Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

VSD (Ventrikel Septal Defect)

DOSEN PEMBIMBING :

KOMALASARI, S.Kep, Ns, M.Kep

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3 :

AMIRRUDIN

NOVA AGUSTINA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

STIKES HANGTUAH TANJUNGPINANG PROGRAM B

PRODI S1 KEPERAWATAN 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang
ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering
ditemukan. insidens penyakit jantung bawaan sekitar 8 – 10 dari 1000
kelahiran hidup, dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi sebagai
kondisi kritis pada tahun pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan pada
bulan pertama kehidupan berakhir dengan kematian penderita.
Dampak penyakit jantung bawaan mengenai VSD terjadi
pembengkakan di kaki, perut dan daerah di sekitar mata, Sesak napas saat
menyusui, beban yang terlalu berat dari ventrikel menyebabkan hipertrofi
dan pembesaran jantung, dengan meningkatnya resistensi vascular paru,
sering terdapat dispneu dan infeksi paru, pertumbuhan bayi terganggu dan
kesulitan dalam asupan nutrisi.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan
anak dengan ventrikuler septal defect (vsd)
2. Tujuan khusus
a. Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit
ventrikuler septal defect
b. Diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan
pada anak dengan VSD
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep fisiologi kardiovaskuler

Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki empat bilik. Dua bilik yang
terletak di atas disebut Atrium, dan dua yang di bawah disebut Ventrikel. Jantung
juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan yang bertugas
memompa darah ke paru-paru, dan bagian kiri yang bertugas memompa darah ke
seluruh tubuh manusia. Atrium dan ventrikel masing-masing akan dipisahkan oleh
sebuah katup, sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh sebuah
sekat yang dinamakan dengan septum. Katup jantung berfungsi terutama agar
darah yang telah terpompa tidak kembali masuk ke dalam lagi.
Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke atrium disebut
dengan vena, dan pembuluh yang mengangkut darah menjauhi ventrikel dan
menuju ke jaringan disebut dengan arteri. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh
septum atau sekat, yaitu suatu partisi otot kontinue yang mencegah percampuran
darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting karena separuh
jantung kjanan menerima dan memompa darah yang mengandung oksigen rendah
sedangkan sisi jantung sebelah kiri memompa darah yang mengandung oksigen
tinggi
Jantung itu sendiri yang mempunyai fungsi sebagai pompa yang
melakukan tekanan terhadap darah agar timbul gradien dan darah dapat mengalir
ke seluruh tubuh. Pembuluh darah yang mempunyai fungsi sebagai saluran untuk
mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan
mengembalikannya kembali ke jantung sendiri. Perjalanan darah dalam organ
tubuh dimulai melalui jantung dimulai di vena kava superior. Kemudian darah
akan memasuki atrium kanan, mengalir melalui katup trikuspidal menuju ke
ventrikel kanan. Dari sana darah melanjutkan perjalanan melalui katup pulmonal
ke dalam arteri pulmonalis, dan kemudian memasuki paru-paru. Setelah darah
melakukan pertukaran udara di paru-paru, darah kembali menuju jantung melalui
vena pulmonalis dan masuk ke dalam atrium kiri. Darah kemudian mengalir
melalui katup mitral masuk ke ventrikel kiri yang merupakan bilik jantung yang
paling kuat. Dari sana, darah akan dipompa melalui katup aorta dan ke aorta lalu
keluar menuju ke seluruh tubuh

B. Pengertian Ventrikel Septal Defect (VSD)


Ventrikel septum defek yaitu kelainan jantung bawaan berupa lubang pada
septum interventrikuler, lubang tersebut hanya terdapat satu atau lebih yang
terjadi akibat kegagalan fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam
kandungan, sehingga darah bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun
sebaliknya.
Besarnya defek bervariasi dari hanya beberapa mm sampai beberapa cm.
Pada defek besar dengan resistensi vaskular paru meninggi tekanan bilik kanan
akan sama dengan bilik kiri sehingga pirau kiri ke kanan hanya sedikit. Bila
makin besar defek dan makin tinggi tekanan bilik kanan akan terjadi pirau kanan
ke kiri .
Berkurangnya darah yang beredar ke dalam tubuh menyebabkan
pertumbuhan anak terhambat. Aliran darah ke paru jugs bertambah yang
menyebabkan anak Bering menderita infeksi saluran pernapasan. Pada DSV kecil
pertumbuhan anak tidak terganggu; sedangkan pada DSV besar dapat terjadi gagal
jantung dini yang memerlukan pengobatan medic yang intensif atau bahkan
operasi.

