Anda di halaman 1dari 80

ABSTRAK

SUSIANTI, 2017 : Meningkatkan Kemampuan Membaca Puisi Melalui


Pendekatan Emotif Pada Murid Kelas V SD Inpres 1 Bantaya Kecamatan Parigi
Kabupaten Parigi Moutong.

Masalah penelitian ini adalah “apakah dengan menggunakan pendekatan emotif


dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi pada murid Kelas V SD Inpres 1
Bantaya Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan pendekatan Emotif dapat
meningkatkan kemampuan membaca puisi pada murid kelas V SD Inpres 1
Bantaya Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong. Manfaat penelitian yaitu
a) Melalui hasil penelitian ini diharapkan guru SD dan peneliti memiliki
pengetahuan dan wawasan tentang cara pelaksanaan pendekatan Emotif secara
optimal dalam membaca puisi sebagai salah satu bentuk inovasi pembelajaran di
SD. b) Hasil penelitian ini diharapkan guru SD dan peneliti memiliki teori
pembelajaran yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan proses dan hasil
belajar membaca puisi di SD, c) Hasil penelitian ini diharapkan guru SD
mendapat pengalaman secara langsung menggunakan pendekatan Emotif dalam
pembelajaran membaca puisi. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
yang berdaur ulang/siklus, yaitu meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi. Data penelitian ini adalah data aktivitas guru dan siswa serta
kemampuan siswa membaca puisi. Data diperoleh dengan observasi dan tes. Hasil
penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan yang berarti, baik pada aktivitas
guru maupun siswa pada aktivitas membaca puisi. Peningkatan itu dapat dilihat
pada setiap siklus. Kesimpulan penelitian ini adalah dengan menggunakan
pendekatan emotif dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi murid di
kelas V SD Inpres 1 Bantaya Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong.
vi
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO

PERNYATAAN KEASLIAN

ABSTRAK

PRAKATA

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

AFTAR LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Membaca
2. Pembelajaran Puisi

3. Pendekatan Emotif

B. Kerangka Pikir Penelitian

C. Hipotesis Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

B. Fokus Peneliti

C. Setting dan Subjek Penelitian

D. Rancangan Penelitian

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

F. Teknik Analisis Data dan Indikator Keberhasilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data Proses dan Hasil Penelitian

B. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP
BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang diamanatkan dalam

UUD 1945 direalisasikan dalam pelaksanaan dan pengembangan system

pendidikan dengan segala aspeknya. Dalam pelaksanaan pembangunan

nasional yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945, pemerintah berusaha

meningkatkan mutu pendidikan baik kualitas maupun kuantitas, dengan

demikian potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dapat dikembangkan

secara nyata sehingga melalui pendidikan di harapkan akan terbentuk

manusia-manusia yang cerdas, terampil dan memiliki tanggung jawab

terhadap bangsa dan Negara.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah

bersama dengan pihak-pihak yang terkait dalam bidang pendidikan harus

berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu diantaranya adalah

pengajaran bahasa di sekolah dasar.

Untuk itu bahasa Indonesia berperan sebagai alat komunikasi, di

lingkungan pendidikan baik formal maupun non formal, oleh karena itu sudah

selayaknya jika pengajaran bahasa di Sekolah Dasar sampai ke jenjang

pendidikan tinggi mendapat perhatian yang serius. Guru perlu menyadari


bahwa bahasa sangat diperlukan untuk menguasai mata pelajaran yang

diajarkan. Semua bahan pengajaran kecuali pengajaran bahasa daerah, ditulis

dan diantarkan dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, apabila murid tidak

berhasil menguasai bahasa Indonesia secara optimal, maka akan mengalami

kesulitan mencapai prestasi belajar yang baik dalam semua bidang studi.

Di dalam pengajaran bahasa Indonesia seluruh kegiatan yang

dilaksanakan pada hakikatnya dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai

tujuan pengajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, setiap guru yang akan

melaksankan kegiatan mengajar terlebih dahulu harus memahami tujuan

pengajaran bahasa Indonesia dan memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan

bagaimana anak belajar dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi belajar

dalam lingkungannya. Hal tersebut akan menambah pemahaman dan

wawasan pengajar sehingga memungkinkan proses pembelajaran berlangsung

lebih efektif dan optimal.

Pengatahuan tentang kejiwaan anak yang berhubungan dengan masalah

pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam memberikan motivasi kepada

peserta didik sehingga mau dan mampu belajar dengan sebaik-baiknya untuk

mencapai keberhasilan dan tercapainya tujuan pendidikan, seperti yang

tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Ada empat kompetensi yang harus dikuasai oleh murid yaitu komptensi

mendengarkan/ menyimak, berbicara, membaca dan kompetensi menulis

(Depdiknas, 2006: 22).


Keempat aspek tersebut harus mendapat perhatian dalam pengajaran

bahasa Indonesia di sekolah dasar. Keempat aspek tersebut sebaiknya

mendapat porsi yang seimbang dan dalam pelaksanaannya sebaiknya

dilakukan secara terpadu. Pembelajaran bahasa, selain untuk meningkatkan

keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan

bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan.

Kegiatan berbahasa tersebut sejalan dengan tujuan umum pengajaran

bahasa dan sastra Indonesia di sekolah khususnya pada pendidikan dasar

sebagaimana yang termaktub dalam Kurikulum 1994, antara lain;

(1) Murid menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa nasional dan Negara; (2) Murid memahami bahasa Indonesia

dari segi bentuk, makna, dan fungsi, menggunakan dengan tepat dan

kreatif untuk bermacam-macam keperluan dan keadaan; (3) Murid

memiliki kematangan intelektual, emosional, dan social; (4) Murid

memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa termasuk menyimak,

berbicara, membaca, dan menuis; dan (5) Murid mampu menikmati,

menghargai, dan memamfaatkan karya sastra untuk mengembangkan

kepribadian, memperluas wawasan, dan meningkatkan keterampilan

berbahasa.

Dari beberapa tujuan umum pengajaran bahasa dan sastra Indonesia

yang telah dikemukakan salah satu hal yang masih sering diabaikan adalah

masalah penikmatan, penghargaan, dan pemanfaatan karya sastra oleh murid

dalam kaitannya sebagai salah satu pengajaran di sekolah, yakni pengajaran


sastra. Di samping itu dari tujuan umum mengisyaratkan adanya pengajaran

bahasa dan sastra Indonesia secara seimbang dan professional. Akan tetapi,

kenyataan menunjukan bahwa pengajaran sastra di sekolah terutama pada SD

Inpres Masigi Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong tidak dijalankan

sebagaimana yang diharapkan. Artinya, sastra sebagai salah satu bentuk

pengajaran dalam proses belajar mengajar di sekolah kurang mendapat

perhatian yang serius, apabila dibandingkan dengan pengajaran bahasa.

Pembelajaran puisi bertujuan untuk menumbuhkan dan

mengembangkan akal budi pesrta didik melalui kegiatan apresiasi, ekspresi,

dan penelaan puisi agar tumbuh kegemaran membaca puisi sebagai sesuatu

yang bermakna dalam kehidupan. Atau dengan kata lain, murid diharapkan

memiliki kegemaran membaca puisi untuk meningkatkan kepribadian,

mempertajam kepekaan perasaan dan memperluas wawasan kehidupannya.

Untuk mengimplementasikan tujuan pengajaran puisi tersebut di atas,

maka pengajaran puisi selayaknya mencakup teori puisi dan sejarah puisi.

Untuk itu, peserta didik diwajibkan membaca puisi yang sudah terpilih dan

diberi keleluasaan melahirkan pendapatnya sendiri, dan hendaknya setiap

perpustakaan yang ada di sekolah menyediakan buku puisi dalam jumlah

yang memadai. Selain itu perlu dilakukan penelitian tentang kondisi

pengajaran puisi di sekolah. Dengan demikian, diharapkan tujuan pengajaran

puisi yang bersasaran agar murid gemar membaca puisi tercapai secara

optimal.
Merujuk pada pokok bahasan membaca puisi, maka ada beberapa

tujuan intruksional yang terdapat di dalamnya yang harus dicapai secara baik.

Tujuan instuksional tersebut dijabarkan dan dirumuskan sesuai dengan

subpokok bahasan yang disajikan dalam pokok bahasan itu. Oleh karena itu,

pada hakikatnya semua bentuk puisi harus disajikan secara berimbang.

Tujuannya adalah agar siswa dapat menghayati nilai-nilai yang ada dalam

setiap puisi tersebut dengan cara membacanya. Lebih jauh lagi, siswa

diharapkan dapat membaca, mengekspresikan, dan mengamalkan nilai moral

yang terkandung dalam puisi sebagai sarana pengembangan daya nalar,

intelektual, dan bakatnya. Walaupun sebenarnya masalah puisi itu termasuk

bagian dari pokok bahasan apresiasi bahasa dan sastra Indonesia pada

umumnya, tetapi ada kalanya ditampilkan pada pokok bahasan membaca.

Berdasarkan alasan itulah penulis menggunakan kata membaca puisi

saja. Karena, dengan adanya minat yang positif terhadap baca puisi ada

kecenderungan untuk mengekspresikannya, mengingat tujuan akhir yang

diharapkan dalam membaca adalah pemahaman. Dengan banyak membaca

puisi dapat memahami nilai-nilai luhur yang tersirat didalamnya, karena puisi

sebagai salah satu bentuk budaya karya sastra mengandung unsure nilai moral

yang tinggi yang dapat dijadikan pandangan dan pedoman dalam kehidupan.

Namun, kenyataan yang ditemui di kelas sering terjadi kesalahan bagi

murid dalam hal membaca puisi. Hal ini terungkap melalui prapenelitian

dengan interview dan observasi pada guru dan murid kelas SD Inpres 1
Bantaya Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong yang dilakukan pada

bulan Agustus 2018.

Masalah yang dihadapi oleh guru dan murid tersebut di atas disebabkan

oleh faktor Kurangnya variası : dalam proses pembelajaran membaca puisi

dan kurangnya metode terhadap penerapan pendekatan dalam membaca puisi,

akibatnya guru dan murid mengalami kesulitan dalam membaca puisi.

Dengan adanya permasalahan tersebut, peneliti tertarik mengadakan

penelitian tindakan kelas dengan melalui tindakan perbaikan pembelajaran

membaca puisi dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Membaca Puisi

Melalui Pendekatan Emotif Pada Murid Kelas V SD Inpres 1 Bantaya

Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong"

Dengan menggunakan pendekatan emotif diharapkan dapat mengatasi

kesulitan murid dalam membaca puisi dan dapat meningkatkan hasil belajar

membaca puisi.

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah sebagai

berikut : apakah dengan menggunakan pendekatan emotif dapat

meningkatkan kemampuan membaca puisi pada Murid Kelas V SD Inpres 1

Bantaya Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong?

2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka peneliti

merencanakan pemecahan masalah melalui tindakan perbaikan dengan

menggunakan Pendekatan Emotif.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan

pendekatan Emotif dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi pada

Murid Kelas V SD Inpres 1 Bantaya Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi

Moutong.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Melalui hasil penelitian ini diharapkan guru SD dan peneliti memiliki

pengetahuan dan wawasan tentang cara pelaksanaan pendekatan

Emotif secara optimal dalam membaca puisi sebagai salah satu bentuk

inovasi pembelajaran di SD.

b. Hasil penelitian ini diharapkan guru SD dan peneliti memiliki teori

pembelajaran yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan proses

dan hasil belajar membaca puisi di SD.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan guru SD bisa mendapatkan

pengalaman secara langsung dengan menggunakan pendekatan Emotif

dalam pembelajaran membaca puisi.

b. Hasil penelitian ini diharapkan peneliti mendapat pengalaman nyata

dan dapat menerapkan pendekatan emotif jika menjadi guru nanti.


c. Hasil penelitian ini diharapkan lembaga dapat menjadikan sebagai

bahan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya dan memberikan

pengetahuan tentang membaca puisi.

ВАВ II

KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Membaca

a. Pengertian membaca
Istilah membaca dapat mencakup pengertian yang luas sekali. Hal

itu terjadi karena membaca dapat dibedakan dalam berbagai ragam sesuai

dengan (1) Tujuan (2) Proses kegiatan (3) Objek bacaan dan (4) Media yang

digunakan. Dari adanya keanekaragaman itu dapat dimaklumi bahwa

merumuskan pengertian membaca dalam satu pengertian sangatlah sulit.

Untuk itu, perumusan pengertian membaca dalam pembahasan ini dipaparkan

dengan bertolak dari hakikat membaca itu sendiri. Rumusan yang dimaksud

adalah sebagai berikut:

1. Membaca adalah mereaksi

Membaca disebut sebagai kegiatan yang memberikan reaksi karena

dalam membaca seseorang terlebih dahulu melaksanakan pengamatan

terhadap huruf sebagai representasi bunyi ujaran maupun tanda penulisan

lainnya. Dari reaksi itu lebih lanjut terjadi kegiatan rekognisi, yakni

pengenalan bentuk dalam kaitannya dengan makna yang dikandungnya serta

pemahaman yang keseluruhannya masih harus melalui tahap kegiatan

tertentu.

