Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia dikenal memiliki hutan tropis yang cukup luas dengan keaneka-
ragaman hayati yang sangat tinggi dan bahkan tertinggi kedua di dunia setelah
Brazillia. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Planologi Kehutanan
RI tahun 2000 bahwa luas hutan Indonesia adalah 120,3 juta hektar atau 3,1% dari
luas hutan dunia (Suhendang, 2002). Seiring dengan berjalannya waktu dan
tingkat kebutuhan akan kayu semakin meningkat, mendorong masyarakat baik
secara individu maupun kelompok melakukan eksploitasi hasil hutan dengan tidak
memperhatikan kelestariannya. Kerusakan hutan di Indonesia tidak hanya terjadi
pada hutan alam tetapi juga telah terjadi pada hutan lindung. Padahal, hutan
lindung memiliki fungsi yang spesifik terutama berkaitan dengan ketersediaan air.
Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting terhadap keberlanjutan
kehidupan bagi semua mahluk hidup. Hal ini seperti telah tertuang dalam Undang-
undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan yang
menjelaskan bahwa hutan lindung merupakan kawasan hutan karena keadaan sifat
alamnya diperuntukkan guna pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi
serta pemeliharaan kesuburan tanah
Batubara merupakan bahan tambang yang sangat diperlukan oleh suatu
industri untuk bahan bakar mesin yang digunakan untuk proses produksi maupun
sebagai bahan bakar untuk kereta. Bahan tambang ini diperoleh dengan
melakukan penggalian kedalam perut bumi karena letak bahan baku batubara
yang berada pada lapisan tanah dalam dimana proses yang terjadi selama ribuan
tahun. Penambangan batubara menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap
lingkungan sekitarnya. Salah satunya pertambangan yang ada di kabupaten Berau,
Kalimantan Timur yang dikelola oleh PT Berau Coal. Hutan yang menjadi lokasi
penambangan ditebang untuk meperluas area penambangan agar memudahkan
dalam eksploitasi dan mobilitas di sekitar area tambang. Penebangan hutan ini
menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap kehidupan ekosistem alam
sekitar dan kehidupan masyarakat yang tinggal dikawasan hilir sungai dekat

2
penambangan batubara tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui dampak
kerusakan yang terjadi terhadap ekositem dan ketersediaan air tanah yang menjadi
sumber utama air bersih masyarakat di sekitar, agar dapat mengetahui tindakan
penanggulangan/perbaikan yang tepat dan cepat.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah:
         Bagaimana kegiatan penambangan batubara dapat menimbulkan dampak pada
ketersediaan air tanah yang digunakan masyarakat sekitar area tambang sebagai
sumber utama air bersih ?
         Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi lingkungan
yang rusak akibat penambangan batubara di Kabupaten Berau, Kalimantan
Timur?
1.3  Tujuan
untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan batubara
pada kawasan hulu sungai terhadap ketersediaan sumber air tanah yang digunakan
masyarakat yang tinggal didaerah hilir sungai sebagai sumber air bersih. Selain itu
juga dapat diketahui dampak dari kerusakan hutan yang disebabkan oleh kegiatan
penambangan batu bara yang menyebabkan berubahnya ekosistem hutan tersebut.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Batu Bara
Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang
terperangkap dalam sedimen dan dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, Jenis
sedimen ini terperangkap dan mengalami perubahan material organik akibat
timbunan (burial) dan diagenesa.
Batubara awalnya merupakan bahan organik yang terakumulasi dalam rawa-rawa
yang dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi
tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman
karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu (Jtl) adalah masa pembentukan batubara
yang paling produktif. Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian
umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan
organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia
yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
Potensi sumber daya batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di pulau
kalimantan dan pulau sumatera. Batubara merupakan bahan bakar utama selain
solar (diesel fuel) yang digunakan dalam industri. Dari segi ekonomis batubara
jauh lebih hemat dari pada solar dengan perbandingan sebagai berikut: solar Rp.
0,74/kilokalori sedangkan batubara Rp. 0.09/kilokalori. Dari segi kuantitas,
batubara merupakan cadangan energi fosil terpenting di Indonesia, Jumlahnya
sangat melimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini cukup untuk memasok
kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun kedepan.
2.2 Kondisi Lingkungan Tambang
Seperti yang diketahui, pertambangan batubara juga menimbulkan dampak
terhadap lingkungan sekitar. Aktivitas pertambangan mencemari lingkungan di
sekitar lokasi penambangan. Pencemaran tersebut antara lain :

4
1.    Pencemaran Air
Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari
limbah pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan
sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air
sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat
endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti
mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam
slarida (HCn), mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb
merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit.
2.      Pencemaran Tanah
Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat
pertambangan batubara ini, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak
mungkin ditutup kembali yang menyebabkan terjadinya kubangan air dengan
kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan tersebut mengadung zat kimia
seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak bersifat racun
bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan baik.
SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat pencemaran
tanah tersebut maka tumbuhan yang ada diatasnya akan mati.
3.        Pencemaran Udara
Penambangan batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkan dari
pembakaran batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat cokelat dan
juga sebagai polusi yang membentuk acid rain (hujan asam) dan ground level
ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat membuat kotor udara.
Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat berbahaya bagi
kesehatan, yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi saluran
pernafasan (ISPA), dan dalam jangka panjang jika udara tersebut terus dihirup
akan menyebabkan kanker, dan kemungkinan bayi lahir cacat.

5
2.3 Kerusakan Hutan Akibat Pertambangan Batubara
Bahan tambang merupakan bahan yang berada didalam bumi sehingga untuk
mengambilnya perlu dilakukan penggalian. Batubara merupakan salah satu bahan
tambang yang banyak ditemukan dikawasan hutan yang tua karena proses
terbentuknya batubara merupakan sedimentasi dari tanaman pada zaman purba
yang mengalami proses penimbunan hingga ribuan tahun. Dalam upaya
eksploitasi bahan tambang batubara ini, perlu dilakukan perluasan area tambang
untuk memudahkan mobilitas pengangkutan dan pengambilan batubara tersebut.
Kawasan hutan yang memiliki potensi batubara harus disingkirkan atau ditebang
untuk dilakukan penggalian. Karena besarnya sumber daya batubara pada suatu
lokasi maka luas area hutan yang disingkirkan untuk kegiatan tersebut semakin
luas.
2.4 Gambaran Umum Lokasi Pertambangan

Wilayah Kabupaten Berau, terletak pada koordinat 1 ° 12’ 00” - 2 ° 36’


00” LU dan 116 ° 00’ 00” - 118° 57’ 00” BT. Letak Geografis Kabupaten Berau
yang dekat dengan garis katulistiwa menjadikan daerah ini memiliki iklim tropis
dengan curah hujan tinggi dan hari hujan merata sepanjang tahun. Intensitas
penyinaran matahari yang tinggi menjadikan suhu udara relatif tinggi sepanjang
tahun dengan kelembaban udara yang tinggi pula. Sebagai daerah dengan iklim
tropis. Kabupaten Berau memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim

6
kemarau. Kedua musim tersebut diselingi dengan masa peralihan dengan curah
hujan masih relatif banyak. Namun demikian kondisi alam Kabupaten Berau yang
masih dikelilingi oleh hutan tropis yang masih lebat menjadikan daerah ini
berkarakter hutan hujan tropis dengan curah hujan yang relatif merata sepanjang
tahun. Hal ini didorong oleh kelembaban udara yang tinggi dan daerah perairan
yang masih luas. Curah hujan cenderung tinggi sepanjang tahun, berkisar antara
91 - 246 mm perbulan (Subardja, 2007).
Formasi pembawa lapisan batubara pada daerah potensi batubara konsesi PT.
Berau Coal adalah Formasi Berau dan Formasi Lati. Formasi ini terdiri dari satuan
batupasir, mudstone ,batulanau, batulempung, batubara dan batugamping.
Ketebalan Formasi Berau atau Formasi Lati berkisar 600 meter hingga 1.600
meter, umur Miosen Tengah hingga Miosen Atas dan diendapkan dalam
lingkungan delta dan laut dangkal. Formasi ini jari jemari dengan Formasi Sterile
di bagian bawahnya dan tidak selaras dengan Formasi Labanan di bagian atasnya
(Subardja, 2007).
Metode penambangan yang dilakukan pada PT. Berau Coal menggunakan pola
penambangan box-cut contour mining. Pola penambangan box cut contour
mining dilakukan pada areal-areal yang memiliki kemiringan lapisan relatif
landai dan dengan luas areal timbunan di luar areal tambang yang relatif sangat
terbatas. Pemakaian pola penambangan ini salah satunya adalah bertujuan agar
luas areal yang terganggu oleh kegiatan penambangan tidak terlalu luas. Areal
untuk penimbunan tanah penutup diusahakan tidak terlalu jauh dari areal bukaan
dan sedapat mungkin dengan memanfaatkan kembali bekas areal bukaan
(Subardja, 2007).
2.5 Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Pertambangan Batubara
Aktivitas pertambangan batubara yang dilakukan dikawasan Berau, Kalimantan
Timur tidak hanya mempunyai dampak langsung terhadap lingkungan sekitar
berupa pencemaran. Pengrusakan hutan dari kegiatan pertambangan tersebut juga
mempengaruhi siklus hidrologi dan kehidupan ekosistem didalam kawasan
tersebut. Selain itu, kegiatan tersebut juga memiliki dampak terhadap kehidupan
masyarakat yang tinggal dibagian hilir.

7
a. Dampak Terhadap  Lingkungan
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan
batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang
cukup besar, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air . Penambangan
Batubara secara langsung menyebabkan pencemaran antara lain ;

1.    Pencemaran air


 Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air
menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan
di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang
drastis.
2.    Pencemaran udara
Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut
logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan ikut
andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti influenza, bronchitis dan
pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan bronchitis kronis.

8
3.    Pencemaran Tanah
Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil
tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan
habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga
pada batas tertentu dapat megubah topografi umum daerah  penambangan secara
permanen.

     Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini
mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada
emisi gas rumah kaca.
b.     Dampak Terhadap manusia
Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap
manusia, munculnya berbagai penyakit antara lain :
1.Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia jika airnya dikonsumsi  dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri
(Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4),  di samping itu
debu batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang jalan yang dijadikan
aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit
infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek jangka panjang berupa

9
kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan
kelahiran bayi cacat.
c.         Dampak Sosial dan kemasyarakatan
1.   Terganggunya Arus Jalan Umum
Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara   
berdampak pada aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya kecelakaan,
meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan jalan, adalah sebagian dari
dampak yang ditimbulkan.
2.  Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat
Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang
lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan
kearogansiannya dengan menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik
atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka memberikan ganti rugi yang tidak
seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik
lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari
pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih konsumtif.
Bahkan kerusakan moralpun dapat terjadi akibat adanya pola hidup yang berubah.
2.    SOLUSI TERHADAP DAMPAK  DAN PENGARUH
PERTAMBANGAN
BATUBARA
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk
dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :
1. Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective)
yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan batu bara
sehingga akan mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki
(pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang kotor. Menggunakan masker
debu (dust masker) agar meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh debu batu
bara (coal dust).
2.  Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga
akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan.

10
Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara dapat
mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas
lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding
place).
3.  Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan
pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-
ketentuan yang berlaku (law enforcement)
4. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan
untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus
memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut
memelihara kelestarian lingkungan.
2.6 Erosi Akibat Kerusakan Hutan di Kawasan Pertambangan
Hutan sekitar kawasan pertambangan yang sudah rusak dapat menimbulkan
dampak erosi yang dapat berakibat buruk terhadap lahan dan ekosistem dikawasan
tersebut. Kawasan hutan yang sudah tidak memiliki tegakan pohon, hempasan air
hujan akan langsung menumbuk permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya
erosi. Tumbukan air hujan secara terus menerus dapat mengikis lapisan atas tanah
(top soil) dan mengakibatkan tingginya nilai TSS pada aliran sungai sekitar area
pertambangan. Hal ini didasari oleh penelitian Ety Parwaty dkk, 2011, di kawasan
aliran sungai dekat lokasi pertambangan dengan kondisi hutan yang sudah gundul.
Hasil analisis nilai TSS dapat dilihat pada tabel 2.5 dimana dari tahun 1994
sampai 2006 terjadi peningkatan nilai TSS seiring meluasnya lahan pertambangan
batubara dan peralihan penggunaan lahan di kawasan tersebut.
2.7 Upaya Penanggulangan Akibat Kegiatan Pertambangan Batubara
Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi lahan/hutan yang telah rusak
akibat penambangan batubara, diantaranya yaitu:
        Menanam kembali lahan yang ditebang dengan vegetasi yang dapat
mengembalikan kondisi ekosistem dengan cepat.
         Membuat terasering pada lahan yang rusak untuk mencegah erosi yang lebih
besar.
         Menanam tanaman yang dapat menyimpan air tanah lebih banyak.

11
         Menggunakan lahan kosong tersebut sebagai lahan perkebunan sehingga dapat
memiliki fungsi ganda.

Alat-alat yang biasa digunakan pada tambang batubara di bawah ini:

1 Alat Pengolah Lahan

Kondisi lahan proyek kadang-kadang masih merupakan lahan asli yang harus
dipersiapkan sebelum lahan tersebut mulai diolah. Jika pada lahan masih terdapat
semak atau pepohonan maka pembukaan lahan dapat dilakukan dengan
menggunakan dozer. Untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat
digunakan scraper. Sedangkan untuk pembentukan permukaan supaya rata selain

Gambar.1.1 Dozer

Sumber: http://www.senyawa.com/2010/01/jenis-dan-fungsi-alat-berat.html

Bulldozer dapat dibedakan menjadi dua yakni menggunakan roda kelabang


(Crawler Tractor Dozer) dan Buldoser yang menggunakan roda karet (Wheel
Tractor Dozer). Pada dasarnya Buldoser menggunakan traktor sebagai tempat
dudukan penggerak utama, tetapi lazimnya traktor tersebut dilengkapi dengan
sudu sehingga dapat berfungsi sebagai Buldoser yang bisa untuk menggusur
tanah.Buldoser digunakan sebagai alat pendorong tanah lurus ke dapan maupun ke
samping, tergantung pada sumbu kendaraannya. Untuk pekerjaan di rawa
digunakan jenis Buldoser khusus yang disebut Swamp Bulldozer.

b. Alat Penggali

Jenis alat ini dikenal juga dengan istilah excavator. Beberapa alat berat digunakan
untuk menggali tanah dan batuan. Yang termasuk didalam kategori ini adalah
front shovel, backhoe, dragline, dan clamshell.

12
Gambar.1.2 Backhoe

Sumber: http://www.senyawa.com/2010/01/jenis-dan-fungsi-alat-berat.html

c. Alat Pengangkut Material

Crane termasuk di dalam kategori alat pengangkut material, karena alat ini dapat
mengangkut material secara vertical dan kemudian memindahkannya secara
horizontal pada jarak jangkau yang relatif kecil. Untuk pengangkutan material
lepas (loose material) dengan jarak tempuh yang relatif jauh, alat yang digunakan
dapat berupa belt, truck dan wagon. Alat-alat ini memerlukan alat lain yang
membantu memuat material ke dalamnya.

Gambar1.3 Truk

Sumber: http://www.senyawa.com/2010/01/jenis-dan-fungsi-alat-berat.html

d. Alat Pemindahan Material

Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang biasanya tidak digunakan
sebagai alat transportasi tetapi digunakan untuk memindahkan material dari satu
alat ke alat yang lain. Loader dan dozer adalah alat pemindahan material.

13
Gambar1.4 Loader

Sumber: http://www.senyawa.com/2010/01/jenis-dan-fungsi-alat-berat.html

e. Alat Pemadat

Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut perlu
dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan, baik
untuk jalan tanah dan jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan kaku.
Yang termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping roller, pneumatictiredroller,
compactor, dan lain-lain. Pekerjaan pembuatan landasan pesawat terbang, jalan
raya, tanggul sungai dan sebagainya tanah perlu dipadatkan semaksimal mungkin.
Pekerjaan pemadatan tanah dalam skala kecil pemadatan tanah dapat dilakukan
dengan cara menggenangi dan membiarkan tanah menyusust dengan sendirinya,
namun cara ini perlu waktu lama dan hasilnya kurang sempurna; agar tanah benar-
benar mampat secara sempurna diperlukan cara-cara mekanis untuk pemadatan
tanah. Pemadatan tanah secara mekanis umumnya dilakukan dengan
menggunakan mesin penggilas (Roller); klasifikasi Roller yang dikenal antara lain
adalah:

 Berdasarkan cara geraknya; ada yang bergerak sendiri, tapi ada juga yang
harus ditarik traktor.
 Berdasarkan bahan roda penggilasnya, ada yang terbuat dari baja
(SteelWheel) dan ada yang terbuat dari karet (pneumatic).
 Dilihat dari bentuk permukaan roda; ada yang punya permukaan halus
(plain), bersegmen, berbentuk grid, berbentuk kaki domba, dan
sebagainya.
 Dilihat dari susunan roda gilasnya; ada yang dengan roda tiga (Three
Wheel), roda dua (Tandem Roller), dan Three Axle Tandem Roller.
 Alat pemadat yang menggunakan penggetar (vibrator).

14
Gambar.1.5Tandem Roller

Sumber: http://www.senyawa.com/2010/01/jenis-dan-fungsi-alat-
berat.html

f. Alat Pemroses Material

Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu
bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah
batuan bergradasi, semen, beton, dan aspal. Yang termasuk didalam alat
ini adalah crusher dan concrete mixer truck. Alat yang dapat mencampur
material-material di atas juga dikategorikan ke dalam alat pemroses
material seperti concretebatch plant dan asphalt mixing plant.

Gambar. 1.6.Concrete Mixer Truck

Sumber: http://www.senyawa.com/2010/01/jenis-dan-fungsi-alat-
berat.html

  g. Alat Penempatan Akhir Material

Alat digolongkan pada kategori ini karena fungsinya yaitu untuk


menempatkan material pada tempat yang telah ditentukan. Ditempat atau

15
lokasi ini material disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan. Yang termasuk di dalam kategori ini
adalah concrete spreader, asphalt paver, motor grader, dan alat pemadat.

Gambar. 1.7 Asphalt Paver

 Sumber: http://www.senyawa.com/2010/01/jenis-dan-fungsi-alat-
berat.html

2.2. Klasifikasi operasional Alat Berat

Alat-alat berat dalam pengoperasiannya dapat dipindahkan dari satu


tempat ke tempat lain atau tidak dapat digerakan atau statis. Jadi
klasifikasi alat berdasarkan pergerakannya dapat dibagi atas berikut ini.

a. Alat dengan Penggerak

Alat penggerak merupakan bagian dari alat berat yang menerjemahkan


hasil dari mesin menjadi kerja. Bentuk dari alat penggerak adalah crawler
atau roda kelabang dan ban karet. Sedangkan belt merupakan alat
penggerak pada conveyor belt.

Gambar. 1.8 Crawlercrane

16
 Sumber: http://www.senyawa.com/2010/01/jenis-dan-fungsi-alat-
berat.html

b. Alat Statis

Yang termasuk dalam kategori ini adalah towercrane, batching plant, baik
untuk beton maupun untuk aspal serta crusher plant.

Gambar. 1.9 Tower Crane

Sumber: http://www.senyawa.com/2010/01/jenis-dan-fungsi-alat-
berat.html

 Crane (alat pengangkat) jenisnya ada bermacam-macam: Crane gelegar,


cranekolom putar, crane putar, crane portal, crane menara, crane kabel,
dan mobil crane. Beberapa jenis Crane banyak digunakan dalam proyek-
proyek bangunan sipil yang berkaitan dengan pemindahan tanah adalah
mobile crane, sebab craneini dapat dengan mudah dipindah-pindahkan,
karena pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis membutuhkan
mobilitas alat yang relatif tinggi

3.  Fungsi alat berat

Dirancang untuk melakukan berbagai aplikasi kehutanan dengan konfigurasi


LogLoader, Harvester/Processor, dan Road Builder.

17
Gambar. 1.10 Alat Berat Kehutanan

Sumber: Wedhanto (2009)

Backhoe Loadermerupakan gabungan dari dua alat berat yang berbeda fungsinya.
Bagian depan dilengkapi dengan bucket dan berfungsi sebagaimana loader dan
bagian belakang dilengkapi dengan perlengkapan yang sama dengan yang
digunakan pada excavator

Gambar. 1.11 BACKHOE LOADER

Alat penggali sering juga disebut Excavator; ada dua tipe Excavator yaitu:

(1) Excavator yang berjalan menggunakan roda kelabang / track shoe (Crawler
Excavator) dan

(2) Excavator yang menggunakan ban (Wheel Excavator).

18
Gambar. 1.12 HIDRAULIC EXCAVATOR

Excavator digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan seperti :

• Excavating (menggali)

• Loading (memuat material)

• Lifting (mengangkat beban)

• Hammering (menghancurkan batuan)

• Drilling (mengebor), dan lain sebagainya

Perbedaan mendasar antara Excavator dan Mass Excavator terdapat pada


kapasitas implement yang digunakan.

Alat perata tanah (Grader) berfungsi untuk meratakan pembukaan tanah secara
mekanis; dusamping itu Grader dapat dipakai pula untuk keperluan lain misalnya
untuk penggusuran tanah, pencampuran tanah, meratakan tanggul, pengurugan
kembali galian tanah dan sebagainya; akan tetapi khusus untuk penggunaan pada
pekerjaan pengurugan kembali galian tanah hasilnya kurang memuaskan.

19
Gambar. 1.13 MOTOR GRADER

Sumber: Wedhanto (2009)

Beberapa pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh Grader antara lain adalah:

 · Perataan tanah (Spreading).


 · Pekerjaan tahap akhir (finishing) pada “pekerjaan tanah”.
 · Pencampuran tanah maupun pencampuran material (Side cast/mixing).
 · Pembuatan parit (Crowning Ditching)
 · Pemberaian butiran tanah (scarifying)

Pada umumnya Grader digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan


pembangunan dan pemeliharaan jalan, diantaranya :

• Grading, Spreading, Ditching

• Scarifying

• Side Sloping

• Dozing

• Ripping

  Tergantung attachment (perlengkapan kerja) nya, Skid Steer Loader, disingkat


SSL, dapat digunakan untuk berbagai keperluan, diantaranya :

• Loading, Dozing,

• Digging,

  • Clamping,

20
• Grading, Leveling, dan sebagainya.

Gambar. 1.14 Skid Steer Loader

Sumber: Wedhanto (2009)

Gambar. 1.15 Skidder

Sumber: Wedhanto (2009)

Ada dua jenis Skidder yang digunakan yaitu :

• Wheel Skidder

• Track Skidder

  Kegunaan dari Skidder adalah untuk menarik batang kayu. Pekerjaan ini biasanya
banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kayu (logging).

21
Gambar. 1.16 Wheel Tractor Scrapper

Sumber: Wedhanto (2009)

Wheel Tractor Scrapper, disingkat WTS, digunakan untuk memuat,


memindahkan, menyebarkan dan mem-buang material dalam rangka
pemeliharaan jalan. Alat ini digunakan untuk menggali muatannya sendiri, lalu
mengangkut ke tempat yang ditentukan, kemudian muatan itu disebagkan dan
diratakan. Scrapper mampu menggali/ mengupas permukaan tanah sampai setebal
+ 2,5 mm atau menimbun suatu tempat sampai tebal minimum + 2,5 mm pula.
Scrapper dapat digunakan untuk memotong lereng tanggul atau lereng
bendungan, menggali tanah yang terdapat diantara bangunan beton, meratakan
jalan raya atau lapangan terbang. Efisiensi penggunaan Scrapper tergantung pada:
(1) kedalaman tanah yang digali, (2) kondisi mesin, dan (3) operator yang bekerja.

Jika ditinjau dari penggeraknya, jenis Scrapper ada dua macam yakni:

(1)  Scrapper yang ditarik Buldoser (Down Scrapper Tractor), dan

(2)  Scrapper yang memiliki mesin penggerak sendiri (Self Propelled Scrappers).

  Down Scrapper Tractor adalah jenis Scrapper kuno, Scrapper ini bekerja dengan
ditarik oleh Buldoser atau traktor sehingga punya kapasitas produksi yang kecil,
sebab gerakan Buldoser sebagai alat penarik sangat lamban, dan jarak angkut
yang ekonomis kurang dari 67 m. Self Propelled Scrappers adalah jenis Scrapper
yang modern dan saat ini banyak digunakan. Scrapper ini memiliki mesin
penggerak khusus sehingga gerakannya gesit dan lincah. Produksi SelfPropelled
Scrappers dapat tinggi, jika digunakan untuk mengangkut jarak yang sedang (+ 5
km) efektivitasnya dapat menyaingi truck, baik itu dalam produksi beaya tiap ton
(m3) maupun kecepatannya.

22
Gambar 1.17Articulated Dump Truck

Sumber: Wedhanto (2009)

Articulated Dump Truck, disingkat ADT, digunakan untuk memindahkan dan


membuang material dengan kapasitas terbatas dan kondisi jalan berlumpur.

Gambar 1.18Off Highway Truck

Sumber: Wedhanto (2009)

Sama halnya dengan ADT, Off Highway Truckjuga digunakan untuk


memindahkan material dengan kapasitas yang besar mulai 40T sampai 360T.

23
Gambar.1-19. Wheel Dozer

Sumber: Wedhanto (2009)

Mesin ini merupakan wheel loader yang dilengkapi dengan blade, dimana
kegunaanya hampir sama dengan dozer.

Gambar.1.20 Track Type Loader

Sumber: Wedhanto (2009)

Track Type Loaderdigunakan untuk memuat material, sama halnya dengan wheel
loader, hanya saja menggunakan track dan kapasitasnya lebih kecil.

24
BAB III
KESIMPULAN

3.1  Kesimpulan
  Dampak penambangan batubara yaitu rusaknya hutan yang menjadi tempat
menyerapnya air kedalam tanah ketika hujan terjadi sehingga jumlah air tanah
akan berkurang karena infiltrasi yang terjadi sangat kecil.
  Kerusakan hutan menyebabkan terjadinya erosi yang mengakibatkan berkurangnya
populasi ikan dan tanaman hutan disekitar lokasi penambangan batubara di
kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
  Penanggulangan hutan yang telah rusak tersebut dapat dilakukan dengan
mengadakan reboisasi dan pembuatan terasering untuk memperkecil erosi yang
terjadi. Selain itu penutupan kembali lahan bekas pertambangan juga perlu
dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan vegetasi.
3.2  Saran
Kegiatan penambangan batubara memiliki dampak pencemaran terhadap air,
udara dan tanah. Dampak pencemaran tersebut sangat berpengaruh terhadap
kesehatan masyarakat yang tinggal dibagian hilir dimana masyarakat
menggunakan sumber air bersih yang berasal dari mata air pegunungan di
kawasan penambangan batubara. oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya
perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai dampak pencemaran terhadap air
tanah yang disebabkan oleh penambangan batubara.

25
26

Anda mungkin juga menyukai