Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Implikasi dari perkembangan dunia perbankan adalah timbulnya

berbagai jenis dan bentuk lembaga keuangan, salah satunya adalah

perbankan syariah. Sistem perbankan syariah memiliki kesamaan dengan

sistem perbankan konvensional dalam hal mencari keuntungan dan

pelayanan masyarakat dalam bisnis keuangan. Namun keduanya memiliki

perbedaan dalam hal sistem balas jasa yang diberikan kepada para nasabah.

Dengan berpegang pada prinsip-prinsip balas jasanya masing-masing, kedua

sistem perbankan ini bersaing bebas dalam pasar uang dimana jutaan

nasabah diperebutkan dengan berbagai strategi.

Terdapat perbedaan mendasar antara bank konvensional dengan bank

syariah. Pertama, dari segi akad dan aspek legalitas akad yang dilakukan

bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukrawi karena akad yang di

lakukan berdasarkan hukum islam. Jika terjadi perselisihan antara nasabah

dengan bank, maka bank Syariah dapat merujuk kepada UU No.3 tahun 2006

yang memberikan kewenangan kepada Pengadilan Agama untuk menangani

perkara perbankan Syariah yang penyelesaiannya berdasarkan hukum islam.

Kedua, Stuktur organisasi bank Syariah dapat memiliki struktur yang sama

dengan bank konvensional, tapi unsur yang membedakan adalah keharusan

adanya dewan pengawas syariah yang bertugas mengawasi operasional bank

dan produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Ketiga, bisnis dan

usaha yang dibiayai yaitu bisnis dan usaha yang dilakukan tidak lepas dari
2

saringan syariah. Keempat, lingkungan kerja dan corporate culture: dalam hal

etika sifat amanah dan shiddiq melandasi setiap karyawan sehingga tercipta

profesionalisme yang berdasarkan islam (Antonio, 2001).

Kelahiran perbankan syariah di Indonesia didorong oleh keinginan

masyarakat Indonesia (terutama masyarakat islam) yang berpandangan

bunga merupakan hal yang haram. Walaupun demikian, sebenarnya prinsip

bagi hasil dalam lembaga keuangan telah dikenal luas baik negara Islam

maupun non Islam. Jadi bank syariah tidak berkaitan dengan kegiatan ritual

keagamaan (Islam) tapi lebih merupakan konsep pembagian hasil usaha

antara pemilik modal dengan pihak pengelolah modal. Dengan demikian

pengelolaan bank dengan prinsip syariah dapat diakses dan dikelola oleh

seluruh masyarakat yang berminat tidak terbatas pada masyarakat islam.

Dilihat dari aspek ini peluang pengembangan bank syariah di Indonesia cukup

besar, karena Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk muslim

yang paling besar.

Pertumbuhan industri perbankan syariah hingga tahun 2012 semakin

pesat. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan perbankan syariah di seluruh

Indonesia khususnya sejak tahun 1992 hingga tahun 2012, banyaknya bank

konvensional yang membuka layanan unit usaha syariah, dan beberapa bank

umum yang berdiri sebagai Bank Umum Syariah. Perbankan syariah telah

mengalami peningkatan yang sangat pesat, pada tahun 1998 hingga 2007

mengalami peningkatan dari Rp 479 milyar hingga Rp. 36,537 milyar.

Meskipun masih jauh dari perbankan nasional namun tren perbankan syariah

terus menunjukkan pertumbuhan positif. Pada aspek pendanaannya (Dana

Pihak Ketiga) menunjukkan pertumbuhan yang cukup menggembirakan,

karena Industri perbankan syariah masih mampu menjaga pertumbuhan tinggi


3

dari Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah. Dan total aset keseluruhan

Bank Syariah di Sulsel sampai April 2012, mencapai 3,41 triliun atau tumbuh

Rp 64,71 persen dari April 2011. Dan DPK sendiri mencapai Rp1,57 triliun,

atau naik 32,88 persen. Data outlook perbankan syariah 2012 BI

menunjukkan, selama tahun 2011 perbankan syariah Indonesia mengalami

salah satu masa pertumbuhan tertinggi, dimana pada Oktober 2011

pertumbuhan aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah telah

mencapai 48,1% (yoy) yang merupakan pertumbuhan tahunan tertinggi

selama tiga tahun terakhir, dengan pangsa pasar mencapai ± 3,7 % (Bank

Indonesia).

