Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ida Bagus Kusumaharja

Absen : 12

Kelas : F-2

Tugas komunikasi politik “komunikasi politik dalam kampanye”

1. Bagaimakah cara kerja komunikasi politik dalam persiapan kampanye dan pelaksanaan
kampanye?
Jawab :
Menjelang pelaksanaan kampanye, komunikasi politik dilakukan dengan cara
pencitraan. Pecitraan bertujuan untuk memunculkan ketertarikan dan perhatian
masyarakat, terhadap kandidat yang akan mencalonkan diri untuk menduduki jabatan
politis. Selain itu ialah dengan cara pendekatan dengan tokoh – tokoh kampung untuk
mempengaruhi opini tokoh masyarakat dengan harapan tokoh tersebut menggunakan
pengaruhnya dalam memilih kandidat tertentu. Dapat juga menggunakan cara melalui
media massa untuk membangun citra kandidat Namun masalahnya, media yang
menjadi agen politik harus meninggalkan objektivitasnya dan memanipulasi fakta
sebagai alat untuk kepentingan politik, yang kadangkala tidak sesuai dengan fakta
sebenarnya.
Kenyataan lain menjelang kampanye, para kandidat selain memanfaatkan kiyai
dan ulama, para kandidat juga berupaya memperoleh dukungan dari militer, lembaga ini
memiliki pengaruh langsung terhadap masyarakat baik secara sukarela maupun karena
adanya rasa takut. Pendekatan-pendekatan personal juga dilakukan kepada pejabat.

2. Menjelang pelaksanaan kampanye, komunikasi politik yang berlangsung dimulai dari


pencitraan, sejauhmanakah pengaruh pencitraan terhadap hasil Pemilu ?. Jelaskan
pernyataan ini, beserta contoh konkrit.
Jawab:
Jika kita amati, terutama di wilayah pilpres, pencitraan politik yang yang
dilakukan selama ini terbagi dalam dua strategi, yaitu petahana (incumbent) versus
penantang (challenger). Yang pertama menunjukkan pencapaian sehingga perlu untuk
diteruskan, sementara "challenger" menunjukkan kegagalan-kegagalan kebijakan
pemerintah sehingga tema kampanyenya adalah perubahan untuk digantikan secara
konstitusional. Dua strategi itulah, pencitraan politik dilakukan untuk meraih simpati
dan kepercayaan publik melalui berbagai ragam aksi.
Strategi "challenger", pada rangkaian kampanye Pemilu 2019, terlihat dari apa
yang dilakukan Prabowo/Sandi lebih banyak mengkritik pemerintah, dalam ungkapan-
ungkapannya seperti, "daya beli masyarakat yang terus merosot" atau "Indonesia bubar,
Indonesia akan punah".
Sebenarnya, proses politik pencitraan bukan sekadar memoles wajah seseorang
supaya karakternya makin menguat, melainkan harus dibarengi dengan meningkatkan
kualitas tokoh tersebut. Inilah sebenarnya pekerjaan rumah bagi capres/cawapres.

Selain itu, capres/cawapres sebagai tokoh politik juga harus memiliki kepribadian
yang hangat dan bisa mendekatkan dirinya dengan publik, tidak hanya dekat ketika
menjelang pemilu, hendaknya kedekatan ini dibangun sejak dini sehingga tercipta
kedekatan emosional. Tokoh tersebut sebaiknya juga bisa menjadi pendengar yang baik,
yang mampu mendengarkan segala aspirasi dari publik. Tidak hanya di hadapan publik,
tokoh tersebut juga harus mampu menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh
media dengan lugas.
Kesuksesan blusukan tokoh politik ke tempat-tempat kumuh akan menghasilkan
citra yang bagus kalau itu dilakukan dari hati, tidak dibuat-buat, bukan basa-basi, dan
bukan sekadar pencitraan semata. Publik sudah pintar dan bisa menilai mana yang
benar-benar dilakukan karena memang kepeduliannya atau sekadar pencitraan semata
yang pemberitaannya manis di media.
Sebagai contoh kasus yang berkaitan dengan pencitraan politik terjadi saat
sebelum penetapan pasangan calon gubernur DKI Jakarta pada Jumat, 11 Mei 2012.
Diduga, simpatisan bakal pasangan calon merusak suasana kondusif Jakarta menjadi
berpotensi konflik. Suasana panas terbentuk setelah munculnya rentetan peristiwa yang
saling menyerang antar kompetitor Pilgub DKI, entah dari mana peristiwa itu muncul, di
antaranya adalah kasus pembagian kupon sembako palsu yang membuat warga
berbondongbondong mengunjungi rumah kediaman Gubernur DKI yang ikut
mencalonkan kembali.
Kemudian, stiker menghujat Jokowi yang ditempelkan pada stiker pasangan
calon Hidayat- Didik Rachbini.Belum lagi aksi demo penolakan pasangan calon yang akan
ditetapkan. Tampaknya bukan hanya publik yang gelisah dengan fenomena tersebut,
melainkan juga para pasangan calon dan tim suksesnya. Lalu, termasuk kategori apakah
fenomena di atas? Sosialisasi adalah kegiatan memperkenalkan diri pasangan calon
kepada publik. Kegiatan ini tidak ada unsur mengajak pemilih. Sosialisasi dapat
dilakukan sebelum dimulainya tahapan, setelah ditetapkan sebagai pasangan calon dan
pada masa kampanye. Kampanye lebih khusus dibandingkan sosialisasi. Kampanye
tentunya mengajak banyak orang agar memilih pasangan calon pada hari-H
pemungutan suara.

Tes Formatif

1. Penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpangkan suatu objek atau peristiwa
yang menarik perhatian khalayak.
a) Teknik asosiasi
teknik asosiasi, dilakuakn dengan mendatang artis yang sedang ngetop di
kalangan masyarakat, sehingga pertunjukan hiburan ini hampir didatangi oleh semua
anggota masyarakat, pada momen inilah pencitraan melalui komunikasi persuasive
disampaikan, untuk mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihan saat
pelaksanaan Pemilu.
2. Kemampuan komunikator untuk menyatu dengan komunikan. Artinya dengan
pendekatan verbal atau non verbal, komunikator menempatkan dirinya merasakan hal
yang sama dengan komunikan.
Jawab :
b. Teknik Intergasi
Teknik integrasi, dapat dilakukan dengan membangun kebersamaan
antara kandidat dengan masyarakat. Teknik dapat direalisasikan karenan
kandidat mempunya empati kepada masyarakat, serta kandidat mampu
memanfaatkan persamaan yang dimiliki dengan kandidat, seperti berasal dari
daerah yang sama, menyakini norma-norma yang sama, bukankah salah satu
faktor yang sudah kita bahas dalam modul sebelumnya, kesamaan yang ada
antara komunikator dengan komunikan, dapat menjadi ikatan yang kuat antara
kedua belah pihak untuk membangun kerjasama dengan komunikasi timbal
balik.

Anda mungkin juga menyukai