penelitian terdiri dari total 81
individu bahwa dirinya sendirilah yang orang perawat yang bertugas pada ruang
mengakibatkan masalah, dan mencoba rawat inap psikiatri. Subjek yang dilibatkan
belajar dari pengalaman. Lebih jelasnya, berusia 18-59 tahun. Rentang usia tersebut
bentuk koping ini menekankan aspek dipilih karena masih termasuk dalam usia
pengenalan peran diri sendiri dalam suatu perkembangan dewasa awal yaitu 18-40
masalah. (8) Menghindari penghindaran tahun dan masa dewasa tengah yaitu 41-60
(escape-avoidance), koping ini terkait tahun. Pada usia tersebut, subjek
dengan wishful thinking dan menunjukkan seharusnya sudah memiliki kematangan
perilaku-perilaku melarikan diri atau emosi (Hurlock, 2007).
menghindar bisa dengan cara merokok, Skala koping yang digunakan
mengkonsumsi obat-obatan maupun merupakan skala Likert yang terdiri dari
minuman keras, ataupun makan berlebihan. lima pernyataan dengan sejumlah pilihan
Perlu digarisbawahi walaupun sebagian jawaban. Skala Koping Stres dimodifikasi
besar stresor memunculkan kedua macam dari Lazarus Coping Scale yang diadaptasi
strategi koping (problem focused coping dan dari Fei (2006). Skala Koping Stres ini
emotional focused coping), problem focused menggunakan delapan aspek dari Lazarus.
coping cenderung menonjol ketika Skala ini terdiri dari 4 pilihan jawaban yang
seseorang merasakan bahwa sesuatu yang bergerak mulai dari angka 1 yang
sifatnya konstruktif bisa dilakukan. menandakan tidak pernah hingga angka 4
Sedangkan emotional focused coping yang menandakan sangat sering, namun
cenderung menonjol ketika seseorang pada penelitian ini dimodifikasi menjadi 5

126 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Koping Stres dan Stres pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa “X”

pilihan jawaban (skala Likert) untuk dengan bantuan program SPSS for Windows
mempermudah subjek dalam memberikan version 20.
respon. Subjek diminta untuk menyatakan Pada uji coba instrumen skala,
dirinya pada lima pilihan jawaban, yakni 1 = subjek yang dilibatkan merupakan perawat
tidak pernah, 2 = jarang, 3 = normal, 4 = ruang rawat inap psikiatri X dan Y rumah
sering, 5 = sangat sering. sakit jiwa “X” sejumlah 30 orang dengan
Skala Stres yang digunakan pada hasil pada Skala Koping Stres menunjukkan
penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti. koefisien reliabilitas sebesar 0,910
Menurut Visides, Eddy, dan Mozie (dalam sedangkan pada Skala Stres menunjukkan
Rice, 1992), terdapat lima aspek yang koefisien reliabilitas sebesar 0,905.
digunakan untuk pengukuran dalam skala
ini yaitu aspek fisik, aspek emosional, aspek Hasil
kognitif, dan aspek perilaku. Skala Stres Hasil penelitian menunjukkan pada skala
pada perawat memiliki lima alternatif koping diperoleh rerata hipotetik 114 dan
jawaban, yaitu STS (Sangat Tidak Sesuai), TS standar deviasi 91,2. Pada skor empirik
(Tidak Sesuai), S (Sesuai), dan SS (Sangat memiliki rerata 120,5679 dan standar
Sesuai). Skor penilaian bergerak dari angka deviasi sebesar 18,40648. Pada Skala Stres
satu sampai dengan angka lima. diperoleh rerata hipotetik sebesar 78 dan
Data kuantitatif yang diperoleh standar deviasi sebesar 62,4. Pada skor
dianalisis menggunakan teknik analisis empirik diperoleh rerata 57,2716 dan
korelasi Product Moment dari Pearson standar deviasi 13,02691:

Tabel 1. Kategorisasi Variabel Koping Stres


Kategorisasi Frekuensi Persentase
Sangat Rendah 13 16%
Rendah 8 9.9%
Sedang 25 30.9%
Tinggi 34 42%
Sangat Tinggi 1 1.2%

Tabel 2. Kategorisasi Variabel Stres


Kategorisasi Frekuensi Persentase
Sangat Rendah 2 2.5%
Rendah 21 25.9%
Sedang 36 44.4%
Tinggi 15 18.5%
Sangat Tinggi 7 8.6%

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 127


Yulia Dyah Ayu Permatasari & Muhana Sofiati Utami

Berdasarkan hasil kategorisasi pada dinyatakan normal yaitu nilai KS-Z = 1,356
tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan signifikansi p = 0,051 (p > 0,05).
sebagian besar subjek memiliki kemampuan Berdasarkan uji linieritas yang telah
koping stres pada kategori tinggi (42%), dan dilakukan, maka hasil menunjukkan bahwa
sebagian besar subjek mengalami stres pada antara dimensi problem focused coping dan
tingkat sedang (44.4%) tingkat stres pada perawat tidak linier, yaitu
Berdasarkan hasil uji normalitas nilai F = 0,632 dengan signifikansi 0,430 (p
pada subjek menunjukkan bahwa data >0,05). Pada dimensi lain yaitu dimensi
variabel stres terdistribusi secara normal, emotional focused coping dan tingkat stres
yaitu nilai KS-Z = 0,669 dengan signifikansi p pada perawat tidak linier, yaitu nilai F =
= 0,762 (p > 0,05). Sementara itu, hasil uji 0,052 dengan signifikansi 0,821 (p >0,05).
normalitas untuk variabel koping distribusi

Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis


Koefisien Koefisien Signifikansi
Variabel Keterangan
Korelasi (r) (p)
Problem focused coping
0,091 0,210 Tidak Signifikan
dan stres
Emotional focused
-0.042 0,709 Tidak signifikan
coping dan stres

Tabel 4. Koefisien Korelasi antara Stres dan Aspek Dimensi Koping Stres
Social Self Escape
Confrontative Planfull Distancing Reappraisal Responsibility
Support Control Avoidance
Stres 0,50 0,162 -0,26 0,093 0,199 -0,59 -0,128 -0,109

Hasil analisis data menunjukkan Uji tambahan dilakukan untuk


tidak adanya korelasi antara dimensi mengetahui perbedaan tingkat stres antara
problem focused coping dan tingkat stres kedua kelompok subjek, yaitu pada perawat
yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi laki-laki dan perempuan. Jumlah subjek laki-
r = 0,091, p = 0,210 (p > 0,05). Selanjutnya, laki sebanyak 42 orang (51,86%), sedangkan
hasil analisis data juga menunjukkan bahwa perempuan sebanyak 39 orang (48,14%). Uji
tidak adanya korelasi antara dimensi tambahan dilakukan dengan menggunakan
emotional focused coping dan tingkat stres teknik Independent Samples T-test.
yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
r = -0,042, p=0,709 (p>0,05). Berdasarkan diperoleh signifikansi p = 0,612 (p > 0,05).
hasil analisis dapat dilihat bahwa kedua Dengan demikian hasil tersebut
hipotesis yang diajukan tidak diterima. menunjukkan bahwa tidak terdapat