Perkembangan bank syariah dapat juga kita lihat dengan jumlah bank

syariah yang terus bertambah. Data BI cabang Makassar sampai tahun 2012

menunjukkan bahwa terdapat 11 jumlah bank syariah yang sudah beroperasi

di Kota Makassar, yaitu: Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah,

BNI Syariah, Danamon Syariah, BTN Syariah, Bank Sulsel Syariah, Bank

Mega Syariah, Bank Permata Syariah, CIMB Niaga Syariah dan Bank OCBC

NISP Syariah.

Tabel 1. Perkembangan Bank Syariah di Kota Makassar

2010 2011 2012


Bank syariah
I II III IV I II III IV I II III IV

Bank Umum Syariah 4 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6

Unit Usaha Syariah 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Jumlah Bank Syariah 9 10 10 10 10 10 11 11 11 11 11 11

Sumber: Bank Indonesia cabang Makassar


4

Dengan adanya perkembangan bank syariah yang cukup baik maka,

diharapkan berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia pada

umumnya dan Makassar pada khususnya. Salah satu faktor ekonomi yang

sangat mempengaruhi proses pertumbuhan ekonomi adalah pembentukan

modal, dimana sumber pengarahan modal dalam negeri yang dapat

digunakan untuk pembiayaan pembangunan, salah satunya berasal dari

tabungan sukarela masyarakat. Tabungan sukarela masyarakat adalah

bagian dari pendapatan yang diterima oleh masyarakat yang secara sukarela

disisikan dan tidak digunakan untuk konsumsi. Dimana peranan penting yang

dimainkan tabungan dalam pertumbuhan ekonomi telah dibuktikan oleh para

ahli ekonomi sejak terjadinya revolusi industri, yang mana tabungan dianggap

bagian yang tidak terpisahkan dengan berlangsungnya revolusi industri

(Sukirno, 2004).

Penghimpunan dana dari pihak ketiga sangat dibutuhkan dunia usaha

dan investasi, jika orang sudah enggan menabung, maka dunia usaha dan

investasi akan sulit berkembang, karena berkembangnya dunia usaha

membutuhkan dana dari masyarakat (Huda, 2008). Untuk itu pengarahan

tabungan masyarakat merupakan keharusan mutlak untuk diusahakan, karena

pembiayaan investasi dengan dana dari masyarakat sendiri membawa

keuntungan sebagai berikut: 1) mengurangi ketergantungan kita terhadap

dana-dana yang berasal dari luar negeri, 2) sarana untuk menghambat hasrat

konsumsi yang semakin bertambah besar dari masyarakat yang akan

menghambat penyediaan dana-dana (tabungan) untuk pembangunan.

Dengan adanya tabungan memungkinkan terjadinya penanaman

modal, dimana penanaman modal akan memperbesar kapasitas produksi

perekonomian. Proses pembentukan modal ini berjalan melalui tiga tingkatan,


5

yaitu: 1) kenaikan volume tabungan nyata yang langsung tergantung kepada

kemauan dan kemampuan untuk menabung, 2) keberadaan lembaga kredit

dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan tabungan, 3)

penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal

oleh perusahaan (Jhingan, 1988).

Mengingat pentingnya peranan tabungan masyarakat dalam

menopang pembiayaan pembangunan maka ahli-ahli ekonomi telah berupaya

menemukan dan merumuskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi serta

mendorong tingkat tabungan masyarakat. Salah satu faktor yang dianggap

dapat mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat adalah karena adanya

balas jasa yang diterima atau lebih dikenal dengan tingkat bunga pada bank

konvensional ataupun tingkat bagi hasil pada bank syariah. salah satu produk

bank syariah yang menggunakan bagi hasil adalah tabungan mudharabah.

