Anda di halaman 1dari 5

A.

Altruism dan Perilaku Prososial

1. Pengertian Altruism

Altruisme secara etimologi berasal dari bahasa Perancis yaitu alteri yang artinya

orang lain turunan dari kata latin Alter. Istilah Altruisme diciptakan oleh Auguste

Comte seorang ahli filsafat positivisme. Dalam karyanya, Catechisme Positiviste,

Comte mengatakan bahwa setiap individu memiliki kehendak moral untuk melayani

kepentingan orang lain atau melakukan kebaikan kemanusiaan tertinggi ("greater

good" of humanity). Kehendak hidup untuk sesama merupakan bentuk pasti moralitas

manusia, yang memberi arah suci dalam rupa naluri melayani, yang menjadi sumber

kebahagiaan dan karya. Sebagai sebuah doktrin etis, altruisme berarti melayani orang

lain dengan menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri.

Dengan demikian, terdapat tiga komponen dalam altruisme, yaitu: 1. Loving others as

oneself. 2. Behaviour that promotes the survival chances of others at a cost to ones

own. 3. Self-sacrifice for the benefit of others (Arifin, 2015). Dengan demikian

altruisme sendiri merupakan tindakan sukarela untuk menolong orang lain tanpa

pamrih, atau sekedar ingin beramal baik. 

Menurut Baston ( Carr, 2004 dalam Arifin, 2015). Altruisme adalah respon yang

menimbulkan positive feeling, seperti empati. Seorang yang altruis memiliki motivasi yang altruistik,

keinginan untuk menolong orang lain . Motivasi altruistik muncul karena terdapat alasan internal yang

menimbulkan positive feeling sehingga dapat memunculkan tindakan untuk membantu orang lain.

Alasan internal tersebut tidak akan memunculkan egoistic motivation (egocentrism). Menurut Myers

(2012), altruisme didefinisikan sebagai hasrat untuk menolong orang laintanpa mementingkan

kepentingan diri sendiri. Sementara Baron & Byrne (2015), altruisme yang sejati adalah kepedulian

yang tidak mementingkan diri sendiri melainkanuntuk kebaikkan orang lain.


Altruisme merupakan suatu sifat suka mempertahankan juga mengutamakan kepentingan

orang lain, cinta kasih yang tiak terbatas pada sesama manusia, juga merupakan sifat manusia yang

berupa dorongan untuk berbuat jasa dan kebaikan terhadap orang lain. Altruisme merupakan lawan

dari egoism dan membela sikap melayani tanpa pamrih kepada orang lain, kesediaan berkorban demi

kepentingan orang lain atau masyarakat serta usaha mengekang keinginan diri demi cinta orang lain.

Lebih jauh lagi Macaulany dan Bekowiz mengatakan bahwa perilaku altruism adalah perilaku

yang menguntungkan bagi orang lain. Jadi seseorang yang melakukan tindakan altruism bukan saja

menguntungkan bagi si penolong, melainkan juga menguntungkan bagi orang-orang yang ditolong,

sebab mereka yang melakukan tindakan altruism akan menolong orang lain tanpa mengharapkan

balasan apapun.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa defiisi dari altruisme adalah tindakan

menolong orang lain tanpa memgharapkan imbalan apapun dari orang yang ditolongnya.

2. Pengertian Perilaku Prososial

Dalam kehidupan bermasyarakat manusia harus senantiasa hadir dalam aktifitas

dan interaksi dalam masyarakat dimana dia hidup, karena manusia adalah manusia

adalah makhluk sosial. Konsekwensinya manusia dalam bermasyarakat membutuhkan

perilaku saling menghormati, mengasihi dan menghargai orang lain termasuk di

dalamnya perilaku tolong menolong. Perilaku prososial merupakan perilaku sosial yang

menguntungkan orang lain, tercakup didalamnya kebersamaan, dan kerjasama

koopratif. Secara umum istilah ini diaplikasikan pada tindakan yang tidak menyediakan

keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan bahkan

mengandung derajat resiko tertentu (Baron & Byrne, 2005).

