Koping Stres dan Stres pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa “X”
Abstract. The purpose of this study was to examine the correlation between the dimensions of
coping stress and stress among nurses who work on psychiatric units. The hypothesis stated in
this study is that there is a correlation between the dimensions of coping stress and stress among
nurses who work on psychiatric units at psychiatric hospital “X”. This study used two scale, coping
stress scale and stress scale. Subject of this study are psychiatryc units nurses who work in
psychiatric hospital “X”. The data from this study was analyzed using correlation product moment
technique from Pearson. The result showed that there is no significant correlation between the
dimensions of coping stress and stress among nurses who work on pyshiatric room. The
analysis result between problem focused coping dimension and stress showed that r = 0.091; p
= 0.210 (p > 0.05). Meanwhile, the analysis result between emotional focused coping and stress
showed that r = -0.042; p=0.709 (p>0.05). Therefore, the result of this research suggest that
there is no significant correlations between the dimensions of coping stress and stress among
nurses who work on pyshiatric room.
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji korelasi antara dimensi-dimensi koping
stres dan stres pada perawat yang bekerja pada bagian rawat inap psikiatri. Hipotesis penelitian
ini adalah terdapat korelasi antara dimensi-dimensi koping stres dan stres pada perawat yang
bekerja pada bagian rawat inap psikiatri rumah sakit jiwa “X”. Penelitian ini menggunakan dua
skala, yaitu skala koping stres dan stres. Responden dalam penelitian ini adalah perawat yang
bekerja di rumah sakit jiwa “X”. Data dari penelitian ini dianalisis menggunakan teknik korelasi
Product Moment oleh Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi
yang signifikan antara dimensi-dimensi koping stres dan stres pada perawat yang bekerja pada
bagian rawat inap psikiatri. Hasil analisis antara dimensi problem focus coping dan stres
menunjukkan r = 0,091; p = 0,210 (p > 0,05). Sementara itu, hasil analisis antara dimensi
emotional focused coping dan stres menunjukkan r = -0,042; p=0,709 (p>0,05). Oleh karena itu,
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara dimensi-
dimensi koping stres dan stres pada perawat yang bekerja pada bagian rawat inap psikiatri.
121
Yulia Dyah Ayu Permatasari & Muhana Sofiati Utami
dengan rumah sakit atau kesehatan memiliki rumah sakit jiwa, dari 54 perawat yang
kecenderungan tinggi untuk terkena stres diberikan kuesioner tentang pengukuran
atau depresi. Salah satu dari pekerjaan- tingkat stres, didapati 13 perawat
pekerjaan tersebut adalah perawat (Selye mengalami stres. Penelitian yang dilakukan
dalam Prihatini, 2007). Pada penelitian yang Kusumawati (2008) tentang stres perawat
dilakukan bersama perawat-perawat yang di instalasi rawat inap RSJD Dr. Amino
bekerja di rumah sakit jiwa, Humpel dan Gondohutomo Semarang didapati bahwa
Caputi (2001) melacak enam kategori gejala yang timbul pada stres perawat saat
stresor pada perawat jiwa, yaitu melakukan penanganan pasien dengan
karakteristik pasien yang negatif, masalah perilaku kekerasan yang dijumpai di rumah
pengorganisasian administrasi, keterbata- sakit jiwa meliputi sedih, menghindar,
san sumber daya, penampilan staf, konflik emosi, marah, kelelahan, lebih waspada,
staf dan masalah penjadwalan. Para perawat intonasi suara jadi tinggi, berpikir tidak
juga berpendapat bahwa pasien rumah sakit realistis, dan khawatir.
jiwa tidak akan tahu ketika dia dibentak atau Penelitian terkait stres pada perawat di
dimarahi, jadi menurut perawat membentak rumah sakit jiwa telah diteliti oleh peneliti-
pasien itu adalah suatu hal yang biasa peneliti sebelumnya. Riset oleh Mangoulia,
dilakukan. Koukia, Fildissis, dan Katostaras (2015) di
Berdasarkan data yang diperoleh dari Yunani pada 174 perawat rumah sakit jiwa
penelitian yang dilakukan oleh Elita, yang tergabung pada 12 rumah sakit swasta,
Setiawan, Wahyuni, dan Woferst (2011) di menyatakan kategori tinggi pada stres
RSJ Tampan Provinsi Riau, perawat traumatik. Hasil studi oleh Wang, dkk.