Tabungan mudharabah merupakan salah satu jenis simpanan pada

bank syariah yang mempengaruhi besarnya total Dana Pihak Ketiga di bank

syariah. Hal ini dimungkinkan karena tabungan sebagai salah satu komponen

yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di segala usia dan kalangan.

Selama periode perkembangannya, secara nominal tabungan mudharabah

cenderung mengalami trend yang meningkat.

Salah satu cara melihat baik buruknya kinerja perbankan Syariah

dapat dilihat melalui perkembangan tabungan mudharabah yang merupakan

salah satu bentuk produk Dana Pihak Ketiga pada Bank Syariah. Adapun

perkembangan tabungan mudharabah pada bank syariah di Kota Makassar

tahun 2010.
6

Table 2. Perkembangan Tabungan Mudharabah Pada Bank Syariah Di

Kota Makassar Tahun 2010

Total tabungan Total tabungan


Bulan Bulan
(dalam Rp. Juta) (dalam Rp. Juta)

Januari 255.988 Juli 363.708

Februari 258.572 Agustus 378.229

Maret 257.756 September 386.362

April 262.154 oktober 403.600

Mei 263.088 November 415.387

Juni 366.069 Desember 483.584

Sumber: Bank Indonesia Cab. Makassar

Jadi tabungan pada bank syariah di Kota Makassar tidak mengalami

peningkatan secara terus menerus karena seperti yang kita lihat pada tabel

diatas, jumlah tabungan juga mengalami pasang surut pada awal-awal bulan

2010 dan cenderung membaik yang tercermin dari adanya peningkatan terus

menerus dari bulan Agustus sampai Desember 2010. Hal ini dapat saja

dipengaruhi oleh tingkat return/bagi hasil yang ditetapkan pada bank syariah

maupun tingkat return/suku bunga yang ada pada pank konvensional.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian serta membahas masalah tersebut melalui penulisan

skripsi dengan judul: “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Tabungan Mudharabah Pada Bank Syariah Di Kota Makassar”.


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan

masalahnya adalah: Bagaimana pengaruh dari Tingkat Bagi Hasil (TBH),

dan Tingkat Suku Bunga Bank Konvensional (TSB) terhadap Total

Tabungan Mudharabah (TTM) pada Bank Syariah di Kota Makassar ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan diperoleh dalam penelitian ini

adalah untuk mengukur dan menganalilsis apakah faktor Tingkat Bagi Hasil

(TBH), dan Tingkat Suku Bunga Bank Konvensional (TSB) berpengaruh

signifikan terhadap Total Tabungan Mudharabah (TTM) pada Bank Syariah

di Kota Makassar.

1.4 Kegunaan Penelitian

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Sebagai bahan pertimbangan atau masukan bagi pihak perbankan

khususnya perbankan syariah.

2. Sebagai referensi dan bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya

terutama yang berhubungan dengan masalah perbankan syariah,

sekaligus menjadi sumbangan pemikiran yang dapat memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang

bersangkutan maupun seluruh masyarakat.


8

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini memuat berbagai macam pokok-pokok penelitian, yaitu:

Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

manfaat penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan teori yang menjadi landasan dalam

penelitian ini, seperti landasan teori (pemikiran ahli) yang

mendukung pembahasan masalah dalam penelitian, hasil

penelitian terdahulu, kerangka konseptual penelitian, serta

hipotesis penelitian.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini merupakan bab metode penelitian yang akan peneliti

gunakan dalam menjawab permasalahan ini, yang menguraikan

mengenai metode penelitian, jenis dan sumber data, metode

analisis, batasan variabel dan lain sebagainya yang

berhubungan dengan itu.

Bab VI : Pembahasan dan hasil

Pada bab ini memuat uraian/deskripsi/gambaran objek

penelitian, analisis data dan pembahasan dari hasil analisis.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan atas pembahasan masalah

penelitian serta saran-saran yang bagi pihak-pihak terkait.


