PENDAHULUAN
Suppositoria dapat dbuat dalam bentuk rectal, ovula dan uretra. Bentuk
suppositoria dapat ditentukan berdasarkan basis yang digunakan. Basis
suppsoitoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat yang
dikandungnya. Salah satu syarat utama basis suppositoria adalah selalu padat
dalam suhu ruangan tetapi segera melunak, melebur atau melarutpada suhu tubuh
sehingga obat yang dikandungnya dapat tersedia sepenuhnya, segera setelah
pemakaian. Basis suppsoitoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin
trigliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilenglikol (PEG)
dengan berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol.
Suppositoria dapat memberikan efek lokal dan efek sistemik. Pada aksi lokal,
begitu dimasukkan basis suppositoria aka meleleh, melunak atau
melarutmenyebarkan bahan obat yang dibawanya ke jaringan-jaringan di daerah
tersebut. Obat ini dimaksudkan agar dapat ditahan dalam ruang tersebut untuk
efek kerja lokal atau bisa juga dimaksudkan agar diabsorpsi untuk mendapatkan
efek sistemik. Sedangkan pada aksi sistemik membrane ukosa rectum atau vagina
memungkinkan absorpsi dari kebanyakan obat yang dapat larut. Dalam makalah
ini akan dibahas secara mendalam tentang suppositoria beserta formula
suppsositoria dengan zat aktif aminofilin.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari suppositoria ?
2. Apa saja syarat sediaan suppositoria ?
3. Apa saja macam-macam suppositoria?
4. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari suppositoria ?
5. Bagaimana tujuan penggunaan obat suppositoria ?
6. Apa saja metode pembuatan suppositoria ?
7. Bagaimana tinjauan farmakologi dan tinjauan kimia dari zat aktif
aminofilin ?
8. Bagaimana preformulasi suppositoria ?
9. Bagaimana cara pembuatan suppositoria ?
10. Bagaimana cara evalusi suppositoria ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari suppositoria
2. Untuk mengetahui syarat sediaan suppositoria
3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam suppositoria
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari sediaan suppositoria
5. Untuk mengetahui tujuan dari penggunaan suppositoria
6. Untuk mengetahui metode pembuatan suppositoria
7. Untuk mengetahui tinjauan farmakologi dan tinjauan kimia dari zat aktif
aminofilin
8. Untuk mengetahui preformulasi suppositoria
9. Untuk mengetahui cara pembuatan supposeitoria
10. Untuk mengetahui bagaimana cara evaluasi suppositoria
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Suppositoria untuk vagina yang juga disebut pessariun biasanya berbentuk
bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai dengan kompendik resmi beratnya 5
gram, apabila basisnya oleum cacao. Soppositoria untuk saluran urine yang juga
disebut bougie bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan
kedalam saluran urin pria atau wanita. Soppositoria saluran urin pria bergaris
tengan 3 – 6 mm dengan panjang ±140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi
satu dengan lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya ± 4 gram.
Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran pria,
panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram serta basisnya oleum cacao (Ansel, 1989).
Berikut ini adalah beberapa syarat ideal suatu sediaan suppsositoria yaitu :
4
keunggulan yaitu jika dibagian yang besar masuk melalui jaringan otot
penutup dubur, suppositoria akan masuk dengan sendirinya.
2. Suppositoria vaginal atau ovula, berbentuk lonjong seperti kerucut,
digunakan untuk vagina. Berat anatara 3-5 gram. Suppositoria vaginal
dengan bahan gelatin tergliseransi memeiliki bobot 5 gram.
3. Suppositoria uretra digunakan lewat uretra, berbentuk batang dengan
panjang antara 7 - 14 cm .
Kelebihan :
Kelemahan :
5
3. Apabila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan, seperti pasien
mudah muntah, tidak sadar.
4. Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi
melalui mukosa rektal langsung masuk ke dalam sirkulasi darah,
5. Agar terhindar dari pengrusakan obat oleh enzym di dalam saluran
gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hepar .
6. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam pembuatan sediaan suppositoria
1. Dengan tangan
Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu
bentuk yang dikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston
pada massa suppositoria yang diisikan dalam silinder, sehingga massa
terdorong kedalam cetakan.
3. Dengan mencetak
6
2.7 Tinjauan Farmakologi
Aminofilin
1. Farmakokinetik
2. Farmakodinamik
Pada susunan saraf pusat obat ini merangsang SSP dengan kuat. Jika dosis
ditingkatkan akan menyebabkan gugup insomnia, tremor, kejang lokal/kejang
umum. Kejang ini terjadi karena kadar teofilin dalam darah lebih tinggi 50%
7
dari kadar terapi. Jika dalam dosis rendah dapat merangsang SSP yang sedang
mengalami depresi. Pada sistem kardiovaskuler teofilin pernah digunakan
untuk pengobatan payah jantung perifer karena absorpsi dan disposisi teofilin
sukar, tidak digunakan lagi dan lebih ketujuan vasodilator dan diuretik.
3. Dosis
4. Indikasi
Asma bronchial, penyakit paru obstruktif kronik, apnea pada bayi
premature.
2.8 Tinjauan Kimia Farmasi
1. Penetapan kadar (Titrasi argentometri)
Teofilin ditimbang 250 mg, masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml,
tambahkan 50 ml air dan 8 ml amoniak encer P hangatkan perlahan diatas
penangas air hingga larut sempurna. Tambahkan 20 ml perak nitrat 0,1 N
campur, lanjutkan penghangatan diatas penangas selama 15 menit. Dinginkan
50 mg melalui kertas saring dengan penghisapan. Cuci endapan 3 kali dengan
10 ml air. Asamkan kumpulan filtrat dengan 2 ml larutan besi (II) ammonium
sulfat P. titrasi dengan ammonium tiosianat 0,1 N 1 ml perak nitrat 0,1 N
setara dengan 18,02 mg C₇H₈N₄O₂.
2. Identifikasi Suppositoria Aminofilin
Dibersihkan jumlah suppositoria setara dengan 60 mg aminofilin dalam 10
ml kloroform P. Jika perlu hangatkan pindahkan kedalam coorong pisah
menggunakan lebih kurang 10 ml kloroform P. Tambahkan 10 ml campuran
HCl dan air volume sama. Kocok biarkan memisah, tuang lapisan kloroform.
Cuci lapisan 2 kali dengan 30 ml kloroform P. Buang lapisan kloroform
uapkan lapisan air dalam cawan porselen hingga kering. Tambahkan terus
8
menerus diaduk 1 ml HCl encer P atau secukupnya hingga teofilin
mengendap sempurna. Cuci endapan dengan sedikit air dingin dan keringkan
pada suhu 65⁰C, endapan memenuhi persyaratan suhu lebur ± 272⁰C.
2.9 Preformulasi
1. Aminofilin
Struktur :
pH : ± 8,8
9
Stabilitas : Sediaan parenteral, simpan pada suhu 15⁰C - 30⁰C
terlindung dari cahaya, simpan pada kardus sampai waktu
ingin digunakan. Aminofilin merupakan larutan yang stabl
pada suhu ruangan pada pH 3,5 – 8,6. Stabil pada suhu
kamar pada konsentrasi tidak kurang dari 40 ml.
2. Oleum Cacao
Struktur :