2. Membaca adalah proses

Membaca pada dasarnya adalah kegiatan yang mencangkup

kompleks disebut. kompleks karena membaca melibatkan berbagai aspek

fisik, mental, bekal pengalaman dan pengetahuan maupun aktivitas berpikir

dan merasa. Dalam membaca keseluruhan, aspek itu terproses untuk

mencapai tujuan tertentu melalui tahap (1) Persepsi (2) Rekognisi (3)

Komprehensif (4) Interprestasi (5) Evaluasi dan 6. Kreasi atau utilisasi.


Pada tahap persepsi, kegiatan yang terjadi adalah pengamatan

bentuk penulisan dalam teks. Pada tahap rekognisi, kegiatan yang terjadi

adalah upaya memahami hubungan antara bentuk penulisan dalam teks

dengan makna pada tahap komprehensif pembaca berusaha memahami

makna kata, kalimat dan paragraf serta relasi interpretasi pembaca berusaha

mendalami perolehan pemahaman dari kegiatan komprehensif yang relatif

masih tersurat ke proses analisis untuk menyusun kesimpulan.

Lebih lanjut dalam tahap evaluasi kegiatan yang terjadi adalah

pemilihan satuan gagasan yang memadai maupun tidak memadai sesuai

dengan latar tujuannya sebagai langkah awal pemberian kriteria, dan tahap

kreasi atau utilisasi yakni tahap yang berkaitan dengan pengolahan perolehan

pengetahuan lewat bacaan untuk mencapai kreasi atau tujuan-tujuan tertentu.

(Aminuddin, 1987).

Sejalan dengan uraian di atas, Tarigan, (1987:8) mendefinisikan

membaca sebagai : "sesuatu usaha memetik dan memahami makna yang

terkandung dalam bahasa tertulis, baik makna yang tersurat maupun yang

tersirat dengan cara memproses informasi silabus, sintaksis dan semantik".

Membaca merupakan usaha untuk mendapatkan sesuatu informasi

dari bahan tertulis, ingin mengetahui, memahami, mempelajari dan

melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu. Misalnya, kesenangan batin.

Mengusir rasa sedih/bosan, alat/instrumental, peneguhan sikap atau pendapat

dan pengalaman estetis.


Untuk sampai kepada pemahaman sebagai akibat atau hasil dari

proses membaca melalui beberapa tahap proses tertentu. Sehubungan dengan

hal ini, Semi (1990:5) meyimpulkan bahwa :

secara garis besarnya membaca (membaca puisi/sastra)


berlangsung dalam empat tahap, yakni (1) didahului dengan proses
pengamatan dan pemahaman lambang-lambang bahasa; (2)
pemahaman dan penangkapan makna; (3) bereaksi secara
interpreatif dan (4) proses integrasi.
Dari uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

membaca adalah kemampuan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dan

memahami maknanya.

Dengan demikian, membaca merupakan proses aktif kognitif yang

bersangkut paut dengan bahasa. Membaca biasanya berhubungan dengan

teks, apakah puisi prosa atau teks lainnya.

b. Ragam Membaca

Menurut Aminuddin, (1987 : 32) ada beberapa ragam membaca

yang secara keseluruhan meliputi : 1) membaca dalam hati 2) Membaca

cepat 3) Membaca teknik 4) Membaca bahasa 5) Membaca estetis 6)

Membaca kritis, serta 7) Membaca kreatif

Ketujuh uraian di atas dapat diikuti dalam paparan dibawah ini :

1) Membaca dalam hati

Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang berusaha

memahami keseluruhan isi bacaan secara mendalam sambil


menghubungkan isi bacaan itu dengan pengalaman maupun pengetahuan

yang dimiliki pembaca tanpa diikuti gerak lisan maupun suara.

2) Membaca cepat

Membaca cepat adalah ragam membaca yang dilaksanakan dalam waktu

yang relatif singkat dan cepat untuk memahami isi bacaan secara garis

besar saja.

3) Membaca teknik

Membaca teknik adalah membaca yang dilaksanakan secara bersuara

sesuai jangan aksentupsi, intonasi dan irama yang benar, selaras dengan

gagasan serta suasana penuturan dalam teks yang dibaca.

4) Membaca sastra

Membaca sastra dapat juga meningkat menjadi kegiatan membaca kritis

yakni bila lewat teks sastra yang dibaca. Pembaca bukan hanya bertujuan

memahami, menikmati dan menghayati, melainkan juga bertujuan

memberikan penilaian.

5) Membaca Estetis

Membaca estetis adalah kegiatan membaca yang dilatar belakangi tujuan

menikmati, serta menghargai unsur-unsur keindahan yang terpapar dalam

suatu teks sastra dan puisi

6) Membaca Kritis

Membaca kritis adalah kegiatan membaca dengan menggunakan pikiran

dan perasaan secara kritis untuk menemukan dan mengembangkan suatu


konsep dengan jalan membandingkan isi tesk sastra yang dibaca dengan

pengetahuan, pengalaman serta realitas lain yang diketahui pembaca

untuk memberikan identifikasi, perbandingan, penyimpulan dan

penilaian.

7) Membaca kreatif

Kegiatan membaca yang dilatari tujuan menerapkan perolehan

pemahaman dari membaca untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang

bersifat aplikatif.

c. Fitor - faktor yang Mempengaruhi Proses Membaca

1. Faktor Intelegensi

Intelegensi berasal dari kata latin “intelegere”, yang berarti

mengorganisir, menghubungkan, mengingatkan satu sama lain.

Intelegensi disamakan artinya dengan kecerdasan Dengan demikian

intelegensi ialah daya menyesuaikan diri secepat dan tepat

berdasarkan pengalaman.

2. Faktor Sikap

Sikap adalah suatu kemampuan internal yang berperan dalam

mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan

untuk bertindak atau tersedianya beberapa alternatif.


3. Faktor Perbedaan Jenis Kelamin (seks)

Perbedaan jenis kelamin, pada umumnya anak perempuan lebih awal

memiliki perbendaharaan kata daripada anak laki-laki, anak

perempuan lebih banyak perbendaharaan kata-katanya daripada anak

laki-laki.

4. Faktor Penguasaan Bahasa

Penguasaan bahasa merupakan sarana pengucapan sastra dan bahasa

merupakan salah satu unsur bentuk sastra yang penting, khususnya

pada karya sastra yang berwujud puisi.

5. Faktor Status Sosial Ekonomi

Status ekonomi merupakan faktor pendukung terhadap terciptanya

masyarakat yang gemar membaca. Pendapatan perkapita masyarakat

yang relatif rendah disertai dengan harga buku yang relatif tinggi

menyebabkan mereka sulit untuk memiliki buku. Berbeda dengan

mereka yang mempunyai pendapatan cukup mampu untuk membeli

buku.

2. Pembelajaran Puisi

a. Pengertian Puisi
Puisi adalah karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif.

Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan makna khias

dan makna lambang (majas). Dibandingkan bentuk karya sastra lain,

puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak

kemungkinan makna. Hal ini disebabkan terjadinya pengkonsentrasian

segenap kekuatan bahasa didalam puisi. Struktur fisik dan struktur batin

puisi juga padat. Keduanya bersenyawa secara padu bagaikan telur dalam

roti (Reeves, 1978 : 26).

Sedangkan clive samsom (1960 : 6) memberikan batasan puisi

sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis, yang mengungkapkan

pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional, jadi jika

pengertian itu ditinjau dari segi bentuk batin maka Herbet menyatakan

bahwa puisi adalah pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan

mempertimbangkan efek keindahan (Clive Samsom, 1960 : 5) sedangkan

Samuel Johnson menyatakan bahwa puisi adalah peluapan yang spontan

dari perasan penuh daya yang berpangkal pada emosi yang berpadu

kembali dalam kedamaian (Tarigan, 1984 : 5). Dan T.S.Eliot

menambahkan bahwa yang diungkapkan dalam puisi adalah kebenaran

(Kennedy, 1971 : 331).

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersajak dan

terikat dengan mengandung nilai-nilai tertentu. Puisi pada umumnya

menggunakan bahasa yang “figurative konotatif" yang dapat


menimbulkan multi interpreative bagi pembaca. Puisi mempunyai irama

dan ritme tertentu, unik dan spesifik Waluyo, (Earneste, 1990:20).

Dalam kamus istilah sastra, dijumpai keterangan (Sudjiman,


1990:91) bahwa: Puisi adalah bentuk karya sastra berupa karangan
yang bersajak dengan keterangan bunyi ritme tertentu, karangan
terikat yang mengandung nilai moral, seni dan
pengetahuan/pengalaman yang tinggi dan /dilukiskan dengan bahasa
yang sangat imajinatif dan/mempunyai amanat/tujuan; lawan dari
prosa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah bentuk


karya sastra berupa karangan terikat dengan mengutamakan kepaduan
irama dan ritme, bahasanya sangat imajinatif, dan mengandung nilai
moral dan tujuan/amanat tertentu yang ingin disampaikan kepada
penikmat puisi.

Seperti dikemukakan pada paragrap terdahulu bahwa puisi itu


menggunakan bahasa yang hangat dan figurative-konotatif, sehingga
dapat menimbulkan kesulitan bagi pembaca untuk memahami maknanya.
Karena esensi vital dari pembaca puisi adalah memahami makna yang
terkandung didalamnya.

b. Ragam Puisi

Ditinjau dari bentuk maupun isinya, ragam puisi itu bermacam-


macam. Ragam puisi itu sedikitnya akan dibedakan antara lain :

1) Puisi epic, yakni suatu puisi yang didalamnya mengandung cerita

kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda,

kepercayaan maupun sejarah.


2) Puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita,

dengan pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu

yang menjalin suatu cerita.

3) Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya

dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin

yang melingkupinya.

4) Puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif

menggambarkan prilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun

monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu. Dalam

puisi dramatik dapat saja penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain

yang diwakilinya lewat monolog.

5) Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang

umumnya tertampil eksplisit.

6) Puisi satirik, yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang

kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompk maupun suatu

masyarakat.

7) Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap

sang kekasih.

8) Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang.

9) Ode, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa

ataupun sikap kepahlawanan.

10) Himne, yaitu puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan

rasa cinta terhadap bangsa ataupun tanah air. (Aminuddin, 1987 : 134).
c. Tujuan Pembelajaran Puisi

Sebagaimana dengan aspek pengajaran lainnya, pengajaran puisi juga

mempunyai tujuan instruksional yang diharapkan dapat tercapai secara

optimal. Secara singkat, Effendy (1982:12) mengungkapkan tujuan

pengajaran puisi di sekolah adalah :

(a) Menumbuhkan dan mengembangkan akan budi peserta didik


melalui kegiatan apresiasi puisi (membaca dan menganalisis) agar
timbul pengertian, pemahaman dan penghargaan terhadap puisi; (b)
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan baca puisi dengan cara
menentukan maksud dan tujuan, menentukan makna dan unsurunsur
puisi; (c) Menghargai hasil karya sastrawan/penyair; (d)
Mengembangkan wawasan dan daya nalar; (e) Mengidentifikasikan
latar belakang budaya bahasa penyair; (f) Menumbuhkan dan
meningkatkan rasa cinta puisi dan (g) Menyadur puisi ke dalam bentuk
prosa dan sebaliknya dan mampu menciptakan karya puisi yang
berbobot.

Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa tujuan pengajaran puisi pada hakikatnya adalah menanamkan
kesadaran siswa untuk gemar membaca puisi dan menghayati makna yang
tersirat di dalamnya, sehingga timbul penghargaan dan rasa cinta puisi di
kalangan siswa, bahkan melalui pengajaran puisi dapat melahirkan sastrawan
atau penyair yang berkualitas dan bermoral.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran puisi di sekolah, upaya yang


dilakukan tersebut antara lain melalui berbagai jalur, yaitu jalur masyarakat,
jalur keluarga, jalur pendidikan dan jalur pengajaran di sekolah. Khusus
melalui jalur pendidikan di sekolah komponen utama dan terutama dapat
dilakukan hal-hal seperti:

a) Meningkatkan kuantitas dan kualitas perpustakaan sekolah dengan


menyediakan bahan bacaan puisi dalam jumlah yang memadai.
b) Mengembangkan secara intensif dan efektif jam wajib membaca.
c) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan baca siswa melalui
lingkungan sekolah yang mendukung.
d) Menyelenggarakan lomba baca puisi dan cipta puisi.
d. Langkah-Langkah membaca puisi

Apabila seseorang mengerjakan sesuatu dan mengharapkan berhasil dengan


baik maka harus melewati tahap ataupun langkah-langkah yang akan
memudahkan mencapai tujuan tersebut. Demikian pula dengan membaca
sebuah puisi, ada langkah-langkah yang harus dilakukan agar mudah
memahami atau menguraikan isi dan bentuknya. Hal ini dikemukakan oleh
Sumarjo (Tulilo dkk, 1987 : 96) bahwa ada tiga langkha pokok dalam
membaca sebuah puisi :

1) Langkah pertama, memahami isi puisi. Pembaca harus


dapat mengerti maksud puisi itu. Apakah puisi itu efis, liris
atau dramatis, apakah kognitif, ekspresif atau efektif.
2) Langkah kedua menilai puisi. Yang menjadi titik tolak
penilaian ialah teknik penulisan, bunyi, irama, gaya bahasa.
Semua unsur didalam puisi harus bekerja sama secara baik
menuju pada maksud isi puisi, sehingga unsur-unsur itu
membentuk suatu kesatuan yang utuh. teknik penulisan yang
baik kalau tidak ada satu pun tidak berfungsi mendukung
artinya.
3) Langkah ketiga, menangkap gagasan. Apakah puisi itu
mengandung gagasan pemikiran dan kadar yang penting ?
puisi yang dapat saja kanya berbicara soal sederhana, bukan
soal besar. Apabila puisi yang baik dan mengandung hal yang
penting dan besar, maka puisi itu termasuk puisi besar atau
puisi abadi.

Ketiga langkah diatas dapat membantu pengapresior dalam membaca


puisi. Disamping itu, dibekali dengan penguasaan tentang unsur-unsur
membentuk puisi, sehingga makna keseluruhan puisi dalam tersebut terurai
dengan baik.

3. Pendekatan Emotif
a. Pengertian Pendekatan Emotif

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang pengertian pendekatan emotif


terlebih dahulu kita akan membahas pengertian emosi.

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Emosil dari kata
emotos atau emovere yang berarti mencerca, yaitu sesuatu yang mendorong
menurut sesuatu, menurut (Row & Row (Effendi dan Praja : 1984) emosi
merupakan suatu keadaan bergejolak dalam diri individu yang berfungsi sebagai
inner adjusment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan
keselamatan individu.

Menurut Andajani (1997 : 101) Emosi adalah suatu perasaan, pergolakan


pikiran, keadaan biologis dan psikologis serta kecenderungan untuk bertindak
Leman (1999) mengemukakah bahwa yang tergolong emosi yaitu :

a) amarah yang meliputi : perasaan benci, jengkel dan kesal


b) kesedihan, yang meliputi perasaan : murung dan putus asa
c) rasa takut yang meliputi rasa cemas, gugup dan khawatir
d) cinta yang meliputi rasa penerimaan kepercayaan dan kasih sayang.
Dari beberapa teori emosi diatas, maka dapatlah kita menyimpulkan

bahwa hubungan antara emosi dengan pendekatan emotif sangatlah erat dan

bahkan tidak bisa kita pisahkan.

Jadi menurut Airinuddir, (1987: 45) bahwa "Pendekatan emotif dalam

membaca puisi adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur

yang mengajuk pada emosi atau perasaan pembaca”. Ajukan emosi itu dapat

berhubungkan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang

berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu dan menarik. Teori emotif juga

merupakan teori yang beranggapan bahwa karya sastra pada dasarnya hadir di

dalam emosi pengarangnya Dengan demikian, dalam membaca teks sastra (puisi),

pembaca juga harus memiliki kedalam rasa atau emosi sehingga terdapat

pertautan antara sesuatu yang dipaparkan pengarang dengan respons yang dimiliki

pembaca. Sementara mirip dengan teori emotif, teori ekspresif, dengan plato dan

aristoteles sebagai pemulanya, beranggapan dasar bahwa teks sastra terutama

puisi pada dasarnya merupakan ekspresi spontan yang terolah lewat ke dalaman

emosi pengarangnya. Ekspresi spontan itu sendiri dalam hal ini telah terbebaskan

dari ikatan kesan pengamatan pengarang terhadap suatu objek.

Oleh karena itu, pendekatan emotif disebut bersinggungan dengan teori

atau pendekatan expresif. Hal itu terjadi karena seperti yang telah dijelaskan di

atas bahwa "pendekatan emotif adalah pendekatan yang berusaha memahami dan

menghayati unsur-unsur yang mampu mengajuk emosi pembaca sementara unsur-

unsur yang mampu memberikan ajukan emosi tersebut, pada dasarnya adalah
unsur serta daya hadir dari kedalam emosi pengarang segala realitas yang ada dan

mungkin ada dalam kreasi penciptaan”.

Prinsip dasar yang melatarbelakangi adanya pendekatan emotif ini adalah

pandangan bahwa cipta sastra merupakan bagian dari karya seni yang hadir di

hadapan masyarakat pembaca untuk dinikmati sehingga mampu memberikan

hiburan dan kesenangan.

Pendekatan emotif dalam membaca puisi adalah suatu pendekatan yang

berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca.

Ajukan emosi itu dapat berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun

ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu dan menarik.

Adapun unsur-unsur puisi yang sangat berpengaruh dalam pendekatan

emotif yakni struktur batin puisi.

Richard (Prodopo, 1999 : 41) menyebutkan makna atau struktur batin

yang ditimbulkan oleh struktur fisik puisi itu dengan istilah hakikat puisi. Lebih

lanjut Richard menyatakan bahwa suatu puisi mengandung suatu makna

keseluruhan yang merupakan perpaduan dari tema (inti pokok puisi). Perasaan

(sikap penyair terhadap bahan atau obyek), nada (sikap penyair terhadap

pembaca-pembaca dan amanat) maksud atau tujuan ingin disampaikan penulis

kepada pembaca)

a. Tema (Sense)
Dalam setiap puisi terdapat suatu pokok pikiran atau inti persoalan

yang biasa disebut dengan tema (sense). Tema tersebut menjadi dasar

penyair dalam menyusun kata-kata sebaik mungkin. Dengan kata-

kata yang disusun tersebut penyair dapat mengarahkan perhatian

pembacanya agar dapat menangkap isi puisi tersebut misalnya dalam

puisi “doa” karya amir hamzah, puisi ini bertemakan ketuhanan.

b. Perasaan (Felling)

Biasa dalam menciptakan sebuah puisi, penyair mengekspresikan

suasana perasannya. Hal ini harus dihayati oleh pembaca misalnya

puisi "Doa" Chairil Anwar dalam puisi ini pembaca dapat menangkap

perasaan penyair penuh kepasrahan dan kekhusyukan.

c. Nada (Tone)

Dalam menciptakan puisi, penyair mempunyai sikap tertentu

terhadap pembaca. Apakah menggurui, menasihati, rendah hati,

angkuh dan lain-lain. Sikap inilah yang disebut nada (tone) misalnya

puisi “ Surat Dari Ibu” karya Asrul Sani. Dalam puisi ini sikap

penyair terhadap pembaca menasihati. Dengan nada menasihati,

penyair memberi nasihat kepada pembaca agar meminta ilmu dan

mencari pengalaman seluas-luasnya.

d. Amanat (Intention)
Setiap penciptaan puisi, penyair mempunyai tujuan-tujuan itu. ada

yang sifatnya mendidik (edukatif) dan keagamaan (religius). Tujuan

penyair yang hendak disampaikan kepada pembaca inilah yang

disebut dengan amanat (intetion). Misalnya pada puisi “Padamu Jua”

karya Amir Hamzah. Dalam puisi ini tujuan penyair adalah mengajak

pembaca untuk merenungkan

kehidupan manusia dalam hubungannya dengan tuhan.

b. Karakteristik pendekatan emotif

Brownosky (Subana : 44) dalam Paul D Eggen (dkk)

mengungkapkan enam ciri pendekatan emotif yang diantaranya :

1) Menekankan pentingnya belajar untuk mencapai hasil belajar

yang memadai 2) menekankan pentingnya ketertiban siswa dalam

proses belajar 3) adanya penekanan belajar dua arah 4) adanya

keterlibatan intelektual dan emosional 5) adanya keikutsertaan

siswa secara emotif dalam proses belajar mengajar 6) guru

bertindak sebagai fasilitator dan koordinator kegiatan belajar siswa.

c. Prinsip-prinsip pendekatan emotif

Dalam pendekatan emotif, prinsip tentang pendekatan tersebut

menjadi hal mutlak yang harus dipahami. Satu hal yang harus disepakati
bersama, bahwa pembelajaran dilakukan orientasinya tidak hanya produk

belajar, yakni hasil belajar yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran

saja, melainkan lebih dari itu. Pembelajaran dilakukan juga diarahkan

bagaiinana memperoleh hasil belajar atau bagaimana proses mencapai

tujuan pembelajaran yang diharapkan terpenuhi.

Kemampuan mengamati, kemampuan menghitung, kemampuan

mengukur, kemampuan mengklasifikasikan, kemampuan menemukan

hubungan, kemampuan membuat prediksi (ramalan), kemampuan

melaksanakan penelitian, kemampuan mengumpulkan dan menganalisis

data dan kemampuan mengomunikasikan data.

d. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Emotif 1. Keunggulan

Pendekatan Emotif

1. Keunggulan dari pendekatan emotif dalam membaca puisi yaitu

pembaca mampu dengan mudah menemukan dan menikmati nilai

keindahan atau estetis dalam suatu karya sastra tertentu, baik dari segi

isi maupun dari segi bentuk

2. Kelemahan Pendekatan Emotif

Adapun kelemahan pendekatan emotif dalam membaca puisi yaitu

pembaca harus mampu menyatukan antara tema, nada, rasa dan

amanat.

4. Peningkatan Pembelajaran Membaca Puisi Melalui Pendekatan Emotif


Peningkatan pembelajaran membaca puisi dimaksudkan sebagai upaya

pencapaian tujuan pembelajaran dengan menggunakan waktu sesuai yang

direncanakan. Degeng (1989/1990) menyebutkan bahwa keefektifan pembelajaran

adalah hasil pembelajaran yang biasanya diukur dengan tingkat pencapaian hasil

belajar pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pencapaian tujuan pembelajaran sesuai yang telah direncanakan menjadi

indikator keberhasilan pembelajaran. Mengukur peningkatan pembelajaran harus

berpedoman pada indikator keberhasilan. Degeng (1989/1990) menyatakan

bahwa:

Ada tujuh indikator yang dapat digunakan untuk menetapkan

peningkatan pembelajan yaitu : a. Peningkatan prilaku, b. Kecepatan

unjuk kerja, c. Kesesuaian prosedur, d. Kualiatas unjuk kerja, e.

Kesesuaian prosedur, f. Kualitas hasil kerja, g. Tingkat alih belajar.

Berdasarkan definisi peningkatan tersebut, maka pembelajran membaca

puisi di Sekolah Dasar mutlak dilakukan. Upaya peningkatan pembelajaran

membaca puisi diperlukan pembelajran dengan menerapkan pendekatan emotif.

Peningkatan pembelajaran membaca puisi diperlukan rancangan pembelajaran

yang terdiri atas 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan pembelajaran, 3) Penilaian

proses dan hasil pembelajaran. Ketiga komponen ini dibahas sebgai berikut:

a. Perencanaan Pembelajaran Membaca Puisi Melalui Pendekatan Emotif


Perencanaan pembelajaran merupakan suatu program yang direncanakan

oleh guru dan memusatkan perhatian kelas. Hamalik (2001: 34) menjelaskan

bahwa "perencanaan mengajar dibuat untuk membantu guru dalam rangka

mengenal kebutuhan-kebutuhan murid dan mendorong motivasi belajar murid". .

Dalam proses perencanaan, identifikasi aspek kebutuhan, pembelajaran

sangat penting. Menurut Rosniwaty, 2008 : 18 bahwa Tujuh langkah yang perlu

dilakukan untuk itu adalah “1) Mendiagnosis kebutuhan, 2) Memformulasi tujuan,

3) Memilih isi pembelajaran, 4) Mengorganisasikan isi pembelajaran, 5)

Menyeleksi pengalaman belajar, 6) Mengorganisasi pengalaman belajar dan 7)

Menentukan sasaran”.

Perencanaan pembelajaran dituangkan dalam satuan pembelajaran dan

hasil pembelajaran yang baik diperlukan empat hal : a) Murid, b) Sarana, c)

Metode dan d) Evaluasi. Dalam kegiatan pembelajaran membaca puisi ada tiga

hal yang saling berinteraksi yaitu 1) Murid, 2) Guru dan 3) Teks puisi. Dengan

interaksi ketiga hal tersebut, pembelajaran diharapkan belangsung dengan baik.

Dalam merumuskan indikator pembelajaran ada lima hal yang perlu

diperhatikan 1) Berorientasi pada murid, 2) Merupakan hasil belajar, 3)

Dirumuskan secara spesifik dan jelas, 4) Dirumuskan dengan istilah yang

operasional dan 5) Dirumuskan dengan hanya mencakup satu jenis hasil belajar.
Setelah indikator pembelajaran dirumuskan, guru menetapkan prosedur

langkah-langkah kegiatan belajar mengajar. Penetapan langkah-langkah

pembelajaran membaca puisi sebaiknya mengacu pada pendekatan emotif.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Puisi Melalui Pendekatan Emotif

Pelaksanaan pembelajaran membaca puisi di Sekolah Dasar memerlukan

pendekatan yang sesuai. Pendekatan yang sesuai dalam pembelajaran membaca

puisi adalah pendekatan emotif. Pendekatan emotif merupakan proses berpikir dan

melakukan kegiatan berbahasa sesuai dengan isi pelajaran dan bentuk

keterampilan yang direncanakan. Proses tersebut ditinjau dari kegiatan belajarnya

tidak berlangsung secara serempak, namun ditempuh melalui tahapan tertentu,

yaitu tahap persiapan pelaksanaan, dan tindak lanjut (Solehan, 1999 : 32).

Tahap persiapan pembelajaran berupa kegiatan membuka pelajaran yang

meliputi kegiatan menarik perhatian murid, menimbulkan motivasi, memberi

acuan, dan membuat kaitan untuk menarik perhatian murid diperlakukan gaya

mengajar guru, penggunaan media dan pola interaksi yang bervariasi.

Setelah menciptakan suasana kelas yang menarik, guru mulai

menghubungkan materi pelajaran yang akan diajarkan dengan pengalaman murid

melalui kegiatan pembangkitan skemata murid. Pembangkitan skemata dilakukan

dengan mengamati puisi, hal ini perlu dibiasakan pada setiap memulai pelajaran.

Kegiatan selanjutnya adalah memprediksi puisi dan membuat simpulan puisi, hal

ini dimaksudkan sebagai upaya membangkitkan daya nalar murid.

Guna meningkatkan pemahaman murid pada tahap persiapan, guru

memodelkan membaca puisi dengan menggunakan pendekatan emotif dalam


pembelajaran guru mesti bertindak sebagai model, vasilitator, pembelajaran,

dinamisator, pengamat dan peneliti dalam mengarahkan kegiatan belajar murid.

Pelaksanaan tahap persiapan diharapkan berada pada tingkat menggemari puisi.

Dalam memantapkan hasil membaca puisi murid diperlukan aktivasi yang disukai,

pemberian latihan dan curah pendapat berkaitan dengan hasil membaca murid.

Dalam prosedur pembelajaran membaca puisi diperlukan kegiatan

berinteraksi langsung dengan teks puisi melalui kegiatan membaca, dengan

memahami, menilai dan menangkap gagasan serta memberikan tanggapan emotif

pada puisi yang dibaca.

Dalam menetapkan proses dan hasil pembelajaran membaca diperlukan

tahap tindak lajut. Pada tahap ini diharapkan murid berada pada tahap membaca

yang baik, bahkan kalau mungkin mampu memproduksi sastra misalnya

menciptakan puisi dan mengekspresikannya.

c. Penilaian Dalam Pembelajaran Membaca Puisi Melalui Pendekatan

Emotif

Salah satu target hasil pembelajaran membaca puisi adalah meningkatnya

kemampuan murid dalam proses dan hasil „membaca puisi. Fokus pembelajaran

membaca puisi ditekankan pada aspek 1) Emotif, 2) Berpikir kritis, dan 3)

Imajinatif dan kreatif. (Solehan dkk, 1999: 32). Guna mencapai target tersebut

diperlukan pendekatan pembelajaran yang sesuai.

Penilaian merupakan proses yang sistematis dan bukan merupakan

kegiatan yang terus menerus berlangsung diserta tindakan-tindakan. Ada sejumlah

prinsip yang perlu diperhatikan dalam penilaian yaitu : a) Terlebih dahulu


ditentukan apa yang akan di evaluasi, b) Memilih teknik evaluasi sesua dengan

tujuan, c) Evaluasi dilakukan secara menyeluruh, d) Evaluasi sekedar alat untuk

mencapai tujuan dan bukan tujuan dan evaluasi dilaksanakan secara

berkesinambungan.

Penilaian dalam mengefektifkan pembelajaran membaca puisi di kelas V

ditekankan pada emosi. Evaluasi proses (assessment) diarahkan untuk

mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar murid. Melakukan

assessment dalam pengajaran bahasa dimaksudkan untuk mengumpulkan,

menganalisis, menyimpulkan dan menginterpretasikan informasi tentang murid

untuk mengetahui performasi dan prestasi mereka. Dalam pembelajaran membaca

puisi, assessment sangat penting, baik penilaian proses (assessment process)

maupun penilaian hasil (assessing product). B. Kerangka Pikir

Berdasarkan masalah yang menjadi dasar kerangka pikir penelitian ini

yaitu rendahnya kemampuan murid dalam membaca puisi yang disebabkan oleh

kurangnya perhatian murid terhadap pembelajaran membaca puisi dan kurangnya

pemahaman murid tentang cara membaca puisi dengan benar.

Oleh karena itu, peneliti bersama guru secara kolaboratif menyusun

rencana perbaikan pembelajaran guna mengatasi permasalahan di atas dengan

menggunakan pendekatan emotif dalam membaca puisi dengan menerapkan

empat tahap yaitu; (1) tema puisi, (2) nada puisi (3) amanat puisi, dan (4) rasa

puisi.

Untuk lebih jelasnya kerangka penelitian dengan menggunakan

pendekatan emotif dalam membaca puisi pada bagan di bawah ini:


Kemampuan
Membaca Puisi Murid masih rendah

Aspek Guru Aspek Murid


- Minat atau motivasi belajar
- Kurangnya variasi atau metode
murid dalam pembelajaran
yang digunakan guru dalam
masih kurang
pembelajaran membaca

Pendekatan Emotif
- Menentukan tema
- Menentukan perasaan
- Menentukan nada
- Menentukan amanat

Hasil Membaca Puisi


meningkat

Gambar 2.1. Kerangka pikir pemecahan masalah membaca puisi dengan


menggunakan pendekatan emotif

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika pendekatan emotif digunakan

dalam membaca puisi, maka dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi


murid, khususnya murid kelas V SD Inpres Masigi Kecamatan Parigi Kabupaten

Parigi Moutong.
ВАВ III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah ditemukan, maka penelitian yang

menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang diungkapkan Licon dan Guba

(Moleong: 2001: 4-8) mempunyai ciri-citi yaitu:

1) latar alami, 2) manusia sebagai alat, 3) metode kualitatif, 4) analisis

atau secara induktif, 5) teori dan dasar, 6) deskriptif, 7) lebih

mementingkan proses dari pada hasil, 8) adanya batas yang ditentukan

oleh fokus, 9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, 10) desain

bersifat sementara, 11) hasil penelitian dirunding dan disepakati bersama.

Melalui pendekatan kualitatif ini untuk mengkaji apakah dengan

menggunakan pendekatan emotif dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi

pada murid Kelas V SD Inpres Masigi Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi

Moutong.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang berdaur

ulang/siklus, apabila dalam siklus pertama gagal, maka akan dilaksanakan

siklus berikutnya dengan memperhatikan beberapa kegagalan dalam siklus

pertama sampai mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan

(Arikunto, 2008: 56).


B. Fokus penelitian

Fokus dalam penelitian ini yaitu:

1. Faktor siswa: yaitu dengan melihat apakah tingkat pemahaman murid

dalam membaca puisi sudah sesuai dengan yang diharapkan.

2. Faktor guru: yaitu dengan melihat bagaimana persiapan materi yang

relevan dan kesesuaian dengan pendekatan yang digunakan dalam

pembelajaran membaca puisi di kelas.

C. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Inpres Masigi Kecamatan Parigi

Kabupaten Parigi Moutong. Mengenai ruang kelas kurang mendukung

terlaksananya proses pembelajaran yang optimal. Lokasi penelitian ini ditetapkan

berdasarkan pertimbangan 1) masih ditemukan murid yang masih mengalami

kesulitan dalam membaca puisi 2) di sekolah ini belum pernah dilakukan

penelitian membaca puisi dengan menggunakan pendekatan emotif 3) adanya

dukungan dari kepala sekolah dan guru terhadap penelitian ini.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yaitu murid kelas V dengan jumlah murid laki-laki 11 orang

perempuan 9 orang dengan jumlah keseluruhan 20 orang. Pelaksanaan penelitian

direncanakan pada semester genap tahun pelajaran 2017 / 2018 selama 3 bulan

yaitu Angstus sampai Oktober tahun 2017.


D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini didesain untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi

guru dalam memilih model mengajar yang sesuai. Dengan model tersebut dapat

meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa dalam membaca puisi.

Penelitian ini menggunakan penedekatan tindakan yaitu rancangan

penelitian berdaur ulang (siklus). Hal ini mengacu pada pendapat MC Taggart dan

Wardani (Asman, 2008: 30) bahwa penelitian tindakan kelas mengikuti proses

siklus mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan

refleksi. Tahapan tindakan digambarkan dalam bagan berikut: alur Penelitian

Tindakan Pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan pendekatan emotif.

Alternatif Pemecahan Perlaksanaan


Permasalahan (Rencana Tindakan I) Tindakan I

Observasi
Refleksi I Analisis Data I (monitoring)

Belum Alternatif Pemecahan Perlaksanaan


Terselesaikan (Rencana Tindakan Tindakan II
II)

Observasi
Refleksi II Analisis Data II (monitoring)

Terselesaikan

Berhasil Simpulan

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian berdaur Ulang Wardani (Rosniwaty, 2008: 30)
E. Teknik dan Prosedur pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan tes dan

pengamatan. Kedua teknik tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Tes

Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang Pemahaman

murid membaca puisi. Tes dilaksanakan pada awal penelitian, pada akhir

setiap tindakan dan pada akhir setelah diberikan serangkaian tindakan.

2. Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh orang yang terlibat aktif dalam pelaksanaan

tindakan yaitu guru yang mengajar di kelas V. Pada pengamatan mi

digunakan pedoman pengamatan untuk mencatat hal-hal yang dianggap

penting.

F. Teknik Analisis Data dan Indikator Keberhasilan

1. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan

pengumpulan data. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil

pengamatan, wawancara dengan indicator-indikator pada refleksi dari siklus

penelitian. Data yang terkumpul disetting ke dalam penelitian kualitatif.

Data pada saat proses pembelajaran ditafsirkan dapat menggunakan

rumus sebagai berikut:

Jumlah yang muncul


Nilai = X 100%
Jumlah yang seharusnya
Tabel 1 : Taraf Keberhasilan
Adapun kriteria yang digunakan untuk mengungkapkan indikator

keberhasilan siswa dalam penelitian ini adalah sesuai dengan kriteria yang
ditentukan oleh Nurkancana (1986:39) sebagai berikut: "Tingkat penguasaan,

90% - 100% dikategorikan sangat tinggi, 80% - 89% dikategorikan tinggi,

65% - 79% dikategorikan sedang, 55% - 64% dikategorikan rendah dan 0% -

54% dikategorikan sangat rendah”.

2. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini meliputi

indicator proses dan hasil dalam membaca puisi dengan menggunakan

pendekatan emotif. Dari segi proses ditandai oleh keaktifan murid dalam\

proses pembelajaran terlaksananya pembelajaran sesuai dengan rencana dan

tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan emotif.

Berdasarkan kriteria standard di atas, maka peneliti menentukan

tingkat kriteria, keberhasilan tindakan pada penelitian ini dilihat dari

pemahaman dan cara siswa membaca puisi secara individu maupun klasikal

pada setiap siklus telah meningkat dan menunjukkan tingkat pencapaian

ketuntasan 70% dengan nilai > 6,5.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data Proses dan Hasil Penelitian

1. Paparan Data Tindakan Siklus 1

Dalam bagian ini dipaparkan data dan temuan hasil tindakan

pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan pendekatan emotif. Data

tindakan, temuan, dan refleksi diperoleh melalui hasil pengamatan,

wawancara, dan dokumentasi hasil belajar murid. Data setiap siklus

dipaparkan secara terpisah. Hal ini bertujuan untuk melihat persamaan,

perbedaan, perubahan, dan perkembangan alur setiap siklus.Pembelajaran

membaca puisi dengan menggunakan pendekatan emotif mencakup (1)

perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) observasi, dan

(4) refleksi tindakan.

a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti dan guru kelas V secara

kolaboratif menyusun rencana pembelajaran (RPP). Perencanaan tersebut

disusun dan dikembangkan berdasarkan program semester II. Perencanaan

tindakan terdiri atas (1) menentukan tema pembelajaran, (2) menentukan

tujuan pembelajaran, (3) menentukan langkah-langkah KBM, (4) memilih

bahan/materi pelajaran,(5) menyusun alat tes hasil belajar. Perencanaan

pembelajaran ini mengambil tema "Menyesal” tema tersebut diambil dari

buku paket Bina Bahasa dan Sastra Indonesia kelas V SD Penerbit Erlangga.
Dengan alokasi waktu 3x35 menit (108 menit). Tema ini dipandang sesuai

untuk murid kelas V sekolah dasar dengan pertimbangan sebagai berikut: (1)

tema tersebut sesuai dengan tema dalam KTSP semester II kelas V sekolah

dasar, (2) materi puisi sesuai dengan tingkat perkembangan dan minat murid

kelas V sekolah dasar, dan (3) puisi yang bertema penyesalan digemari murid

kelas V sekolah dasar.

Tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah murid dapat menyerap

puisi dan dapat memberikan tanggapan. Berdasarkan tujuan pembelajaran

tersebut peneliti dan guru menetapkan tujuan pembelajaran dalam satu kali

pertemuan. Rumusan tujuanpembelajaran yaitu, (1) murid dapat membaca

puisi dengan intonasi yang tepat, dan (2) murid dapat membaca puisi dengan

ekspresi yang tepat.

Dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut, perencanaan

pembelajaran ini dibagi dalam tiga kegiatan, yaitu (1) kegiatan awal yang

terdiri dari a) Mengucapkan salam, b) berdoa, c) mengecek kehadiran murid,

dan d) menginformasikan tentangsasaran yang diharapkan yakni

menyampaikan kepada murid pokok bahasan dan tujuan pembelajaran khusus

yang akan dicapai., (2) kegiatan inti yang terdiri dari a) Guru menunjukkan

contoh puisi yang berjudul penyesalan karya Ali Hasjmi, b) Guru

memberikan contoh pembacaan puisi dengan intonasi yang tepat, c) Guru

memberi kesempatan kepada murid membaca puisi didepan kelas, d) Guru

menjelaskan pengertian pendekatan emotif dalam membaca puisi, e) Guru

menjelaskan nada dan rasa puisi, f) Guru memberi kesempatan kepada murid
untuk bertanya sebelum membaca puisi, dan g) Murid mendemonstrasikan

cara membaca puisi dengan lafal, intonasi serta ekspresi dan emosional yang

tepat., (3) kegiatan akhir terdiri dari a) Menyampaikan keberhasilan dalam

proses belajar secara umum, b) Menyimpulkan materi pelajaran (melibatkan

murid), dan c) Memotivasi perbaikan yang belum tepat (tindak lanjut).

Meskipun perencanaan ini dibagi menjadi tiga kegiatan namun setiap tahap

tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan kegiatan satu dengan kegiatan

yang lainnya.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia melalui materi

membaca puisi dengan menggunakan pendekatan emotif di kelas V SD Inpres

Masigi Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong untuk Siklus I

dilaksanakan pada hari Jumat, 3 April 2010 pukul 7.30 – 9.15 WITA. yang

dihadiri 20 orang murid. Mengawali tindakan pembelajaran ini peneliti

mengucapkan salam, kemudian menyampaikan materi yang akan dipelajari

yaitu pembelajaran membaca puisi, dan menyampaikan tujuan yang ingin

dicapai.

Langkah penggunaan pendekatan emotif untuk meningkatkan

pembelajaran membaca puisi pada siklus pertama dibagi menjadi tiga tahap,

yaitu tahap persiapann membaca puisi, tahap pelaksanaan membaca puisi,

dan tahap tindak lanjut membaca puisi. Pada tahap persiapan membaca puisi

diawali dengan mempersiapkan murid membaca puisi dengan

membangkitkan skemata murid melalui pengamatan puisi, dan tanya jawab,


menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan langkah langkah KBM,

memodelkan langkah-langkah membaca puisi dengan menggunakan

pendekatan emotif, mengelompokkan murid dan menugasi murid membaca

puisi melalui kegiatan memahami, menghayati, menikmati. Aktivitas

tindakan guru dan murid dalam tahapan persiapan membaca seperti tampak

dalam dialog 1 berikut ini:.

Dialog 1 Membuka Pelajaran

Guru : Anak-anak! Pagi ini pelajaran Bahasa Indonesia. Apakah anak-anak

sudah siap belajar?

Murid : Siap Buuuu(serentak menjawab). Guru : Baiklah, Ibu sampaikan

bahwa beberapa waktu yang lalu Ibu memberikan teks kepada kamu

tentang membaca puisi. Hasil tes itu belum memuaskan. Hari ini Ibu

akan membimbing kalian cara belajar membaca puisi yang baik agar

kalian mendapat nilai yang memuaskan. Baiklah anak-anak apakah

kamu senang membaca puisi?

Murid : Senang Bu! (serentak menjawab).

Guru : Bagus! Tugas kalian pada pelajaran hari ini adalah membaca puisi

tentang menyesal. Ayo! Siapa yang tau nada puisi itu?

Murid : (semuanya diam) tidak ada yang menjawab

Guru : Ayo! Siapa yang berani menjawab? Murid : (diam) belum ada yang

menjawab?

Guru : Baiklah, Ibu berikan contoh ya, Anaku menuntutlah ilmu sebanyak

banyaknya, raihlah cita-citamu setinggi langit. Kau pergi


meninggalkan negerimu, pulanglah dengan bekal ilmu yang tinggi

sesuai dengan harapan bangsa dan negara. Siapa yang tau nada puisi

tadi? Ayo! Siapa yang berani menjawab?

Murid : Saya Bu ( Inten menjawab dengan suara pelan dan tampak malu-

malu) amanat itu pesan.

Guru : Ada jawaban yang lain?

Murid : (Dhea menjawab) amanat puisinya menasehati anaknya yang sedang

pergi sekolah (suasana kelas menjadi ramai dan tampak siswa

mempunyai jawaban masing-masing).

Guru : Ya, jawabanmu bagus! Ibu lanjutkan lagi. amanat pengertiannya

pesan penyair terhadap pembacanya, dan amanat puisi tadi yaitu ibu

yang menasehati anaknya agar menimba ilmu setinggi-tingginya.

Sekarang Ibu akan memberi tugas menentukan tema, nada, amanat,

rasa puisi yang berjudul "Menyesal”.

Kegiatan selanjutnya adalah guru menugasi murid membaca dalam hati

teks puisi secara individual kurang lebih lima menit. Setelah murid membaca,

guru membagi murid menjadi empat kelompok. Pengelompokan ini dimaksudkan

untuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan arahan dalam format observasi

membaca puisi. Setiap kelompok terdiri atas lima orang. Pembagian kelompok ini

didasarkan kedekatan tempat duduk dengan alasan murid mudah mengatur tempat

duduknya tanpa gaduh di kelas.

Pada tahap pelaksanaan membaca puisi, guru membimbing murid

berdiskusi, berkolaborasi dan sharing pendapat sambil melibatkan jiwa dan emosi
murid dalam puisi dan terlibat aktif dalam kerja kelompok dan memberikan

tanggapan isi puisi.

Dalam tahap ini guru membimbing murid untuk (1) melaporkan dan membahas

hasil kerjanya, (2) memberikan tes formatif untuk mengetahui

dampak proses membaca puisi melalui pendekatan emotif terhadap

hasil belajar murid. Aktivitas pelaksanaan pembelajaran membaca

puisi seperti tampak pada dialog 2 sebagai berikut:

Dialog 2 Pelaksanaan Membaca puisi

Guru : Anak-anak, kamu sudah membaca dan menyimak puisi yang

berjudul "Doa". Sekarang duduklah sesuai anggota kelompokmu.

Tiap kelompok berjumlah lima orang. Tiap-tiap kelompok tugasnya

mendiskusikan soal-soal dalam LKS. (guru membagikan LKS

kepada masing-masing kelompok). Waktu mengerjakan hanya 20

menit.

Murid : (murid berhadap-hadapan dengan kelompoknya), di antaranya ada

yang bingung dan tidak tahu apa yang akan dilakukan. Sedang yang

lainnya terlihat mendominasi kegiatan dan yang lainnya santai dan saling

berpandangan (suasana kelas menjadi ramai)

Guru : 20 menit kemudian. Waktunya sudah selesai. Ibu minta kelompok

satu membacakan puisi yang berjudul Doa dan yang lainnya

mendengarkan bacaan temannya.

Murid : (Kelompok satu maju membacakan puisi doa). Setelah itu menyusul

kelompok dua dengan suara kurang jelas karena terlihat malu-malu


dan murid yang lainnya ribut karena tidak mendengar bacaan puisi

yang dibacakan temannya.

Guru : Ayo berikan tepuk tangan kepada kelompok satu dan kelompok dua.

Murid : (murid serentak bertepuk tangan dan kelas menjadi ramai). Guru :

Anak-anak, tidak semua kelompok maju ke depan membacakan puisi

doa, karena waktunya sudah selesai. Nanti diwaktu lain kalau ada

kesempatan akan tampil semua. Anak-anak semua kembali ke

tempat duduknya karena masih ada soal tes formatif, masing-masing

menjawab soal-soal evaluasi secara individu.

Berdasarkan dialog tersebut guru mengarahkan murid untuk

berkelompok dan melakukan diskusi. Anggota kelompok didasarkan kedekatan

tempat duduknya. Pada saat murid di kelompokan, suasana kelas menjadi ramai,

karena ada beberapa murid yang tidak mengetahui tugasnya dalam kelompok.

Setelah diarahkan oleh guru suasana kelas dapat dikendalikan.

Suasana murid saat melakukan kerja kelompok tampak didominasi oleh

anggota kelompok tertentu. Sedangkan yang lainnya tampak kurang serius,

kurang aktif, dan kurang merespon pertanyaan-pertanyaan dalam tes. Setelah

selesai kegiatan diskusi, murid ditugasi melaporkan hasil diskusinya dan yang

lainnya ditugasi mendengarkan dan menanggapi. Dalam pelaporan hasil diskusi,

murid terkesan malu malu, dan takut menyampaikan pendapat mereka. Hal ini

tampak saat melaporkan hasil diskusi dan saat diberi kesempatan untuk memberi

tanggapan atas laporan kelompok lain. Setelah dikonfirmasi, murid menyatakan


bahwa mereka tidak berani berpendapat karena takut salah dan malu jika dicela

oleh teman mereka.

Dalam kegiatan pelaporan hasil kerja kelompok, tidak semua wakil

kelompok diberi kesempatan karena keterbatasan waktu. Setelah dikonfirmasi,

guru menyatakan bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan selama ini biasanya

murid diberi pertanyaan dan tidak ditugasi melaporkan hasil kerja kelompoknya di

depan kelas.

Pada akhir tahap pelaksanaan membaca puisi, guru mengumpulkan

hasil kerja kelompok dan mengarahkan murid memberi tes formatif. Pelaksanaan

tes formatif seperti tampak pada dialog 3 sebagai berikut:.

Dialog 3 Kegiatan Evaluasi Formatif

Guru : Anak-anak, kamu telah mengerjakan pertanyaan-pertanyaan secara

berkelompok dengan mengisi LKS. Sekarang kembali ketempat

duduknya masing-masing. Selanjutnya, masih ada kegiatan, yaitu

menjawab soalsoal, tetapi dikerjakan sendiri dan tidak boleh lagi

bekerjasama seperti saat mengerjakan LKS. Apakah anak-anak

sudah mengerti maksud Ibu? Setelah itu Ibu membagikan lembar

soal evaluasi sekaligus lembar jawabannya.

Murid : (murid serentak menjawab mengerti!). setelah menerima lembar soal

murid mengerjakan soal-soal, namun sebagian di antaranya tampak

gelisah, tengok kiri dan kanan, serta berisik.


Guru : (Guru menegur murid) Ayo! Kenapa berisik? Setelah 20 menit

kemudian. Ayo! Waktunya sudah selesai. Silakan dikumpulkan!

Semua sudah selesai? Semua tetap pada tempat duduknya yang rapi

dan perhatikan ke depan semuanya.

Pada dialog tersebut, tampak murid serius mengerjakan soal-soal, namun

diantara mereka tampak belum menunjukkan sikap serius, percaya diri, dan sikap

jujur. Murid tampak gelisah, menengok ke kiri dan ke kanan, serta berisik saat

berlangsung tes formatif. Kondisi ini menyebabkan guru selalu member

peringatan dan teguran, baik saat mengerjakan tes maupun setelah mengerjakan

tes.

Kegiatan pada tahap tindak lanjut membaca puisi adalah guru menugasi

murid (1) mengoreksi hasil kerja mereka, (2) merevisi hasil kerja, (3)

membimbing murid - merefleksi kendala-kendala belajar mereka, faktor

pendukung dan solusi.

Dari paparan data pelaksanaan membaca puisi dengan melalui pendekatan

emotif pertemuan pertama dapat disimpulkan bahwa, murid membaca puisi belum

terlaksana sesuai indikator yang ditetapkan, khususnya menentukan nada dan

amanat puisi. Aktivitas pelaporan hasil kerja/diskusi belum terlaksana sesuai

indikator yang ditetapkan, khususnya pada pengembangan sikap keberanian dan

pengembangan aspek keterampilan membaca.


c. Hasil Observasi Tindakan Siklus 1

Dari perencanaan tersebut diimplementasikan dalam pembelajaran secara

nyata di kelas V dengan mengamati semua aktifitas guru dengan data sebagai

berikut: temuan penelitian tentang keberhasilan guru menggunakan pendekatan

emotif dalam pembelajaran membaca puisi pada siklus pertama menunjukkan

bahwa pada kegiatan awal dan kegiatan inti, hanya 4 indikator yang dapat

dilaksanakan dengan baik, dari 8 indikator yang diharapkan (50,00%) sehingga

dikategorikan sangat kurang (SK). Sedangkan empat indikator yang tidak

dilaksanakan adalah (1) menyampaikan langkah-langkah pembelajaran, (2)

kurang memberikan penjelasan terhadap teknik pembacaan puisi, (3) bertanya

kepada teman kelompoknya, dan (4) menyimpulkan materi pembelajaran.

Pertemuan kedua pada kegiatan akhir hanya 2 indikator yang dapat

dilaksanakan dari 3 indikator yang diharapkan (66,66%) sehingga dikategorikan

sedang. 1 indikator yang tidak dilaksanakan adalah mengadakan perbaikan dari

jawaban yang salah Untuk menghasilkan hasil yang diperoleh dari kegiatan

belajar dengan menggunakan pendekatan emotif setelah murid selesai belajar

kelompok guru membagikan soal tes formatif I masing-masing murid dikerjakan

secara individu tidak boleh kerjasama. Soal yang diberika berbentuk essay. Materi

tes ekuivalen denga materi waktu belajar kelompok. Soal tes induvidu (tes

formatif 1 ) ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 74.

Berdasarkan data siklus pertama disimpulkan bahwa pencapaian

implementasi
rencana pembelajaran membaca puisi aspek guru adalah Sangat Kurang

(SK). Guna meningkatkan keberhasilan guru menggunakan pendekatan emotif,

maka dilakukan refleksi yaitu guru harus menguasai langkah-langkah

pembelajaran yang telah ditentukan dan melakukan semua kegiatan yang

direncanakan baik pada tahap awal sampai pada saat membaca puisi dengan baik,

guru harus membimbing murid dalam menibaca puisi, dan membimbing murid

menghayati dan memahami makna puisi.

Aktivitas guru pada siklus pertama berpengaruh pada keberhasilan murid

dalam melakukan aktivitas dan hasil belajar membaca puisi. Pada siklus pertama

diharapkan murid mampu melakukan indikator yang talah ditetapkan data aktifitas

kerja murid pada siklus pertama dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Aktivitas belajar murid membaca puisi melalui pendekatan emotif


Siklus Pertama Siklus Pertama
Frekuensi Skor Kwalifikasi
A. Kegiatan Awal
1. Murid menyimak tujuan pembelajaran
Yaitu membaca puisi 10 50,00% Kurang
2. Murid menyimak penjelasan perangkat
Yang dibutuhkan 11 55,00% Kurang
Jumlah 21 52,50% Kurang
B. Kegiatan Inti
1. Murid memperhatikan contoh puisi 9 45,00% Sangat Kurang
2. Murid menyimak contoh pembacaan
Puisi dengan intonasi yang tepat 10 50,00% Sangat Kurang
Jumlah 19 47,50% Sangat Kurang
C. Kegiatan Akhir
1. Murid mampu menyimpulkan
Materi pembelajaran 10 50,00% Sangat Kurang
2. Murid mengerjakan evaluasi
Yang berkaitan dengan materi
Membaca puisi 10 50,00% Sangat Kurang
Jumlah 20 50,00% Sangat Kurang
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa data aktivitas kegiatan awal dari 20 murid

dari siklus I menunjukkan bahwa hanya 10 orang (50,00%) yang dapat menyimak

tujuan pembelajaran yaitu membaca puisi dan 11 orang (55,55%) yang dapat

menyimak perangkat yang dibutuhkan, dengan pencapaian pada aktifitas kegiatan

awal 52,50%.

Data aktivitas belajar pada kegiatan inti menunjukkan bahwa hanya 9

orang murid (45,00%) yang mampu memperhatikan contoh puisi dan 10 orang

murid (50,00%) yang mampu menyimak contoh pembacaan puisi dengan intonasi

yang tepat, dengan pencapaian pada kegiatan inti 47,50%.

Data aktivitas belajar pada kegiatan akhir adalah 10 orang murid

(50,00%) yang mampu menyimpulkan materi pembelajaran dan 10 orang murid

(50,00%) yang mampu mengerjakan evaluasi yang berkaitan dengan materi

membaca puisi dengan pencapaian pada kegiatan akhir 50,00%.

Berdasarkan data pada siklus pertama dapat disimpulkan bahwa aktifitas

belajar membaca puisi yang terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

akhir rata-rata dikategorikan sangat rendah (SR). hal tersebut di atas disebabkan

karena guru belum menguasai langkah-langkah pembelajaran sehingga tidak

mengimplementasikan rencana pembelajaran dengan baik.

e. Analisis dan Refleksi Siklus 1

Tindakan Siklus 1 difokuskan pada pembelajara membaca puisi melalui

pendekatan emotif. Pembelajaran dilaksankan dengan menerapkan pendekatan

emotif. Untuk memperoleh data tentang pelaksanaan tindakan Siklus I dilakukan


pengamatan, wawancara, dan tes selama pelaksanaan tindakan dianilisis dan

didiskusikan dengan pengamatan sehingga diperoleh hal-hal sebagai berikut.

1. Kegiatan Awal

a. Peneliti mengucapkan salam.

b. Peneliti mengarahkan murid untuk berdoa

c. Peneliti mengecek kehadiran murid

d. Peneliti menginformasikan tentang sasaran yang diharapkan yakni

menyampaikan kepada siswa pokok bahasan dan tujuan pembelajaran

khusus yang akan dicapai

2. Kegiatan Inti

a. Peneliti menunjukkan contoh puisi yang berjudul doa karya Chairil Anwar.

b. Peneliti memberikan contoh pembacaan puisi dengan intonasi yang tepat

c. Peneliti kurang memberi kesempatan kepada murid membaca puisi di

depan kelas

d. Peneliti kurang menjelaskan pengertian pendekatan emotif dalam

membaca puisi

e. Peneliti kurang menjelaskan nada dan rasa puisi

f. Peneliti kurang memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya

sebelum membaca puisi

g. Peneliti mengarahkan murid mendemonstrasikan cara membaca puisi

dengan lafal, intonasi serta ekspresi dan emosional yang tepat


3. Kegiatan Akhir

a. Peneliti menyampaikan keberhasilan dalam proses belajar secara umum

b. Peneliti menyimpulkan materi pelajaran (melibatkan murid)

c. Peneliti memotivasi perbaikan yang belum tepat (tindak lanjut)

Dari hasil analisis dan refleksi tindakan siklus I belum sesuai dengan

harapan peneliti, maka, pembelajaran belum behasil berdasarkan indicator

keberhasilan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan analisis dan refleksi di atas, dapat mengacu kepada indicator

keberhasilan yang ditetapkan, maka disimpulkan bahwa pembelajaran masih

belum berhasil karena rata-rata kelas mencapai 5,7% ketuntasan belajar 40% dan

ketidaktuntasan 60%. Dengan demikian tujuan pembelajaran belum tercapai. Oleh

karena itu, materi itu perlu diulang pada tindakan Siklus II dengan beberapa

penyempurnaan sebagai berikut:

a. Peneliti harus memberi kesempatan kepada murid membaca puisi di depan

kelas.

b. Peneliti harus menjelaskan pengertian pendekatan emotif dalam membaca

puisi.

c. Peneliti harus menjelaskan nada dan rasa puisi.

d. Peneliti harus memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya sebelum

membaca puisi
2. Paparan Data Tindakan Siklus II

a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Materi pembelajaran yang dilaksankan pada tindakan siklus II adalah

sama halnya pada pembelajaran tindakan siklus I yaitu pembelajaran membaca

puisi melalui pendekatan emotif. Pada awal pembelajaran murid diingatkan

kembali tentang materi prasyarat. Pembelajaran tindakan siklus II diberikan agar

dapat memberikan motivasi kepada murid untuk membaca puisi melalui

pendekatan emotif dilaksanakan dalam satu kali petemuan dengan alokasi waktu 3

x 35-menit.

Tujuan umum pembelajaran adalah membaca puisi dengan lafal dan

intonasi yang tepat sedangkan tujuan khusus pembelajaran adalah (1) Murid dapat

membaca puisi dengan intonasi yang tepat, dan (2) Murid mampu membaca puisi

dengan ekspresi yang tepat.

Dalam rencana pembelajara selain tujuan umum dan tujuan khusus

pembelajaran juga memuat materi pembelajaran, materi prasyarat, alat dan sumber

serta kegiatan pembelajaran.

Seperti pada tindakan siklus I, dala pelaksanaan siklus II pengamat

melakukan pengamat sesuai lembar pengamatan yang disiapkan peneliti. Peneliti

juga menyediakan LKS (aktifitas II).

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II\

Pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Mei 2010

mulai pukul 07.30-09.15 WITA. Pembelajaran pada siklus II berlansung selama

108 menit. Peneliti tetap sebagai guru seperti halnya dalam siklus I.
Peneliti memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan

menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, dan menggali pengetahuan awal murid

tentang materi membaca puisi.

Langkah penggunaan pendekatan emotif untuk meningkatkan

pembelajaran membaca puisi pada siklus kedua dibagi menjadi tiga tahap, yaitu

tahap persiapan membaca puisi, tahap pelaksanaan membaca puisi, dan tahap

tindak lanjut membaca puisi. Pada tahap persiapan membaca puisi diawali dengan

mempersiapkan murid membaca puisi dengan membangkitkan skemata murid

melalui pengamatan puisi,dan tanya jawab, menyampaikan tujuan pembelajaran,

menyampaikan langkah langkah KBM, memodelkan langkah-langkah membaca

puisi dengan menggunakan pendekatan emotif, mengelompokkan murid dan

menugasi murid membaca puisi melalui kegiatan memahami, menghayati,

menikmati. Aktivitas tindakan guru dan\ murid dalam tahapan persiapan membaca

seperti tampak dalam dialog 1 berikut ini:.

Dialog 1 Membuka Pelajaran

Guru : Anak-anak pada pelajaran hari ini puisi yang berjudul “Sudirman".

Silakan lihat teks puisi dan hayati baik-baik. Murid : Iya Buuuu!!!

(murid serentak menjawab).

Guru : Baiklah! Kamu telah melihat puisi itu. Siapa yang bisa menjawab

apa tema puisi tersebut!

Murid : temanya Sudirman Buuu!! Guru : Bagus! Jawabanmu bagus ya!!

Ayo siapa lagi yang mau menjawab! Murid : (Serentak murid

menjawab) Sudirman Buuuuu!!


Guru : Bagus! Jawabanmu bagus. Isi puisi ini anak-anak akan membacakan

di teman-teman kalian dengan intonasi yang tepat?. Apa kalian siap!

Murid : (Murid-murid serentak menjawab dengan siap bu!!).

Guru : Bagus! kalian sudah berani membaca puisi di depan kelas. Ibu

harapkan pelajaran puisi hari ini lebih bagus dibanding pelajaran

yang lalu. Baik proses diskusi tentang isi puisi maupun tes formatif.

Pada dialog di atas, guru melakukan aktivitas membangkitkan skemata

murid, mengarahkan murid membaca puisi dengan intonasi yang tepat dan

membuat simpulan isi puisi. Aktivitas guru sesuai tujuan dan fokus materi yaitu

pemahaman, pemaparan, dan pemaparan. Hal ini di respon dengan baik oleh

murid, yakni murid aktif dalam membaca puisi. Kegiatan selanjutnya adalah guru

menugasi murid menyimak tujuan dan langkah-langkah KBM.

Pada tahap pelaksanaan membaca puisi, guru membimbing murid

berdiskusi, berkolaborasi dan sharing pendapat sambil melibatkan jiwa dan emosi

murid dalam puisi dan terlibat aktif dalam kerja kelompok dan memberikan

tanggapan isi puisi.

Dalam tahap ini guru membimbing murid untuk (1) melaporkan dan

membahas hasil kerjanya, (2) memberikan tes formatif untuk mengetahui dampak

proses membaca puisi melalui pendekatan emotif terhadap hasil belajar murid.

Aktivitas pelaksanaan pembelajaran membaca puisi seperti tampak pada dialog 2

sebagai berikut:
Dialog 2 Pelaksanaan Membaca puisi

Guru : Anak-anak, kamu sudah membaca dan menyimak puisi yang

berjudul "Sudirman". Sekarang duduklah sesuai anggota

kelompokmu. Tiap kelompok berjumlah lima orang. Tiap-tiap

kelompok tugasnya mendiskusikan soal-soal dalam LKS. (guru

membagikan LKS kepada masing-masing kelompok). Waktu

mengerjakan hanya 20 menit.

Murid : (murid berhadap-hadapan dengan kelompoknya), murid sudah tidak

ada yang kebingungan dan mengetahui apa yang akan dilakukan.

Guru : 20 menit kemudian. Waktunya sudah selesai. Ibu minta kelompok

satu membacakan puisi yang berjudul Sudirman dan yang lainnya

mendengarkan bacaan temannya.

Murid : (Kelompok satu maju membacakan puisi Sudirman). Setelah itu

menyusul kelompok dua dengan suara lantang dan jelas dengan

intonasi yang tepat.

Guru : Ayo berikan tepuk tangan kepada kelompok satu dan kelompok dua.

Murid : (murid serentak bertepuk tangan dan kelas menjadi ramai).

Guru : Anak-anak, hari ini semua kelompok sudah maju ke depan

membacakan puisi Sudirman. Anak-anak semua kembali ke tempat

duduknya karena masih ada soal tes formatif, masing-masing

menjawab soal-soal evaluasi secara individu.

Berdasarkan dialog tersebut guru mengarahkan murid untuk berkelompok

dan melakukan diskusi. Anggota kelompok didasarkan kedekatan tempat


duduknya. Pada saat murid di kelompokan, suasana kelas tenang, karena semua

murid sudah mengetahui tugasnya dalam kelompok.

Suasana murid saat melakukan kerja kelompok tampak serius dan

meresponi pertanyaan-pertanyaan dalam tes. Setelah selesai kegiatan diskusi,

murid ditugasi melaporkan hasil diskusinya dan yang lainnya ditugasi

mendengarkan dan menanggapi. Dalam pelaporan hasil diskusi, murid tidak lagi

terkesan malu-malu, dan takut menyampaikan pendapat mereka. Hal ini tampak

saat melaporkan hasil diskusi dan saat diberi kesempatan untuk memberi

tanggapan atas laporan kelompok lain. Setelah dikonfirmasi, murid menyatakan

bahwa mereka sudah berani berpendapat dan tidak takut salah dan malu jika

dicela oleh teman mereka.

Dalam kegiatan pelaporan hasil kerja kelompok, semua wakil kelompok

diberi kesempatan untuk membaca puisi Sudirman. Setelah dikonfirmasi, guru

menyatakan bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan selama ini biasanya

murid diberi pertanyaan dan tidak ditugasi melaporkan hasil kerja kelompoknya di

depan kelas.

Pada akhir tahap pelaksanaan membaca puisi, guru mengumpulkan hasil

kerja kelompok dan mengarahkan murid memberi tes formatif. Pelaksanaan tes

formatif seperti tampak pada dialog 3 sebagai berikut:.

Dialog 3 Kegiatan Evaluasi Formatif

Guru : Anak-anak, kamu telah mengerjakan pertanyaan-pertanyaan secara

berkelompok dengan mengisi LKS. Sekarang kembali ketempat

duduknya masing-masing. Selanjutnya, masih ada kegiatan, yaitu


menjawab soalsoal, tetapi dikerjakan sendiri dan tidak boleh lagi

bekerjasama seperti saat mengerjakan LKS. Apakah anak-anak

sudah mengerti maksud Ibu? Setelah itu Ibu membagikan lembar

soal evaluasi sekaligus lembar jawabannya.