128 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Koping Stres dan Stres pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa “X”

perbedaan stres secara signifikan pada berjenis kelamin laki-laki dan 39 perawat
perawat laki-laki dan perempuan. yang berjenis kelamin perempuan dengan
Pada kelompok subjek dengan masa rentang usia antara 23 hingga 59 tahun.
kerja 1-18 tahun dan 19-36 tahun. Jumlah Berdasarkan hasil analisis data yang
subjek dengan masa kerja 1-18 tahun telah dilakukan, penelitian ini menunjukkan
sebanyak 53 (65,43%) orang, sedangkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
subjek dengan masa kerja 19-36 tahun dimensi-dimensi koping stres dengan
sebanyak 28 orang (34,57%). Berdasarkan tingkat stres pada perawat. Pada dimensi
hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh problem focused coping arah korelasi positif,
signifikansi p = 0,880 (p > 0,05). Dengan namun pada dimensi emotional focused
demikian, tidak ada perbedaan stres yang coping arah korelasi negatif, meskipun
signifikan antara subjek dengan masa kerja kedua dimensi tersebut tidak signifikan.
1-18 tahun dan subjek dengan masa kerja Peneliti terdahulu menyatakan
19-36 tahun. bahwa terdapat korelasi stres dengan
Pada kelompok usia, dilakukan uji dimensi koping. Pada penelitian Ryan
tambahan antara kelompok subjek berusia (2013) membuktikan bahwa individu yang
18-40 tahun dan subjek berusia 41-59 tahun. mempersepsi keadaan dengan stres secara
Jumlah subjek berusia 18-40 tahun signifikan berkorelasi positif dengan
sebanyak 59 subjek (72,83%), sedangkan emotional focused coping, namun tidak
jumlah subjek berusia 41-59 tahun sebanyak berkorelasi dengan problem focused coping.
22 subjek (27,17%). Berdasarkan hasil Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
analisis yang telah dilakukan diperoleh Anam dan Himawan (2005) menyatakan
signifikansi p = 0,419 (p > 0,05). Dengan bahwa emotional focused coping secara
demikian, tidak ada perbedaan stres yang signifikan berkorelasi negatif dengan
signifikan antara subjek berusia 18-40 tahun keadaan stres. Analisis korelasi
dan subjek dengan berusia 41-59. antardimensi dan tingkat stres juga telah
dilakukan. Sebagaimana penelitian

Pembahasan sebelumnya yang dilakukan oleh Hirsch,


Barlem, Tomaschewski-Barlem, Lunardi,
Penelitian ini bertujuan untuk
dan Oliveira (2015) yang menyatakan
menguji hubungan antara koping stres
bahwa terdapat korelasi signifikan antara
dengan stres pada perawat ruang psikiatri
dimensi koping stres dan stres berupa
rumah sakit jiwa. Penelitian ini melibatkan
perencanaan/penyelesaian masalah
81 subjek yang merupakan perawat yang
(planning/problem solving). Sementara
bertugas di ruang psikiatri rumah sakit jiwa
dimensi lainnya berupa penilaian positif
“X” yang terdiri dari 42 perawat yang