menyatakan sering mengalami perilaku (2015) pada 154 perawat di Taiwan
kekerasan baik berupa kekerasan verbal disebutkan bahwa keadaan stres perawat
maupun serangan secara fisik dari pasien. berkaitan positif dengan tingkat depresi,
Sehingga terkadang perawat merasa cemas namun stres berkaitan negatif dengan
terutama bila bertugas di malam hari. resourcefulness (ketrampilan menbantu diri
Namun para perawat tetap mampu sendiri dan mencari bantuan dari orang
melaksanakan tugasnya dengan baik, karena lain). Penelitian oleh Hasan (2017)
menurut perawat tindakan yang diperoleh menyatakan bahwa kondisi yang paling
dari pasien jiwa adalah risiko pekerjaan menyebabkan perawat rumah sakit jiwa
yang harus diambil dan diterima dengan mengalami stres ialah penganiayaan fisik
sebaik-baiknya. dari pasien, berurusan dengan pasien yang
Pada penelitian yang dilakukan Azhar berpotensi bunuh diri, peristiwa yang tidak
(2010) tentang gambaran stres perawat di
terduga, permintaan yang terlalu banyak bahwa terdapat empat aspek dalam melihat
dari pasien, serta iklim kerja dengan kolega. gejala-gejala stres meliputi aspek fisik,
Lazarus dan Folkman (1984) juga emosi, kognitif, dan perilaku. Aspek fisik,
mendefinisikan stres sebagai segala seperti kelelahan, gangguan fisik, serta
peristiwa/kejadian baik berupa tuntutan- kerentanan terhadap penyakit. Aspek emosi,
tuntutan lingkungan maupun tuntutan- yang dapat ditunjukkan dengan labilitas
tuntutan internal (fisiologis/psikologis) perasaan (marah, sedih, tersinggung, dll),
yang menuntut, membebani, atau melebihi kecemasan, maupun penurunan minat
kapasitas sumber daya adaptif individu. terhadap aktivitas. Aspek kognitif, yang
Stres dapat juga didefinisikan sebagai ditunjukkan dengan adanya persepsi negatif
keseluruhan proses yang meliputi stimulasi, terhadap peran yang dijalaninya ataupun
kejadian, peristiwa dan respon, interpretasi persepsi negatif terhadap kemampuan
individu yang menyebabkan timbulnya untuk menghadapi tekanan yang muncul
ketegangan di luar kemampuan individu dalam menjalankan perannya. Aspek
untuk mengatasinya (Rice, 1992). Stres yang perilaku, dapat ditunjukkan dengan menarik
berkepanjangan dapat berdampak pada diri dari lingkungan sosialnya, nafsu makan
aspek dan sistem tubuh seseorang. Stres berubah drastis (berkurang atau
berdampak pada emosional, fisiologis, bertambah), dan kualitas tidur terganggu.
kognitif, dan perilaku. Dampak secara Perawat diharuskan mampu
emosional meliputi cemas, depresi, tekanan mempersiapkan segala sesuatu dengan baik
fisik, dan psikologis. Dampak kognitif guna keberlangsungan proses keperawatan.
berakibat pada penurunan konsentrasi, Situasi yang tidak kondusif seperti perilaku
peningkatan distraksi, dan berkurangnya agresi harus segera diatasi agar tidak
kapasitas memori jangka pendek. Dampak berakibat buruk bagi pasien dan perawat itu
terhadap psikologis berakibat pada sendiri, bila situasi yang menekan ini tidak
pelepasan epinefrin, norepinefrin, pennon- segera diatasi, tidak menutup kemungkinan
aktifan sistem pencernaan, nafas cepat, perawat akan terjebak dalam konflik dan
peningkatan denyut jantung, dan kontraksi stres yang mana akan mempengaruhi
pembuluh darah. Dampak pada perilaku kinerja secara langsung. Berbagai cara
misalnya meningkatnya ketidakhadiran dilakukan oleh perawat untuk mengatasi hal
kerja, mengganggu pola tidur, dan ini, agar tidak menimbulkan dampak buruk
mengurangi kualitas pekerjaan (Eysenck, bagi perawat itu sendiri, salah satunya
1993). adalah koping stres. Koping stres amat
Secara umum, Visides, Eddy, dan penting bagi perawat untuk memper-
Mozie (dalam Rice, 1992) mengatakan tahankan kinerjanya, baik koping stres yang
pilihan jawaban (skala Likert) untuk dengan bantuan program SPSS for Windows
mempermudah subjek dalam memberikan version 20.