C. Klasifikasi VSD
Menurut ukurannya VSD dapat dibagi menjadi:
a) VSD kecil
1. Biasanya asimptomatik
2. Defek kecil 1-5 mm
3. Tidak ada gangguan tumbuh kembang
4. Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising peristaltic yang menjalar
ke seluruh tubuh pericardium dan berakhir pada waktu distolik karena
terjadi penutupan VSD
5. EKG dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas
ventrikel kiri
6. Radiology: ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau sedikit
meningkat
7. Menutup secara spontan pada umur 3 tahun
8. Tidak diperlukan kateterisasi

b) VSD sedang
1. Sering terjadi symptom pada bayi
2. Sesak napas pada waktu aktivitas terutama waktu minum, memerlukan
waktu lebih lama untuk makan dan minum, sering tidak mampu
menghabiskan makanan dan minumannya
3. Defek 5- 10 mm
4. BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
5. Mudah menderita infeksi biasanya memerlukan waktu lama untuk sembuh
tetapi umumnya responsive terhadap pengobatan
6. Takipneu
7. Retraksi bentuk dada normal
8. EKG: terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri maupun kanan, tetapi
kiri lebih meningkat. Radiology: terdapat pembesaran jantung derajat
sedang, conus pulmonalis menonjol, peningkatan vaskularisasi paru dan
pemebsaran pembuluh darah di hilus.
c) VSD besar
1. Sering timbul gejala pada masa neonatus
2. Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam
minggu pertama setelah lahir
3. Pada minggu ke2 atau 3 simptom mulai timbul akan tetapi gagal jantung
biasanya baru timbul setelah minggu ke 6 dan sering didahului infeksi
saluran nafas bagian bawah
4. Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis
karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan
5. Gangguan tumbuh kembang
6. EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
7. Radiology: pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang
tampak menonjol pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan
vaskularisasi paru perifer.

D. ETIOLOGI
Sebelum bayi lahir, ventrikel kanan dan kiri belum terpisah, seiring
perkembangan fetus, sebuah dinding/sekat pemisah antara kedua ventrikel
tersebut normalnya terbentuk Akan tetapi, jika sekat itu tidak terbentuk
sempurna maka timbullah suatu keadaan penyakit jantung bawaan yang
disebut defek septum ventrikel. Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan
belum dapat diketahui secara pasti (idopatik), tetapi ada beberapa faktor yang
diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit
jantung bawaan (PJB) yaitu
1. Faktor prenatal (faktor eksogen):
a. Ibu menderita penvakit infeksi Rubela
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita penvakit DM vang memerlukan insulin
e. Ibu meminum obat-obatan penenang
2. Faktor genetik (faktor endogen)
a. Anak vang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Avah/ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya sindrom down
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
e. Kembar identic
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 30% dari
seluruh kelainan jantung (Kapita Selekta Kedokteran). Dinding pemisah
antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya
congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan VSD ini sering
bersama-sama dengan kelainan lain misalnya trunkus arteriosus, Tetralogi
Fallot. Kelainan ini lebih banyak dijumpai pada usia anak-anak, namun pada
orang dewasa vang iarang teriadi merupakan komplikasi serius dari berbagai
serangan jantung

E. PATOFISIOLOGI

Defek septum ventricular ditandai dengan adanya hubungan septal


yang memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari
kiri ke kanan. Diameter defek ini bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Perubahan
fisiologi yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah
kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.
b. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya
dipenuhi darah dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vascular
pulmoner.
c. Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat,
menyebabkan piarau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari
ventrikel kanan ke kiri, menyebabkan sianosis.
Keseriusan gangguan ini tergantung pada ukuran dan derajat hipertensi
pulmoner. Jika anak asimptomatik, tidak diperlukan pengobatan; tetapi jika
timbul gagal jantung kronik atau anak beresiko mengalami perubahan vascular
paru atau menunjukkan adanya pirau yang hebat diindikasikan untuk
penutupan defek tersebut. Resiko bedah kira-kira 3% dan usia ideal untuk
pembedahan adalah 3 sampai 5 tahun

F. Tanda gejala

Pada VSD kecil: biasanya tidak ada gejala-gajala. Pada VSD sedang:
biasanya juga tidak begitu ada gejala-gejala, hanya kadang-kadang penderita
mengeluh lekas lelah., sering mendapat infeksi pada paru sehingga sering
menderita batuk

Pada VSD besar: sering menyebabkan gagal jantung pada umur antara 1-
3 bulan, penderita menderita infeksi paru dan radang paru. Kenaikan berat
badan lambat. Kadang-kadang anak kelihatan sedikit sianosis