Secara umum istilah ini diaplikasikan dalam tindakan yang tidak menyediakan

keuntungan langsung kepada orang yang melakukan tindakan tersebut, bahkan


mengandung kemungkinan tingkat resiko tertentu (Arifin, 2015). Perilaku prososial

adalah aspek yang umum dan penting dari kehidupan sosial setiap hari. Perilaku ini

dapat dilihat sebagai tindakan yang dimaksudkan untuk membantu orang lain untuk

mendapatkan dukungan atau untuk mempromosikan dan mempertahankan manfaat

nyata bagi mereka. Dengan kata lain, perilaku pro-sosial berasal dari beberapa motif

yang beragam dan membantu mencapai beberapa tujuan (Abdullahi & Kumar 2016).

 Dayakisni & Yuniardi, mendefinisikan perilaku prososial merupakan kesediaan

orang-orang untuk membantu atau menolong orang lain yang ada dalam kondisi

distress (menderita) atau mengalami kesulitan. Dayakisni dan Hudaniah menyimpulkan

perilaku prososial sebagai bentuk perilaku ysng memberikan konsekwensi positif bagi

si penerima, baik dalam bentuk materi, fisik maupun psikologis tetapi tidak tidak

memiliki keuntungan yang jelas bagi pemiliknya (Faturohman, 2006).

Dengan demikian prilaku prososial merupakan segala bentuk

tindakan  menolong yang menguntungkan orang lain dan tidak harus menyediakan

keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin

melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong. Tindakan prososial meliputi

kedermawanan, persahabatan, kerjasama, menyelamatkan, dan pengorbanan.

3. Perbedaan Istilah Perilaku Prososial dan Altruisme

Istilah menolong erat kaitannya dengan istilah altruisme dan perilaku prososial.

Tingkah laku altruis berbeda dengan tingkah laku prososial. Bierhoff (2002)

mengatakan bahwa tingkah laku prososial merupakan bagian dari tingkah laku

menolong (helping) dan tingkah laku altruis merupakan bagian dari tingkah laku

prososial. Bierhoff membedakan dan mendefinisikan tiap-tiap istilah tersebut sebagai

berikut :
a. Menolong adalah istilah yang paling luas, termasuk kepada semua bentuk dari

hubungan yang membantu.

b. Perilaku prososial, mempunyai arti yang lebih dangkal yaitu sebuah tindakan yang

berniat untuk meningkatkan kondisi orang yang menerima pertolongan.

c. Altruisme, istilah ini mengacu kepada perilaku prososial yang didalamnya tidak ada

paksaan, motif dari pemberi pertolongan adalah karena sukarela dan empati

(Bierhoff, 2002)

Altruisme adalah bentuk spesifik dari perilaku yang menguntungkan orang

lain, tetapi tidak ada ekspektasi akan memperoleh keuntungan pribadi. Malah tidak

jarang penolong merugikan dirinya sendiri demi menolong orang lain, contoh, ketika

menyelamatkan seseorang dari tertabrak kereta api secara spontan, tidak dapat

dipungkiri hal tersebut memungkinkan adanya resiko bagi penolong (Jannah,

2016).Batson (dalam Taylor. dkk, 2009, Baron & Byrne, 2005) mengatakan perilaku

prososial mencakup kategori yang lebih luas, meliputi segala bentuk tindakan yang

dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-

motif si penolong. Perilaku prososial berkisar dari tindakan altruisme yang tanpa

pamrih atau tidak mementingkan din sendiri sampai tindakan menolong yang

sepenuhnya dimotivasi oleh diri sendiri.

Perilaku prososial mencakup setiap tindakan yang membantu atau dirancang

untuk membantu orang lain, terlepas dari motif si penolong. Banyak tindakan prososial

bukan tindakan altruistik. Perilaku prososial bisa mulai dari tindakan altruisme tanpa

pamrih sampai tindakan yang dimotivasi oleh pamrih atau kepentingan pribadi (Sears,

2009). Persahabatan, bantuan sosial, kerja sama adalah beberapa hal yang dapat

dikategorikan sebagai tindakan prososial. Secara umum, pembahasan prososial

mengarah pada dua hal pokok yaitu perilaku menolong (helping behaviour) dan
altruisme. Perilaku menolong merujuk pada kesukarelaan untuk melakukan sesuatu

yang akan menguntungkan orang lain walau pada saat yang sama perilaku tersebut juga

dapat menguntungkan pihak penolong.

Anda mungkin juga menyukai