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 129


Yulia Dyah Ayu Permatasari & Muhana Sofiati Utami

(positive reappraisal), menghindari beradaptasi. Jika stresor berjalan terus dan


penghindaran (escape-avoidance, tidak dapat diatasi/terkontrol maka
distancing), menerima tanggung jawab ketahanan tubuh untuk beradaptasi akan
(accepting responsibility), dan mencari habis dan timbul berbagai keluhan pada
dukungan sosial (seeking social support) individu.
tidak berkorelasi signifikan. Dalam pelayanan kesehatan,
Koping yang efektif akan perawat yang mengalami stres berat dapat
menghasilkan adaptasi yang menetap yang kehilangan motivasi, mengalami kejenuhan
merupakan kebiasaan baru dan perbaikan yang berat dan tidak masuk kerja lebih
dari situasi lama, sedangkan koping yang sering. Kegagalan dalam mengurangi dan
tidak efektif berakhir dengan maladaptif menghilangkan stresor yang terkait dengan
yaitu perilaku yang menyimpang dari pekerjaan tergantung pada pendekatan yang
keinginan normatif dan dapat merugikan dilakukan oleh individu tersebut. Dalam hal
diri sendiri maupun orang lain atau ini perlu adanya proses adaptasi bagi
lingkungan, setiap individu dalam perawat terhadap adanya stres mengingat
melakukan koping tidak sendiri dan tidak dampaknya yang begitu besar dan
hanya menggunakan satu strategi tetapi keberhasilan dalam adaptasi tergantung
dapat melakukanya bervariasi, hal ini dari seberapa kuat mekanisme pertahanan
tergantung dari kemampuan dan kondisi jiwa seseorang.
individu (Rasmun, 2004). Setiap orang dapat mengalami stres,
Menurut Selye (dalam Hawari, sebab stres memberi dampak secara total
2006), pada fase stres tubuh mencoba pada individu yaitu terhadap fisik,
berbagai macam mekanisme penanggu- psikologis, intelektual, sosial dan spiritual.
langan psikologis dan pemecahan masalah Stres dapat mengancam keseimbangan
serta mengatur strategi untuk mengatasi fisiologis. Stres adalah reaksi tubuh
stresor. Tubuh berusaha mengimbangi terhadap situasi yang menimbulkan
proses fisiologis yang telah dipengaruhi tekanan, perubahan, ketegangan emosi,
selama reaksi waspada untuk sedapat dan lain-lain yang disebabkan segala
mungkin kembali pada keadaan normal dan masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan
pada waktu yang sama tubuh mengatasi karena itu merupakan sesuatu yang
faktor-faktor penyebab stres. Bila teratasi, mengganggu keseimbangan kita (Maramis,
gejala stres akan menurun tetapi bila tidak, 1999).
stresor akan berjalan terus dan ketahanan Tingkat stres yang dirasakan tiap
tubuh untuk beradaptasi akan habis karena individu dapat berbeda-beda tergantung
ketahanan tubuh memiliki batas dalam bagaimana individu tersebut memaknai

130 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Koping Stres dan Stres pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa “X”

stresor yang ada dan bagaimana individu individu, dimana perbedaan peran ini lebih
tersebut melakukan koping terhadap stres mengacu pada kondisi psikologis sedangkan
(Ernawati, 2007). Hal tersebut sesuai jenis kelamin lebih mengacu pada kondisi
dengan pendapat Ashby (dalam Prestiana & fisiologis. Perbedaan peran mempengaruhi
Purbandini, 2012) bahwa stres terjadi tingkat stres individu yang dirasakan di
memang bukan saja karena seseorang tempat kerja (Wu & Shih, 2010).
memiliki pengalaman yang tidak Uji tambahan juga dilakukan untuk
menyenangkan, gagal dalam berusaha, mengetahui pengaruh masa kerja dan usia
melainkan juga terjadi karena orang terhadap stres. Hasil uji independent t-test
tersebut tidak memiliki sumber daya dan untuk variabel masa kerja didapatkan nilai p
keterampilan yang bisa membantunya = 0,880 (p > 0,05), dapat disimpulkan bahwa
memecahkan masalah yang mereka hadapi. tidak ada hubungan yang signifikan antara
Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal yang masa kerja dengan stres yang dialami oleh
tidak diinginkan yang berhubungan dengan perawat di ruang rawat psikiatri. Hasil uji
stres pada perawat terutama tentang cara pada variabel lama kerja berbeda dengan
penanggulangan stres itu sendiri, maka penelitian yang dilakukan oleh Prihatini
perawat harus memahami tentang stres (2007), bahwa perawat yang bekerja lebih
kerja yang bisa muncul sewaktu-waktu saat dari 5 tahun telah mampu menyesuaikan
bekerja. diri dengan tempat dimana ia bekerja, hal
Berdasarkan hasil analisis inilah yang membuat perawat tersebut
tambahan, ditunjukkan bahwa tidak ada terbiasa dengan kondisi pekerjaan yang
perbedaan tingkat stres yang signifikan harus dilakukan sehari-hari pada tempat
antara subjek laki-laki dan perempuan dan waktu yang sama sehingga mereka
dengan t = 0,509 (p > 0,05). Hasil analisis cenderung tidak mengalami stres daripada
tersebut membuktikan bahwa jenis kelamin perawat yang belum lama bekerja. Hal ini
tidak mempengaruhi perbedaan tingkat juga sama dengan hasil penelitian dari
stres secara signifikan. Hal ini berarti jenis Rustiana (2008) yang memaparkan bahwa
kelamin tidak begitu memberikan perilaku perawat dalam merawat pasien
kontribusi yang besar bagi stres yang dipengaruhi oleh masa kerja perawat, hal ini
dialami. Tingkat stres yang dialami oleh karena semakin lama perawat bekerja maka
perempuan maupun laki-laki cenderung kemampuan dan pengalaman dalam
sama. Jenis kelamin tidak terlalu merawat juga akan semakin baik.
memberikan pengaruh pada stres bila Pada variabel usia perawat,
dibandingkan dengan perbedaan peran berdasarkan hasil uji independent t-test
maskulin dan feminin yang dirasakan oleh tampak bahwa usia tidak memiliki

