Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Hukum pertambangan tidak pernah terlepas dari bagian lingkungan hidup merupakan anugrah
Tuhan yang Maha Esa yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuanya agar tetap dapat
menjadi sumber penunjang hidup bagi manusia dan mahluk hidup lainnya demi kelangsungan dan
peningkatan kualitas hidup itu sendiri.lingkungan sering terjadi disekeliling lingkungan kita, namun
semua itu tanpa kita sadari. Misalnya saja pada pertambangan, pertambangan merupakan usaha
untuk menggali berbagai potensi-potensi yang terkandung dalam perut bumi.

Negara menguasai secara penuh semua kekayaan yang terkandung didalam bumi dan dipergunakan
sebaik – baiknya untuk kemakmuran rakyat. Akan tetapi kenyataanya rakyat melakukan kegiatan
pertambangan dengan tidak memperhatikan aspek –aspek yang penting didalamnya, seperti tidak
memperhatikan akibat yang di timbulkan atau pengaruh dengan adanya pertambangan tersebut
(pertambangan liar), namun tidak menutup kemungkinan juga dilakukan oleh perusahaan tambang
yang telah memiliki izin resmi.

1. Rumusan masalah

1)      Permasalahan lingkungan dalam pembangunan pertambangan.

2)      Cara pengolahan pembangunan pertambangan.

3)      Resiko – resiko yang terjadi dalam pembangunan pertambangan.

4)      Pencemaran dan penyakit yang timbul akibat pembangunan pertambangan.

5)      Permasalahan lingkungan dalam pembangunan industry.

6)      Resiko keracunan bahan logam yang terjadi dalam industrisasi.

7)      Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan penindustian.

 
BAB II

PEMBAHASAN

1. PETAMBANGAN

Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan


(penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi,
migas).Sektor pertambangan, khususnya pertambangan umum, menjadi isu yang menarik khususnya
setelah Orde Baru mulai mengusahakan sektor ini secara gencar. Pada awal Orde Baru,
pemerintahan saat itu memerlukan dana yang besar untuk kegiatan pembangunan, di satu sisi
tabungan pemerintah relatif kecil, sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
mengundang investor-investor asing untuk membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya di
Indonesia.

Adanya kegiatan pertambangan ini mendorong pemerintah untuk mengaturnya dalam undang-
undang (UU). UU yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan, UU No. 11/1967 tentang Pokok-
pokok Pengusahaan Pertambangan. Dalam UU tersebut pemerintah memilih mengembangkan pola
Kontrak Karya (KK) untuk menarik investasi asing. Berdasarkan ketentuan KK, investor bertindak
sebagai kontraktor dan pemerintah sebagai prinsipal. Di dalam bidang pertambangan tidak dikenal
istilah konsesi, juga tidak ada hak kepemilikan atas cadangan bahan galian yang ditemukan investor
bila eksploitasi berhasil. Berdasarkan KK, investor berfungsi sebagai kontraktor. Pertambangan dapat
didefinisikan sebagai berikut:

1. Pertambangan adalah kegiatan untuk mendapatkan logam dan mineral dengan cara
hancurkan gunung, hutan, sungai, laut dan penduduk kampung.
2. Pertambangan adalah kegiatan paling merusak alam dan kehidupan sosial yang dimiliki
orang kaya dan hanya menguntungan orang kaya.
3. Pertambangan adalah industri yang banyak mitos dan kebohongan
Ada beberapa fase yang harus dilalui oleh perusahaan sebelum melakukan eksploitasi. Saat
proses tersebut di lalui oleh perusaan, maka saat itu pula beredar mitos-mitos
pertambangan di masyarakat.