Gejala-gejala pada anak yang menderitanya, yaitu; nafas cepat,


berkeringat banyak dan tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan
pertumbuhan anak akan terganggu dan sering menderita batuk disertai demam

G. Pemeriksaan fisik
1. Pada VSD kecil
a. Palpasi:
Impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba getaran
bising pada SIC III dan IV kiri.
b. Auskultasi
Bunyi jantung biasanya normal dan untuk defek sedang bunyi jantun I
agak keras. Intensitas bising derajat III s/d VI
2. Pada VSD besar
a. Inspeksi
Pertumbuhan badan jelas terhambat,pucat dan banyak keringat bercucuran.
Ujung-ujung jadi hiperemik. Gejala yang menonjol ialah nafas pendek dan
retraksi pada jugulum, sela intercostal dan regio epigastrium
b. Palpasi:
Impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada dinding
dada
c. Auskultasi:
Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan sering diikuti
'click' sebagai akibat terbukanya katup pulmonal dengan kekuatan pada
pangkal arteria pulmonalis yang melebar. Bunyi jantung kedua mengeras
terutama pada sela iga II kiri

H. Pemeriksaan penunjang dan diagnostik


1. Kateterisasi jantung menunjukkan adanya hubungan abnormal antar
ventrikel
2. EKG dan foto toraks menunjukkan hipertropi ventrikel kiri
3. Hitung darah lengkap adalah uji prabedah rutin
4. Uji masa protrombin (PT) dan masa trombboplastin parsial (TP) yang
dilakukan sebelum pembedahan dapat mengungkapkan kecenderungan
perdarahan

I. Komplikasi
1. Gagal jantung kronik
2. Endokarditis infektif
3. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonar
4. Penyakit vaskular paru progresif
5. Kerusakan sistem konduksi ventrikel

J. Penatalaksanaan
Pada VSD kecil: di tunggu saja, kandang - kadang dapat menutup secara
spontan, di perlukan operasi untuk mencegah endokarditis infektif
Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat
ditunggu sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat
mengecil. Bila terjadi gagal jantung diobati dengan digitalis. Bila
pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan pada umur 4-6 tahun atau
sampai berat badannya 12 kg
Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen:
biasanya pada keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam
pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada anemia diberi transfusi
eritrosit selanjutnya diteruskan terapi besi. Operasi dapat ditunda sambil
menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan setelah
berumur 6 bulan.
Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen: operasi paliatif
atau operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis
mengalami arteriosklerosis Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi
beban yang berat sekali dan akhirnya mengalami dekompensasi. Bila defek
tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan ke
ventrikel kiri melalui defek.

K. Prognosis
Kemungkinan penutupan defek septum secara spontan cukup besar,
terutama pada tahun pertama kehidupan. Kemungkinan penutupan spontan
sangat berkurang pada pasien berusia lebih dari 2 tahun dan umumnya tidak
ada kemungkinan lagi di atas usia 6 tahun Secara keseluruhan, penutupan
secara spontan berkisar 40-50%
Beberapa pasien akan berkembang menjadi penyakit vaskuler obstruktif
berupa hipertensi pulmonar akut, Eisenmenger syndrome pada saat terapi
referal diberikan serta terjadinya peningkatan sianosis secara progresif.
Penggunaan opsi bedah saat ini memilki mortalitas kurang dari 2% pada
pasien isolasi. Mungkin Juga akan ditemukan pasien yang memerlukan
transplan paru atau jantung dan paru