9

BAB III

METODE PENELITIAN

Sebelum melaksanakan penelitian, maka perlu disusun metode penelitian

yang tepat untuk digunakan dalam menyusun penelitian dalam studi ini. Oleh

karena itu, perlu disusun metode penelitian yang cermat untuk dapat mendukung

penelitian nantinya. Dikarenakan berbagai keterbatasan dalam studi ini, maka

metode penelitian perlu dibatasi dalam ruang lingkup penelitian dan kerangka

pemikiran tertentu..

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Makassar. Dan data penelitian

diperoleh dari Bank Indonesia cabang Makassar. Penetapan daerah

penelitian ini didasarkan pada pertimbangan untuk memudahkan dalam

pengumpulan data yang diperlukan serta pertimbangan waktu, biaya, dan

tenaga. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder

yang berupa data runtun waktu (time series) dalam kurung waktu antara

bulan Januari 2010 sampai November 2012 (35 bulan) yang terdiri dari Total

Tabungan Mudharabah (TTM), Tingkat Bagi Hasil Mudharabah (TBH), Dan

Tingkat Suku Bunga tabungan pada bank konvensional (TSB) yang berupa

data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sumber Data dalam

penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia cabang Makassar serta sumber

lain yang berhubungan dengan penelitian ini.


10

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan studi

dokumentasi. Studi dokumentasi adalah pengumpulan data yang dilakukan

dengan kategori dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan

dengan masalah penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan

adalah pencatatan langsung berupa data time series dari bulan Januari

2010 sampai November 2012 (sampel 35 bulan).

3.4 Metode Analisis

Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda untuk

menghitung besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu perubahan

kejadian (variabel X) terhadap kejadian lainnya (variabel Y). Dalam

penelitian ini, analisis regresi berganda berperan sebagai teknik statistik

yang digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh faktor-faktor yang

mempengaruhi tabungan mudharabah, pada bank syariah dengan model

dasar sebagai berikut:

TTM = f (TBH, TSB)…………………..……………………………….(1)

Dimana:

TTM = Total Tabungan Mudharabah

TBH = Tingkat Bagi Hasil

TSB = Tingkat Suku Bunga

Dari model tersebut, bila ditulis dalam bentuk persamaan linier:

TTM = β0 + β1 TBH + β2 TSB + µ ………….……………..……………(2)

Untuk mengestimasi koefisien regresi, Feldstein (1988) mengadakan

transformasi ke bentuk linear dengan menggunakan logaritma natural (ln)


11

guna menghitung nilai elastisitas dari masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat ke dalam model sehingga di peroleh persamaan

sebagai berikut:

Ln TTM = Lnβ0 + β1 TBH + β2 TSB + µ …………….…....…………….(3)

Dimana:

Ln TTM = Logaritma natural Total Tabungan Mudharabah

TBH = Tingkat Bagi Hasil

TSB = Tingkat Suku Bunga

β0 = Bilangan Konstanta

β1, β2 = Koefisisen Regresi

µ = Term Of Error

3.5 Uji Statistik

3.5.1 Uji Kofisien Determinasi (R-square)

Merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau ketetapan

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam

suatu persamaan regresi. Dengan kata lain, koefisien determinasi

menunjukkan kemampuan variabel X (X1,X2,…..Xk) yang merupakan variabel

bebas menerangkan atau menjelaskan variabel Y yang merupakan variabel

tidak bebas. Semakin besar nilai koefisien determinasi semakin baik

kemampuan variabel X menerangkan atau menjelaskan variabel Y.

Nilai R2 akan berkisar 0 sampai 1 ( 0<R2<1 ). Apabila nilai R2 = 1

menunjukkan bahwa 100% total variasi diterangkan oleh varian persamaan

regresi, atau variabel bebas mampu menerangkan variabel terikat. Sebesar

100% sebaliknya apabila nilai R2 = 0 menunjukkan bahwa tidak ada total


12

varian yang diterangkan oleh varian bebas dari persamaan regresi baik X 1

maupun X2.

Nilai koefisien determinasi dikatakan baik apabila > 0,5 menunjukkan

variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat dengan baik atau kuat, =

0,5 dikatakan sedang dan < 0,5 relatif kurang baik. Hal ini disebabkan

mungkin salah satu diantaranya adalah spesifikasi model yang salah yaitu

pemilihan variabel yang kurang tepat atau pengukuran yang tidak akurat

(Suharyadi, 2004).

3.5.2 Uji F (F-tes)

Untuk mengetahui kebenaran pengaruh nyata statistik antara semua

variabel X (bebas) secara bersama-sama terhadap variabel Y (tidak bebas)

digunakan uji F (F-tes) yaitu untuk menilai kualitas garis regresi yang

dihasilkan.

Ho diterima jika Fhitung < Ftabel

Artinya bahwa tidak ada pengaruh nyata antara semua variabel X

(bebas) secara bersama-sama terhadap variabel Y (tidak bebas).

Ha diterima jika Fhitung > Ftabel

Artinya bahwa ada pengaruh nyata antara semua variabel X (bebas)

secara bersama-sama terhadap variabel Y (tidak bebas).

3.5.3 Uji T (T-test)

Digunakan untuk menguji apakah suatu variabel bebas berpengaruh

atau tidak terhadap variabel tidak bebas. Pada regresi berganda Y= a + b 1

X1+b2 X2+ … +bk Xk, mungkin secara bersama-sama pengaruh semua

variabel dari X sampai Xk, nyata. Namun demikian belum tentu secara
13

individual atau parsial seluruh variabel dari X sampai Xk berpengaruh nyata

terhadap variabel tidak bebas atau Y, (Suharyadi, 2004).

Hipotesis yang digunakan adalah:

1) H0: bi = 0 (tidak ada hubungan linier antara variabel independen dan

variabel dependen)

2) H1: bi ≠ 0 (ada hubungan linier antara variabel independen dan

variabel dependen).

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.6.1 Uji Multikolinieritas

Dikemukakan pertama kali oleh Ragner Frish dalam bukunya

’’Statistical Confluence Analysis by Means of Complete Regression

Systems’’. Frish menyatakan bahwa multikololinier adalah adanya lebih dari

satu hubungan linier yang sempurna.

Uji Multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam

satu model. Kemiripan antar variabel independen dalam suatu model akan

menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel

independen dengan variabel independen yang lain. Deteksi multikolinieritas

pada suatu model dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu jika Variance Inflation

Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan jika Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka

model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas (Agung, 2007).

3.6.2 Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas untuk menunjukkan nilai varian (Y – Y) antar nilai

Y tidaklah sama atau hetero. Hal demikian sering terjadi pada data yang
14

bersifat cross section, yaitu data yang dihasilkan pada suatu waktu dengan

responden yang banyak.

Heterokedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual

suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi

yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual

suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain sehingga

dapat dikatakan model tersebut homokesdatisitas dan tidak terjadi

heterokedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya homokesdatisitas pada

suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut,

analisisnya dapat dilihat jika:

a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.

b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang

melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola (Agung, 2007).

3.6.3 Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi, variabel dependen, variabel independen ataupun keduanya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Jika tidak normal, maka uji statistik

menjadi tidak valid atau bias terutama untuk sampel kecil. Model regresi yang

baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji

normalitas data ini menggunakan metode analisis grafik dan melihat norma

probability plot.
15

3.6.4 Autokorelasi

Autokorelasi dikenalkan oleh Maurice G. Kendall dan William R.

Buckland. Autokorelasi merupakan korelasi antar anggota observasi yang

disusun menurut aturan waktu. (Suharyadi, 2003).

Autokorelasi umumnya terjadi pada data time series. Hal ini karena

observasi-observasi pada data time series mengikuti urutan alamiah

antarwaktu sehingga observasi-observasi secara berturut-turut mengandung

interkorelasi, khususnya jika rentang waktu diantara observasi yang

berurutan adalah rentang waktu yang pendek, seperti hari, minggi atau bulan

(Gujarati, 2012).

Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui

ada tidaknya korelasi antara variabel penganggu (et) pada periode tertentu

dengan variabel penganggu periode sebelumnya (et-1). Cara mudah

mendeteksi autokerelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson.

Untuk menguji autokorelasi dapat juga menggunakan Langrange

Multiplier Test (LM Test). Dengan membandingkan nilai X2 hitung dan X2 tabel

dengan krikteria sebagai berikut:

 Jika nilai X2 hitung > X2 tabel, maka ada autokorelasi dalam model empiris.

 Jika nilai X2 hitung < X2 , maka tidak ada autokorelasi dalam model
tabel

empiris.
16

3.7 Batasan Variabel

Agar supaya tidak menimbulkan pemahaman yang saling berbeda

terhadap variabel-variabel yang dipergunakan dalam pnelitian ini, maka

penulis memberikan batasan pengertian variabel sebagai berikut :

1. Tabungan mudharabah adalah total tabungan mudharabah pada

bank syariah di Kota Makassar (Rp./bulan).

2. Tingkat Bagi hasil adalah tingkat bagi hasil tabungan mudharabah

pada bank syariah di Kota Makassar (Persen/bulan).

3. Tingkat suku bunga adalah tingkat suku bunga tabungan pada bank

konvensional di Kota Makassar (Persen/bulan).


17

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hasil analisis

yang telah dilakukakan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel Tingkat bagi hasil (TBH) berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap Total Tabungan Mudharabah (TTM) di kota

Makassar pada periode Januari 2010 sampai November 2012,

dengan koefisien regresi sebesar -0,25 dimana artinya jika tingkat

bagi hasil di naikkan sebesar 1% maka akan menyebabkan

penurunan total tabungan mudharabah di Kota Makassar sebesar

0,25%.

2. Variabel Tingkat suku bunga bank konvensional (TSB) berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap Total Tabungan Mudharabah (TTM)

di kota Makassar pada perode Januari 2010 sampai November 2012,

dengan koefisien regresi sebesar -0,43 dimana artinya jika tingkat

suku bunga di naikkan sebesar 1% maka akan menyebabkan

penurunan total tabungan mudharabah di Kota Makassar sebesar

0,43%.
18

5.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, maka dapat dikemukakan

saran dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel-variabel lain

seperti tingkat inflasi, PDRB Perkapita dan lainnya sebagainya. Karena

ternyata masih ada sekitar 14% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar

model (selain Tingkat Bagi Hasil dan Tingkat Suku Bunga). Serta

peneliti selanjutnya juga sebaiknya mengkaji produk-produk tabungan

lainnya yang ada pada bank syariah sehingga wawasan masyarakat

bertambah mengenai produk-produk perbankan syariah lainya.

2. Sampel penelitian masih terbatas sehingga disarankan untuk peneliti

selanjutnya agar meningkatkan sampel penelitiannya atau menambah

periode waktu yang lebih panjang untuk hasil penelitian yang lebih valid.

Dan sebaiknya mengambil periode yang berbeda sehingga hasilnya

nanti dapat dibandingkan.

3. Diharapkan Perbankan syariah memberikan tingkat bagi hasil dan

promosi yang lebih optimal lagi untuk lebih menarik nasabah.

4. Diharapkan para pengambil kebijakan yang berkaitan dengan hal lebih

mempertimbangkan semua kebijakan yang diambil.


19

5.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah mengenai data yang

digunakan hanya berupa data bulanan karena Bank Indonesia cabang

Makassar hanya bisa menyediakan data tiga tahun terakhir sehingga

peneliti memutuskan memakai data perbulan, namun hal ini tentunya sudah

melalui persetujuan dosen pembimbing serta ketua jurusan Ilmu Ekonomi

pada saat seminar proposal.

Anda mungkin juga menyukai