respon. Subjek diminta untuk menyatakan Pada uji coba instrumen skala,
dirinya pada lima pilihan jawaban, yakni 1 = subjek yang dilibatkan merupakan perawat
tidak pernah, 2 = jarang, 3 = normal, 4 = ruang rawat inap psikiatri X dan Y rumah
sering, 5 = sangat sering. sakit jiwa “X” sejumlah 30 orang dengan
Skala Stres yang digunakan pada hasil pada Skala Koping Stres menunjukkan
penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti. koefisien reliabilitas sebesar 0,910
Menurut Visides, Eddy, dan Mozie (dalam sedangkan pada Skala Stres menunjukkan
Rice, 1992), terdapat lima aspek yang koefisien reliabilitas sebesar 0,905.
digunakan untuk pengukuran dalam skala
ini yaitu aspek fisik, aspek emosional, aspek Hasil
kognitif, dan aspek perilaku. Skala Stres Hasil penelitian menunjukkan pada skala
pada perawat memiliki lima alternatif koping diperoleh rerata hipotetik 114 dan
jawaban, yaitu STS (Sangat Tidak Sesuai), TS standar deviasi 91,2. Pada skor empirik
(Tidak Sesuai), S (Sesuai), dan SS (Sangat memiliki rerata 120,5679 dan standar
Sesuai). Skor penilaian bergerak dari angka deviasi sebesar 18,40648. Pada Skala Stres
satu sampai dengan angka lima. diperoleh rerata hipotetik sebesar 78 dan
Data kuantitatif yang diperoleh standar deviasi sebesar 62,4. Pada skor
dianalisis menggunakan teknik analisis empirik diperoleh rerata 57,2716 dan
korelasi Product Moment dari Pearson standar deviasi 13,02691:
Berdasarkan hasil kategorisasi pada dinyatakan normal yaitu nilai KS-Z = 1,356
tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan signifikansi p = 0,051 (p > 0,05).
sebagian besar subjek memiliki kemampuan Berdasarkan uji linieritas yang telah
koping stres pada kategori tinggi (42%), dan dilakukan, maka hasil menunjukkan bahwa
sebagian besar subjek mengalami stres pada antara dimensi problem focused coping dan
tingkat sedang (44.4%) tingkat stres pada perawat tidak linier, yaitu
Berdasarkan hasil uji normalitas nilai F = 0,632 dengan signifikansi 0,430 (p
pada subjek menunjukkan bahwa data >0,05). Pada dimensi lain yaitu dimensi
variabel stres terdistribusi secara normal, emotional focused coping dan tingkat stres
yaitu nilai KS-Z = 0,669 dengan signifikansi p pada perawat tidak linier, yaitu nilai F =
= 0,762 (p > 0,05). Sementara itu, hasil uji 0,052 dengan signifikansi 0,821 (p >0,05).
normalitas untuk variabel koping distribusi
Tabel 4. Koefisien Korelasi antara Stres dan Aspek Dimensi Koping Stres
Social Self Escape
Confrontative Planfull Distancing Reappraisal Responsibility
Support Control Avoidance
Stres 0,50 0,162 -0,26 0,093 0,199 -0,59 -0,128 -0,109
perbedaan stres secara signifikan pada berjenis kelamin laki-laki dan 39 perawat
perawat laki-laki dan perempuan. yang berjenis kelamin perempuan dengan
Pada kelompok subjek dengan masa rentang usia antara 23 hingga 59 tahun.