1. Permasalahan Lingkungan Dalam Pembangunan Pertambahan  Energi


Masalah-masalah lingkungan dalam pembangunan lahan pertambangan dapat dijelaskan
dalam berbagai macam hal. Berikut ini adalah maslah lingkungan dalam pembangunan lahan
pertambangan:

1. Menurut jenis yang dihasilkan di Indonesia terdapat antara lain pertambangan minyak dan
gas bumi, logam-logam mineral antara lain seperti timah putih, emas, nikel, tembaga,
mangan, air raksa, besi, belerang, dan lain-lain dan bahan-bahan organik seperti batubara,
batu-batu berharga seperti intan, dan lain- lain.
2. Pembangunan dan pengelolaan pertambangan perlu diserasikan dengan bidang energi dan
bahan bakar serta dengan pengolahan wilayah, disertai dengan peningkatan pengawasan
yang menyeluruh.
3. Pengembangan dan pemanfaatan energi perlu secara bijaksana baik itu untuk keperluan
ekspor maupun penggunaan sendiri di dalam negeri serta kemampuan penyediaan energi
secara strategis dalam jangka panjang. Sebab minyak bumi sumber utama pemakaian energi
yang penggunaannya terus meningkat, sedangkan jumlah persediaannya terbatas. Karena
itu perlu adanya pengembangan sumber-sumber energi lainnya seperti batu bara, tenaga
air, tenaga air, tenaga panas bumi, tenaga matahari, tenaga nuklir, dan sebagainya.
4. Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan pertambangan umumnya disebabkan
oleh faktor kimia, faktor fisik, faktor biologis. Pencemaran lingkungan ini biasanya lebih dari
pada diluar pertambangan. Keadaan tanah, air dan udara setempat di tambang mempunyai
pengaru yang timbal balik dengan lingkunganya. Sebagai contoh misalnya pencemaran
lingkungan oleh CO sangat dipengaruhi oleh keaneka ragaman udara, pencemaran oleh
tekanan panas tergantung keadaan suhu, kelembaban dan aliran udara setempat.
5. Melihat ruang lingkup pembangunan pertambangan yang sangat luas, yaitu mulai dari
pemetaan, eksplorasi, eksploitasi sumber energi dan mineral serta penelitian deposit bahan
galian, pengolahan hasil tambang dan mungkin sampai penggunaan bahan tambang yang
mengakibatkan gangguan pad lingkungan, maka perlua adanya perhatian dan pengendalian
terhadap bahaya pencemaran lingkungan dan perubahan keseimbangan ekosistem, agar
sektor yang sangat vital untuk pembangunan ini dapat dipertahankan kelestariannya.
6. Dalam pertambangan dan pengolahan minyak bumi misalnya mulai eksplorasi, eksploitasi,
produksi, pemurnian, pengolahan, pengangkutan, serta kemudian menjualnyatidak lepas
dari bahaya seperti bahaya kebakaran, pengotoran terhadap lingkungan oleh bahan-bahan
minyak yang mengakibatkan kerusakan flora dan fauna, pencemaran akibat penggunaan
bahan-bahan kimia dan keluarnya gas-gas/uap-uap ke udara pada proses pemurnian dan
pengolahan.

3. Cara Pengelolaan Pembangunan Pertambangan

Sumber daya bumi di bidang pertambangan harus dikembangkan semaksimal mungkin untuk
tercapainya pembangunan. Maka perlu adanya survey dan evaluasi yang terintegrasi dari para alhi
agar menimbulkan keuntungan yang besar dengan sedikit kerugian baik secara ekonomi maupun
secara ekologis. Penggunaan ekologis dalam pembangunan pertambangan sangat perlu dalam
rangka meningkatkan mutu hasil pertambangan dan untuk memperhitungkan sebelumnya pengaruh
aktivitas pembangunan pertambangan pada sumber daya dan proses alam lingkungan yang lebih
luas.

Segala pengaruh sekunder pada ekosistem baik local maupun secara lebih luas perlu
dipertimbangkan dalam proses perencanaan pembangunan pertambangan, dan sedapatnya evaluasi
sehingga segala kerusakan akibat pembangunan pertambangan ini dapat dihindari atau dikurangi,
sebab melindungi ekosistem lebih mudah daripada memperbaikinya. Dalam pemanfaatan sumber
daya pertambangan yang dapat diganti perencanaan, pengolahan dan penggunaanya harus hati-hati
seefisien mungkin. Harus tetap diingat bahwa generasi mendatang harus tetap dapat menikmati
hasil pembangunan pertambangan ini.

