“GEOPOLIMER”
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Properti Material
Disusun Oleh :
(0906488640)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2010
A. Sejarah Penemuan Geopolimer
Beton geopolimer adalah beton yang terbentuk dari material geopolimer sebagai
bahan matriks dan agregat mineral sebagai bahan inklusi. Penemuan geopolimer berawal dari
penelitian para ahli mengenai pembangunan Piramida di Mesir yang ternyata bukan dengan
cara penyusunan batu, namun menggunakan bahan yang bersifat seperti semen, yaitu
geopolimer. Geopolimer dapat dibuat dengan mencampurkan metakaolinit dan larutan alkali
seperti NaOH dan KOH. Geopolimer lebih ramah lingkungan dan hemat energi, tidak seperti
semen Portland yang proses produksinya menghasilkan gas CO2.
Davidovits memberi nama material hasil temuannya dengan nama Geopolimer karena
merupakan sintesa bahan-bahan alam non-organik melalui proses polimerisasi. Bahan dasar
utama yang diperlukan untuk pembuatan material geopolimer ini adalah bahan-bahan yang
banyak mengandung unsur silikon dan aluminium. Unsur-unsur ini banyak didapat pada
material buangan hasil sampingan industri, seperti misalnya abu terbang dari sisa pembakaran
batu bara. Selama ini, abu terbang disebut demikian karena kecilnya ukuran partikel sehingga
mudah beterbangan di udara dan lebih banyak tidak dimanfaatkan dengan semestinya
ataupun dipakai hanya sebagai bahan timbunan. Penimbunan yang sembarangan bahkan
berpotensi mengancam kelestarian lingkungan, selain mudah beterbangan dan mengotori
udara, partikel-partikel logam berat yang dikandungnya dengan mudah larut dan mencemari
sumber-sumber air. Untuk melarutkan unsur-unsur silikon dan aluminium, serta
memungkinkan terjadinya reaksi kimiawi, digunakan larutan yang bersifat alkalis. Material
geopolimer ini digabungkan dengan agregat batuan kemudian menghasilkan beton
geopolimer tanpa menggunakan semen lagi.
B. Pengertian Geopolimer
Polimer adalah senyawa-senyawa yang tersusun sangat besar yang terbentuk dari gabungan
monomer-monomer. Polimer dapat dibedakan menjadi polimer organik dan anorganik.
Polimer organik adalah plimer yang monomer-monomernya berasal dari tumbuhan atau
hewan. Polimer anorganik adalah polimer yang monomer-monomernya bukan berasal dari
makhluk hidup, seperti mineral dan logam.
C. Kelebihan Geopolimer
Hasil-hasil riset selama ini telah menunjukkan bahwa beton geopolimer memiliki
kekuatan dan keawetan yang tinggi. Sebuah perusahaan beton pracetak di Australia bahkan
sudah mulai memproduksi prototipe beton geopolimer pracetak dalam bentuk bantalan rel
kereta, pipa-pipa beton untuk saluran pembuangan air kotor, dan lain-lain. Hal yang
memberikan perbedaan cukup penting antara beton geopolimer dengan beton polimer organik
yang sudah lebih dulu diperkenalkan, terutama adalah biaya pembuatannya. Beton
geopolimer bisa diproduksi dengan biaya yang setara dengan beton biasa yang jauh lebih
murah dibanding biaya untuk menghasilkan beton polimer organik.
1. Prekursur:
Lempung, aluminosilikat, atau dari limbah industri (blast furnace, fly ash, red mud)
2. Aktivator:
Dibutuhkan pada reaksi polimerisasi antara alumina dengan silika. Biasanya aktivator
yang digunakan adalah sodium silikat
Ikatan mekanis yang terjadi pada struktur internal beton semen dapat pula terjadi pada
beton geopolimer, mengingat material geopolimer bersifat agresiv, ikata yang dihasilkan oleh
geopolimer akan sangat berpengaruh pada kekuatan beton, oleh karena itu beberapa
parameter yang berkaitan dengan penyusunan kekuatan mekanik beton adalah sebagai berikut
:
1. suhu ikat
2. waktu ikat
3. tipe alkali aktivator
4. kadar air
5. jumlah relativ silikat aliminium natrium
Suhu ikat dan waktu ikat bebanding lurus dengan kekuatan beton. Kadar air
berbanding terbalik dengan kekuatan beton.
REFERENSI
http://www.kassa9.com/stores/betonpolimer/article.php?id=3293
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0210/21/iptek/beto45.htm
http://www.bibsonomy.org/bibtex/2c796ffa9463672ee92f8343d2af165d6/gitaA
http://www.scribd.com/doc/38273312/Geopolimer