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 131


Yulia Dyah Ayu Permatasari & Muhana Sofiati Utami

hubungan dengan stres, dimana nilai p = Berdasarkan kategorisasi dari skor


0,419 (p > 0,05). Hal ini tidak sesuai dengan empirik pada variabel stres, dapat dilihat
penelitian yang dilakukan oleh Prihatini bahwa sebagian besar subjek memiliki
(2007) yang menyatakan bahwa, perawat tingkat stres yang sedang dengan persentase
yang berusia dewasa mampu mengatasi 44,4% yaitu sebanyak 36 subjek. Hal
stres dengan baik sehingga mengurangi tersebut menunjukkan bahwa subjek
dampak dari stres kerja. Hal ini disebabkan, memiliki tingkat stres pada pekerjaan yang
pada usia ini perawat sudah mempunyai sedang.
fungsi sosial yang baik. Usia sangat berperan Berdasarkan uraian di atas,
penting dalam kematangan seseorang. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian
individu yang usianya lebih tinggi akan besar perawat (44,4%) mengalami stres
cenderung memiliki pemikiran dan yang sedang dan sebagian besar perawat
keputusan yang lebih bijaksana dan matang (42,0%) memiliki skor koping yang tinggi.
dalam menghadapi masalah sehingga dapat Kondisi tersebut menggambarkan bahwa
mengurangi stres (Ratih & Suwandi, 2013). kemampuan koping stres yang cukup baik
Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan sekalipun tetap dapat mengakibatkan stres
bahwa usia memiliki hubungan dengan pada perawat pada tingkat sedang. Melalui
kejadian stres. Hal ini bisa saja terjadi karena hasil penelitian dan pembahasan, dapat
faktor yang mempengaruhi stres pada disimpulkan bahwa koping stres tidak dapat
perawat selain kejenuhan dalam bekerja menandai tinggi rendahnya tingkat stres
adalah pengalaman seseorang dalam yang dialami seseorang.
menghadapi suatu pekerjaan dan beban
kerja yang dirasakan oleh perawat Simpulan
(Ismafiaty, 2011). Hasil penelitian ini menunjukkan
Berdasarkan kategorisasi skor bahwa tidak terdapat korelasi yang
empirik pada variabel koping menunjukkan signifikan antara dimensi-dimensi koping
bahwa sebagian besar subjek berada pada stres dans stres pada perawat yang bekerja
kategori tinggi dengan persentase 42,0% pada bagian rawat inap psikiatri.
yaitu sebanyak 34 orang. Hal tersebut
Saran
menunjukkan bahwa subjek memiliki
tingkat koping yang tinggi. Skor koping yang Bagi penelitian selanjutnya,

tinggi berarti individu memiliki kemampuan diharapkan dapat menambah jumlah

koping yang baik sehingga cukup dapat responden penelitian agar lebih

mengelola stresnya dengan baik. representatif untuk penelitian.

