Konsep Etik
1. Definisi Etik
Istilah moral dan etik berasal dari pengertian yang sama. Kata moral
berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat dan kebiasaan, kata etik
berasal dari bahasa yunani etos yang berarti adat, kebiasaan, perilaku dan
karakter. Bahkan dalam diskusi saat ini, kedua istilah ini sulit dibedakan
meskipun definisinya agak berbeda. Moral adalah standar perilaku yang
diharapkan oleh masyarakat. Itu merupakan standar perilaku dan nilai-
nilai yang harus kita perhatikan jika kita menjadi anggota dari masyarakat
tersebut. Etik adalah istilah yang lebih formal, yang mengacu pada studi
sistematikk tentang standar dan nilai-nilai tersebut. Penyelidikan etik,
yang berupa penyelidikan secara filosofi atau teologi, membantu kita
untuk berpikir secara rasional tentang pertanyaan-pertanyaan, kritik, dan
pada akhirnya memahami dimensi tentang perilaku moral (Hudak &
Gallo, 2008).
Istilah etik, kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan adanya
suatu kepercayaan yang bersifat formal atau praktik-praktik kegiatan dari
sekelompok orang-orang tertentu, misalnya “Etik Yahudi” atau “etik
bisnis” istilah etik juga digunakan untuk menunjuk kode-kode perilaku
yang bersifat formal dari suatu kelompok profesi tertentu. Dalam profesi
keperawatan, perilaku diarahkan oleh “ANA” (American Nurse’s
Association) tentang Kode Bagi Perawat Untuk Pernyataan Interpresif.
Petunjuk lain lagi dapat dikemukakan dalam pernyataan kebijakan social
Etik merupakan
B. Konsep Legal
1. Pengertian Legal
Pengertian Legal Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya
pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang
diatur dalam undang-undang keperawatan (Hudak & Gallo, 2008).
Keterkaitan dengan legal formal dalam memberikan pelayanan
keperawatan kritis Keterkaitan dengan kebijakan yang memberikan
jaminan hukum terhadap pelayanan keperawatan kritis, seperti: UU Kes,
PERMENKES dan peraturan lainnya (Hudak & Gallo, 2008).
2. Dalam Keperawatan Kritis
Merupakan aspek mengenai hak dan tanggung jawab legal terkait
dengan praktik keperawatan kritis yang merupakan hal penting bagi
perawat dan pasien.
Perawat ruang intensif/kritis harus memberikan pelayanan
keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal
keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal
kesehatan. Perawat ruang kritis harus bekerja sesuai dengan aturan yang
ada (standar rumah sakit/standar pelayanan maupun asuhan keperawatan).
3. Adapun beberapa aspek legal dalam keperawatan kritis :
a. Area Hukum
Menurut Morton & Fontaine (2009) terdapat tiga area hukum yang
mempengaruhi praktik perawat perawatan kritis, yaitu hukum
adminstrasi, hukum sipil, dan hukum pidana.
1) Hukum Adminstrasi
Hukum adminstrasi merupakan suatu konsekuensi hukum dan
regulasi negara bagian dan federal yang terkait dengan praktik
perawat. Di negara bagian terdapat suatu badan legislasi yang
berfungsi untuk mengukuhkan akta praktek perawat. Dalam tiap
akta tersebut, praktik keperawatan didefinisikan, dan
kekuasaannya didelegasikan pada lembaga negara bagian biasanya
disebut dengan State Board of Nursing. Lembaga ini berfungsi
menyusun regulasi yang mengatur mengenai bagaimana penafsiran
dan implementasi dari akta praktek perawat seharusnya.
2) Hukum Sipil
Hukum sipil merupakan area kedua hukum yang mempengaruhi
praktik keperawatan. Salah satu area khusus hukum sipil, hukum
kerugian, membentuk landasan dari sebagian besar kasus sipil
yang melibatkan perawat.
3) Hukum Pidana
Area ketiga hukum yang relevan dengan praktik keperawatan
adalah hukum pidana. Berbeda dengan hukum sipil, dimana
individu yang satteru menuntut individu yang lain, hukum pidana
terdiri atas kasus tuntutan hukum yang diajukan oleh negara
bagian, pemerintah federal atau setempat terhadap perawat. Dalam
hal ini yang termasuk kasus pidana adalah penyerangan dan
pemukulan, pembunuhan akibat kelalaian, dan pembunuhan murni.
Morton Patricia Gonce, Fontaine Dorrie, Hudak Carolyn, Gallo Barbara. (2013).
Keperawatan Kritis Edisi 8. Jakarta : EGC
Morton, Fontaine, Hudak, And Gallo, Alih Bahasa, Nike Budi Subekti, Komara
Yudha, Devi Yulianti, Nurwahyu, Ramona Patricia Kapoh, Editor Bahasa Indonesia,
Fruriolina Ariani, Anastasia Onny, Tampubolon, Estu Tiar & Esti Wahyuningsih.
(2011). Keperawatan Kritis Edisi 2. Jakarta : EGC
Studi kasus
Tn. Jack Crawfor, pria usia 44 tahun mengalami nyeri akibat kanker yang telah
metastasis. Setelah beberapa waktu diunit perawatan intensif Tn. Jack Crawfor
tampak kurus, jaundis, mengaami sesak napas, secara diam-diam menyatakan pada
perawatnya Ny.B, bahwa dia telah siap untuk mati dan tidak memperoleh pengobatan
apapun untuk memperpanjang hidupnya. Ny.B merasa takut menghadapi konflik
yang akan terjadi kemudian antara dokter dokter onkologi yang agresif, pasien yang
tidak mengharapkan kehidupannya dan istri yang tidak siap menghadapi kematian
suaminya.
Sebagai perawatnya (perawat promer) Ny.B telah membina hubungan saling
percaya dengan Tn. Jack Crawfor dan istrinya merasa telah berusaha dengan cermat
untuk bertindak sebagai advokat bagi pasiennya. Dia yakin bahwa keinginan dari
pasien untuk merahasiakan masalahnya secara implisit membawa pengharapan bahwa
Ny.B akan menyampaikan harapan tersebutkepada dokter yang merawatnya. Ny.B
berfikir bahwa Tn. Jack Crawfor mungkin mengharapkan dia untuk yakin bahwa
harapan-harapan tersebut dapat dilaksanakan.