Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
dari suatu organisasi. Mereka tentunya memiliki banyak tujuan yang sama dengan orang-
orang yang juga memiliki saham di perusahaan tersebut. Pemegang saham adalah pemilik
perusahaan secara harafiah, maka tidak menutup kemungkinan ada ketegangan antara
pemegang saham dengan perusahaan. Dengan kata lain, kepentingan terbaik pemegang
saham tidak selalu merupakan kepentingan terbaik perusahaan. Salah satu tujuan utama
mereka adalah keinginan untuk mencapai laba atas investasi mereka. Searah dengan tujuan
utama pemegang saham, salah satu teori korporasi yang paling mendasar adalah bahwa
manajemen harus memaksimalkan laba pemegang saham.
Banyak cara yang bisa dilakukan perusahaan untuk meningkatkan shareholder
interest. Perusahaan dapat mempengaruhi dan menarik minat pemegang saham dengan
memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Selain itu, perusahaan juga dapat memberikan
estimasi laba yang realistis dan memenuhi atau mengalahkan estimasi yang sudah dibuat.
Transparansi informasi keuangan juga menjadi penting, karena pemegang saham
membutuhkan informasi keuangan yang lengkap dan akurat untuk membuat keputusan.
Shareholder interest ada beberapa macam seperti misalnya shareholder litigation
right dan shareholder wealth. Sesuai dengan yang dijelaskan sebelumnya, beberapa fokus
perusahaan terletak di maksimalisasi daya beli pemegang saham. Ini adalah segala upaya
yang dilakukan oleh pemegang saham untuk mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin,
dengan cara apapun. Maksimalisasi kekayaan ini memang bertujuan jangka panjang, namun
ada beberapa kasus upaya membuktikan jangka pendek juga dapat memberikan kekayaan
kepada pemegang saham. Perusahaan lebih fokus ke shareholder wealth dibandingkan
dengan shareholder right karena berbedaan negara dan aturan. Untuk memenuhi sumber
pendanaan, pembiayaan utang menjadi sumber pendanaan yang penting bagi perusahaan. Ada
kemungkinan bahwa pola keputusan pendanaan perusahaan telah berubah selama beberapa
dekade. Selama 1980-an, banyak perusahaan mengambil leverage ekstra rupanya karena
tekanan dari pasar untuk kontrol perusahaan (Frank & Goyal, 2009).
Hubungan hak litigasi pemegang saham dan biaya hutang secara teoritis masih
ambigu. Di satu sisi, hak litigasi pemegang saham yang kuat dapat meningkatkan biaya
hutang, disisi yang lain, litigasi pemegang saham adalah sumber tata kelola perusahaan (Ni &
Yin, 2018). Secara teoritis, litigasi pemegang saham dapat menjadi saluran tata kelola dimana
pemegang saham menghalangi manajer untuk mementingkan diri sendiri dan masalah moral
hazard (Nguyen, Phan, & Lee, 2020). Tata kelola perusahaan yang baik dapat memperburuk
konflik antara pemegang saham dan debt holders, yang mengarah pada transfer kekayaan dari
debt holder ke pemegang saham melalui pengalihan risiko. Biaya hutang memiliki titik
maksimal dalam peningkatannya. Apabila peningkatan biaya hutang melebihi titik
maksimalnya, maka akan merugikan perusahaan. Bila hal itu terjadi, maka shareholder
interest akan menurun, seiring meningkatnya resiko kebangkrutan karena financial distress.
Upaya peningkatan shareholder wealth tanpa memperhatikan shareholder rights akan
berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan. Apabila hutang semakin tinggi, maka pajak
diasumsikan akan besar penghematannya. Dengan nol pajak, biaya modal akan sama dengan
pengembalian rata-rata yang diharapkan oleh investor ketika berinvestasi (biereman).
Semakin besar jumlah hutang, semakin besar nilai leverage perusahaan. Biaya yang
diharapkan dari kesulitan keuangan meningkat karena hutang diganti dengan saham. Pada
titik ini penambahan hutang tidak menguntungkan karena nilai perusahaan berkurang dengan
substitusi hutang untuk saham. Ini menyiratkan bahwa ada struktur modal yang optimal, dan
jumlah utang optimal mungkin lebih kecil dari jumlah maksimum utang yang dapat
dikeluarkan. Sayangnya, penghematan pajak yang semakin besar akan membuat nilai
shareholder menjadi turun. Hal ini mengindikasikan bahwa capital structure perusahaan
tidak dijalankan dengan optimal. Pada saat shareholder value turun, maka secara tidak
langsung membuat firm value juga menjadi turun. Hilangnya kepercayaan investor terhadap
perusahaan diprediksi memiliki dampak resiko kebangkrutan. Oleh karena itu,
mempertimbangkan shareholder value adalah hal yang perlu dilakukan. Shareholder value
dinilai mampu menaikkan firm value apabila perusahaan mampu memberikan hasil kinerja
yang optimal.
Frank, M., & Goyal, V. (2009). Capital Structure Decisions: Which Factors Are Reliably Important?
Financial Management, 38, 1-37. doi:10.1111/j.1755-053X.2009.01026.x
Nguyen, N. H., Phan, H. V., & Lee, E. (2020). Shareholder litigation rights and capital structure
decisions. Journal of Corporate Finance, 62, 101601.
doi:https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2020.101601
Ni, X., & Yin, S. (2018). Shareholder litigation rights and the cost of debt: Evidence from derivative
lawsuits. Journal of Corporate Finance, 48, 169-186.
doi:https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2017.10.008