4. Kecelakaan di Pertambangan 

Usaha pertambangan adalah suatu usaha yang penuh dengan bahaya. Kecelakaan-kecelakaan yang
sering terjadi, terutama pada tambang-tambang yang lokasinya jauh dari tanah. Kecelakan baik itu
jatuh, tertimpa benda-benda, ledaka-ledakan maupun akibat pencemaran atau keracunan oleh
bahan tambang. Oleh karena itu tindakan-tindakan penyelamatan sangatlah diperlukan, misalnya
memakai pakaian pelindung saat bekerja dalam pertambangan seperti topi pelindung, boot, baju
kerja, dan lain-lain.Dalam rangka menghindari terjadinya kecelakaan pencemaran lingkungan dan
gangguan keseimbangan ekosistem baik itu berada dalam lingkungan pertambangan ataupun berada
di luar lingkungan pertambangan, maka perlu adanya pangawasan lingkungan terhadap:

1. Cara pengolahan pembangunan dan pertambangan


2. Kecelakaan pertambangan
3. Penyehatan lingkungan pertambangan
4. Pencemaran dan penyakit-penyakit yang mungkin timbul

Contoh sederhana karena kecelakaan kerja adalah terjadinya lumpur lapindo yang terdapat di
Porong, Sidoarjo, Jawa timur. Tragedi semburan lumpur lapindo yang terjadi beberapa tahun silam,
setidaknya menjadi\ bukti adanya kelalaian pekerja tambang minyak yang lupa menutup bekas
lubang untuk mengambil minyak bumi. Semburan di Porong, Sidoarjo bukan fenomena baru di
kawasan Jawa Timur. Fenomena yang sama terjadi di Mojokerto, Surabaya, Gunung Anyar, Rungkut,
Purwodadi, Jawa Tengah.

5. Penyehatan Lingkungan Pertambangan

Program lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat
melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas
sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi.

1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar


2. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
3. Pengendalian dampak risiko lingkungan
4. Pengembangan wilayah sehat.

Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan


kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan
kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut
sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sektor ikut
serta berperan (Perindustrian, KLH, Pertanian, PU dll.) baik kebijakan dan pembangunan fisik
dan departemen Kesehatan sendiri terfokus kepada pengelolaan dampak kesehatan.

6. Pencemaran dan Penyakit-Penyakit yang Mungkin Timbul Karena Aktivitas Pertambangan

 Seperti yang dikatakan bahwa dimana ada suatu aktivitas pasti disitu ada kerusakan lingkungan.
Kerusakan lingkungan di pertambangan yaitu:

1. Pembukaan lahan secara luas dalam masalah ini biasanya investor membuka lahan besar-
besaran, ini menimbulkan pembabatan hutan di area tersebut. Di takutkan apabila area ini
terjadi longsor banyak memakan korban jiwa. Sedikitnya ialah terjadi penyakit yang
mengganggu saluran pernafasan.
2. Menipisnya SDA yang tidak bisa diperbarui. Hasil petambangan merupakan Sumber Daya
yang tidak dapat diperbarui lagi. Ini menjadi kendala untuk masa-masa yang akan datang.
3. Masyarakat dipinggir area pertambangan menjadi tidak nyaman. Biasanya pertambangan
membutuhkan alat-alat besar yang dapat memecahkan telinga. Dan biasanya kendaraan
berlalu-lalang melewati jalanan warga. Dan terkadang warga menjadi kesal.
4. Pembuangan limbah pertambangan yang tidak sesuai tempatnya. Dari sepenggetahuan saya
bahwa ke banyakan pertambangan banyak membuang limbahnya tidak sesuai tempatnya.
Biasanya mereka membuangnya di kali, sungai, ataupun laut. Limbah tersebut tak jarang dari
sedikit tempat pertambangan belum di filter. Hal ini mengakibatkan rusaknya di sector
perairan dan mengakibatkan penyakit pencernaan.
5. Pencemaran udara atau polusi udara. Di saat pertambangan memerlukan api untuk
meleburkan bahan mentah, biasanya penambang tidak memperhatikan asap yang di buang
ke udara. Hal ini mengakibatkan rusaknya lapisan ozon.
1. Permasalahan lingkungan dalam pembangunana industry. 

