Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan perkembangan zaman bentuk dan sediaan obat beragam, ada


yang berbentuk tablet, kapsul, sirup dan suppositoria. Beragamnya bentuk sediaan
tersebut didasarkan atas kebutuhan dari konsumen atau pasien. Bentuk dan
sediaan obat pun dapat diberikan dengan rute yang berbeda-beda dan memberikan
efek yang berbeda-beda. Untuk suppositoria rute pemberiannya dimasukkan
didalam dubur atau lubang yang ada di tubuh. Penggunaan suppositoria ditujukan
untuk pasien yang susah menelan, terjadi gangguan pada saluran cerna, dan pada
pasien yang tidak sadarkan diri.

Suppositoria dapat dbuat dalam bentuk rectal, ovula dan uretra. Bentuk
suppositoria dapat ditentukan berdasarkan basis yang digunakan. Basis
suppsoitoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat yang
dikandungnya. Salah satu syarat utama basis suppositoria adalah selalu padat
dalam suhu ruangan tetapi segera melunak, melebur atau melarutpada suhu tubuh
sehingga obat yang dikandungnya dapat tersedia sepenuhnya, segera setelah
pemakaian. Basis suppsoitoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin
trigliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilenglikol (PEG)
dengan berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol.

Suppositoria dapat memberikan efek lokal dan efek sistemik. Pada aksi lokal,
begitu dimasukkan basis suppositoria aka meleleh, melunak atau
melarutmenyebarkan bahan obat yang dibawanya ke jaringan-jaringan di daerah
tersebut. Obat ini dimaksudkan agar dapat ditahan dalam ruang tersebut untuk
efek kerja lokal atau bisa juga dimaksudkan agar diabsorpsi untuk mendapatkan
efek sistemik. Sedangkan pada aksi sistemik membrane ukosa rectum atau vagina
memungkinkan absorpsi dari kebanyakan obat yang dapat larut. Dalam makalah
ini akan dibahas secara mendalam tentang suppositoria beserta formula
suppsositoria dengan zat aktif aminofilin.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari suppositoria ?
2. Apa saja syarat sediaan suppositoria ?
3. Apa saja macam-macam suppositoria?
4. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari suppositoria ?
5. Bagaimana tujuan penggunaan obat suppositoria ?
6. Apa saja metode pembuatan suppositoria ?
7. Bagaimana tinjauan farmakologi dan tinjauan kimia dari zat aktif
aminofilin ?
8. Bagaimana preformulasi suppositoria ?
9. Bagaimana cara pembuatan suppositoria ?
10. Bagaimana cara evalusi suppositoria ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari suppositoria
2. Untuk mengetahui syarat sediaan suppositoria
3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam suppositoria
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari sediaan suppositoria
5. Untuk mengetahui tujuan dari penggunaan suppositoria
6. Untuk mengetahui metode pembuatan suppositoria
7. Untuk mengetahui tinjauan farmakologi dan tinjauan kimia dari zat aktif
aminofilin
8. Untuk mengetahui preformulasi suppositoria
9. Untuk mengetahui cara pembuatan supposeitoria
10. Untuk mengetahui bagaimana cara evaluasi suppositoria

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III hal 32 suppositoria adalah sediaan


padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut,
melunak atau meleleh pada suhu tubuh.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV hal 16 suppositoria adalah sediaan


padat dalam berbagai bobot bentuk yang diberikan melalui rectal, vaginal atau
uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

Menurut Formularium Nasional hal 333 suppositoria adalah sediaan padat,


melunak, melumer dan larut pada suhu tubuh, digunakan dengan cara
menyisipkan kedalam rectum, berbentuk sesuai dengan maksud penggunaan,
umumnya berbentuk torpedo.

Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang berbentuk torpedo,


bentuk ini memiliki kelebihan yaitu bila bagian yang besar masuk melalui otot
penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya (Anief,
2000).