Murid : (murid serentak menjawab mengerti!). setelah menerima lembar soal

murid mengerjakan soal-soaldengan tanang.

Guru : Ayo kerja dengan baik ya!. Setelah 20 menit kemudian. Ayo!

Waktunya sudah selesai. Silakan dikumpulkan! Semua sudah

selesai? Semua tetap pada tempat duduknya yang rapi dan perhatikan

ke depan semuanya.

Pada dialog tersebut, tampak murid serius mengerjakan soal-soal. Murid

tampak senang dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi. Kondisi ini

menyebabkan guru tidak memberi peringatan dan teguran, baik saat mengerjakan

tes maupun setelah mengerjakan tes.

Kegiatan pada tahap tindak lanjut membaca puisi adalah guru menugasi

murid (1) mengoreksi hasil kerja mereka, (2) merevisi hasil kerja, (3)

membimbing murid merefleksi kendala-kendala belajar mereka, faktor pendukung

dan solusi.

1. Dari paparan data pelaksanaan membaca puisi dengan melalui pendekatan

emotif pertemuan pertama dapat disimpulkan bahwa, murid dalam

membaca puisi sudah terlaksana sesuai indikator yang ditetapkan,

khususnya memahami, menghayati, dan memaparkan. Aktivitas pelaporan

hasil kerja/diskusi sudah terlaksana sesuai indikator yang ditetapkan,


khususnya pada pengembangan pemahaman, penghayatan, dan

pemaparan.

Temuan penelitian tentang keberhasilan guru menggunakan

pendekatan emotif dalam pembelajaran membaca puisi pada siklus kedua

menunjukkan bahwa, dari 11 indikator yang direncanakan ternyata dapat

dilaksanakan dengan baik. Sehingga dikategorikan Baik (B) pada saat

kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan awal semua indikator dapat

dilaksanakan, karena guru sudah menguasai langkah langkah pembelajaran

yang telah ditetapkan. Berdasarkan data siklus I dapat disimpulkan bahwa

pencapaian rencana pembelajaran membaca puisi aspek guru adalah

dikategorikan dari kualifikasi kurang (K) menjadi kualifikasi baik (B).

c. Hasil Observasi Tindakan Siklus II

Berdasarkan data pada siklus kedua dapat disimpulkan bahwa aktivitas

belajar membaca puisi yang terdiri atas kegiatan awal, kegiatan ini, dan

kegiatan akhir mengalami peningkatan yang berarti dari kualifikasi kurang

(K) menjadi kualifikasi baik (B). Hal ini disebabkan karena guru sudah

mengimplementasikan rencana pembelajaran dengan baik.

Data aktivitas murid pada siklus II dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Aktifitas belajar murid membaca puisi melalui pendekatan emotif
Siklus Kedua Siklus Kedua
Frekuensi Skor Kwalifikasi
A. Kegiatan awal
1. Murid menyimak tujuan pembelajaran
Yaitu membaca puisi 19 95,00% Sangat Baik
2. Murid menyimak penjelasan perangkat
Yang dibutuhkan 20 100,00% Baik
3. Murid terlibat pada aktivitas pemahaman
Membaca puisi 19 95,00% Sanga Baik
Jumlah 58 96,66% Sangat Baik
B. Kegiatan inti
1. Murid memperhatikan contoh puisi 20 100,00% Sangat Baik
2. Murid memahami pembacaan puisi
Dengan intonasi yang tepat 20 100,00% Sangat Baik
3. Murid mampu membaca puisi di depan
Kelas 19 95,00% Baik
4. Murid memahami pendekatan emotif
Dalam materi membaca puisi 19 95,00% Baik
5. Murid mampu bertanya sebelum
Membaca puisi 19 95,00% Baik
Jumlah 97 97,00% Sangat Baik
C. Kegiatan Akhir
1. Murid mampu mengetahui keberhasilan
Proses belajar mengajar 20 100,00% Sangat Baik
2. Murid menyimpulkan materi
Pembelajaran 19 95,00% Baik
3. Murid mampu melakukan
Perbaikan 20 100,00% Sangat Baik
Jumlah 20 98,00% Sangat Baik

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa data aktivitas kegiatan awal dari 20 murid

dari siklus II menunjukkan bahwa hanya 19 orang (95,00%) yang dapat

menyimak tujuan pembelajaran yaitu membaca puisi dan 20 orang (100%) yang

dapat menyimak penjelasan perangkat yang dibutuhkan, dan 19 orang (95,00%)

mampu terlibat pada aktivitas pemahaman membaca puisi, dengan pencapaian

pada aktifitas kegiatan awal 96,66%.


Data aktifitas belajar pada kegiatan inti menunjukkan bahwa 20 orang

murid (100.00%) yang mampu memperhatikan contoh puisi, 20 orang murid

(100.00%) yang mampu memahami pembacaan puisi dengan intonasi yang tepat,

19 orang murid 95,00%) yang mampu membaca puisi di depan kelas, 19 orang

murid (95,00%) yang mampu memahami pendekatan emotif dalam materi

membaca, dan 19 orang murid (95,00%) yang mampu bertanya sebelum membaca

puisi, dengan pencapaian pada kegiatan inti 97,00%

Data aktifitas belajar pada kegiatan akhir adalah 20 orang murid

(100,00%) yang mampu mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar, 19

orang murid (95,00%) yang mampu menyimpulkan materi pembelajaran, dan 20

orang murid (100.00%) yang mampu melakukan perbaikan, dengan pencapaian

pada kegiatan akhir 98,33%.

Berdasarkan data pada siklus kedua dapat disimpulkan bahwa aktifitas

belajar membaca puisi yang terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

akhir rata rata dikategorikan Baik (B). hal tersebut di atas disebabkan karena-guru

sudah menguasai langkah-langkah pembelajaran sehingga dapat

mengimplementasikan rencana pembelajaran dengan baik.

e. Analisis dan Refleksi Siklus II

Tindakan siklus II difokuskan pada pembelajaran membaca puisi.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan emotif. Untuk memperoleh data

tentang tindakan siklus II melalui pengamatan, wawancara, tes, dan dekomentasi

selama tindakan. Berdasarkan analisis data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal

a. Peneliti mengucapkan salam.

b. Peneliti mengarahkan murid untuk berdoa

c. Peneliti mengecek kehadiran murid

d. Peneliti menginformasikan tentang sasaran yang diharapkan yakni

menyampaikan kepada siswa pokok bahasan dan tujuan pembelajaran

khusus yang akan dicapai

2. Kegiatan Inti

a. Peneliti menunjukkan contoh puisi yang berjudul Sudirman karya Sucipto.

b. Peneliti memberikan contoh pembacaan puisi dengan intonasi yang tepat

c. Peneliti kurang memberi kesempatan kepada murid membaca puisi di depan

kelas

d. Peneliti menjelaskan pengertian pendekatan emotif dalam membaca puisi

e. Peneliti menjelaskan nada dan rasa puisi

f. Peneliti memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya sebelum

membaca puisi

g. Peneliti mengarahkan murid mendemonstrasikan cara membaca puisi

dengan lafal, intonasi serta ekspresi dan emosional yang tepat

3. Kegiatan Akhir

a. Peneliti menyampaikan keberhasilan dalam proses belajar secara umum

b. Peneliti menyimpulkan materi pelajaran (melibatkan murid)

c. Peneliti memotivasi perbaikan yang belum tepat (tindak lanjut)


Berdasarkan analisis dan refleksi di atas, dapat mengacu kepada indicator

keberhsialan yang ditetapkan, disimpulkan pembelajaran sudah berhasil rata-rata

kelas mencapai 7,2 ketuntasan belajar 100%. Dengan demikian, maka tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan sudah tercapai. Hal ini berarti bahwa kegiatan

pada penelitian ini dilanjutkan dengan pemberi tes akhir dengan keseluruh

tindakan yang mengacu pada pokok bahasa membaca puisi. Soal tes sama dengan

soal yang diberikan pada tes awal penelitian.

Hasil tes akhir keseluruhan tindakan menunjukkan bahwa murid telah

memperoleh peningkatan pemahaman yang baik tentang materi membaca puisi.

5. Temuản Penelitian

a. Temuan Pada Penelitian Tindakan Siklus 1

Bedasarkan temuan yang diperoleh pada pelaksanaan Tindakan Siklus 1

adalah:

1. Kegiatan Awal

a. Peneliti mengucapkan salam.

b. Peneliti mengarahkan murid untuk berdoa

c. Peneliti mengecek kehadiran murid

d. Peneliti menginformasikan tentang sasaran yang diharapkanyakni

menyampaikan kepada siswa pokok bahasan dan tujuan pembelajaran

khusus yang akan dicapai


2. Kegiatan Inti

a. Peneliti membagi murid menjadi beberapa kelompok

b. Peneliti menunjukkan contoh puisi yang berjudul doa karya Chairil

Anwar.

c. Peneliti memberikan contoh pembacaan puisi dengan intonasi yang tepat

d. Peneliti kurang memberi kesempatan kepada murid membaca puisi di

depan kelas Peneliti kurang menjelaskan pengertian pendekatan emotif

dalam membaca puisi

e. Peneliti kurang menjelaskan nada dan rasa puisi

f. Peneliti kurang memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya

sebelum membaca puisi

g. Peneliti mengarahkan murid mendemonstrasikan cara membaca puisi

dengan lafal, intonasi serta ekspresi dan emosional yang tepat

a. Kegiatan Akhir

a. Peneliti menyampaikan keberhasilan dalam proses belajar secara umum

b. Peneliti menyimpulkan materi pelajaran (melibatkan murid)

c. Peneliti memotivasi perbaikan yang belum tepat (tindak lanjut)

b. Temuan Pada Penelitian Tindakan Siklus II

1. Kegiatan Awal

a. Peneliti mengucapkan salam.

b. Peneliti mengarahkan murid untuk berdoa

c. Peneliti mengecek kehadiran murid


d. Peneliti menginformasikan tentang sasaran yang diharapkan yakni

menyampaikan kepada siswa pokok bahasan dan tujuan pembelajaran

khususvyang akan dicapai

2. Kegiatan Inti

e. Peneliti menunjukkan contoh puisi yang berjudul Sudirman karya

Sucipto.

f. Peneliti memberikan contoh pembacaan puisi dengan intonasi yang tepat

g. Peneliti kurang memberi kesempatan kepada murid membaca puisi di

depan kelas

h. Peneliti menjelaskan pengertian pendekatan emotif dalam membaca puisi

i. Peneliti menjelaskan nada dan rasa puisi

j. Peneliti memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya sebelum

membaca puisi

k. Peneliti mengarahkan murid mendemonstrasikan cara membaca puisi

dengan lafal, intonasi serta ekspresi dan emosional yang tepat

1. Kegiatan Akhir

a. Peneliti menyampaikan keberhasilan dalam proses belajar secara umum

b. Peneliti menyimpulkan materi pelajaran (melibatkan murid)

c. Peneliti memotivasi perbaikan yang belum tepat (tindak lanjut)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan paparan data yang dikemukakan sebelumnya, maka focus

pembahasan dalam penelitian ini adalah aktivitas guru dan siswa dalam

pembelajaran membaca puisi melalui pendekatan emotif di kelas IV SD Inpres


Masigi Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong. Pembahasannya

didasarkan pada teori yang berkaitan dengan metode yang digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran membaca puisi yang

terdiri dari (a) pelaksanaan pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan

pendekatan emotif, (b) penggunaan LKS dalam pembelajaran membaca puisi,

dan (c) hasil belajar siswa terhadap materi membaca puisi.

1. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Pendekatan Emotif Puisi dengan


Menggunakan

Pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan pendekatan

emotif dalam penelitian ini terlebih dahulu dibentuk kelompok. Proses

pembentukan kelompok dilakukan sebelum pemberian tindakan. Hal ini

dilakukan dengan pertimbangan untuk menghemat waktu.