kerja 1-18 tahun dan 19-36 tahun. Jumlah Berdasarkan hasil analisis data yang
subjek dengan masa kerja 1-18 tahun telah dilakukan, penelitian ini menunjukkan
sebanyak 53 (65,43%) orang, sedangkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
subjek dengan masa kerja 19-36 tahun dimensi-dimensi koping stres dengan
sebanyak 28 orang (34,57%). Berdasarkan tingkat stres pada perawat. Pada dimensi
hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh problem focused coping arah korelasi positif,
signifikansi p = 0,880 (p > 0,05). Dengan namun pada dimensi emotional focused
demikian, tidak ada perbedaan stres yang coping arah korelasi negatif, meskipun
signifikan antara subjek dengan masa kerja kedua dimensi tersebut tidak signifikan.
1-18 tahun dan subjek dengan masa kerja Peneliti terdahulu menyatakan
19-36 tahun. bahwa terdapat korelasi stres dengan
Pada kelompok usia, dilakukan uji dimensi koping. Pada penelitian Ryan
tambahan antara kelompok subjek berusia (2013) membuktikan bahwa individu yang
18-40 tahun dan subjek berusia 41-59 tahun. mempersepsi keadaan dengan stres secara
Jumlah subjek berusia 18-40 tahun signifikan berkorelasi positif dengan
sebanyak 59 subjek (72,83%), sedangkan emotional focused coping, namun tidak
jumlah subjek berusia 41-59 tahun sebanyak berkorelasi dengan problem focused coping.
22 subjek (27,17%). Berdasarkan hasil Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
analisis yang telah dilakukan diperoleh Anam dan Himawan (2005) menyatakan
signifikansi p = 0,419 (p > 0,05). Dengan bahwa emotional focused coping secara
demikian, tidak ada perbedaan stres yang signifikan berkorelasi negatif dengan
signifikan antara subjek berusia 18-40 tahun keadaan stres. Analisis korelasi
dan subjek dengan berusia 41-59. antardimensi dan tingkat stres juga telah
dilakukan. Sebagaimana penelitian
stresor yang ada dan bagaimana individu individu, dimana perbedaan peran ini lebih
tersebut melakukan koping terhadap stres mengacu pada kondisi psikologis sedangkan
(Ernawati, 2007). Hal tersebut sesuai jenis kelamin lebih mengacu pada kondisi
dengan pendapat Ashby (dalam Prestiana & fisiologis. Perbedaan peran mempengaruhi
Purbandini, 2012) bahwa stres terjadi tingkat stres individu yang dirasakan di
memang bukan saja karena seseorang tempat kerja (Wu & Shih, 2010).
memiliki pengalaman yang tidak Uji tambahan juga dilakukan untuk
menyenangkan, gagal dalam berusaha, mengetahui pengaruh masa kerja dan usia
melainkan juga terjadi karena orang terhadap stres. Hasil uji independent t-test
tersebut tidak memiliki sumber daya dan untuk variabel masa kerja didapatkan nilai p
keterampilan yang bisa membantunya = 0,880 (p > 0,05), dapat disimpulkan bahwa
memecahkan masalah yang mereka hadapi. tidak ada hubungan yang signifikan antara
Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal yang masa kerja dengan stres yang dialami oleh
tidak diinginkan yang berhubungan dengan perawat di ruang rawat psikiatri. Hasil uji
stres pada perawat terutama tentang cara pada variabel lama kerja berbeda dengan
penanggulangan stres itu sendiri, maka penelitian yang dilakukan oleh Prihatini
perawat harus memahami tentang stres (2007), bahwa perawat yang bekerja lebih
kerja yang bisa muncul sewaktu-waktu saat dari 5 tahun telah mampu menyesuaikan
bekerja. diri dengan tempat dimana ia bekerja, hal
Berdasarkan hasil analisis inilah yang membuat perawat tersebut
tambahan, ditunjukkan bahwa tidak ada terbiasa dengan kondisi pekerjaan yang
perbedaan tingkat stres yang signifikan harus dilakukan sehari-hari pada tempat
antara subjek laki-laki dan perempuan dan waktu yang sama sehingga mereka
dengan t = 0,509 (p > 0,05). Hasil analisis cenderung tidak mengalami stres daripada
tersebut membuktikan bahwa jenis kelamin perawat yang belum lama bekerja. Hal ini
tidak mempengaruhi perbedaan tingkat juga sama dengan hasil penelitian dari
stres secara signifikan. Hal ini berarti jenis Rustiana (2008) yang memaparkan bahwa
kelamin tidak begitu memberikan perilaku perawat dalam merawat pasien
kontribusi yang besar bagi stres yang dipengaruhi oleh masa kerja perawat, hal ini
dialami. Tingkat stres yang dialami oleh karena semakin lama perawat bekerja maka
perempuan maupun laki-laki cenderung kemampuan dan pengalaman dalam
sama. Jenis kelamin tidak terlalu merawat juga akan semakin baik.