1. Lingkungan Dalam Pembangunan Industri

Pengelolaan lingkungan hidup untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar
kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.manusia memiliki kemampuan
adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya, secara hayati ataupun kultural, misalnya manusia
dapat menggunakan air yang tercemar dengan rekayasa teknologi (daur ulang) berupa salinisasi,
bahkan produknya dapat menjadi komoditas ekonomi. Tetapi untuk mendapatkan mutu lingkungan
hidup yang baik, agar dapat dimanfaatkan secara optimal maka manusia diharuskan untuk mampu
memperkecil resiko kerusakan lingkungan.

Dengan demikian, pengelolaan lingkungan dilakukan bertujuan agar manusia tetap “survival”.
Hakekatnya manusia telah “survival” sejak awal peradaban hingga kini, tetapi peralihan dan revolusi
besar yang melanda umat manusia akibat kemajuan pembangunan, teknologi, iptek, dan industri,
serta revolusi sibernitika, menghantarkan manusia untuk tetap mampu menggoreskan sejarah
kehidupan, akibat relasi kemajuan yang bersinggungan dengan lingkungan hidupnya. Karena jika
tidak mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari permasalahan lingkungan, maka
kemajuan yang telah dicapai terutama berkat ke-magnitude-an teknologi akan mengancam
kelangsungan hidup manusia.

2. Masalah Lingkungan Dalam Pembangunan Industri

Pentingnya inovasi dalam proses pembangunan ekonomi di suatu negara, dalam hal ini, pesatnya
hasil penemuan baru dapat dijadikan sebagai ukuran kemajuan pembangunan ekonomi suatu
bangsa.Dari berbagai tantangan yang dihadapi dari perjalanan sejarah umat manusia, kiranya dapat
ditarik selalu benang merah yang dapat digunakan sebagai pegangan mengapa manusia “survival”
yaitu oleh karena teknologi.Teknologi memberikan kemajuan bagi industri baja, industri kapal laut,
kereta api, industri mobil, yang memperkaya peradaban manusia. Teknologi juga mampu
menghasilkan sulfur dioksida, karbon dioksida, CFC, dan gas-gas buangan lain yang mengancam
kelangsungan hidup manusia akibat memanasnya bumi akibat efek “rumah kaca”.

3. Keracunan Bahan Logam/Metaloid Pada Industrialisasi

Banyak pekerja yang dalam melakukan kegiatan pekerjaannya rentan terhadap bahaya bahan
beracun. Terutama para pekerja yang bersentuhan secara langsung maupun tidak langsung
dengan bahan beracun. Bahan beracun dalam industri dapat dikelompokkan dalam beberapa
golongan, yaitu:

1. senyawa logam dan metalloid,


2. bahan pelarut,
3. gas beracun,
4. bahan karsinogenik,
5. pestisida.

Suatu bahan atau zat dinyatakan sebagai racun apabila zat tersebut menyebabkan efek yang
merugikan pada yang menggunakannya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan keterangan sebagai
berikut. Pertama, suatu bahan atau zat, termasuk obat, dapat dikatakan sebagai racun apabila
menyebabkan efek yang tidak seharusnya, misalnya pemakaian obat yang melebihi dosis yang
diperbolehkan. Kedua, suatu bahan atau zat, walaupun secara ilmiah dikategorikan sebagai bahan
beracun, tetapi dapat dianggap bukan racun bila konsentrasi bahan tersebut di dalam tubuh belum
mencapai batas atas kemampuan manusia untuk mentoleransi. Ketiga, kerja obat yang tidak
memiliki sangkut paut dengan indikasi obat yang sesungguhnya dianggap sebagai kerja racun.Bahan
atau zat beracun pada umumnya dimasukkan sebagai bahan kimia beracun, yaitu bahan kimia yang
dalam jumlah kecil dapat menimbulkan keracunan pada manusia atau makhluk hidup lainnya. Pada
umumnya bahan beracun, terutama yang berbentuk gas, masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernapasan dan kemudian beredar ke seluruh tubuh atau menuju organ tubuh tertentu.Bahan
beracun tersebut dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru dan
lainnya, tetapi zat beracun tersebut juga dapat berakumulasi dalam tulang, darah, hati, ginjal atau
cairan limfa dan menghasilkan efek kesehatan dalam jangka panjang. Pengeluaran zat beracun dari
dalam tubuh dapat melalui urine, saluran pencernakan, sel epitel dan keringat.