Dalam pelaksanaan pembelajaran membaca puisi dengan

menggunakan pendekatan emotif siswa diarahkan untuk melakukan bacaan

dengan penghayatan yang dimiliki oleh murid . Hal ini sejalan dengan

Aminuddin, (1987: 34), bahwa:

Pendekatan emotif dalam membaca sastra adalah suatu pendekatan


yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk pada emosi
atau perasaan pembaca ajukan emosi itu dapat berhubungkan dengan
keindahan penyajian bentuk maupun ajuan emosi yang berhubungan
dengan isi atau gagasan yang lucu dan menarik dan teori emotif juga
merupakan teori yang beranggapan bahwa karya sastra pada dasarnya
hadir didalam emosi pengarangnya, dengan demikian, dalam
membaca teks sastra (puisi), pembaca juga harus memiliki kedalam
rasa atau emosi sehingga terdapat pertautan antara sesuatu yang
dipaparkan pengarang dengan respons yang dimiliki pembaca
sementara mirip dengan teori emotif, teori ekspresif, dengan plato dan
aristoteles sebagai pemulanya, beranggapan dasar bahwa teks sastra
terutama puisi pada dasarnya merupakan ekspresi spontan yang
terolah lewat ke dalaman emosi pengarangnya. Ekspresi spontan itu
sendiri dalam hal ini telah terbebaskan dari ikatan kesan pengamatan
pengarang terhadap suatu objek. .
Dalam pembelajaran membaca puisi siswa akan lebih tertarik untuk
mempelajarinya jika terlibat aktif dalam kegiatan individu maupun kelompok.
Salah satu yang dapat diberikan yaitu keterlibatan siswa dalam menggunakan alat
peraga hal ini penting karena dapat membantu siswa memahami konsep membaca
puisi.
Adapun penerapan pendekatan emotif dalam materi membaca puisi adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal

a. Peneliti mengucapkan salam.

b. Peneliti mengarahkan murid untuk berdoa

c. Peneliti mengecek kehadiran murid

d. Peneliti menginformasikan tentang sasaran yang diharapkan

yaknimenyampaikan kepada siswa pokok bahasan dan tujuan

pembelajaran khusus yang akan dicapai

2. Kegiatan Inti

a. Peneliti menunjukkan contoh puisi yang berjudul Sudirman karya

Sucipto.

b. Peneliti memberikan contoh pembacaan puisi dengan intonasi yang tepat

c. Peneliti kurang memberi kesempatan kepada murid membaca puisi di

depan kelas
d. Peneliti menjelaskan pengertian pendekatan emotif dalam membaca puisi

e. Peneliti menjelaskan nada dan rasa puisi

f. Peneliti memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya sebelum

membaca puisi

g. Peneliti mengarahkan murid mendemonstrasikan cara membaca puisi

denganlafal, intonasi serta ekspresi dan emosional yang tepat

a. Kegiatan Akhir

a. Peneliti menyampaikan keberhasilan dalam proses belajar secara umum


b. Peneliti menyimpulkan materi pelajaran (melibatkan murid)
c. Peneliti memotivasi perbaikan yang belum tepat (tindak lanjut)

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan emotif

dalam penelitian ini dipilih karena dipandang dapat mengoptimalkan interaksi

semua unsure pembelajaran. Hal ini terlihat dari upaya yang dilakukan guru untuk

meningkatkan pemahaman tentang membaca puisi adalah terlebih dahulu

mengecek pemahaman siswa tentang materi membaca puisi yang menjadi materi

penunjang atau prasyarat untuk mempelajari puisi.

3. Penggunaan LKS dalam Pembelajaran Membaca puisi

Pada kegiatan inti, siswa juga di arahkan untuk mengamati teks puisi.

Aktivitas ini dilakukan siswa dalam kelompok sambil menyelesaikan

permasalahan yang terdapat dalam LKS. Melalui alat peraga tersebut, setiap siswa

di arahkan untuk menemukan membaca puisi. Kegiatan ini selain dapat

menciptakan pengalaman yang menyenangkan siswa, juga dapat melibatkan siswa

secara fisik dan mental dalam belajar sehingga siswa dapat membangun
pengetahuannya. Pengalaman bersentuhan langsung dengan objek belajarnya

menjadi sangat penting terutama untuk siswa SD yang berada pada tahap

pemahaman makna puisi.

Dalam penelitian ini siswa mengisi LKS dengan tujuan agar dapat

membantu pemahaman siswa terhadap permasalahan yang diajukan guru. Dengan

LKS guru mengarahkan pemikiran siswa ke arah munculnya jawaban yang

diharapkan, karena dalam LKS tersebut sudah terdapat langkah-langkah yang

harus dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. LKS tersebut

memberikan langkah-langkah secara garis besar untuk melihat pemahaman siswa

baik dengan alat peraga maupun setelah alat peraga sudah tidak digunakan lagi.

Dengan demikian, siswa membentuk pengetahuannya sendiri secara aktif dengan

bantuan LKS. Aktivitas yang dilakukan siswa dalam mengisi LKS untuk

menemukan membaca puisi yaitu dimulai dengan menunjukkan melalui objek-

objek sekitar siswa tentang membaca puisi. Sebelum kegiatan ini dilakukan,

terlebih dahulu guru mengecek pemahaman siswa dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan tentang pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari

yang menunjukkan membaca puisi. Ternyata siswa tidak mengalami kesulitan

dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru, walaupun itu tidak secara

menyeluruh.

Sebagai langkah terakhir untuk mengoptimalkan pemahaman siswa

tentang membaca puisi, guru melakukan refleksi dan siswa diberi kesempatan

untuk menyelesaikan soal-soal tentang membaca puisi baik selama proses


pembelajaran maupun tugas yang mereka kerjakan di rumah agar siswa banyak

berlatih.

4. Hasil Belajar Siswa Terhadap Materi Membaca puisi

Dari hasil evaluasi dalam setiap proses pembelajaran menunjukkan

bahwa pada dasarnya kebanyakan siswa merasa senang dan terlihat aktif dalam

proses pembelajaran. Melalui evaluasi hasil pada setiap pembelajaran, ditemukan

bahwa daritindakan siklus I, siklus II dan tes akhir keseluruhan siklus diperoleh

rata-rata nilai tes siswa baik secara individu maupun secara kelompok mengalami

peningkatan. Berdasarkan hasil dari kedua siklus penelitian ini, dapat

diinterpretasikan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan emotif

dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap membaca puisi.

Kegiatan pembelajaran pada tindakan siklus I yang terdiri atas aktifitas

siswa dan motivasi siswa belajar belum mencapai hasil yang diharapkan, hal ini

dilihat dari motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi baik

secara diskusi kelompok maupun diskusi kelas serta hasil belajar membaca puisi

belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetakan yaitu 70. Penyebab

belum tercapainya dikarenakan pengelolaan kelas belum berjalan secara optimal

dan metode yang digunakan serta pengelolaan waktu.

Pada tindakan siklus I dalam pengelolaan pembelajaran kurang

memberikan motivasi kepada siswa, sehingga siswa tidak memiliki motivasi yang

tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Dilihat dari pelaksanaan diskusi kelompok

maupun diskusi kelas, siswa tidak memiliki keberanian dalam mengemukakan

pendapat/ide yang diperolehnya sehinga interaksi siswa dalam kelompok


kelihatan tidak antusias. Serta dilihat dari motivasi siswa menjawab soal tes secara

tertulis masih mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan kurang memahami bahasa

Indonesia. Akhirnya kemampuan siswa dalam menyerap dan memberikan

pandangan/pendapat belum sampai pada tahap yang diinginkan. Kondisi

pembelajaran pada tindakan siklus I berpengaruh pada hasil tes formatif siswa.

Dari 20 siswa hanya 8 siswa yang mampu membaca puisi dengan baik. Rata-rata

kelas mencapai 5,7 dan ketuntasan belajar 40% sedangkan ketidaktuntasan 60%.

Sehingga perlu dilakukan upaya untuk peningkatan pemahaman siswa pada siklus

II dengan berpedoman pada rambu-rambu keberhasilan yang telah ditargetkan.

Pelaksanaan pembelajaran pada tindakan siklus II siswa dalam mengikuti

langkah-langkah pembelajaan kelompok dapat meningkat baik dalam diskusi

kelompok maupun diskusi kelas serta menjawab soal tes secara tertulis. Peneliti

dalam menjelaskan menekankan kepada siswa bahwa kebehasilan kelompok

sangat berpengaruh pada kemampuan individu siswa. Oleh karena itu, masing

masing siswa bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Dan setiap

mengajukan pertanyaan guru memberikan penguatan secara verbal maupun non

verbal kepada siswa. Dengan adanya motivasi siswa dapat mempermudah

menjawab pertanyaan pada tes formatif. Kondisi pembelajaran pada tindakan

siklus, II mengalami peningkatan dari 20 siswa semuanya dapat menjawab

petanyaan dengan baik. Ratarata kelas mencapai 7,2. Ketuntasan belajar 96%.

Keberhasilan siswa ditandai keaktifan siswa mengikuti pembelajaran baik dalam

diskusi kelompok maupun diskusi kelas serta hasil evaluasi pada tes formatif II.
Dari uraian di atas, jelaslah sudah bahwa dengan menggunakan

pendekatan emotif dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam belajar bahasa

Indonesia khususnya pada kompetensi membaca puisi. Di mana materi yang nyata

dalam penelitian ini dapat disajikan secara kongkret karena siswa membangun

pengetahuan dalarn benaknya sendiri melalui pengalaman nyata. Oleh karena itu,

pendekatan emotif memungkinkan untuk dijadikan sebagai salah satu model

pembelajaran dalam meningkatkan prestasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia

khususnya di sekolah dasar.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, hasil analisis dan pembahasan, maka

hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan memadukan antara

tema, rasa, nada dan amanat. Maka dapat meningkatkan proses

pembelajaran dan kemampuan membaca puisi pada murid kelas V SD

Inpres 1 Bantaya Kec. Parigi Kab. Parigi Moutong melalui pendekatan

emotif

B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada guru khusus guru bahasa Indonesia menggunakan

pendekatan emotif dilengkapi dengan alat peraga dapat meningkatkan

hasil belajar siswa

2. Diharapkan kepada para penulis selarijutnya dapat melakukan

penelitian tentang penggunaan pendekatan emotif dalam pembelajaran

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa


3. Diharapkan kepada pembaca, agar kiranya dapat memetik pengalaman

melalui tulisan skripsi ini.

4. Disarankan kepada guru menyebarluaskan pendekatan ini dalam KKG

agar dapat dijadikan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam

pembelajaran khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru Algensi.

Andayani Koentjoro. 1997. Psikologi Full II. Yogyakarta : Fakultas Psikologi


Universitas Gajah Mada.

Arikunto, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Rineka Cipta

Degeng. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta. Dekdipbud Dirjen


Dikti Proyek Pengembangan LPTK.

Depdikbud. 1993. Kurikulum 1994 Pendidika Dasar GBPP Bahasa Indonesia.

Depdiknas. 2006. Kurikilum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa


Indonesia. Jakarta : Depdiknas.

Effendy, S, 1982. Bimbingan Apresiasi Puisi, Jakarta : Tangga Mustika Alam.

Goleman, Daniel. 1999. Emotional Intelegence (Kecerdasan Emosional) Jakarta :


Gramedia.

Hamalik, 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Irawati. 2005. Minat Siswa Membaca Puisi Di Sekolah Dasar. Karya Tulis Ilmiah
Tidak Diterbitkan. Makassar : Program Studi PGSD FIP UNM.

Kennedy, X.J. 1971. An Introduction To Poetry, Boston : Little Brown

Muslimin. Alimin Amir. 2008. Panduan Penulisan Skripsi. Makassar: Fakultas Ilmu
Pendidikan.

Nurkancana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Pradopo, Rahmat D'joko. 1999. Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Gadja Mada


University Press.

Reeves. James. 1978. Understanding Poetry. London : Heynemen Educational

Books.

Rosniawaty. 2008. Upaya Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Puisi Melalui

Pendekatan Proses bagi Murid Kelas I SD INP TUOY Kab. KONAWE.


Skripsi Tidak Diterbitkan. Makassar : Program Studi PGSD FIP UNM.

Sanson Clive. 1960. The Word of Poetry. London : Heynemen Educational

Books.

Semi. 1988. Anatomi Sastra. Padang : Jakarta

Solehan. 1999. Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta : UT

Sudjiman. 1990. Kamus Istilah Sastra Indonesia. Jakarta : Tiga Serangkai.

Taringan, Hendry Guntur, 1987. Prinsip Dasar Sastra, Bandung : Angkasa.

---------. 1984. Keterampilan Menulis. Bandung : PT . Angkasa.

Tuloli, Nani Dkk. 1987. Teori Puisi Dan Apresiasi Puisi. Gorontalo : Dunia

Karya.

Waluyo J, Herman. 1987. Apresiasi Puisi. Jakarta : PT. Erlangga.

Wardani. 1991. Pengajaran Sastra. Jakarta : P3G


Lampiran 1

TES AWAL

Nama siswa : ....................................


Kelas : ....................................
Hari/Tanggal : ....................................
Petunjuk Soal

1) Bacalah puisi dibawah ini dengan lafal dan intonasi yang tepat!
2) Bacalah puisi dibawah ini dengan ekspresi yang tepat!

MENYESAL

Karya: Ali Hasjmi

Pagiku hilang sudah melayang


Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi


Beta lengah dimasa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta

Akh, apa guna kusesalkan


Menyesal tua tidak berguna
Hanya menambah luka sukma
Atur barisan dipagi hari
Menuju kea rah padang bakti
Lampiran 2

Skor Tes Awal


Jumlah
Nomor Soal/Skor Nilai
Skor
No Nama Siswa
Tema Nada Rasa Amanat
(25) (25) (25) (25)
1 20 20 15 15 70 7
2 20 5 5 5 40 4
3 15 5 5 5 30 3
4 25 25 15 15 80 8
5 15 10 7,5 7,5 40 4
6 15 5 5 5 30 3
7 20 20 10 10 60 6
8 20 20 10 10 60 6
9 15 5 5 5 30 3
10 20 20 10 10 60 6
11 15 5 10 10 30 3
12 15 10 7,5 7,5 40 4
13 15 5 5 5 30 3
14 20 20 15 15 70 7
15 20 20 15 15 70 7
16 15 10 7,5 7,5 40 4
17 15 10 7,5 7,5 40 4
18 25 25 15 15 80 8
19 20 10 10 10 50 5
20 25 25 15 15 80 8
Jumalah 103
Rata – rata Kelas 5,15
Ketuntasan Belajar 25%

Anda mungkin juga menyukai