132 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Koping Stres dan Stres pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa “X”

Daftar Pustaka Ernawati. (2007). Analis faktor yang


mempengaruhi mekanisme koping
Abdalrahim, A.A. (2013). Stress and coping pada mahasiswa USU. Naskah
among psychiatric nurses. Middle Publikasi. Tidak diterbitkan. Medan :
East Journal of Nursing, 7,(4), 30 – 37. Universitas Sumatera Utara.

Anam, C., & Himawan, A. T. (2005). Peran Eysenck, M.W. (1993). Priciples of cognitive
emotion-focused coping terhadap psychology. United Kingdom:
kecenderungan post-traumatic Lawrence Erlbaum Associates, Ltd.
stress disorder para karyawan yang
menyaksikan peledakan bom di Fei, M. O. (2006). Coping stres pada perawat
depan kedutaan besar Australia di bagian UGD dan bagian ICU di Rumah
Jakarta tahun 2004. Humanitas: Sakit Katholik ST. Vincentius A Paulo
Jurnal Psikologi Indonesia, 2(2), 112- Surabaya (Skripsi tidak diterbitkan).
118. Fakultas Psikologi, Universitas
Surabaya, Surabaya.
As'ad, M. dan Soetjipto, H.P. (2000).
Hubungan antara beberapa aspek Hasan, A. A. (2017). Work stress, coping
budaya perusahaan dengan tingkat strategies, and levels of depression
burnout pada karyawan bagian among nurses working in mental
pelayanan publik. Jurnal Psikologi, 2, health hospital in Port-Said city.
101- 110. International Archieves of Nursing
and Health Care, 3(2), 1 – 10.
Azhar (2010). Gambaran stres perawat di
unit rawat inap rumah sakit jiwa Hawari D. (2006). Manajemen stres, cemas,
daerah propinsi Sumatera Utara depresi (Edisi ke-2). Jakarta: Balai
tahun 2010 (Skripsi). Universitas Penerbit FKUI
Sumatera Utara, Medan.
Healy, C. M., & McKay, M. F. (2000). Nursing
Carver, C. S., Scheier, M. F., & Weintraub, J. K. stress: The effects of coping
(1989). Assessing coping strategies: strategies and job satisfaction in a
A theoretically based approach. sample of Australian nurses. Journal
Journal of Personality and Social of Advanced Nursing, 31(3), 681-688.
Psychology, 56(2), 267-283.
Hirsch, C. D., Barlem, E. L. D., Tomaschewski-
Coyne, J., Aldwin, C., & Lazarus, R. (1981). Barlem, J. G., Lunardi, V. L., & Oliveira,
Depression and coping in stressfull A. C. C. D. (2015). Predictors of stress
episodes. Journal of Abnormal and coping strategies adopted by
Psychology, 50(2), 234-254. nursing students. Acta Paul Enferm,
28(3), 224-229.
Creswell, J. W. (1998). Qualitative inquiry
and research design: Choosing among Humpel, N., & Caputi, P. (2001). Exploring
five traditions. London: Sage the relationship between work
Publication. stress, years of experience, and
emotional competency using a
Elita, V., Setiawan, A., Wahyuni, S., & Woferst. sample of Australian mental health
R. (2011). Persepsi perawat tentang nurses. Journal of Psychiatric and
perilaku kekerasan yang dilakukan Mental Health Nursing, 8, 399-403.
pasien di ruang rawat inap jiwa.
Jurnal Ners Indonesia, 1(2), 31-40. Hurlock, B. E. (2007). Psikologi
perkembangan suatu pendekatan
sepanjang rentang kehidupan.
Jakarta: Erlangga

