DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
DOSEN PEMBIMBING
UNIVERSITAS PASUNDAN
ADMINISTRASI BISNIS
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Dasar-
dasar Politik dengan judul “Pemilihan Umum”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
1
DAFTAR ISI
Kata pengantar..................................................................................................1
Daftar isi ..........................................................................................................2
Pendahuluan......................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Rumusan Masalah................................................................................4
B. Tujuan Penulisan..................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian pemilu.................................................................................6
B. Sistem Pemilu ......................................................................................6
BAB 3 PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemilihan Umum................................................................8
B. Tujuan Pemilihan Umum......................................................................8
C. Manfaat Pemilihan Umum....................................................................9
D. Sistem Pemilihan Umum .....................................................................9
E. Periodisasi Sistem Pemilihan Umum di Indonesia...............................12
F. Pelaksanaan Penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia ...........15
G. Asas-asas Pemilihan Umum.................................................................19
H. Sistem Pemilihan Umum Yang Cocok Untuk Indonesia.....................20
BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................22
B. Saran.....................................................................................................22
C. Daftar Pustaka.......................................................................................24
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
3
loyalitas terhadap negara diharapkan akan ditunjang pertumbuhannya melalui
partisipasi politik.
2. Rumusan Masalah
4
3. Tujuan Penulisan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pemilu
2. Sistem Pemilu
Sistem pemilihan.
6
Sistem hak pilih.
Sistem pencalonan.
Dalam sistem ini, rakyat dipandang sebagai suatu massa individu-individu yang
sama. Individu-individu inilah sebagai pengendali hak pilih dalam masing-masing
mengeluarkan satu suara dalam tiap pemilihan umum untuk satu lembaga
perwakilan.
Dalam sistem organis, rakyat dipandang sebagai sejumlah individu yang hidup
bersama- sama dalam beraneka warna persekutuan hidup. Jadi persekuuan-
persekutuan itulah yang diutamakan sebagai pengendali hak pilih.
7
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pemilihan Umum
Salah satu wujud demokrasi adalah dengan Pemilihan Umum. Dalam kata
lain, Pemilu adalah pengejawantahan penting dari “demokrasi prosedural”.
Berkaitan dengan ini, Samuel P. Huntington dalam Sahid gatara (2008: 207)
menyebutkan bahwa prosedur utama demokrasi adalah pemilihan para pemimpin
secara kompetitif oleh rakyat yang bakal mereka pimpin. Selain itu, Pemilu sangat
sejalan dengan semangat demokrasi secara subtansi atau “demokrasi subtansial”,
yakni demokrasi dalam pengertian pemerintah yang diselenggarakan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya, rakyatlah yang memegang kekuasaan
tertinggi.
8
3. Manfaat Pemilu
a. Sistem Distrk
Sistem ini merupakan sistem pemilihan umum yang paling tua dan
didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis (yang biasanya
disebut distrik karena kecilnya daerah yang diliputi) mempunyai satu wakil dalam
dewan perwakilan rakyat. Untuk keperluan itu, negara dibagi dalam sejumlah
besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam dewan perwakilan rakyat ditentukan
oleh jumlah distrik. Calon yang di dalam satu distrik memperoleh suara terbanyak
dikatakan pemenang, sedangkan suara-suara yang ditujukan kepada calon-calon
lain dianggap hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimanapun kecilnya selisih
kekalahannya.
9
Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat
dibendung; malahan sistem ini bisa mendorong ke arah penyederhanaan partai
secara alami dan tanpa paksaan.
Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh
komunitasnya, sehingga hubungan denga konstituen lebih erat. Dengan demikian
si wakil akan lebih cenderung untuk memperjuangkan kepentingan distriknya.
Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa partai yang calonnya
kalah dalam suatu distrik kehilangan suara yang telah mendukungnya. Hal ini
berarti bahwa ada sejumlah suara yang tidak diperhitungkan sama sekali, atau
terbuang sia-sia. Dan jika banyak partai mengadu kekuatan, maka jumlah suara
yang hilang dapat mencapai jumlah yang besar. Hal ini akan dianggap tidak adil
terhadap partai dan golongan yang dirugikan.
10
Ada kemungkinan si wakil cenderung untuk lebih memperhatikan
kepentingan distrik serta warga distriknya, daripada kepentingan nasional.
Sistem ini dianut oleh Indonesia. Pemilu tidaklah langsung memilih calon
yang didukungnya, karena para calon ditentukan berdasarkan nomor urut calon-
calon dari masing- masing parpol atau organisasi social politik (orsospol). Para
pemilih adalah memilih tanda gambar atau lambing sustu orsospol. Perhitungan
suara untuk menentukan jumlah kursi raihan masing-m,asing orsospol, ditentukan
melalui pejumlahan suara secara nasional atau penjumlahan pada suatu daerah
(provinsi). Masing-masing daerah diberi jatah kursi berdasarkan jumlah penduduk
dan kepadatan penduduk di daerah yang bersagkutan.
Banyak atau sedikitnya kursi yang diraih adalah ditentukan oleh jumlah
suara yang diraih masing-masing parpol atau orsospol peserta pemilihan umum.