Umumnya suppsoitoria rectum panjangnya ±32 mm (1,5 inci), berbentuk


silinder dan kedua ujungnya tajam. Beberapa suppsoitoria untuk rectum
diantaranya ada yang berbentuk seperti peluru, torpedo atau jari-jaru kecil
tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan habis yang digunakan, beratnya pun
berbeda-beda. USP menetapkan berat suppositoria 2 gram untuk dewasa apabila
oleum cacao yang digunakan sebagai basis. Sedangkan suppsoitoria untuk anak-
anak beratnya ½ dari ukuran dan berat untuk orang dewasa, bentuknya kira-kira
seperti pensil. Ada juga yang menyatakan berat suppositoria untuk dewasa 3 gram
dan untuk anak-anak 2 gram.

3
Suppositoria untuk vagina yang juga disebut pessariun biasanya berbentuk
bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai dengan kompendik resmi beratnya 5
gram, apabila basisnya oleum cacao. Soppositoria untuk saluran urine yang juga
disebut bougie bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan
kedalam saluran urin pria atau wanita. Soppositoria saluran urin pria bergaris
tengan 3 – 6 mm dengan panjang ±140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi
satu dengan lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya ± 4 gram.
Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran pria,
panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram serta basisnya oleum cacao (Ansel, 1989).

2.2 Syarat Sediaan Suppositoria

Berikut ini adalah beberapa syarat ideal suatu sediaan suppsositoria yaitu :

1. Dapat melarut pada suhu tubuh yaitu sekitar 30-36⁰C


2. Tidak toksik
3. Tidak mengiritasi dan tidak merangsang
4. Dapat dengan segera melepaskan zat aktif obat
5. Mudah dalam proses pencetakan
6. Suppositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit pada suhu tubuh
atau melarut (persyaratan kerja obat)
7. Pembebasan dan respons obat yang baik
8. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tanpa ketengikan,
pewarnaan, pengerasan, kemantapan bentuk, daya patah yang baik, dan
stabilitas yang memadai dari bahan obat)
9. Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil

2.3 Macam-Macam Suppositoria

Macam-macam suppositoria berdasarkan penggunaanya yaitu :

1. Suppositoria rektal, sering disebut suppositoria saja, bentuk peluru,


digunakan lewat rectum atau anus untuk dewasa 3 gram dan untuk anak-
anak 2 gram. Suppositoria rectal berbentuk torpedo mempunyai

4
keunggulan yaitu jika dibagian yang besar masuk melalui jaringan otot
penutup dubur, suppositoria akan masuk dengan sendirinya.
2. Suppositoria vaginal atau ovula, berbentuk lonjong seperti kerucut,
digunakan untuk vagina. Berat anatara 3-5 gram. Suppositoria vaginal
dengan bahan gelatin tergliseransi memeiliki bobot 5 gram.
3. Suppositoria uretra digunakan lewat uretra, berbentuk batang dengan
panjang antara 7 - 14 cm .

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Suppositoria

Kelebihan :

1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.


2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam
lambung.
3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat
berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.

Kelemahan :

1. Tidak nyaman digunakan


2. Absorbsi obat sering kali tak teratur atau sulit diramalkan
3. Daerah absorpsinya lebih kecil.
4. Absorpsi hanya melalui difusi pasif.
5. Pemakaian kurang praktis.
6. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang rusak oleh pH di rectum.

2.5 Tujuan Penggunaan Suppositoria

1. Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum maupun


vagina atau urethra, seperti penyakit haemorroid / wasir / ambein dan
infeksi lainnya.
2. Juga secara rektal digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat
diserap oleh membran mukosa dalam rektum,

5
3. Apabila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan, seperti pasien
mudah muntah, tidak sadar.
4. Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi
melalui mukosa rektal langsung masuk ke dalam sirkulasi darah,
5. Agar terhindar dari pengrusakan obat oleh enzym di dalam saluran
gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hepar .
6. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam pembuatan sediaan suppositoria

2.6 Metode Pembuatan Suppositoria

1. Dengan tangan

Dengan tangan yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang


telah dicampur homogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang
dikehendaki. Mula-mula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahan-bahan
aktif dengan menggunakan mortir dan stamper,sampai diperoleh massa akhir
yang homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa digulung menjadi suatu
batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang dikehendaki. Amilum
atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan. Batang silinder dipotong dan
salah satu ujungnya diruncingkan.

2. Dengan mencetak kompresi

Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu
bentuk yang dikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston
pada massa suppositoria yang diisikan dalam silinder, sehingga massa
terdorong kedalam cetakan.