4. Keracunan Bahan Organis Pada Industrialisasi

Kemajuan industri selain membawa dampak positif seperti meningkatnya pendapatan masyarakat
dan berkurangnya pemgangguran juga mempunyai dampak negatif yang harus diperhatikan
terutama menjadi ancaman potensial terhadap lingkungan sekitarnya dan para pekerja di industri. 
Salah satu industri tersebut adalah industri bahan-bahan organik yaitu  metil alkohol, etil alkohol dan
diol.Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia adalah aset penting dari kegiatan industri,
disamping modal dan peralatan. Oleh karena itu tenaga kerja harus dilindungi dari bahaya-bahaya
lingkungan kerja yang dapat mengancam kesehatannya. Metil alkohol dipergunakan sebagai pelarut
cat, sirlak, dan vernis dalam sintesa bahan-bahan kimia untuk denaturalisasi alkohol, dan bahan anti
beku. Pekerja-pekerja di industri demikian mungkin sekali menderita keracunan methanol.
Keracunan tersebut mungkin terjadi oleh karena menghirupnya, meminumnya atau  karena absorbsi
kulit. Keracunan akut yang ringan ditandai dengan perasaan lelah, sakit kepala, dan penglihatan
kabur.Keracunan sedang dengan gejala sakit kepala yang berat, mabuk , dan muntah, serta depresi
susunan syaraf pusat, penglihatan mungkin buta sama sekali baik sementara maupun selamanya.
Pada keracunan yang berat terdapat pula gangguan pernafasan yang dangkal, cyanosis, koma,
menurunnya tekanan darah, pelebaran pupil dan bahkan dapat mengalami kematian yang diseabkan
kegagalan pernafasan. Keracunan kronis biasanya terjadi  oleh karena menghirup metanol keparu-
paru secara terus menerus yang gejala-gejala utamanya adalah kabur penglihatan yang lambat laun
mengakibat kan kebutaan secara permanen. Nilai Ambang Batas (NAB) untuk metanol di udara
ruang kerja adalah 200 ppm atau  260 mg permeterkubik udara. Etanol atau etil alkohol digunakan
sebagai pelarut, antiseptik, bahan permulaan untuk sintesa bahan-bahan lain. Dan untuk membuat
minuman keras. Dalam pekerjaan-pekerjaan tersebut keracunan akut ataupun kronis bisa terjadi
oleh karena meminumnya, atau kadang-kadang oleh karena menghirup udara yang mengandung
bahan tersebut, Gejala-gejala pokok dari suatu keracunan etanol adalah depresi susunan saraf
sentral.Untunglah di Indonesia minum minuman keras banyak dihindari oleh pekerja sehingga
”problem drinkers” di industri-industri tidak ditemukan,  NAB diudara ruang kerja adalah 1000 ppm
atau 1900 mg permeter kubik. Keracunan-keracunan oleh persenyawaan-persenyawaan tergolong
alkohol dengan rantai lebih panjang sangat jarang, oleh karena makin panjang rantai makin rendah
daya racunnya. Simptomatologi , pengobatan, dan pencegahannya hampir sama seperti untuk
etanol.Seperti halnya etanol , persenyawaan persenyawaan  yang tergolong diol mengakibatkan
depresi susunan saraf pusat dan kerusakan-kerusakan organ dalam seperti ginjal, hati dan lain lain. 
Tanda terpenting keracunan adalah anuria dan narcosis. Keracunan akut terjadi karena
meminumnya, sedangkan keracunan kronis disebabkan penghirupan udara yang mengandung bahan
tersebut. Pencegahan-pencegahan antara lain dengan memberikan tanda-tanda  jelas kepada
tempat-tempat penyimpanan bahan tersebut. Keracunan toksikan  tersebut diatas tidak akan terjadi
manakala lingkungan kerja tidak sampai melebihi  Nilai Ambang Batas dan pemenuhan standart
dilakukan secara ketat.

5. Perlindungan Masyarakat Sekitar Terhadap Perusahaan Industri

Masyarakat sekitar suatu perusahaan industri harus dilindungi dari pengaruh-pengaruh buruk yang
mungkin ditimbulkan oleh industrialisasi dari kemungkinan pengotoran udara, air, makanan, tempat
sekitar dan lain sebagainya yang mungkin dapat tercemari oleh limbah perusahaan industri.Semua
perusahaan industri harus memperhatikan kemungkinan adanya pencemaran lingkungan dimana
segala macam hasil buangan sebelum dibuang harus betul-betul bebas dari bahan yang bisa
meracuni.Untuk maksud tersebut, sebelum bahan-bahan tadi keluar dari suatu industri harus diolah
dahulu melalui proses pengolahan. Cara pengolahan ini tergantung dari bahan apa yang dikeluarkan.
Bila gas atau uap beracun bisa dengan cara pembakaran atau dengan cara pencucian melalui
peroses kimia sehingga uadara/uap yang keluar bebas dari bahan-bahan yang berbahaya. Untuk
udara atau air buangan yang mengandung partikel/bahan-bahan beracun, bisa dengan cara
pengendapan, penyaringan atau secara reaksi kimia sehingga bahan yang keluar tersebut menjadi
bebas dari bahan-bahan yang berbahaya. Pemilihan cara ini pada umunya didasarkan atas faktor-
faktor :

1. Bahaya tidaknya bahan-bahan buangan tersebut


2. Besarnya biaya agar secara ekonomi tidak merugikan
3. Derajat efektifnya cara yang dipakai
4. Kondisi lingkungan setempat

Selain oleh bahan bahan buangan, masyarakat juga harus terlindungi dari bahaya-bahaya oleh
karena produk-produknya sendiri dari suatu industri. Dalam hal ini pihak konsumen harus terhindar
dari kemungkinan keracunan atau terkenanya penyakit dari hasil-hasil produksi. Karena itu sebelum
dikeluarkan dari perusahaan produk-produk ini perlu pengujian telebih dahulu secara seksama dan
teliti apakah tidak akan merugikan masyarakat.Orang yang mendapat kecelakaan luka-luka sering
kali disebabkan oleh orang lain atau karena tindakannya sendiri yang tidak menunjang keamanan
kecelakaan sering terjadi yang diakibatkan oleh lebih dari satu sebab. Kecelakaan dapat dicegah
dengan menghilangkan hal – hal yang menyebabkan kecelakan. Beberapa contoh tindakan yang
tidak aman :

1. Memakai peralatan tanpa menerima pelatihan yang tepat


2. Memakai alat atau peralatan dengan cara yang salah
3. Tanpa memakai perlengkapan alat pelindung, seperti kacamata pengaman, sarung tangan
atau pelindung kepala
4. Bersendang gurau, tidak konsentrasi, bermain-main dengan teman sekerja atau alat
perlengkapan lainnya.
5. sikap tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan dan membawa barang berbahaya di tenpat
kerja
6. Membuat gangguan atau mencegah orang lain dari pekerjaannya atau mengizinkan orang
lain mengambil alih pekerjaannya, padahal orang tersebut belum mengetahui pekerjaan
tersebut.