L. Tumbuh kembang anak dengan VSD


Anak yang menderita Penyakit Jantung Bawaan (PJB) biasanya
mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dan kurang optimal bila
dibandingkan dengan anak normal pada umumnya. Hal ini disebabkan karena
anak penderita PJB mengalami malnutrisi alias kekurangan kalori.
Meskipun Si Kecil cukup Air Susu Ibu (ASI) atau formula, anak dengan
PJB mungkin masih mengalami kenaikan berat badan yang sangat lama,
karena kalori yang mereka butuhkan juga bertambah. Karena alasan inilah
anak dengan PJB harus diberikan asupan kalori yang lebih untuk “mengejar”
kekurangan berat badan serta pertumbuhan yang lebih lambat.
Kondisi medis khusus seperti PJB pada anak memang mempersulit
pemenuhan nutrisi yang diperlukan, sehingga apabila tidak ditangani dengan
tepat, dapat berujung pada gangguan pertumbuhan anak.
PJB merupakan penyakit/kelainan yang diderita anak dengan kelainan
pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang terjadi akibat adanya
gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal
perkembangan janin. Kebanyakan PJB menghambat aliran darah pada jantung
dan pembuluh darah sekitarnya atau dapat menyebabkan aliran darah yang
abnormal dari/ke jantung.
PJB yang tidak ditangani dengan baik bisa memicu pertumbuhan buruk
dan kurang nutrisi (wasting/stunting), gangguan perilaku anak, gangguan
saraf, infeksi saluran pernapasan yang berulang, hingga menyebabkan
kematian. Secara garis besar, malnutrisi pada anak dapat disebabkan oleh tiga
hal; masukan kalori yang tidak adekuat, penyerapan dan pemanfaatan yang
tidak efisien, dan/atau peningkatan kebutuhan energi/ kalori.
Masalah gizi ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
pada anak-anak dengan PJB. Jantung mereka harus memompa lebih cepat
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Metabolisme tubuh juga lebih cepat dalam
kondisi ini. Untuk alasan inilah anak dengan PJB membutuhkan kalori ekstra
untuk mempertahankan berat badan dan tumbuh.
Anak dengan PJB kemungkinan menjadi cepat lelah karena tubuh bekerja
lebih keras di bawah kondisi kelainan jantung sehingga anak mungkin tidak
memiliki energi yang cukup untuk makan dengan benar. Bayi mungkin cepat
lelah saat menyusu atau bahkan memilih tidur dan melewatkan jadwal
menyusu. Sedangkan pada anak dengan PDB yang lebih besar cenderung
menjadi pemilih makanan, mengeluh kenyang setelah beberapa gigitan, atau
meminta istirahat/menolak makan.
Meskipun anak dengan membutuhkan lebih banyak kalori hanya untuk
mempertahankan berat badan, ia mungkin terlalu lelah untuk makan dalam
jumlah cukup. Ini ditambah dengan usus anak penderita PJB tidak dapat
menyerap nutrisi dengan baik (malabsorpsi) karena saluran cerna tidak
mendapatkan cukup oksigen.
Karena alasan inilah, anak dengan PJB membutuhkan penatalaksanaan
nutrisi yang berbeda dengan anak yang lainnya. Dengan kata lain, anak
dengan PJB memerlukan asupan nutrisi yang agresif dan makanan tinggi
kalori.
Pemberian nutrisi yang tepat dan pemantauan rutin menggunakan grafik
pertumbuhan yang sesuai dapat membantu anak dengan PJB untuk terhindar
dari kondisi serius lainnya yaitu malnutrisi dan stunting yang dapat
memperburuk kesehatannya. Kunci utamanya adalah deteksi dini yang dapat
menentukan penanganan yang sesuai.

1. Kebutuhan Nutrisi Anak dengan PJB


Dokter, perawat, dan ahli gizi dapat membantu mengembangkan rencana
untuk memastikan bahwa anak dengan PJB mendapatkan nutrisi yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. Cara yang bisa dilakukan antara lain:
a. Berikan ASI dan susu berkalori tinggi
Suplemen nutrisi khusus bisa ditambahkan ke dalam susu formula
atau ASI yang dipompa untuk meningkatkan jumlah kalori. Anak mungkin
minum lebih sedikit tetapi masih mendapatkan kalori yang cukup untuk
tumbuh. Minuman berkalori tinggi juga bisa diberikan untuk
meningkatkan gizi pada anak yang lebih besar.
b. Berikan makanan dan camilan tinggi kalori
Bunda dapat menawarkan makanan bergizi dan makanan ringan
untuk anak dengan PJB. Baca tabel informasi nilai gizi terutama
kandungan kalorinya dengan cermat. Makanan sehat seperti sayuran
mungkin tidak memiliki banyak kalori, tetapi bisa disiasati dengan
menambahkan beberapa keju atau saus yang dicairkan untuk
meningkatkan kalorinya.
c. Hindari memberikan makanan dengan kalori kosong
Jangan berikan makanan anak PJB yang memiliki kalori kosong,
misalnya makanan dengan banyak gula dan sedikit nutrisi, seperti
minuman ringan bergula, junk food, dan makanan cepat saji. Lebih baik
berikan anak makanan bergizi seimbang dan tinggi kalori. Minta saran
dokter, perawat, atau ahli gizi jika Bunda membutuhkan petunjuk soal
makanan untuk anak PJB.
d. Bantuan tabung nasogastric
Beberapa bayi dengan PJB kemungkinan tidak mengonsumsi kalori
dalam jumlah yang cukup hanya dengan menyusu ASI atau minum susu
formula. Anak-anak ini mungkin memerlukan makan tambahan
menggunakan tabung nasogastrik (NG). Tabung NG ini ditempatkan di
hidung bayi dan melewati perut. ASI/susu formua diberikan melalui
tabung sehingga anak tak membutuhkan kerja keras untuk minum susu
guna menambah berat badan.

Untuk mendapatkan tambahan nutrisi yang dibutuhkan, berikut beberapa


contoh makanan yang dapat diberikan pada Si Kecil dengan PJB:
a. Tambahan kalori
Bunda bisa menambahkan mentega ke nasi, roti, kentang, dan
sayuran yang dimasak; Tambahkan mayones ke sandwich atau salad;
Oleskan selai, jeli, atau madu di roti panggang; Tambahkan buah kering ke
sereal dan muffin
b. Tambahan protein
Oleskan selai kacang di biskuit, roti, dan buah seperti apel dan
pisang; Campurkan susu ke sup, puding dan sereal; Tambahkan keju ke
sandwich, saos, dan sayuran, serta tambahkan telur ke berbagai hidangan.

Sedangkan untuk menjaga kadar lemak jenuh sekaligus menjaga jumlah


kalori Si Kecil agar tetap optimal, berikan yogurt, pudding dan susu/keju
rendah lemak. Dengan catatan, makanan/minuman rendah lemak ini hanya
direkomendasikan untuk Si Kecil yang sudah berumur lebih dari 2 tahun.
Upaya gigih dan penuh kasih sayang untuk memberi makan Si Kecil
dengan PJB akan terbayar. Memberi makan Si Kecil dengan kelainan jantung
harus menjadi pengalaman positif, bukan medan pertempuran. Biarkan Si
Kecil memutuskan kapan dia puas.
Jika Si Kecil tidak tumbuh secara normal karena penyakit jantung,
operasi jantung dapat menghasilkan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat,
yaitu dengan cara ‘mengejar’ tinggi dan berat badannya sesuai grafik
pertumbuhan. Anak-anak dengan PJB bukan tidak mungkin mencapai
pertumbuhan yang memuaskan pada saat mereka mencapai usia remaja.
Jika Bunda memiliki masalah atau pertanyaan terkait pertumbuhan Si
Kecil dengan PJB, jangan sungkan untuk membicarakan dengan dokter anak,
ahli jantung, perawat atau ahli gizi.

M. Tip-tip perawatan anak dengan kelainanan jantung bawaan

Membesarkan anak adalah pekerjaan terberat di dunia. Mempunyai anak


dengan Congenital Heart Defect (CHD) alias kelainan jantung kongenital
dapat membuat hidup lebih menantang. Sebagai orangtua, Anda ingin yang
terbaik untuk anak Anda, supaya mereka berkembang menjadi individu yang
mampu untuk berpartisipasi dengan masyarakat sepenuhnya, dan juga sehat
dan ceria.

Berikut ini 8 tips untuk membantu anak Anda tetap sehat dan baik:

1. Gigi
Memiliki gigi sehat dan kuat mendorong kita untuk tersenyum. Saat
kita tersenyum dan tertawa, kita merasa baik akan diri kita. Kita semua
terlihat lebih baik dengan gigi sehat. Menjaga gigi dan mulut tetap sehat
itu bukan sekadar masalah penampilan. Bila gigi dan gusi tidak dijaga,
saluran darah dapat terinfeksi. Di masyarakat umum, orang-orang dengan
CHD lebih berisiko terkena infeksi yang mempengaruhi bagian dalam
jantung dan merusak katup tersebut, menyebabkan gagal jantung. Ini
disebut endocarditis. Walaupun langka, ini kondisi yang sangat serius, dan
bisa mengancam jiwa. Cara terbaik untuk menghidari endocarditis adalah
menjaga gigi dan gusi. Mulut dan gigi juga bertugas untuk menjaga dari
penyakit. Endocarditis dan infeksi lainnya juga dapat terjadi setelah luka
pada kulit, seperti memiliki tato dan tindikan, jadi disarankan untuk
menghindarinya.
Menggosok gigi dengan pasta gigi fluoride dua kali sehari, seperti
yang disarankan dokter gigi, dan melakukannya sekali sebelum tidur,
adalah yang terbaik.
Anak-anak harus diajari untuk meludahkan pasta giginya, bukan
menelannya dengan air.
Makanan dan minuman manis memang populer di kalangan anak-
anak, dan mungkin sulit untuk menghindarinya. Alternatifnya adalah
membatasinya hanya untuk dikonsumsi di waktu makan. Bila minuman
manis diminum dengan botol secara perlahan dalam waktu panjang, gigi
dan mulut akan dilapisi minuman bergula dan dapat menambah kerusakan.
Ini membuat bakteri pada gigi menghasilkan asam yang merusak gigi.
Kerusakan pada gigi susu dapat mempengaruhi gigi dewasa sehingga
sangat penting untuk menjaga gigi anak-anak saat mereka beranjak
dewasa.
2. Tetap bahagia dan berteman
Kebahagiaan itu hal subjektif dan personal. Banyak hal yang berbeda
yang dapat membuat kita kurang bahagia, misalnya tidak mampu berjalan
jarak jauh, tidak mempunyai teman, menganggur, kesakitan, merasa
berbeda, dan terisolasi.
Sebaliknya, bisa hidup dengan aktif, merasa percaya diri, memiliki
teman dan keluarga di sekitar, merasa positif tentang prospek kerja, dan
masa depan yang baik dapat membantu membuat individu tersebut
bahagia. Riset menunjukan bahwa beberapa anak dengan CHD dapat
merasa kesepian, bahwa mereka berbeda dari kerabatnya dan merasa
sangat terisolasi. Kondisi ini lebih buruk lagi pada anak-anak yang sering
mengunjungi rumah sakit dan terpaksa sering izin dari sekolah.
Administrasi rumah sakit juga bisa membuat stress dan menakutkan
untuk anak-anak dan berdampak pada bagaimana mereka berkembang.
Jika hal ini terjadi, mungkin waktunya untuk Anda berbicara dengan ahli
jantung atau dokter tentang dukungan psikologis bagi anak Anda.
Memiliki kondisi penyakit seumur hidup dapat membuat kita merasa
terbebani, karena orang lain tidak selalu mengerti bagaimana rasanya. Ada
beberapa organisasi yang bisa membantu remaja untuk memperbaiki
keadaan psikologis mereka, serta berbagi pengalaman dengan orang-orang
muda lain yang juga memiliki kondisi seumur hidupnya.
3. Tetap aktif
Olahraga tidak hanya bisa jadi menyenangkan tapi juga bisa
menambah tingkat kebugaran, motor skills, membangun hubungan
pertemanan, dan meningkatkan kualitas hidup. Dari olahraga teratur
seperti berjalan, menari, mengajak anjing berjalan-jalan, bermain
permainan olahraga, atau menerbangkan layangan dengan teman. Para ahli
kesehatan mengingatkan bahwa gaya hidup yang tak banyak bergerak
dapat berujung masalah kesehatan serius seperti obesitas, malfungsi
jantung, masalah sendi, serta otot dan tulang ‘lemah’. Penting untuk orang
dengan CHD untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik karena ini dapat
membantu menjaga kebugaran mereka dan juga meningkatkan kualitas
hidup. Buku pedoman menyarankan anak-anak untuk berolahraga selama
60 menit sehari, ini bisa dipisah menjadi 4-5 aktivitas berdurasi 10-15
menit dalam sehari. Anak-anak dengan CHD lebih berkemungkinan untuk
merasa lelah dan harus didukung bila mereka ingin istirahat atau
melakukannya lebih pelan.
Namun, beberapa aktivitas mungkin tak bisa dilakukan oleh anak-
anak yang kecacatan jantungnya belum diobati atau saat baru saja
dioperasi. Penting untuk mendiskusikan perihal batasan anak Anda dengan
ahli jantung anak.
Jangan lupa untuk memberi tahu sekolah anak Anda, karena anak
mungkin perlu istirahat rutin dalam melakukan aktivitas fisik, atau jika ada
batasan dalam berpartisipasi dalam olahraga.
4. Pertumbuhan
Banyak hal yang penting dalam mengasuh anak-anak dan membantu
mereka tumbuh, berkembang, dan belajar. Diet sehat dan tidur malam
yang baik itu penting. Sama dengan pola makan yang buruk, kurang tidur
dapat memiliki efek yang merugikan pada pertumbuhan anak-anak dan
kemampuan mereka untuk belajar.
5. Diet dan makanan
Sudah ada banyak artikel di media yang memberi nasihat tentang
bagaimana memiliki pola makan yang sehat. Anak-anak dengan CHD
mungkin perlu kalori ekstra saat mereka masih bayi untuk membantu
mereka berkembang, tapi setelah itu diet seimbang tetap lebih baik.
Makanan dengan kandungan garam, gula dan lemak yang tinggi,
seperti makanan yang siap diproses dan makanan ringan. Jika dikonsumsi
dalam jangka waktu yang lama, dapat merusak tubuh kita. Hal ini dapat
mempengaruhi jantung dan ginjal dan dapat menyebabkan diabetes dan
tekanan darah yang meningkat, yang akan meningkatkan risiko stroke dan
kerusakan organ utama pada tubuh.
Anak-anak harus makan berbagai makanan sepanjang hari sehingga
mereka memiliki dua atau tiga pilihan dari setiap kelompok makanan.
Pastikan agar anak mengonsumsi lima porsi buah dan sayuran dalam
sehari. Makanan manis, makanan ringan, dan minuman manis harus
dibatasi saat jam makan saja atau jika ada acara-acara khusus.
Makanan yang harus ada:
• Sereal – roti, kentang, nasi, pasta.
• Buah dan sayuran – termasuk jus buah, buah kering, dan buah segar.
• Susu – keju, yogurt dan susu.
• Daging, ikan dan protein lainnya seperti kacang-kacangan.
6. Tidur
Jumlah waktu tidur anak-anak bergantung pada usia mereka. Tidur
itu penting bagi kesehatan dan kurang tidur membuat konsentrasi sehari-
hari menjadi lebih sulit, mempengaruhi suasana hati, dan menyebabkan
keinginan untuk memakan junk food.
Tidur yang buruk biasanya disebabkan penggunaan TV dan
komputer di kamar tidur, terutama yang digunakan saat malam.
7. Memahami kondisi jantung mereka
Sebagai orangtu,a Anda harus mengajari dan membimbing anak
Anda saat mereka tumbuh. Pada tahapan yang berbeda dalam hidup
mereka, mereka akan mulai memahami lebih dalam tentang kondisi
jantung mereka. Informasi kecil dapat diberikan kepada mereka ketika
mereka masih muda, dan informasi yang lebih kompleks diperkenalkan
selagi mereka bertambah dewasa.
Mempunyai buku harian sejak mereka masih kecil dapat membantu
mereka menjadi fokus ketika berbicara untuk memahami kondisi mereka,
belajar untuk mengambil tanggung jawab kesehatan mereka sendiri, dan
beradaptasi dengan perubahan saat mereka beranjak dewasa.
8. Perubahan saat dewasa
Anak-anak yang sudah tumbuh dewasa akan diharapkan untuk
memikul tanggung jawab untuk kebutuhan kesehatan mereka sendiri.
Memahami kondisi mereka adalah salah satu langkah agar mereka mampu
melakukan ini. Perubahan lainnya adalah perawatan mereka nantinya akan
berada di bawah seorang ahli jantung yang khusus untuk pasien dewasa
saja.
Pindah ke layanan dewasa biasanya dimulai saat mereka berusia
antara 12 dan 14 tahun. Proses ini biasanya disebut transisi.
Orangtua dan anak-anak biasanya akan menemui ahli jantung untuk
orang dewasa yang spesialisasinya adalah penyakit jantung bawaan,
namun juga tetap berkonsultasi pada ahli jantung anak-anak yang sudah
biasa digunakan. Perawatan gabungan ini berlangsung hingga umur anak
16-18 tahun, ketika mereka sudah benar-benar beranjak dewasa.
BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian pasien dengan defek septum ventrikel


1. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis,
aktifitas terbatas )
2. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung : nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan (mur-mur), edema tungkai,
hepatomegali
3. Kaji adanya tanda-tanda hipoxia: clubbing finger
4. Kaji pola makan, pertambahan berat badan
B. Diagnosis keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d malformasi jantung
2. Gangguan pertukaran gas b.d konggesti pulmonal
3. Tidak toleransi terhadap aktifitas b.d ketidak seimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya
suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada
saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan
7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak kekhawatiran
terhadap penyakit anak
A. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
1 Penurunan curah jantung Tujuan : meningkatkan curah jantung 1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung,
yang berhubungan dengan Kriteria Hasil : nadi perifer, warna dan kehangatan kulit.
malformasi jantung.  anak akan menunjukkan tanda- 2. Tegakkan derajad sinosis ( sirkumoral, membran
tanda membaiknya curah jantung mukosa, clubbing)
3. Monitor tanda-tanda CHF ( gelisah, takikardi,
tacipnea, sesak, lelah saat minum susu, periorbotal
edema, oliguri dan hepatomegali )
4. Berkolaborasi dalam pemberian digoxin sesuai order
dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya
toxisitas.
5. Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload
6. Berikan diuretik sesuai indikasi
2 Gangguan pertukaran gas Tujuan : meningkatkan resisitensi 1. Monitor kualitas dan irama pernafasan
berhubungan dengan pembuluh paru 2. Atur posisi anak dengan posisi fowler
kongesti pulmonal. Kriteria Hasil : 3. Hindari anak dari orang yang terinfeksi
 anak akan menunjukkan tanda- 4. Berikan istirahat yang cukup
tanda tidak adanya peningkatan 5. Berikan nutrisi yang optimal
resistensi pembuluh paru 6. Berikan oksigen jika ada indikasi

3 Perubahan nutrisi kurang Tujuan : mempertahankan intake 1. Timbang berat badan setiap hari dengan
dari kebutuhan tubuh makanan dan minuman untuk timbangan yang sama dan waktu yang sama
berhubungan dengan mempertahankan berat badan 2. Catat intake dan output secara benar
kelelahan pada saat makan dan menopang pertumbuhan 3. Berikan makanan dengan porsi kesil tapi
dan meningkatnya Kriteria Hasil : sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan
kebutuhan kalori  anak akan mempertahankan 4. Hindari kegiatan perawatan yang tidak perlu
intake makanan dan minuman 5. Pertahankan nutrisi dengan mencegah
untuk mempertahankan berat kekurangan kalium, natrium dan memberikan zat
badan dan menopang gizi
pertumbuhan 6. Sediakan diet yang seimbang, tinggi zat
nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat
7. Anak-anak yang mendapatkan diuretik
biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak
dibatasi.
Daftar pustaka

Djer, M Mulyadi. 2014. Penanganan Penyakit Jantung Bawaan Tanpa Operasi


(Kardiologi Interveni) Petunjuk Praktis Menangani Pasien Dan Mengeduksi
Keluarga. Jakarta: Sagung Ceto.

Kasron. 2012. Kelainan Dan Penyakit Jantung Pencegahan Serta


Pengobatannya. Yogjakarta : Nuha Medika.
Padila.2013.Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogjakarta: Nuha Medika.

Rilantono,Lily l. 2013. Penyakit Jantung Kardiovaskuler (PKV). Jakarta : FKUI.

http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-kelainan-jantung-
bawaan-pada-anak

https://www.heart.org/en/health-topics/congenital-heart-defects/care-and-
treatment-for-congenital-heart-defects/feeding-tips-for-your-baby-with-chd

https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=growth-and-development-
in-children-with-congenital-heart-disease-90-P01792

https://nutricia.co.id/pemberitaan-artikel/detail-news/read/pentingnya-deteksi-
dini-dan-penanganan-nutrisi-pada-penyakit-jantung-bawaan/

http://www.pted.org/?id=nutritionchild2
Diskusi kelas

Pertanyaan :

1. Kelompok 10 ( maya)
Bagaimana intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada anak dengan vsd
agar kebutuhan nutrisis terpenuhi dengan baik
2. Kelompok 7 (utari)
Tolong jelaskan mekanisme aliran darah pada vsd

Jawaban :

1. Pemenuhan kenutuhan nutrisi pada anak vsd adalah sebagai berikut :


a. Gunakan sendok untuk memberi susu agar anak tidak mudah tersedak
dan tidak kelelahan saat menyususi

b. Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan
waktu yang sama
c. Catat intake dan output secara benar
d. Berikan makanan dengan porsi kesil tapi sering untuk menghindari
kelelahan pada saat makan
e. Hindari kegiatan perawatan yang tidak perlu
f. Pertahankan nutrisi dengan mencegah kekurangan kalium, natrium dan
memberikan zat gizi
g. Sediakan diet yang seimbang, tinggi zat nutrisi untuk mencapai
pertumbuhan yang adekuat

h. Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh


karena itu cairan tidak dibatasi.
2. Darah dari seluruh tubuh masuk ke atrium kanan melalui vena kava
anterior dan posterior lalu masuk ke ventrikel kanan, lalu darah yang kaya
CO2 dipompa keparu-paru melalui arteri pulmonalis untuk proses
pertukaran gas dari CO2 ke O2, darah yang sudah diproses diparu-paru
yang kaya O2 dibawa ke jantung atrium kiri melalui vena pulmonalis dari
atrium kiri darah masuk ke ventrikel kanan dan didorong ke seluruh tubuh,
Namun pada kasusu anak dengan VSD darah yang berada diventrikel
kanan yang kaya CO2 bisa masuk ke Ventrikel kiri yang kaya O2 begitu
juga sebaliknya, kondisi ini menyebabkan darah yang masuk ke paru-paru
yang seharusnya kaya CO2 menjadi kaya O2 dan sebaliknya darah yang
seharusnya dipompa keseluruh tubuh dari ventrikel kiri yang seharusnya
kaya dengan O2 bercampur dengan darah dari ventrikel kanan yang kaya
CO2, menyebabkan penderita VSD menderita sianosis

Anda mungkin juga menyukai