3. Dengan mencetak

Tuang Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air


atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan,
kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya.
Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam yang telah didinginkan, yang
umumnya dilapisi krom atau nikel.

6
2.7 Tinjauan Farmakologi

Aminofilin

1. Farmakokinetik

Farmakokinetik aminofilin sama dengan teofilin. Setelah pemberian oral,


rectal atau parenteral obat akan cepat diabsorpsi.absorpsi teofilin dalam
bentuk garam yang mudah larut misalnya teofilin Na glisinat atau teofilin
kolin tidak lebih baik. Sediaan teofilin (aminofilin) parenteral atau rectal
ternyata tetap menimbulkan keluhan nyeri saluran cerna, mual dan muntah.
Rupanya gejala ini berhubungan dengan kadar teofilin dalam plasma.
Keluhan saluran cerna yang disebabkan oleh iritasi setempat dapat
dihindarkan dengan pemberian obat bersama makanan, tetapi akan terjadi
penurunan absorpsi teofilin. Dalam keadaan perut kosong, sediaan teofilin
bentuk cair atau tablet tidak bersalut dapat menghasilkan kadar puncak
plasma dalam waktu 2 jam, sedangkan kafein dalam waktu 1 jam.

Metilxantin didistribusikan keseluruh tubuh melewati plasenta dan masuk


keair susu ibu. Volume distribusi teofilin adalah 400 dan 6000 mL/kg pada
bayi premature nilai ini lebih tinggi. Eliminasi metilxantin terutama melalui
metabolism dalam hati. Sebagian besar diekskresi bersama urin dalam bentuk
asam metilurat dan metilxantin.

2. Farmakodinamik

Teofilin masuk kedalam senyawa xantin dimana xanti merangsang SSP,


menimbulkan dieresis, merangsang oto jantung dan merelaksasi otot polos
terutama bronkus. Intensitas efek xantin terhadap berbagai jaringan ini
berbeda dan dapat dipilih senyawa xantin yang tepat untuk tujuan terapi
tertentu dengan sedikit efek samping.

Pada susunan saraf pusat obat ini merangsang SSP dengan kuat. Jika dosis
ditingkatkan akan menyebabkan gugup insomnia, tremor, kejang lokal/kejang
umum. Kejang ini terjadi karena kadar teofilin dalam darah lebih tinggi 50%

7
dari kadar terapi. Jika dalam dosis rendah dapat merangsang SSP yang sedang
mengalami depresi. Pada sistem kardiovaskuler teofilin pernah digunakan
untuk pengobatan payah jantung perifer karena absorpsi dan disposisi teofilin
sukar, tidak digunakan lagi dan lebih ketujuan vasodilator dan diuretik.

3. Dosis

Cara Pemakaian Dosis lazim Dosis maksimum


Sekali Sehari Sekali Sehari
Oral, rektal 100-300 mg 300-600 mg 500 mg 1,5 g
Intravena 250 mg 720 mg 500 mg 1,5 g
Intramuscular 1,5 g

4. Indikasi
Asma bronchial, penyakit paru obstruktif kronik, apnea pada bayi
premature.
2.8 Tinjauan Kimia Farmasi
1. Penetapan kadar (Titrasi argentometri)
Teofilin ditimbang 250 mg, masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml,
tambahkan 50 ml air dan 8 ml amoniak encer P hangatkan perlahan diatas
penangas air hingga larut sempurna. Tambahkan 20 ml perak nitrat 0,1 N
campur, lanjutkan penghangatan diatas penangas selama 15 menit. Dinginkan
50 mg melalui kertas saring dengan penghisapan. Cuci endapan 3 kali dengan
10 ml air. Asamkan kumpulan filtrat dengan 2 ml larutan besi (II) ammonium
sulfat P. titrasi dengan ammonium tiosianat 0,1 N 1 ml perak nitrat 0,1 N
setara dengan 18,02 mg C₇H₈N₄O₂.
2. Identifikasi Suppositoria Aminofilin
Dibersihkan jumlah suppositoria setara dengan 60 mg aminofilin dalam 10
ml kloroform P. Jika perlu hangatkan pindahkan kedalam coorong pisah
menggunakan lebih kurang 10 ml kloroform P. Tambahkan 10 ml campuran
HCl dan air volume sama. Kocok biarkan memisah, tuang lapisan kloroform.
Cuci lapisan 2 kali dengan 30 ml kloroform P. Buang lapisan kloroform
uapkan lapisan air dalam cawan porselen hingga kering. Tambahkan terus