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 133


Yulia Dyah Ayu Permatasari & Muhana Sofiati Utami

Ismafiaty. (2011). Hubungan antara strategi Prihatini, L. D. (2007). Analisis hubungan


koping dan karakteristik perawat beban kerja dengan stres kerja di
dengan stres kerja di ruang ruang rawat inap RSUD Sidikalan.
perawatan intensif RS. Dustira (Skripsi tidak diterbitkan).
Cimahi. Jurnal Kesehatan Kartika, 9, Universitas Sumatera Utara, Medan.
38-53.
Rasmun, (2004). Stres, koping, dan adaptasi.
Kusumawati, A. (2008). Stres dan koping Jakarta : Sagung Seto.
perawat pada penanganan pasien
perilaku kekerasan di instalasi rawat Ratih, Y. & Suwandi, T. (2013). Analisis
inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo hubungan antara faktor individu dan
Semarang. (Skripsi). Fakultas beban kerja fisik dengan stres kerja
Kedokteran, Universitas di bagian produksi PT. X Surabaya.
Diponegoro, Semarang. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health, 2(2),
Kozier, B. (2004). Fundamentals of nursing. 97-105.
New Jersey: Pearson Education.
Ratri, M. S., & Parmitasari, D. L. (2014).
Lazarus, R.S., & Folkman, S. (1984). Stress, Coping stress pada beban kerja
appraisal, and coping. New York: perawat ruang unit pelayanan
Springer Publishing Company intensive psikiatri (UPIP) dan ruang
kresna di RSJD. Dr. Amino
Mangoulia, P., Koukia, E., Alevizopoulos, G., Gondohutomo Semarang. (Naskah
Fildissis, G., & Katostaras, T. (2015). Publikasi). Fakultas Psikologi,
Prevalence of secondary traumatic Universitas Katholik Soegijapranata,
stress among psychiatric nurses in Semarang.
Greece. Archives of Psychiatric
Nursing, 29(5), 333-338. Rice, Phillip L. (1992). Stress and health.
Second edition. California:
Maria, M., Pavlos, S., Eleni, M., & Thamme, K. Wadsworth, Inc.
(2010). Greek registred nurses’ job
satisfaction in relation to work – Rustiana, E.R. (2008). Stres kerja dan burn-
related stress: A study on army and out. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
civilian Rns. Global Journal of Health 4(1), 32-47.
Science, 2(1), 44-59.
Ryan, K. (2013). How problem focused and
Maramis W.F. (1999). Catatan ilmu emotion focused coping affects
kedokteran jiwa. Surabaya: college students’ perceived stress and
Airlangga University Press life satisfaction. (Bachelor of Arts
Thesis). DBS School of Arts, Dublin.
Moghaddam, Y. V., Piri, S., & Ahanjan, P.
(2016). Stressors and coping Sarafino, E.P. (1994), Health psychology (2nd
strategies of psychiatric nurses in Ed.). New York: Wiley
razi medical center of Tabriz city.
International Journal of Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta:
Pharmaceutical Research and Allied Gramedia Widiasarana
Sciences, 5(2), 451-456.
Wang, S. M., Lai, C. Y., Chang, Y. Y., Huang, C.
Prestiana, N., D. & Purbandini, D. (2012). Y., Zauszniewski, J. A., & Yu, C. Y.
Hubungan antara efikasi diri dan (2015). The relationships among
stres kerja dengan kejenuhan kerja work stress, resourcefulness, and
pada perawat IGD dan ICU RSUD depression level in psychiatric
Kota Bekasi. Jurnal Soul, 5(2), 32-45. nurses. Archives of Psychiatric
Nursing, 29(1), 64-70.

134 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Koping Stres dan Stres pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa “X”

Wijono. (2006). Pengaruh kepribadian type


A dan peran terhadap stres kerja
perawat. Jurnal Kesehatan Insan,
8(3), 23-32.

Wu, Y., & Shih, K. (2010). The effects of


gender role on perceived job stress,
Journal of Human Resource and Adult
Learning, 6(2), 43-57.

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 135


Yulia Dyah Ayu Permatasari & Muhana Sofiati Utami

136 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai