Anda di halaman 1dari 33

ASKEP KELOMPOK RESIKO TINGGI PADA KESEHATAN KERJA

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Komunitas

DOSEN PENGAMPU : PRIYOTO S.Kep.Ns.M.kes

Kelompok 4

Alfia Ellyka C 201702053


Arema Mega Pamungkas 201702055
Febri Hadits Muthma’inah 201702066
Yuniar Tri Wijayanti 201702092

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengertian sehat dapat digambarkan sebagai suatu kondisi fisik,
mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau
gangguan kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk
berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya (perry, potter. 2005: 5).
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas,
beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya,
agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-undang
kesehatan tahun 1992).
Adanya undang-undang kesehatan kerja di setiap negara
mempunyai dampak yang begitu besar untuk kondisi kesehatan di tempat
kerja. Tujuan dari hukum ini adalah untuk menciptakan kondisi kerja yang
lebih aman dan lebih sehat bagi para pekerja (suddarth. 2002: 27).
Sebagai suatu usaha dalam pencegahan kecelakaan kerja di bidang
keperawatan dikembangkan suatu spesialisasi perawatan yang disebut
dengan perawatan kesehatan kerja (occupational health nursing).
Maka dari itu, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang
peraturan pemerintah yang menyangkut kesehatan kerja dan memahami
legalsasi yang berhubungan, serta semua hal yang bersangkutan tentang
kesehatan kerja, keselamatan kerja serta kecelakaan kerja (K3) (Suddarth.
2002: 27).
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang semua yang
berhubungan dengan K3 disertai dengan contoh asuhan keperawatan
kesehatan kerja. Diharapkan dengan makalah ini nantinya dapat dijadikan
acuan bagi mahasiswa keperawatan lain untuk dapat membantu
meningkatkan kesehatan kerja dengan menerapkan asuhan keperawatan
kesehatan kerja yang komprehensif dan kompeten.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kesehatan kerja dan keselamatan kerja ?
2. Bagaimana prinsip dasar kesehatan kerja ?
3. Bagaimana faktor resiko di tempat kerja ?
4. Bagaimana ruang lingkup kesehatan kerja
5. Apa itu kecelakaan kerja ?
6. Apa penyakit akibat kerja ?
7. Apa tujuan penerapan keperawatan kesehatan kerja ?
8. Apa fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan dan kesehatan
kerja ?
9. Bagaimana diagnosis spesifik penyakit akibat kerja ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada kesehatan kerja ?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan tentang pengertian kesehatan kerja dan keselamatan
kerja
2. Menjelaskan tentang prinsip dasar kesehatan kerja
3. Menjelaskan tentang Faktor resiko di tempat kerja
4. Menjelaskan tentang ruang lingkup kesehatan kerja
5. Menjelaskan tentang kecelakaan kerja
6. Menjelaskan tentang penyakit akibat kerja
7. Menjelaskan tentang tujuan penerapan keperawatan kesehatan
kerja
8. Menjelaskan tentang fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan
dan kesehatan kerja
9. Menjelaskan tentang diagnosis spesifik penyakit akibat kerja
10.Menjelaskan tentang asuhan keperawatan komunitas pada
kesehatan kerja di komunitas pekerja di ruangan sector A7 di
perusahaan rokok PT. NOJORONO di kabupaten kudus jawa
tengah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN KESEHATAN KERJA DAN KESELAMATAN


KERJA
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi
dalam ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan, agar
pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha
preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,
serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :

1. Sasarannya adalah manusia


2. Bersifat medis.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan


mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan
(Sumakmur, 1993). Keselamatan kerja menyangkut segenap proses
produksi distribusi baik barang maupun jasa (dermawan, deden. 2012:
189).

Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :


1. Sasarannya adalah lingkungan kerja
2. Bersifat teknik.

B. PRINSIP DASAR KESEHATAN KERJA


Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyesuaian antara kapasitas,
beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya,
agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU kesehatan tahun
1992).
Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah
mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan
tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan
meliputi aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri (effendi, ferry. 2009:
233).

C. FAKTOR RESIKO DI TEMPAT KERJA


Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai
potensi bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara
kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping
faktor manusianya.
Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat
dipengaruhi oleh (effendi, Ferry. 2009: 233) :
1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu
diperhatikan. Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik
yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita
gangguan atau penyakit akibat kerja.
2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan,
keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan
sebagainya. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja
dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan
agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awal seseorang
untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi
awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat
kerja, gizi kerja, dll.
3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik,
kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi
lingkungan kerja (misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll)
dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban
tambahan tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen
utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara
ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kerja yang baik dan optimal
(effendi, Ferry. 2009: 233).

D. RUANG LINGKUP KESEHATAN KERJA


Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara
pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun
psikis, dalam hal cara atau metode, proses dan kondisi pekerjaan yang
bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat
pekerja disemua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental,
maupun kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja
yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungannya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-
faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

E. KECELAKAAN KERJA
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03
/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang
tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban manusia dan atau harta benda.
1. Penyebab kecelakaan kerja
Secara umum, dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah
penyebab dasar (basic causes) dan penyebab langsung (immediate
causes)
a. Penyebab dasar
- Faktor manusia atau pribadi
- Faktor kerja atau lingkungan kerja.
b. Penyebab langsung
- Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standart/ unsafe
condition)
- Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standart/ unsafe act)
2. Pencegahan Kecelakaan Kerja
a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang
diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya,
perencanaan, kontruksi, perwatan & pemeliharaan, pengwasan,
pengujian, & cara kerja peralatan industri, tugas-tugas
pengusaha & buruh, latihan, supervisi medis, PPPK, &
pemeriksaan kesehatan.
b. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah
mati atau tak resmi mengenai misalnya kontruksi yang
memnuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan
industri tertentu, praktek-praktek keselamatan & hygiene
umum, atau alat-alat perlindungan diri.
c. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-
ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.
d. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat & ciri-ciri bahan-
bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman,
pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang
pencegahan peledakan gas & debu, atau penelaahan tentang
bahan-bahan & desain paling tepat untuk tambang-tambang
pengangkat & peralatan pengangkat lainnya.
e. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-
efek fisiologis & patologis faktor-faktor lingkungan &
teknologis, & keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan
kecelakaan.
f. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola
kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

F. TUJUAN PENERAPAN KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA


Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat
diperinci sebagai berikut (Rachman. 1990):
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
dalam keadaan sehat dan selamat
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa
adanya hambatan.

G. FUNGSI DAN TUGAS PERAWAT DALAM KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) di industri adalah sebagai berikut (Effendy, Nasrul. 1998):
1. Fungsi perawat
a. Mengkaji masalah kesehatan
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap
pekerja
d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang
dilakukan
2. Tugas perawat
a. Mengawasi lingkungan pekerja
b. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan
pekerja
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan
di rumah kepada pekerja dan keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan
f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap
pekerja
g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja
dan keluarganya
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
j. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

H. DIAGNOSIS SPESIFIK PENYAKIT AKIBAT KERJA


Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini (B,
sugeng. 2003) :
1. Anamnesis (wawancara) meliputi, identitas, riwayat kesehatan,
riwayat penyakit, dan keluhan yang dialami saat ini.
2. Riwayat pekerjaan
a. Sejak pertama kali bekerja (kapan mulai bekerja di tempat tersebut)
b. Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis
bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat
pelindun diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang
dilakukan, kegemaran (hobi), dan kebiasaan lain (merokok, alkohol)
c. Sesuai tingkat penegtahuan, pemahaman pekerjaan.
3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam
keadaan tidak bekerja
a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat,
tetapi pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang
atau hilang.
b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.
c. informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesa atau dari
data penyakit di perusahaan.
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan :
a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik.
b. Pemeriksaan laboratorium membantu diagnostik klinis.
c. Dugaan adanya penyakit akibat bekerja dilakukan juga melalui
pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis.
5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
a. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru
(pneumokoniosis-pembacaan standart ILO).
b. Pemeriksaan audiometri.
c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah dan urine.
6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygine
perusahaan yang memerlukan:
a. Kerjasama dengan tenaga ahli hygine perusahaan.
b. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data
yang ada.
c. Pengenalan secara lengsung sistem kerja dan lama pemakaian.
7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain :
a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis
klinis, kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja, atau
melalui pengamatan (penelitian) yang relatif lebih lama.
b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi, dan dokter penasehat
(kaitannya dengan kompensasi).
Menurut (dermawan, deden. 2012: 194-197) Untuk dapat mendiagnosis
penyakit akibat kerja pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan
sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasikannya secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun
menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman :
1. Tentukan diagnosis klinisnya
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya
dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik
ditegakkan dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut
berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.
2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja
adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan
pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesa mengenai riwayat
pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup :
a. Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh
penderita secara kronologis.
b. Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan.
c. Bahan yang diproduksi.
d. Materi (bahan baku) yang digunakan.
e. Jumlah pajanananya.
f. Pemakaian alat perlindungan diri (masker).
g. Pola waktu terjadinya gejala.
h. Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami
gejala serupa).
i. Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan
(MSDS, label, dan sebagainya).
3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan
penyakit tersebut
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang
mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan
penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan
adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut diatas, maka tidak
dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam
kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara
khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang
diderita (konsentrasi, jumlah, lama dan sebagainya).
4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar
untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi
penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan
kepustakaan yang ada untuk dapat menetukan diagnosis penyakit
akibat kerja.
5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat
mempengaruhi.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat
perkerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanan, misalnya
penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya
sehingga resikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat
kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih
rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.
6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab
penyakit.
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.
Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat
merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab
lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di
tempat kerja.
7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh
pekerjaannya.
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu
keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki
dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu
pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-
kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada
sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan waktu menegakkan diagnosis.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KESEHATAN KERJA


DENGAN APLIKASI KASUS DI KOMUNITAS PEKERJA
DI RUANGAN SEKTOR A7 DI PERUSAHAAN ROKOK
PT. “ NOJORONO” DI KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH

A. DESKRIPSI KASUS
Kegiatan pengkajian di perusahaan rokok PT. NOJORONO di kabupaten
kudus jawa tengah ini dilakukan selama 8 hari (mulai tanggal 11-19 november)
kepada para pekerja di ruangan sektor A7 yang berjumlah 100 orang,
berdasarkan data dari HRD perusahaan ini di dapat data umum sebagai berikut:

No
Karakteristik Frekuensi/ jumlah
.

Jenis kelamin
1. a. Laki-laki 40 orang
b. Perempuan 60 orang
Jenis pekerjaan
a. Pengelintingan 55 orang
2.
b. Pengepakan 35 orang
c. Pengawas 10 orang
Usia
a. 25-35 tahun 35 orang
3. b. 36-46 tahun 40 orang
c. 47-57 tahun 20 orang
d. 58-60 tahun 5 orang
Tingkat pendidikan
a. Tamat SD 30 orang
4.
b. Tamat SMP 45 orang
c. Tamat SMA 25 orang
5. Lama bekerja
a. 5-10 tahun 15 orang
b. 11-15 tahun 35 orang
c. 16-20 tahun 30 orang
d. 21-25 tahun 15 orang
e. > 25 tahun 5 orang

Kemudian setelah melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap masing-


masing pekerja dan juga dari HRD perusahaan sehingga didapat hasil pengkajian
sebagai berikut :

B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. DATA INTI
1) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Perusahaan rokok PT. NOJORONO berada di wilayah kabupaten
kudus jawa tengah dengan luas bangunan pabrik keseluruhan sebesar
1 Ha. Pabrik ini berada di tepi jalan raya yang merupakan akses utama
di kota kudus. Terdiri dari beberapa ruangan sektor yang didalamnya
terdapat berbagai macam pekerjaan industri yang berhubungan dengan
tembakau dan rokok diantaranya adalah bagian penyortiran tembakau,
penyimpanan tembakau, produksi tembakau, pelintingan rokok,
pengepakan rokok, ruang laboratorium uji tembakau, dll. Ruangan
sektor A7 merupakan salah satu ruangan di perusahan rokok PT.
NOJORONO yang terbagi menjadi beberapa bagian tugas didalamnya
yaitu bagian pelintingan, pengepakan rokok dan pengawasan. Jumlah
pekerja di ruangan sektor A7 sebanyak 100 orang (perincian
berdasarkan karakteristik umum ada di tabel yang tersedia di awal)
sebagaian besar bekerja adalah orang jawa 85 orang (85%) dan berasal
dari madura sebanyak 15 orang (15%).

2) Status kesehatan komunitas


Dari pengkajian (anamnesa) dan kuisioner yang dilakukan mahasiswa
langsung kepada para pekerja diruangan sektor A7 didapatkan hasil :
a) Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
- 68 orang pekerja (68%) menegeluhkan sering batuk-batuk
- 15 orang (15%) pekerja mengeluhkan sering pusing
- Sisanya 17 orang (17%) tidak ada keluhan
b) Tanda-tanda vital*
 TD:
 < 110/70 mmHg : 5 orang (5%)
 110/70mmHg-130/90mmHg : 75 orang (75%)
 >130/90 mmHg : 20 orang (20%)
 Nadi:
 60-80x/menit : 90 orang (90%)
 80-100x/menit : 10 orang (10%)
 RR:
 16-24x/menit : 90 orang (90%)
 >24x/ menit : 10 orang (10%)
 Suhu tubuh:
 36,5°C-37°C : 100 orang (100%)
c) Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) *
 ISPA : 20 orang/ kasus (20%)
 PPOK : 5 orang (5%)
 Diare : 5 orang (5%)
 Batuk : 35 orang (35%)
 Demam : 15 orang (15%)
 Sisanya tidak ada laporan keluhan penyakit 20 orang (20%)
Ket: (*) : data dari klinik perusahaan pada tanggal 12 November
2012
d) Riwayat penyakit komunitas
Data diambil dari 68 orang pekerja (68%) yang mengeluhkan
sering batuk-batuk, kami melakukan pengkajian dengan
memberikan kuisioner kepada 68 pekerja tersebut, dengan hasil:
No. Karakteristik Frekuensi Presentase %
Menderita batuk berdahak minimal 30 kali
1. setahun, sekurang-kurangnya 2 tahun 20 orang 29,4%
beruntun
2. Mempunyai riwayat merokok 40 orang 58,8%
3. Terpajan langsung dengan bahan produk 68 orang 100%
Mempunyai keluarga dengan riwayat
4. 6 orang 8,82%
bronkitis dan emsifema
Sering mengalami sesak nafas saat
5. 10 orang 6,8%
aktivitas sedang (jalan cepat, naik tangga)
Pernah merasa sesak atau nafas sulit
6. 5 orang 7,35%
bahkan pada saaat istirahat
Pernah merasa sesak nafas menetap dan
7. 5 orang 7,35%
makin lama makin berat
8. Saat Batuk selalu berdahak dan beriak 45 orang 66,1%
Pernah memeriksakan ke dokter atau
tempat pelayanan kesehatan baik umum
9. maupun yang ada di perusahaan dan 5 orang 7,35%
positif dinyatakan penderita PPOK
(bronkhitis kronis, emfisema)
Pernah merasa dada terasa berat saat
10. 20 orang 29,4%
bernafas

e) Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi komunitas


Para pekerja mendapat istirahat makan siang dari peusahaan,
makan siang rutin dilaksanakan tiap pukul 13.00 WIB di kantin
pabrik.

f) Pola pemenuhan cairan dan elektrolit


Selama bekerja kebutuhan cairan pekerja didapat dari minuman
yang dibawa oleh para pekerja dari rumah.
g) Pola istirahat tidur
Para pekerja mengatakan bahwa istirahat tidur mereka biasanya
dilakukan pada malam hari saat pulang bekerja karena waktu
bekerja mereka adalah 9 jam mulai pukul 8 pagi-5 sore.
h) Pola eliminasi
Saat dilakukan anamnesa kepeada para pekerja Sebanyak 35
orang dari 55 orang (63,6%) pekerja bagian pelintingan rokok
mengatakan pernah sakit “anyang-anyangan”, hal ini ternyata
disebabkan oleh 20 orang (57,1%) kurang sering minum air putih
saat bekerja, 15 orang (42,8%) menahan BAK karena jarak kamar
mandi dengan ruang pelintingan agak jauh. Sedangkan pada
bagian penegepakan sebanyak 15 orang dari 35 orang pekerja
(42,8%) mengeluhkan sakit “anyang-anyangan” hal ini
disebabkan karena 10 orang (66,6%) kurang sering minum air
putih saat bekerja, 5 orang (33,3%) menahan BAK karena jarak
kamar mandi dengan ruangan agak jauh.
i) Pola aktivitas gerak
Saat dilakukan anamnesa kepada para pekerja sebanyak 55 orang
dari 55 orang (100%) jumlah pekerja pelintingan rokok
mengeluhkan sering merasa pegal di daerah leher dan
punggungnya. Saat dilakukan observasi secara langsung ternyata
sebanyak 30 orang (54,5%) pekerja duduk dengan posisi duduk
yang salah/ terlalu membungkuk, 25 orang (43,5%) tidak
menggerak-gerakkan badannya untuk merelaksasi tubuhnya/
berada dalam posisi duduk yang sama dalam waktu yang lama.
Sedangkan dibagian pengepakan dari 35 orang pekerja 25 orang
(71,4%) mengeluhkan sering merasa pegal di daerah leher dan
punggungnya 10 orang (28,6%) tidak ada keluhan. Penyebabnya
15 orang (60%) duduk dengan posisi duduk yang salah, 10 orang
(40%) tidak menggerak-gerakkan badannya untuk merelaksasi
tubuhnya atau berada dalam posisi duduk yang sama dalam waktu
yang lama. Untuk bagaian pengawasan tidak ada keluhan.
j) Pola pemenuhan kebersihan diri
Saat dilakukan observasi didapatkan data sebanyak 25 orang dari
35 orang pekerja dibagian pengepakan (71,4%) tidak mencuci
tangan setelah bekerja sisanya 10 orang (28,6%) mencuci tangan
tapi dengan prosedur yang kurang benar, sedangkan sebanyak 40
orang dari 55 orang pekerja dibagian pelintingan (72,7%) tidak
mencuci tangan setelah bekerja, sisanya 15 orang (27,3%)
mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar.
k) Status psikososial
Antar kelompok pekerja tidak pernah mengalami pertengkaran
atau perselisihan karena mereka menganggap semua pekerja
saling bersaudara karena sudah bekerja bersama dalam waktu
yang lama, antar pekerja saling membantu dan memberikan
dukungan bila ada masalah.
l) Status pertumbuhan dan perkembangan
1. Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
Berdasarkan data dari klinik perusahaan semua pekerja
mendapatkan asuransi kesehatan, dan bisa periksa atau berobat
secara gratis di klinik tersebut tetapi data klinik perusahaan
menunjukkan:
No. Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Pekerja yang memeriksakan kesehatan
1. 25 orang 25%
secara rutin ke klinik
Pekerja yang memeriksakan
2. 35 orang 35%
kesehatannya saat sakit saja
Pekerja yang tidak pernah/ belum
3. pernah datang ke klinik untuk 40 orang 40%
memeriksakan kesehatannya

2. Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan


Setelah dilakukan pengkajian melalui observasi langsung kepada
100 pekerja di ruangan sektor A7 didapatkan hasil:
No. Karakteristik Jenis Ferekuens Presentase(%)
pekerjaan i
1. Tidak menggunakan a. Pelintingan 55 orang 100%
masker saat bekerja b. Pengepakan 35 orang 100%
c. pengawasan 10 orang 100%
2. Tidak menggunakan a. Pelintingan
55 orang 100%
sarung tangan saat b. Pengepakan
35 orang 100%
bekerja c. Pengawasan
10 orang 100%

3. Pola perilaku tidak sehat dalam komunitas


Saat dilakukan observasi didapatkan data sebanyak 25 orang dari
35 orang pekerja dibagian pengepakan (71,4%) tidak mencuci
tangan setelah bekerja sisanya 10 orang (28,6%) mencuci tangan
tapi dengan prosedur yang kurang benar, sedangkan sebanyak 40
orang dari 55 orang pekerja dibagian pelintingan (72,7%) tidak
mencuci tangan setelah bekerja, sisanya 15 orang (27,3%)
mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar.

b. DATA LINGKUNGAN FISIK


Luas bangunan pabrik rokok ini seluas 1 Ha terdiri dari ruangan
sektor A1-A7 (A1-A4: gudang tembakau, A5: laboratorium, A6:
penyortiran A7: pelintingan, pengepakan rokok), kantin, masjid, klinik,
garasi untuk angkutan perusahaan, aula perusahaan, tempat penyaringan
limbah pabrik. Sedangkan untuk ruangan sektor A7 sendiri memiliki luas
bangunan 100x50 meter bentuk bangunan berupa ruangan luas yang
lapang dengan meja-meja tempat pelintingan, pengepakan dan terdapat 2
kamar mandi di dalamnya. Jenis bangunannya permanen atap bangunan
berupa genting sintesis dengan dinding terbuat dari tembok dengan lantai
dari semen/ plesteran, ventilasi di ruangan ini berasal dari jendela –
jendela kecil di atas tembok yang berjumlah masing-masing 10 buah di
kiri dan kanan sisi bangunan total 20 buah, penerangan ruangan berasal
dari pintu ruangan besar yang di buka saat jam kerja bila menjelang sore
terdapat lampu neon yang memberikan pencahayaan diruangan ini.
Kebersihan di dalam ruangan cukup rapi dan bersih. Kondisi kamar
mandi bersih tetapi jumlahnya sangat terbatas dan jaraknya cukup jauh
dari tempat pengolahan.
Pembuangan limbah perusahaan di olah dengan melakukan penyaringan
zat-zat berbahaya dengn alat penyaring yang berada di ruang
penyaringan limbah di sebelah ruangan sektor A7 (di belakang pabrik)
dan sisanya di buang disungai besar yang ada di kota kudus.

c. PELAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL


Di perusahaan PT. NODJORONO terdapat sebuah klinik kesehatan
yang disediakan untuk seluruh pekerja dan pegawai diperusahaan ini.
Sumber daya yang ada di klinik ini adalah terdapat 1 orang dokter umum,
2 perawat dan 3 petugas nonmedis, fasilitas alat yang dimiliki klinik ini
terdiri dari 2 kamar tidur, obat-obatan yang cukup lengkap dan memiliki 1
ambulance. Sistem rujukan di perusahaan ini bekerja sama dengan RSUD
kabupaten kudus. Selain itu di perusahaan ini memiliki 1 kantin yang
berisi barang-barang keperluan sehari-hari para pekerja dan pegawai lokasi
mini market ini di bagian depan pabrik disamping klinik.
d. EKONOMI
Rata-rata penghasilan pekerja di ruangan sektor 7 untuk bagian
pelintingan dan pengepakan sekitar 1-1,5 juta rupiah sedangkan untuk
bagian pengawas sekitar 1,5-2 juta rupiah.

e. KEAMANAN DAN TRANSPORTASI


Sistem keamanan perusahaan cukup baik dengan adanya satpam di
setiap sektor ruangan dan juga adanya CCTV di tiap ruang produksi.
Untuk penanggulangan kebakaran terdapat alat pemadam kebakaran
manual di setiap ruangan produksi dan perusahaan ini juga memiliki 1 unit
mobil pemadam kebakaran milik perusahaan selain itu perusahaan juga
bekerjasama dengan dinas pemadam kebakaran kota untuk menanggulangi
jika terjadi masalah kebakaran. Penanggualangan polusi dengan dipasang
alat blower untuk ventilasi agar tidak terjadi polusi di dalam pabrik.
f. POLITIK DAN KEAMANAN
Perusahaan rokok PT. NODJORONO merupakan perusahaan milik swasta
yang dimiliki oleh Tn. HK.
g. SISTEM KOMUNIKASI
Sarana komunikasi yang digunakan oleh pekerja di ruangan sektor
A7 sebagaian besar menggunakan alat komunikasi telfon genggam (HP)
sebagai alat komunikasi antara pekerj, keluarga dan masyarakatnya.
Sednagkan sistem komunikasi dalam perusahaan menggunakan telfon
yang ada disetiap ruangan sektor dan apabila ada informasi atau
pengumuman dari perusahaan akan disiarkan melalui pengeras suara yang
ada di setiap ruangan di perusahaan ini. Bahasa yang digunakan untuk
komunikasi antar pekerja sehari-hari di ruangan sektor A7 mayoritas
dengan menggunakan bahasa jawa dan sebagaian kecil menggunakan
bahasa madura.
h. PENDIDIKAN
Data yang didapat dari HRD perusahaan rokok PT. NODJORONO
didapatkan data tingkat pendidikan pekerja di ruangan sektor A7 adalah
sebagai berikut:
Tingkat pendidikan
a. Tamat SD
30 orang
b. Tamat SMP
45 orang
c. Tamat SMA
25 orang

Saat dilakukan pengkajian dengan kuisioner tentang pengetahuan


pekerja terhadap pentingnya penggunaan standart keselamatan kerja di
perusahaan rokok terhadap kesehatan pekerja, di dapatkan data:
- 70 orang (70%) dari pekerja tidak mengetahui
- 30 orang (30%) dari pekerja mengetahui
i. REKREASI
Berdasarkan data yang didapat dari perusahaan, Hari libur untuk
pegawai dan pekerja diperusahaan ini adalah tiap hari minggu, di setiap
hari jum’at pagi biasanya diadakan senam aerobik bersama oleh
perusahaan yang dilakukan di lapangan olah raga yang ada di belakang
perusahaan. Di akhir tahun biasanya juga diadakan rekreasi bersama yang
di fasilitasi oleh perusahaan yang juga dilakukan secara giliran atau
gantian di tiap ruangan sektor/ bagian produksi dalam perusahaan ini.

2. Pengolahan Data
a. Komposisi pekerja berdasarkan jenis kelamin

Menurut Jenis kelamin


Laki-laki
40%
Perempuan
60%

Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa pekerja di ruangan sektor A7


di perusahaan rokok PT. NOJORONO yang terbanyak adalah perempuan
sebanyak 60% (60 orang) dan laki-laki sebanyak 40% (40 orang).

b. Proporsi pekerja berdasarkan jenis pekerjaan


Menurut Jenis Pekerjaan
Pengawas
10%

Pengepakan Pengelintingan
35% 55%

Berdasarkan proporsi pekerja berdasarkan jenis pekerjaannya, terlihat


bahwa bahwa pekerja di ruangan sektor A7 di perusahaan rokok PT.
NOJORONO bagian yang terbanyak adalah bagian pengelintingan
55% (55 orang), bagian pengepakan 35% (35 orang), dan bagian
pengawasan 10% (10 orang).

c. Komposisi pekerja berdasarkan usia

Pekerja Menurut Usia


40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
25-35 th 36-46 th 47-57 th 58-60 th

Berdasarkan komposisi pekerja berdasarkan usia, terlihat bahwa bahwa


pekerja di ruangan sektor A7 di perusahaan rokok PT. NOJORONO
yang terbanyak berusia 36-46 tahun sebanyak 40 orang (40%).
d. Komposisi pekerja berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Pekerja
Tamat
SMA Tamat SD
25% 30%

Tamat SMP
45%

Berdasarkan komposisi pekerja berdasarkan tingkat pendidikan, a


bahwa pekerja di ruangan sektor A7 di perusahaan rokok PT.
NOJORONO yang terbanyak adalah tamat SMP sebanyak 45 orang
(45%).

e. Komposisi pekerja berdasarkan lama bekerja

Lama Bekerja
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
5-10 th 11-15 th 16-20 th 21-25 th > 25 th

15 org 35 org 30 org 15 org2 5 org

Berdasarkan komposisi pekerja berdasarkan lama bekerja, terlihat bahwa


pekerja di ruangan sektor A7 di perusahaan rokok PT. NOJORONO yang
terbanyak adalah pekerja yang sudah bekerja selama 11-15 tahun sebanyak
35 orang (35%).

GAMBAR DENAH PERUSAHAAN DAN DENAH RUANGAN


SEKTOR A7 DI PERUSAHAAN ROKOK PT. NOJORONO
KUDUS JAWA TENGAH

A1-A2: Gudang penyimpanan


tembakau 1-2 th
A3-A4: Gudang penyimpanan
tembakau 3-4 th

A5

A6
A5: Laboratorium

A7
A6: Gudang tempat penyortiran
tembakau
A1 A3
A7: Gudang tempat
A2 A4
pengelintingn dan pengepakan

: Lapangan olahraga

: Penyulingan limbah

: Kantin

: Klinik Kesehatan

: Musholla

: Aula perusahaan

: Sungai

: Jalan raya

: Ventilasi udara

: Tempat pengepakan

: Tempat Pengelintingan

: Pintu masuk

: Toilet

3. Analisa Data
Data yang telah kami dapat dari hasil pengkajian yang kami lakukan mulai
tanggal 11-19 november 2012, untuk menentukan diagnosa keperawatan
maka kami menyusun analisa data sebagai berikut;

NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. DS: Kurang Resiko terjadinya


pengetahuan peningkatan
 Pekerja mengatakan
pekerja tentang penyakit akibat
mengeluhkan sering batuk-
pentingnya K3 partikel
batuk.
bagi kesehatan tembakau
 Pekerja mengatakan tidak
dan keselamatan (PPOK,ISPA)
terlalu memeperhatikan
pekerja pada pekerja
pentingnya penggunaan
perusahaan rokok
masker dan sarung tangan
di ruangan sektor
DO:
A7 PT.
 68 orang pekerja (68%) dari
NOJORONO
100 pekerja di ruangan
kudus jawa
sektor A7 menegeluhkan
tengah
sering batuk-batuk dengan
perincian:
 68 orang (100%) dari 68
orang pekerja yang
sering batuk terpajan
langsung dengan bahan
produk (tembakau).
 20 orang (29,4%)dari 68
pekerja yang sering
batuk mengalami batuk
menahun sekurang-
kurangnya selama 2
tahun.
 45 orang (66,1%) dari
68 pekeja yang sering
batuk saat batuk selalu
berdahak dan beriak.
 5 orang (7,35%) dari 68
pekerja yang sering
batuk positif didiagnosa
PPOK
 20 orang (29,4%) dari
68 pekerja yang sering
batuk merasa dada berat
saat bernafas.
 Riwayat penyakit pekerja
ruangan sektor A7 dalam
satu tahun terakhir; ISPA: 20
orang/ kasus (20%), PPOK:
5 orang (5%), batuk 35
orang (35%).
 Pekerja yang tidak
menggunakan masker dan
sarung tangan di ruangan
sektor A7 sebanyak 100
orang dari 100 orang pekerja
(100%).
I. 70 orang (70%) dari 100
pekerja diruangan sektor A7
tidak mengetahui pentingnya
K3 bagi kesehatan dan
keselamatan mereka
J. Hanya 30 orang (30%) dari
100 pekerja diruangan sektor
A7 tidak mengetahui
pentingnya K3 bagi
kesehatan dan keselamatan
mereka

2. DS: Ketidakadekuatan Perilaku


hygine perorangan kesehatan
 Pekerja mengatakan jarang
pada pekerja cenderung
melakukan cuci tangan
beresiko pada
setelah melakukan
pekerja
pekerjaannya atau sebelum
perusahaan rokok
makan karena keterbatasan
di ruangan sektor
kamar mandi dan fasilitas
A7 PT.
yang kurang mendukung
NOJORONO
(tidak ada sabun cuci tangan
kudus jawa
di kamar mandi).
tengah
DO:
 25 orang (71,4%) dari 35
orang pekerja dibagian
pengepakan di ruangan
sektor A7 tidak mencuci
tangan setelah bekerja.
 10 orang (28,6%) dari 35
orang pekerja dibagian
pengepakan di ruangan
sektor A7 mencuci tangan
tapi dengan prosedur yang
kurang benar.
 40 orang (72,7%) dari 55
orang pekerja dibagian
pelintingan di ruangan sektor
A7 tidak mencuci tangan
setelah bekerja.
 15 orang (27,3%) dari 55
orang pekerja dibagian
pelintingan di ruangan sektor
A7 mencuci tangan tapi
dengan prosedur yang
kurang benar.

3. DS: Posisi tubuh saat Resiko cidera


bekerja yang salah pada pekerja
 Pekerja mengatakan sering
pada pekerja perusahaan rokok
mengalami pegal di daerah
di ruangan sektor
punggung dan leher.
A7 PT.
 Petugas klinik perusahaan
NOJORONO
mengatakan telah ada
kudus jawa
program senam aerobic tiap
tengah
jum’at pagi tetapi antusias
pekerja untuk mengikuti
kurang bahkan digunakan
sebagai ajang datang
terlambat untuk bekerja
DO:
 55 orang dari 55 orang
(100%) jumlah pekerja
dibagian pelintingan rokok
di ruangan sektor A7
mengeluhkan sering merasa
pegal di daerah leher dan
punggungnya.
 30 orang (54,5%) dari
55 orang pekerja
dibagian pelintingan
rokok di ruangan sektor
A7 duduk dengan posisi
duduk yang salah/
terlalu membungkuk.
 25 orang (43,5%) dari
55 orang pekerja
dibagian pelintingan
rokok di ruangan sektor
A7 tidak menggerak-
gerakkan badannya
untuk merelaksasi
tubuhnya/ berada dalam
posisi duduk yang sama
dalam waktu yang lama.
 Pekerja yang mengikuti
senam aerobic pagi pada hari
jum’at (19 november 2012)
di ruangan sektor A7
sebanyak 60 orang (60%)
dari jumlah seluruh pekerja
di ruangan sektor A7

4. Penapisan Masalah
Dari hasil analisa data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan
masalah untuk menentukan perioritas masalah, adapun penapisan masalah
tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

No. Masalah KRITERIA Score Keterangan


1 2 3 4 5 6 7 8
Kesehatan
1. Resiko 5 5 5 5 4 3 4 3 34 Keterangan
terjadinya kriteria:
peningkatan 1. Sesuai dg
penyakit akibat peran perawat
partikel komunitas
tembakau
(PPOK,ISPA) 2. Resiko
pada pekerja terjadi/jumlah
perusahaan yang beresiko
rokok di 3. Resiko
ruangan sektor parah
A7 PT. 4. Potensi
NOJORONO utk
kudus jawa pend.kesehatan
tengah 5. Interest
berhubungan utk komunitas
dengan Kurang 6. Kemung
pengetahuan kinan diatasi
dan kesadaran 7. Relevan
pekerja tentang dg program
pentingnya K3 8. Tersedia
bagi kesehatan nya sumber
dan daya
keselamatan
pekerja Keterangan
2. Perilaku 5 4 4 5 4 4 4 3 33
Pembobotan:
kesehatan
1. Sangat rendah
cenderung
2. Rendah
beresiko pada
3. Cukup
pekerja
4. Tinggi
perusahaan
5. Sangat tinggi
rokok di
ruangan sektor
A7 PT.
NOJORONO
kudus jawa
tengah
berhubungan
dengan
Ketidakadekuat
an hygine
perorangan
pada pekerja

3. Resiko cidera 4 5 3 4 4 4 3 4 31
kerja pada
pekerja
perusahaan
rokok di
ruangan sektor
A7 PT.
NOJORONO
kudus jawa
tengah
berhubungan
dengan Posisi
tubuh saat
bekerja yang
salah pada
pekerja

5. Prioritas Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan scoring di atas, maka prioritas diagnosa keperawatan
komunitas pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT.
NOJORONO adalah sebagai berikut:

No
Diagnosa Keperawatan Score
.

Resiko terjadinya peningkatan penyakit akibat partikel


tembakau (PPOK,ISPA) pada pekerja perusahaan rokok di
ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah
1. 34
berhubungan dengan Kurang pengetahuan pekerja dan
kesadaran tentang pentingnya K3 bagi kesehatan dan
keselamatan pekerja.
Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada pekerja
perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO
2. 33
kudus jawa tengah berhubungan dengan Ketidakadekuatan
hygine perorangan pada pekerja.
Resiko cidera kerja pada pekerja perusahaan rokok di
ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah
3. 31
berhubungan dengan Posisi tubuh saat bekerja yang salah
pada pekerja.

Anda mungkin juga menyukai