8
menerus diaduk 1 ml HCl encer P atau secukupnya hingga teofilin
mengendap sempurna. Cuci endapan dengan sedikit air dingin dan keringkan
pada suhu 65⁰C, endapan memenuhi persyaratan suhu lebur ± 272⁰C.
2.9 Preformulasi

1. Aminofilin

Struktur :

Nama Lain : Aminophylinum

Nama Kimia : Theofilina Etilen diamina

Rumus Molekul : C₁₆H₂₄N₁₀O₄

Berat Molekul : 420,43

pH : ± 8,8

Pemerian : Serbuk hablur putih atau agak kekuningan , bau lemah


mirip ammonia, rasa pahit bersifat anhidrolisis, atau tidak
mengandung tidak kurang dari 2 molekul air, aminofilin
mengandung tidak kurang dari 87,4% teofilin anhidrolisis
serta mengandung 135% sampai 15% anhidrolisis
ethylendiamine.

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 5 bagian air, jika dibiarkan


mungkin menjadi keruh, praktis tidak larut dalam etanol
(95%) dan dalam eter.

Khasiat : Bronkodilator, antiplasmodikum, diuretikum.

9
Stabilitas : Sediaan parenteral, simpan pada suhu 15⁰C - 30⁰C
terlindung dari cahaya, simpan pada kardus sampai waktu
ingin digunakan. Aminofilin merupakan larutan yang stabl
pada suhu ruangan pada pH 3,5 – 8,6. Stabil pada suhu
kamar pada konsentrasi tidak kurang dari 40 ml.

2. Oleum Cacao

Struktur :

Nama Lain : Lemak coklat

Nama Kimia : Oleum cacao

Pemerian : Lemak padat, putih, kekuningan

Kelarutan : Sukar larut dalam kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Analgetikum, Antipiretikum

Titik Lebur : Pada suhu 31 - 34⁰C

3. Cera Flava

Nama Lain : Malam kuning

Nama Kimia : Cera Flava

Rumus Molekul : C₁₁H₁₂C₁₂N₂O₅

Berat Molekul : 680,8

Pemerian : Zat padat, coklat kekuningan, bau seperti madu, agak


rapuh.

10
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam eter P
hangat

Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan oksidat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan

Alasan Pengambilan cera flava adalah untuk meningkatkan titik lebur


oleum cacao. Penambahan cera flava tidak boleh lebih dari 5% sebab akan
memperoleh campuran yang mempunyai titik lebur diatas 37⁰C dan tidak
boleh kurang dari 4% karena akan memperoleh titik lebur dibawah 33⁰C.
sehingga harus tepat, karena apabila titik lebur terlalu tinggi atau lebih dari
37⁰C maka suppositoria akan sulit melarut pada suhu tubuh normal. Dan
apabila dibawah 33⁰C maka suppose akan mencair pada suhu kamar sebelum
digunakan.

2.10 Cara Pembuatan Suppositoria

Cara pembuatan suppositoria yaitu dengan menentukan bilangan pengganti


bahan aktif terhadap basis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Buat 3 suppositoria terdiri dari basis saja (oleum cacao), setelah jadi
ditimbang, lalu ditentukan bobot rata-ratanya
2. Buat 3 suppositoria terdiri dari 10% bahan aktif dengan basis yang
sama, setelah jadi ditimbang, dihitung bobot rata-ratanya
3. Hitung bilangan pengganti yang merupakan kesetaraan antara bobot
bahan aktif dengan bobot basis yang digantikan

Cara pembuatan

- Kalibrasi cetakan suppositoria dengan cara membuat suppositoria dengan


basis saja sebanyak 6 suppositoria dan dosis yang ditentukan. Misalnya 3
gram untuk dewasa. Cara kerjanya :