memberikan pengaruh pada stres bila Pada variabel usia perawat,
dibandingkan dengan perbedaan peran berdasarkan hasil uji independent t-test
maskulin dan feminin yang dirasakan oleh tampak bahwa usia tidak memiliki
koping yang baik sehingga cukup dapat responden penelitian agar lebih
Anam, C., & Himawan, A. T. (2005). Peran Eysenck, M.W. (1993). Priciples of cognitive
emotion-focused coping terhadap psychology. United Kingdom:
kecenderungan post-traumatic Lawrence Erlbaum Associates, Ltd.
stress disorder para karyawan yang
menyaksikan peledakan bom di Fei, M. O. (2006). Coping stres pada perawat
depan kedutaan besar Australia di bagian UGD dan bagian ICU di Rumah
Jakarta tahun 2004. Humanitas: Sakit Katholik ST. Vincentius A Paulo
Jurnal Psikologi Indonesia, 2(2), 112- Surabaya (Skripsi tidak diterbitkan).
118. Fakultas Psikologi, Universitas
Surabaya, Surabaya.
As'ad, M. dan Soetjipto, H.P. (2000).
Hubungan antara beberapa aspek Hasan, A. A. (2017). Work stress, coping
budaya perusahaan dengan tingkat strategies, and levels of depression
burnout pada karyawan bagian among nurses working in mental
pelayanan publik. Jurnal Psikologi, 2, health hospital in Port-Said city.
101- 110. International Archieves of Nursing
and Health Care, 3(2), 1 – 10.
Azhar (2010). Gambaran stres perawat di
unit rawat inap rumah sakit jiwa Hawari D. (2006). Manajemen stres, cemas,
daerah propinsi Sumatera Utara depresi (Edisi ke-2). Jakarta: Balai
tahun 2010 (Skripsi). Universitas Penerbit FKUI
Sumatera Utara, Medan.
Healy, C. M., & McKay, M. F. (2000). Nursing
Carver, C. S., Scheier, M. F., & Weintraub, J. K. stress: The effects of coping
(1989). Assessing coping strategies: strategies and job satisfaction in a
A theoretically based approach. sample of Australian nurses. Journal
Journal of Personality and Social of Advanced Nursing, 31(3), 681-688.
Psychology, 56(2), 267-283.
Hirsch, C. D., Barlem, E. L. D., Tomaschewski-
Coyne, J., Aldwin, C., & Lazarus, R. (1981). Barlem, J. G., Lunardi, V. L., & Oliveira,
Depression and coping in stressfull A. C. C. D. (2015). Predictors of stress
episodes. Journal of Abnormal and coping strategies adopted by
Psychology, 50(2), 234-254. nursing students. Acta Paul Enferm,
28(3), 224-229.
Creswell, J. W. (1998). Qualitative inquiry
and research design: Choosing among Humpel, N., & Caputi, P. (2001). Exploring
five traditions. London: Sage the relationship between work
Publication. stress, years of experience, and
emotional competency using a
Elita, V., Setiawan, A., Wahyuni, S., & Woferst. sample of Australian mental health
R. (2011). Persepsi perawat tentang nurses. Journal of Psychiatric and
perilaku kekerasan yang dilakukan Mental Health Nursing, 8, 399-403.
pasien di ruang rawat inap jiwa.
Jurnal Ners Indonesia, 1(2), 31-40. Hurlock, B. E. (2007). Psikologi
perkembangan suatu pendekatan
sepanjang rentang kehidupan.
Jakarta: Erlangga