3. Cera Flava
10
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam eter P
hangat
1. Buat 3 suppositoria terdiri dari basis saja (oleum cacao), setelah jadi
ditimbang, lalu ditentukan bobot rata-ratanya
2. Buat 3 suppositoria terdiri dari 10% bahan aktif dengan basis yang
sama, setelah jadi ditimbang, dihitung bobot rata-ratanya
3. Hitung bilangan pengganti yang merupakan kesetaraan antara bobot
bahan aktif dengan bobot basis yang digantikan
Cara pembuatan
11
1. Timbang oleum cacao 24 gram ( 8 x 3 gram = 24 gram)
2. Masukkan dalam cawan penguap, lebur diatas waterbath pada suhu 50-
60⁰C sampai melebur sempurna sambil sesekali diaduk
3. Siapkan cetakan suppositoria yang telah di olesi dengan paraffin.
4. Ambil leburan oleum cacao lalu tuang kedalam cetakan (isi untuk 6
suppositoria)
5. Kemudian dinginkan pada lemari pendingin dengan shu 0⁰C atau <0⁰C
selama ± 1 jam
6. Keluarkan suppose dari cetakan lalu timbang satu per satu, hitung
bobot rata-ratanya
- Menentukan bilangan pengganti aminofilin terhadap oleum cacao. Cara
kerjanya :
1. Timbang zat aktif 10% masukkan dalam lumpang lalu gerus, kemudian
timbang 1/3 bagian oleum cacao lalu masukkan dalam lumpang berisi
zat aktif kemudian gerus homogen
2. Timbang 2/3 bagian basis masukkan dalam cawan penguap, lalu lebur
di penangas air, setelah setengah lebur masukkan 1/3 bagian oleum
cacao yag telah digerus bersama zat aktif, tunggu hingga melebur
sempurna
3. Siapkan cetakan suppose yang telah diolesi paraffin
4. Ambil leburan tuang kedalam cetakan sebanyak 3 suppos
5. Masukkan dalam lemari pendingin.
6. Keluarkan dari cetakan kemudian timbang satu persatu lalu hitung
bobot rata-ratanya.
- Menghitung bilangan pengganti
12
2.11 Evaluasi Suppositoria
- Keseragaman Sediaan
1. Keragaman Bobot
3/6 suppos ditentukan satu per satu dengan alat disintegration tester,
tetapi alatnya tidak dinaik turunkan, suhu dinaikkan perlahan hingga
teramati saat suppos meleleh.
3. Uji Homogenitas
13
BAB III
PEMBAHASAN
Perhitungan
( 3,4+3,6 ) gram
Cetakan 1 = = 3,5 gram
2
( 3,5+3,7 ) gram
Cetakan 2 = = 3,6 gram
2
( 3,5+3,6 ) gram
Cetakan 3 = = 3,5 gram
2
( 3,6+3,6 ) gram
Cetakan 4 = = 3,6 gram
2
( 3,5+3,6+3,5+3,6 ) gram
∑rata-rata = = 3,5 gram
4
2. Pembuatan Suppositoria Basis + Zat Aktif 10%
- Aminofilin 10%
10
x 3,5 gram = 0,35 gram
100
- Oleum cacao
14
3,5 gram x 8 suppos = 28 gram
Perhitungan
( 3,8+3,8+3,9+3,8+3,9+3,7 ) gram
∑rata-rata cetakan 1= = 3,8 gram
6
( 3,9+ 3,9+3,9+3,8+3,9+3,8 ) gram
∑rata-rata cetakan 2= = 3,86 gram
6
( 3,8+3,8+3,9+3,9+3,9+3,8 ) gram
∑rata-rata cetakan 3= = 3,8 gram
6
( 3,8+3,7+3,7+3,8+ 3,9+3,8 ) gram
∑rata-rata cetakan 4= = 3,8 gram
6
( 3,8+3,86+3,8+3,8 ) gram
∑rata-rata 4cetakan = = 3,8 gram
4
3. Perhitungan Bilangan Pengganti
Aminofilin 10%
10
x 3,8 gram = 0,38 gram = 380 mg
100
15
500 mg
Maka 500 g zat aktif : x 80 mg = 105,3 mg basis
380 mg
Maka untuk 1 cetakan yang sama jumlah basis yang digunakan untuk 1
cetakan :
Cera flava 5%
5
x 27,12 gram = 1,36 gram
100
Penimbangan bahan
Cera flava 5%
5
x 94,92 gram = 4,746 gram
100
16
3.2 Evaluasi Suppositoria
1. Uji Keragaman Bobot
Suppos Bobot
1 3,78 gram
2 3,8 gram
3 3,84 gram
4 3,76 gram
5 3,8 gram
6 3,78 gram
7 3,86 gram
8 3,78 gram
9 3,77 gram
10 3,76 gram
Rata-rata 3,79 gram
Perhitungan
37,93 gram
∑rata-rata = = 37,9 gram
10
w1 X A 3,78 x 100 %
X1 = = = 99,7%
wrata−rata 3,79
w1 X A 3 ,8 x 100 %
X2 = = = 100,26%
wrata−rata 3,79
w1 X A 3,84 x 100 %
X3 = = = 101,32%
wrata−rata 3,79
w1 X A 3,76 x 100 %
X4 = = = 99,2%
wrata−rata 3,79
w1 X A 3,8 x 100 %
X5 = = = 100,26%
wrata−rata 3,79
w1 X A 3,78 x 100 %
X6 = = = 99,7%
wrata−rata 3,79
w1X A 3,86 x 100 %
X7 = = = 101,84%
wr ata−rata 3,79
w1 X A 3,78 x 100 %
X8 = = = 99,7%
wrata−rata 3,79
17
w1 X A 3,77 x 100 %
X9 = = = 99,47%
wrata−rata 3,79
w1 X A 3,76 x 100 %
X10 = = = 99,2%
wrata−rata 3,79
100,65 %
X́ = = 100,06%
10
X1
( X 1− X́ )+ ( X 2− X́ )+ ( X 3− X́ ) + ( X 4− X́ ) + ( X 5− X́ ) +¿ ( X 6− X́ ) + ( X 7− X́ ) + ( X 8− X́ )+ ( X 9−
∑¿
x10 √ 2 2
n−1
2 2 2
X1
( 99 ,7−100,06 ) + ( 100,26−100,06 ) + ( 101,32−100,06 ) +¿ ( 99,2−100,06 ) + (100,26−100,06 ) +
∑¿
x10 √ 10−
X1
0,81+0,04+1,59+ 0,74+0,04 +0,81+3,17+0,81+¿ 0,35+ 0 ,74
∑¿√
x10
X1
9
9,1
∑ √ ¿
9
= √ 1,01 = 1,005
x10
18
karena seluruh bahan yang digunakan tercampur rata saat suppos dibelah vertical
dan horizontal. Dan pada pengujian waktu hancur didapatkan bahwa waktu hancu
suppose yang kami buat lebih dari 15 menit karena saat waktu 16 menit suppose
yang kami buat tetap tidak hancur. Jadi pada uji waktu hancur suppose dikatakan
tidak memenuhi syarat sebab syarat uji waktu hancur adalah kurang dari 15 menit.
Jadi dari hasil evaluasi yang telah dilakukan dapat kita lihat bahwa yang
memenuhi syarat hanya pada pengujian homogenitas. Hal ini dapat disebabkan
karena kesalahan saat penimbangan, kurang teliti saat menimbang bahan atau
kesalahan dalam perhitungan bahan, kurang teliti dalam menghitung bahan yang
akan ditimbang. Maka dapat disimpulkan bahwa suppositoria yang telah kami
buat tidak dapat digunakan atau tidak bagus.
BAB IV
PENUTUP
19
4.1 Kesimpulan
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang berbentuk torpedo,
bentuk ini memiliki kelebihan yaitu bila bagian yang besar masuk melalui otot
penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya. Macam
– macam suppos yaitu suppositoria rectal, suppositoria vaginal atau ovula dan
suppositoria uretra.
Jadi dari hasil evaluasi yang telah dilakukan dapat kita lihat bahwa yang
memenuhi syarat hanya pada pengujian homogenitas. Maka dapat disimpulkan
bahwa suppositoria yang telah kami buat tidak dapat digunakan atau tidak bagus.
4.2 Saran
Kami berharap agar dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan pembaca juga dapat mengetahui tentang suppositoria serta cara
penggunaannya. Mungkin makalah ini masih banyak kekurangan lebih dan
kurangnya mohon dimaafkan. .
DAFTAR PUSTAKA
20
Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Gajah Madha University
Press:Yogyakarta
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan
RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia:Jakarta
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2014.
Farmakope Indonesia Edisi V. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia:Jakarta
Gan Gunawan, Sulistia,dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:Jakarta
21