11
1. Timbang oleum cacao 24 gram ( 8 x 3 gram = 24 gram)
2. Masukkan dalam cawan penguap, lebur diatas waterbath pada suhu 50-
60⁰C sampai melebur sempurna sambil sesekali diaduk
3. Siapkan cetakan suppositoria yang telah di olesi dengan paraffin.
4. Ambil leburan oleum cacao lalu tuang kedalam cetakan (isi untuk 6
suppositoria)
5. Kemudian dinginkan pada lemari pendingin dengan shu 0⁰C atau <0⁰C
selama ± 1 jam
6. Keluarkan suppose dari cetakan lalu timbang satu per satu, hitung
bobot rata-ratanya
- Menentukan bilangan pengganti aminofilin terhadap oleum cacao. Cara
kerjanya :
1. Timbang zat aktif 10% masukkan dalam lumpang lalu gerus, kemudian
timbang 1/3 bagian oleum cacao lalu masukkan dalam lumpang berisi
zat aktif kemudian gerus homogen
2. Timbang 2/3 bagian basis masukkan dalam cawan penguap, lalu lebur
di penangas air, setelah setengah lebur masukkan 1/3 bagian oleum
cacao yag telah digerus bersama zat aktif, tunggu hingga melebur
sempurna
3. Siapkan cetakan suppose yang telah diolesi paraffin
4. Ambil leburan tuang kedalam cetakan sebanyak 3 suppos
5. Masukkan dalam lemari pendingin.
6. Keluarkan dari cetakan kemudian timbang satu persatu lalu hitung
bobot rata-ratanya.
- Menghitung bilangan pengganti

12
2.11 Evaluasi Suppositoria

- Keseragaman Sediaan

1. Keragaman Bobot

Timbang seksama 10 suppsoitoria satu persatu. Hitung penyimpangan


bobot relative dari suppositoria. Keseragaman sediaan memenuhi syarat jika
nilai penerimaan 10 unit sediaan pertama tidak kurang atau sama dengan L 1
kecuali dinyatakan lain L1 adalah 15%.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV criteria untuk suppose adalah jika


jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan seperti yang ditetapkan
dari cara keseragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak
antara 86% - 119% dari yang tertera pada etiket dan simpanagan baku relative
< atau = 60%.

2. Uji Titik Leleh

3/6 suppos ditentukan satu per satu dengan alat disintegration tester,
tetapi alatnya tidak dinaik turunkan, suhu dinaikkan perlahan hingga
teramati saat suppos meleleh.

3. Uji Homogenitas

Gunakan 4 suppositoria kemudian 2 suppos dipotong vertical dan 2


suppos dipotong horizontal amati tengahnya homogeny atau tidak.

4. Uji Waktu Hancur

Gunakan 6 suppositoria sekaligus, diletakkan dalam alat disintegration


tester. Kemudian alat dinaik turunkan. Lihat pada waktu berapa menit
suppos hancur.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembuatan Suppositoria


1. Pembuatan Suppositoria Basis Saja
Dosis suppose dewasa 3 gram dibuat untuk 8 suppos
8 suppos x 3 gram = 24 gram
Tabel 1. Hasil pembuatan suppose basis saja
Cetakan Suppos 1 Suppos 2 Rata-rata
1 3,4 gram 3,6 gram 3,5 gram
2 3,5 gram 3,7 gram 3,6 gram
3 3,5 gram 3,6 gram 3,5 gram
4 3,6 gram 3,6 gram 3,6 gram
Rata – rata 3,5 gram

Perhitungan
( 3,4+3,6 ) gram
Cetakan 1 = = 3,5 gram
2
( 3,5+3,7 ) gram
Cetakan 2 = = 3,6 gram
2
( 3,5+3,6 ) gram
Cetakan 3 = = 3,5 gram
2
( 3,6+3,6 ) gram
Cetakan 4 = = 3,6 gram
2
( 3,5+3,6+3,5+3,6 ) gram
∑rata-rata = = 3,5 gram
4
2. Pembuatan Suppositoria Basis + Zat Aktif 10%
- Aminofilin 10%