 
1. Indikasi Mineralisasi dan Alterasi di Wilayah Poboya
Poboya merupakan salah satu endapan emas epitermal dengan batuan induk berupa
batuan metamorf yang berada di desa Poboya, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah,
Indonesia. Ketidakhadiran dari batuan vulkanik dan subvulkanik yang biasanya berasosiasi
dengan sistem epitermal, menjadi daya tarik penyusun untuk melakukan penelitian di
daerah ini. Daerah penelitian disusun oleh satuan geomorfologi perbukitan
bergelombang/miring dan dataran alluvial. Satuan batuan dari tua ke muda adalah genes
kuarsa-piroksen (Miosen sampai Pliosen Tengah), satuan granit (Pliosen Akhir sampai
Plistosen Awal), endapan bongkah-pasir (Pliosen sampai Plistosen), dan endapan aluvial
(Holosen). Mineralisasi dan alterasi hidrotermal dikontrol oleh sesar geser sinistral berarah
Tenggara ke Baratlaut atau relatif sejajar dengan sesar Palu-Koro yang merupakan tension
fracture. Sesar ini kemudian membentuk sistem patahan dilational sehingga terbentuk
bukaan jog dan rekahan terusan lainnya. Bukaan inilah yang menjadi jalur fluida
hidrotermal naik ke permukaan dan menjadi tempat terbentuknya mineralisasi.
Tipe alterasi di daerah Poboya menurut Puspita, 2017 termasuk dalam alterasi argilik dan
propilitik. Dari beberapa macam mineral yang diperoleh menurut Corbett dan Leach (1997)
tipe alterasi di daerah penelitian termasuk dalam tipe alterasi argilik. Tipe alterasi argilik
yang ditemukan tersebar hampir 50% dari luas keseluruhan daerah penelitian yang berarah
baratdaya-timurlaut. Batuan yang teralterasi yaitu sekis-gneiss dan marmer. Dengan
kenampakan dilapangan dicirikan berwarna cokelat keputih-putihan yang menunjukkan
kaya akan mineral lempung. Tingkat pelapukan diketahui dengan cara menghitung luas pori
dari sampel sayatan tipis. Dimana pada salah satu sampel yang dihitung porinya diperoleh
8,705 %. Secara teori menyebutkan semakin banyak pori yang terdapat dalam suatua
batuan maka tingkat pelapukan batuan tersebut semakin tinggi. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kategori tingkat pelapukan pada daerah Poboya termasuk dalam tingkatan slightly
weathered atau sedikit lapuk.
Gambar Tambang rakyat di daerah poboya Kec.Mantikulore

Gambar sample Batuan Diorit yang mengalami mineralisasi Vein Kuarsa hasil endapan epitermal
alterasi silisifikasi.
2. Kegiatan Tambang Eksisting
Kunjungan langsung ke lapangan memberikan pengamatan yang berbeda yakni kegiatan
pertambangan rakyat dan pertambangan yang memiliki izin di daerah pertambangan.
Pemandangan ini memang cukup kontras apa bila di bandingkan antara kedua kelompok ini,
dapat dilihat dari beberapa gambar di bawah ini :

Kegiatan tambang eksisting oleh rakyat

Gambar. Kegiatan aktivitas tambang rakyat di pinggir sungai dengan membuat tenda – tenda
seadanya untuk berteduh. (Ardhana pragota 2015)

Gambar. Pengangkutan batuan oleh kuli tambang yang mengandung unsur emas yang kemudian
akan di olah. (Ardhana pragota 2015)
Gambar. Pemisahan unsure logam dari batuan menggunakan tromol yang sangan tradisional (Fany
Kusuma wardani , 2008)

Kegiatan tambang eksisting oleh tambang berizin

Gambar. Kegiatan aktivitas tambang di sisi bukit dengan membuat tanggul

(Fany Kusuma wardani , 2008)


Gambar. Proses pengangkutan batuan yang mengandung unsur emas menggunakan truck (Fany
Kusuma wardani , 2008)