Calon terpilih untuk menjadi wakil rakyat duitenukan berdasarkan nomor urut
calon yang disusun guna mewakili orsospol pada masing-masing daerah. Inilah
yang disebut perhitungan suara secara proporsional, bukan menurut distrik
pemilihan (yang pada setiap distrik hanya aka nada satu calon yang terpilih).
Setiap suara dihitung dan tidak ada yang hilang. Partai kecil dan golongan
minoritas diberi kesempatan untuk menempatkan wakilnya di parlemen. Karena
itu masyarakat yang heterogen dan pluralis lebih tertarik pada system ini.
2) Kelemahan
11
golongan di masyarakat yang sifatnya pluralis. Hal ini mempermudah fragmenrasi
dan berdirinya partai baru yang pluralis.
12
Pemilihan umum menghasilkan 27 partai dan satu partai perseorangan,
dengan jumlah total 257 kursi. Namun stabilitas politik yang diharapkan dari
pemilihan umum tidak terwujud. Kabinet Ali (I dan II) yang memerinth selama 2
tahun dan yang terdiri atas koalisi tga besar ,namun ternyata tidak kompak dalam
menghadapi persoalan, terutama yang terkait dengan konsepsi presiden yang
diumumkan pada tanggal 21 Februari 1957.
13
diharapkan akan membawa stabilitas politik dan pemerintah akan lebih berdaya
untuk melaksanakan kebijakan-kebijakannya, terutama di bidang ekonomi.
14
Seperti dibidang-bidang lain, reformasi membawa beberapa perubahan
fundamental. Pertama, dibukanya kesempatan kembali untuk bergeraknya partai
politik secara bebas, termasuk medirikan partai baru. Kedua, pada pemilu 2004
untuk pertama kalinya dalam sejarah indonesiadiadakan pemilihan presiden dan
wakil presiden dipilih melaluiMPR. Ketiga, diadakannya pemilihan umum untuk
suatu badan baru, yaitu Dewan Perwakilan Daerah yang akan mewakili
kepentingan daerah secara khusus. Keempat, diadakannya “electoral thresold “ ,
yaitu ketentuan bahwa untuk pememilihan legislatif setiap partai harus meraih
minimal 3% jumlah kursi anggota badan legislatif pusat.
Ada satu lembaga baru di dalam lembaga legislatife, yaitu DPD ( dewan
perwakilan daerah ). Untuk itu pemilihan umum anggota DPD digunakan Sistem
Distrik tetapi dengan wakil banyak ( 4 kursi untuk setiap propinsi). Untuk
pemilihan anggota DPR dan DPRD digunakan system proposional dengan daftar
terbuka, sehingga pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung kepada
calon yang dipilih. Dan pada tahun 2004, untuk pertama kalinya diadakan
pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung, bukan melalui MPR lagi.
a. Pemilu 1995
Pemilu tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara masih kurang
kondusif; beberapa daerah dirundung kekacauan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara
Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosuwiryo. Dalam keadaan seperti ini,
anggota angkatan bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang bertugas di
daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun
berlangsung aman.
15
kursi Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil
golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Pemilu ini dipersiapkan di bawah
pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo
mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, kepala pemerintahan telah
dipegang oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.
b. Pemilu 1971
Pemilihan Umum pertama sejak orde baru atau Pemilu kedua sejak
Indonesia merdeka, yakni Pemilu 1971 diikuti oleh 10 Organisasi Peserta Pemilu
(OPP), yakni 9 partai politik dan satu Golongan Karya. Undang-undang yang
menjadi landasan hukumnya adalah UU No. 15 tahun 1969 tentang Pemilihan
Umum dan UU No. 16 tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan PR, DPR dan
DPRD.
c. Pemilu 1977
d. Pemilu 1982
16
e. Pemilu 1987
f. Pemilu 1992
g. Pemilu 1997
h. Pemilu 1999
Pemilihan Umum 1999 ditujukan untuk memilih anggota DPR dan DPRD.
Pemungutan suaranya dilaksanakan pada taggal 7 Juni 1999. Pemilu ini diikuti
oleh 48 Partai dengan berlandaskan UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
dan Ubdang-Undang No. 3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum. Pemilu 1999 ini
disebut oleh banyak kalangan sebagai Pemilu paling Demokratis setelah Pemilu
1955. Cara pembagian kursi hasil Pemilu kali ini tetap menggunakan system
proporsional dengan mengikuti Varian Roget. Dalam system ini, sebuah partai
memperoleh kursi seimbang dengan suara yang diperolehnya di daerah pemilihan,
termasuk perolehan kursi berdasarkan the largest remainder.
i. Pemilu 2004
17
Presiden dan Wakil Presiden tidak dilakukan secara terpisah. Pada Pemilu ini,
yang terpilih adalah pasangan calon (pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden). Bukan calon Presiden dan calon Wakil Presiden secara terpisah.
j. Pemilu 2009
Sama halnya dengan Pemilihan Umum 2004, Pemilihan Umum 2009 juga
dibagi menjadi tiga tahapan.
b) Tahap kedua atau Pemilu Presiden dan Wakil Presiden putaran pertama adalah
untuk memilih pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden secara langsung.
Tahap kedua ini dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2009.
c) Tahap ketiga atau Pemilu Presidan dan Wakil Presiden tahap puturan kedua
adalah babak terakir yang dilaksanakan hanya apabila pada tahap kedua, belum
ada pasangan calon yang mendapatkan suara lebih dari 50% (bila keadaannya
demikian, dua pasangan calon yang mendapatkan suara terbanyak akan
diikutsertakan pada Pemilu Presiden putaran kedua. Akan tetapi apabila pada
Pemilu Presiden putaran pertama sudah ada pasangan calon yang mendapatkan
suara lebih dari 50 persen, pasangan calon tersebut akan langsung diangkat
menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Tahap ketiga ini dilaksanakan pada taggal 8
September 2009.
18
tidak bersifat mendasar. Secara umum, asas-asas dari Pemilu ke Pemilu di
Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut :
b) Umum, yaitu pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan
sesuai dengan undang-undang berhak mengikuti Pemilu. Pemilihan yang bersifat
umum menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara,
tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,
kedaerahan, pekerjaan dan status sosial.
c) Bebas, yaitu setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan
pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari pihak manapun. Di dalam
melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga dapat
memilih sesuai kehendak hati nuarani dan kepentingannya.
f) Adil, yaitu setiap pemilih dan peserta Pemilu mendapat perlakuan yang sama,
serta bebas dari kecurangan pihak mana pun.
19
kelemahan. Begitu tak terbantahkannya tesis-tesis demokrasi sehingga hampir
semua penguasa otoriter dan tiran menyebut sitem yang digunakannya sebagai
sistem demokratis.
20
Yang diperketat untuk pemerintahan efektif adalah ambang batas fraksi di
parlemen ketimbang angka PT tinggi. Makin tinggi PT maka indeks ketidak
proporsionalan makin tinggi. Selain itu perlu adanya transparansi keuangan partai.
Sebelumnya, memena setiap pemilu rasanya negeri ini diancam taring-taring
perbedaan landasan yang menjadi basis setiap organisasi pesreta pemilu. Yang
satu mengatasnamakan agama, yang satu mengatasnamakan pancasila dan yang
satunya lagi mengatasnamakan nasionalis. Meski ketiganya juga bersikeras
sebagai kekuatan politiik pancasila. Kompetensi politik dengan demikian lebih
mempunyai potensi untuk terbentuknya konflik politik. Tidak ada yang lebih
mengerikan bagi setiap negara berkembang dari pada itu.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
21
umum ialah suatu proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan
politik tertentu. Dalam ilmu politik dikenal berbagai macam sistem pemilu dengan
berbagai variasi, tetapi umumnya berkisdar pada dua prinsip pokok, yaitu : sistem
distrik dan sistem proprosional.
2. Saran
22
Bagi pemerintah, hendaknya merumuskan kebijakan mengenai Pemilu
dengan sebaik- baiknya, menyeleksi jumlah partai dengan ketat, dan melakukan
sosialisasi politik secara maksimal kepada masyarakat dan sebaiknya pemerintah
membuat pembenahan misalnya pendidikan dan pemberian informasi yang
lengkap terhadap masyarakat sebagai pemilih.
Bagi masyarakat, supaya tidak mau menerima praktek money politic yang
dilakukan oleh partai politik, agar tidak menyesal untuk kedepannya dan tidak
golput dalam pemilihan dan juga harus peka terhadap partai politik.
Bagi praja, seharusnya praja lebih peduli terhadap informasi terkait dengan
perkembangan perpolitikan di Indonesia untuk meningkatkan pandangan dan
pemikiran aktual mengenai kondisi bangsa sehingga dapat menularkan ilmu yang
didapat kepada orang-orang yang disekitarnya yang belum mengerti tentang
pemilu.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
23
Prihatmoko dkk, Menang Pemilu Ditengah Oligarki Partai, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2008 [kamis, 16 Oktober 2019, 12:21]
Internet/Website
http://www.rumahpemilu.com/public/doc/2012_08_30_11_53_41_Jurnal%20Pem
ilu%20&%20Demokrasi%2003%20Dana%20Kampanye%20Pengaturan
%20Tanpa%20Makna.pdf [kamis, 16 Oktober 2019, 12:21]
http://www.academia.edu/8312446/Makalah_Demokrasi_dan_Pemilu_di_Indones
ia [kamis, 16 Oktober 2019, 12:21]
http://blognyapakarilmu.blogspot.com/2014/10/contoh-makalah-pemilu.html
[kamis, 16 Oktober 2019, 12:21]
http://www.pemilu.com/berita/2014/11/lagi-dkpp-pecat-penyelenggara-pemilu/
[kamis, 16 Oktober 2019, 12:21]
http://www.distrodoc.com/3205-makalah-sistem-pemilihan-umum-di-indonesia
[kamis, 16 Oktober 2019, 12:21]
http://sensorku.blogspot.com/2013/10/makalah-tentang-pemilu.html [kamis, 16
Oktober 2019, 12:21]
24