10
x 3,5 gram = 0,35 gram
100

Buat 6 suppos = 035 gram x 8 suppos = 2,8 gram

- Oleum cacao

14
3,5 gram x 8 suppos = 28 gram

Tabel 2. Hasil pembuatan suppose basis + 10% zat aktif


Suppos Cetakan 1 Cetakan 2 Cetakan 3 Cetakan 4
1 3,8 gram 3,9 gram 3,8 gram 3,8 gram
2 3,8 gram 3,9 gram 3,8 gram 3,7 gram
3 3,9 gram 3,9 gram 3,9 gram 3,7 gram
4 3,8 gram 3,8 gram 3,9 gram 3,8 gram
5 3,9 gram 3,9 gram 3,9 gram 3,9 gram
6 3,7 gram 3,8 gram 3,8 gram 3,8 gram
Rata- 3,8 gram 3,86 gram 3,8 gram 3,8 gram
rata

Perhitungan
( 3,8+3,8+3,9+3,8+3,9+3,7 ) gram
∑rata-rata cetakan 1= = 3,8 gram
6
( 3,9+ 3,9+3,9+3,8+3,9+3,8 ) gram
∑rata-rata cetakan 2= = 3,86 gram
6
( 3,8+3,8+3,9+3,9+3,9+3,8 ) gram
∑rata-rata cetakan 3= = 3,8 gram
6
( 3,8+3,7+3,7+3,8+ 3,9+3,8 ) gram
∑rata-rata cetakan 4= = 3,8 gram
6
( 3,8+3,86+3,8+3,8 ) gram
∑rata-rata 4cetakan = = 3,8 gram
4
3. Perhitungan Bilangan Pengganti
Aminofilin 10%
10
x 3,8 gram = 0,38 gram = 380 mg
100

90% Basis : 3,8 gram – 0,38 gram = 3,42 gram

Jadi dalam basis yang mengisi tempat zat aktif

3,5 gram – 3,42 gram = 0,08 gram = 80 mg

Jadi 80 mg basis = 380 mg zat aktif

Missal dosis 1 suppos 500 mg

15
500 mg
Maka 500 g zat aktif : x 80 mg = 105,3 mg basis
380 mg

Maka untuk 1 cetakan yang sama jumlah basis yang digunakan untuk 1
cetakan :

3,5 gram – 0,105 gram = 3,39 gram

Bila dibuat 6 suppos maka ditimbang

Zat aktif : 8 x 500 mg = 4000 mg = 4 gram

Basis : 8 x 3,39 gram = 27,12 gram

Cera flava 5%

5
x 27,12 gram = 1,36 gram
100

Basis : 27,12 gram – 1,36 gram = 25,8 gram

Penimbangan bahan

1. Zat aktif 4 gram


2. Oleum cacao 25,8 gram
3. Cera flava 1,36 gram

Bila dibuat 24 suppos maka ditimbang (dilebihkan 4 suppos)

Zat aktif : 28 x 500 mg = 14000 mg = 14 gram

Basis : 28 x 3,39 gram = 94,92 gram

Cera flava 5%

5
x 94,92 gram = 4,746 gram
100

Basis : 94,92 gram – 4,746 gram = 90,18 gram

16
3.2 Evaluasi Suppositoria
1. Uji Keragaman Bobot

Suppos Bobot
1 3,78 gram
2 3,8 gram
3 3,84 gram
4 3,76 gram
5 3,8 gram
6 3,78 gram
7 3,86 gram
8 3,78 gram
9 3,77 gram
10 3,76 gram
Rata-rata 3,79 gram

Perhitungan
37,93 gram
∑rata-rata = = 37,9 gram
10
w1 X A 3,78 x 100 %
X1 = = = 99,7%
wrata−rata 3,79
w1 X A 3 ,8 x 100 %
X2 = = = 100,26%
wrata−rata 3,79
w1 X A 3,84 x 100 %
X3 = = = 101,32%
wrata−rata 3,79
w1 X A 3,76 x 100 %
X4 = = = 99,2%
wrata−rata 3,79
w1 X A 3,8 x 100 %
X5 = = = 100,26%
wrata−rata 3,79
w1 X A 3,78 x 100 %
X6 = = = 99,7%
wrata−rata 3,79
w1X A 3,86 x 100 %
X7 = = = 101,84%
wr ata−rata 3,79
w1 X A 3,78 x 100 %
X8 = = = 99,7%
wrata−rata 3,79