1.1 Hasil Pemetaan Lokasi Mineralisasi

Berdasarkan hasil pemetaan di daerah pengamatan di jumpai batuan yang beragam yaitu
berupa diorite, sekis dan filit, dengan jumlah stasiun sebanyak 6 stasiun yang di amati dan
dilakukan pengukurann test pit, juga terdapat pelapukan yang cukup signifikan dan terdapat
asosiasi antara batuan utama dan vein kuarsa beserta alterasi , ini diduga berasal dari proses
hidrotermal yang terjadi di daerah ini dari data lapangan yang di dapatkan dilapangan dimana di
jumpai tiga alterasi yaitu silisifikasi, argilik, dan propilitik yang di jumpai di masing – masing
batuan tersebut, hal ini dapat juga dikuatkan dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan contoh inti pemboran serta analisis petrografi,
maka alterasi pada Prospek Poboya terbagi menjadi tiga tipe, antara lain argilik, silisifikasi, dan
propilitik (Kusmanto et al., 2015). Alterasi argilik dicirikan oleh kehadiran variasi mineral
lempung, antara lain kaolin, smektit, dan ilit. Alterasi argilik pada Prospek Poboya dibagi lagi
menjadi dua spesifikasi berdasarkan kelimpahan mineral yaitu argilik kaolin-ilit dan argilik
smektit. Alterasi ini umumnya terbentuk pada temperatur rendah. Alterasi silisifikasi dicirikan
oleh penambahan silika dengan berbagai bentuk mineral silika. Alterasi propilitik dicirikan oleh
batuan yang berwarna hijau akibat kehadiran mineral klorit, epidot, dan aktinolit. Mineral-
mineral tersebut merupakan ubahan dari mineral biotit, amfibol, dan piroksen, sebagai hasil
dekomposisi unsur Fe-Mg. Alterasi propilitik pada Prospek Poboya terbagi menjadi tiga
spesifikasi berdasarkan kelimpahan mineralnya, antara lain propilitik kloritik, propilitik epidote-
klorit, propilitik albit-klorit (Kusmanto et al., 2015). Mineralisasi di daerah Poboya
diinterpretasikan sebagai endapan emas- perak epitermal sulfidasi rendah dengan batuan
metamorf dan batuan beku sebagai batuan induk (host rock) (Kusmanto et al., 2015). Adapun
beberapa data yang mendukung interpretasi tersebut, dijelaskan di bawah ini Zona vein Poboya
terdiri dari vein dengan jurus barat-laut berupa vein dan stockwork kuarsa-karbonat tekstur
endapan epitermal colloform-crustiform banding, bladed calcite pseudomorphs, calcedonic
quartz, hingga cockscomb banded quartz dengan bukti beberapa fase fluida dan breksiasi
((Wajdi et al., 2011). Mineralisasi emas diinterpretasi berada pada bladed dan banded
chalcedony quartz carbonate veins dengan ketebalan yang bervariasi antara 1 cm > 10 m dan
memiliki penyebaran arah dan kadar yang luas. Tekstur mineralisasi dan kandungan mineral
menunjukkan bahwa mineralisasinya termasuk endapan epitermal sulfidasi rendah dengan
peningkatan Ag, Sb (antimony), dan As (arsenic) dan beberapa logam dasar (Wajdi et al., 2011).
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kegiatan pertambangan membawa dampak buruk bagi lingkungan perairan karena menggunakan
senyawa logam berat merkuri(Hg).merkuri dapat terakumulasi dalam tubuh organism yang hidup di
perairan dan bersifat tostik atau mematikan dalam konsentrasi tertentu. Selain itu pencemaran
lingkungan akibat kegiatan pertambangan secara nyata berpengaruh terhadap perekonomian
nelayan.

Merkuri yang mencemari perairan berpotensi menurunkan kualitas dan produktifitas perairan
sehingga mengurangi hasil tangkapan nelayan. Solusi untuk mengatasi dampak pencemaran perairan
oleh kegiatan penambangan terbagi dari sisi ekologi dan ekonomi. Disisi ekologi berupa
pembangunan bendungan serta instalasi pengolahan limbah (IPAL). Sedangkan di sisi ekonomi,
khusus bagi nelayan dapat dilakukan dengan penerapan strategi pertahanan hidup subsitutif.

 
Daftar Pustaka

Ardhana pragota,2015 Kegiatan aktivitas tambang rakyat di pinggir sungai dengan membuat tenda –
tenda seadanya untuk berteduh

Corbett dan Leach (1997) tipe-tipe alterasi didaerah poboya

http://pustakamakalah.com

http://blogriani.blogspot.com

http://pustakatambang.blogspot.com

riska puspita,2017 tipe alterasi poboya

Anda mungkin juga menyukai