17
w1 X A 3,77 x 100 %
X9 = = = 99,47%
wrata−rata 3,79
w1 X A 3,76 x 100 %
X10 = = = 99,2%
wrata−rata 3,79
100,65 %
X́ = = 100,06%
10
X1
( X 1− X́ )+ ( X 2− X́ )+ ( X 3− X́ ) + ( X 4− X́ ) + ( X 5− X́ ) +¿ ( X 6− X́ ) + ( X 7− X́ ) + ( X 8− X́ )+ ( X 9−
∑¿
x10 √ 2 2
n−1
2 2 2
X1
( 99 ,7−100,06 ) + ( 100,26−100,06 ) + ( 101,32−100,06 ) +¿ ( 99,2−100,06 ) + (100,26−100,06 ) +
∑¿
x10 √ 10−

X1
0,81+0,04+1,59+ 0,74+0,04 +0,81+3,17+0,81+¿ 0,35+ 0 ,74
∑¿√
x10

X1
9

9,1
∑ √ ¿
9
= √ 1,01 = 1,005
x10

Np = (98,5 – 100,06) + (2,4 x 1,005)


= 0,852

2. Uji Titik Leleh


Titik leleh suppos yang kami buat <39⁰C
3. Uji Homogenitas
Setelah diuji suppose yang kami buat dikatakan homogen.
4. Uji Waktu Hancur
Suppos yang kami buat waktu hancurnya <15 menit.
3.3 Pembahasan
Dari hasil evaluasi suppositoria pada uji keragaman bobot didapat nilai
penerimaan 0,852 % jadi dapat dikatakan bahwa suppos yang kami buat tidak
memenuhi persyaratan pada uji keragaman bobot karena tidak memenuhi nilai L 1
yaitu 15%. Pada pengujian titik leleh didapatkan bahwa suppos tidak meleleh
pada suhu 39⁰C itu berarti titik leleh suppos tidak memenuhi syarat karena syarat
titik leleh suppose adalah pada suhu tubuh normal yaitu 37⁰C. Pada pengujian
homogenitas didapatkan bahwa suppose yang kami buat dikatakan homogen

18
karena seluruh bahan yang digunakan tercampur rata saat suppos dibelah vertical
dan horizontal. Dan pada pengujian waktu hancur didapatkan bahwa waktu hancu
suppose yang kami buat lebih dari 15 menit karena saat waktu 16 menit suppose
yang kami buat tetap tidak hancur. Jadi pada uji waktu hancur suppose dikatakan
tidak memenuhi syarat sebab syarat uji waktu hancur adalah kurang dari 15 menit.
Jadi dari hasil evaluasi yang telah dilakukan dapat kita lihat bahwa yang
memenuhi syarat hanya pada pengujian homogenitas. Hal ini dapat disebabkan
karena kesalahan saat penimbangan, kurang teliti saat menimbang bahan atau
kesalahan dalam perhitungan bahan, kurang teliti dalam menghitung bahan yang
akan ditimbang. Maka dapat disimpulkan bahwa suppositoria yang telah kami
buat tidak dapat digunakan atau tidak bagus.

BAB IV
PENUTUP

19
4.1 Kesimpulan
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang berbentuk torpedo,
bentuk ini memiliki kelebihan yaitu bila bagian yang besar masuk melalui otot
penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya. Macam
– macam suppos yaitu suppositoria rectal, suppositoria vaginal atau ovula dan
suppositoria uretra.
Jadi dari hasil evaluasi yang telah dilakukan dapat kita lihat bahwa yang
memenuhi syarat hanya pada pengujian homogenitas. Maka dapat disimpulkan
bahwa suppositoria yang telah kami buat tidak dapat digunakan atau tidak bagus.

4.2 Saran
Kami berharap agar dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan pembaca juga dapat mengetahui tentang suppositoria serta cara
penggunaannya. Mungkin makalah ini masih banyak kekurangan lebih dan
kurangnya mohon dimaafkan. .

DAFTAR PUSTAKA

20
Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Gajah Madha University
Press:Yogyakarta
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan
RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia:Jakarta
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2014.
Farmakope Indonesia Edisi V. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia:Jakarta
Gan Gunawan, Sulistia,dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai