TEKTONOFISIK “TSUNAMI”
DISUSUN OLEH
ACHMAD ARIZAL
09320180018
C7
Sebab tsunami yang paling umum adalah gempa bumi bawah laut, terutama
yang terjadi di zona penunjaman dengan kekuatan 7,0 skala magnitudo momen atau
lebih. Penyebab lainnya adalah longsor, letusan gunung, dan jatuhnya benda besar
seperti meteor ke dalam air. Secara geografis, hampir seluruh tsunami terjadi di
kawasan Lingkaran Api Pasifik dan kawasan Palung Sumatra di Samudra Hindia.
Risiko tsunami dapat dideteksi dengan sistem peringatan dini tsunami yang
mengamati gempa-gempa berkekuatan besar dan melakukan analisis data perubahan
air laut yang terjadi setelahnya. Jika dianggap ada risiko tsunami, pihak berwenang
dapat memberi peringatan atau mengambil tindakan seperti evakuasi. Risiko
kerusakan juga dapat dikurangi dengan rancangan tahan tsunami, seperti membuat
bangunan dengan ruang luas, serta penggunaan bahan beton bertulang, maupun
dengan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara menyelamatkan diri dari
tsunami, seperti pentingnya mengungsi dan menyiapkan rencana darurat dari jauh-
jauh hari.
B. PENJELASAN
Tsunami dapat dipicu oleh gangguan pada dasar laut yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air. Dalam proses kembalinya air yang terganggu ini
menuju ekuilibrium atau keadaan tenang, suatu gelombang dapat terbentuk dan
menyebar meninggalkan pusat gangguan, sehingga menyebabkan tsunami. Peristiwa-
peristiwa yang dapat menyebabkan perpindahan air seperti ini meliputi gempa
bumi bawah laut, longsor yang terjadi di dasar laut, jatuhnya benda ke dalam air
seperti letusan gunung, meteor, atau ledakan senjata
Penyebab umum lainnya adalah tanah longsor, baik yang terjadi di bawah laut
maupun yang terjadi di daratan tetapi memindahkan material seperti bebatuan ke
laut. Karena longsor bawah laut sering terjadi akibat gempa, longsor dapat
memperparah gangguan pada air setelah gempa. Fenomena ini dapat menyebabkan
tsunami bahkan pada gempa dengan kekuatan yang biasanya tidak menyebabkan
tsunami (seperti gempa yang bermagnitudo sedikit di bawah 7,0), atau menyebabkan
tsunami yang lebih besar dari perkiraan berdasarkan kekuatan gempa.
Contohnya, gempa bumi Papua Nugini 1998 hanya bermagnitudo sedikit di atas 7,0,
tetapi menghasilkan tsunami besar dengan tinggi maksimum 15 meter. Contoh
longsor daratan yang menyebabkan tsunami adalah tsunami Alaska 1958.
Rawan tidaknya suatu daerah terhadap tsunami ditentukan oleh ada tidaknya
pemicu-pemicu di atas, terutama gempa bumi berkekuatan besar di lautan, yang
merupakan penyebab tsunami paling umum. Hampir 80% dari tsunami di bumi
terjadi di kawasan yang disebut Lingkaran Api Pasifik, zona penunjaman di
sekitar Samudra Pasifik yang mengalami banyak gempa bumi besar. Lingkaran api
(Inggris: ring of fire) ini mencakup (searah jarum jam) Selandia Baru, Papua
Nugini, Indonesia, pantai timur Asia (terutama Filipina dan Jepang) sampai ke utara,
lalu pantai barat Amerika Utara dan Selatan. Selain itu, kawasan Palung
Sumatra yang berada di Samudra Hindia lepas pantai barat dan selatan pulau
Sumatra dan Jawa, Indonesia, juga merupakan zona penunjaman yang rentan
tsunami. Di luar dua kawasan ini, tsunami cukup .
E. HUBUNGAN TSUNAMI DENGAN TEKTONIK LEMPENG
Surutnya air laut sering dilaporkan terjadi sebelum datangnya tsunami, dalam
kasus tertentu air laut dapat bergerak hingga ratusan meter menjauhi daratan. Hal ini
sering memancing datangnya penduduk yang tidak tahu bahwa tsunami akan terjadi,
karena dalam keadaan ini ikan mudah ditangkap dan sering terlihat karang atau
makhluk laut lainnya yang biasanya tidak terlihat. Tidak semua tsunami didahului
oleh surutnya air, tsunami juga dapat langsung dimulai dengan naiknya permukaan
air. Hal ini karena tsunami berbentuk gelombang, dengan puncak dan lembah. Jika
lembah gelombang yang sampai lebih dahulu, permukaan air laut akan turun.
Sebaliknya, puncak gelombang menghasilkan naiknya air laut. Kedua hal ini dapat
terjadi dengan peluang yang sama.
Mencapai Daratan
Tsunami sering digambarkan secara ikonik sebagai dinding air raksasa yang
bergerak menghantam daratan, seperti ombak yang
ditunggangi peselancar. Fenomena ini memang terjadi, tetapi hanya pada tsunami-
tsunami yang sangat besar, seperti pada Tsunami Samudra Hindia 2004. Pada
sebagian besar kasus, tsunami tidak menyebabkan dinding air raksasa, tetapi terjadi
dengan naiknya permukaan laut secara tiba-tiba (terkadang didahului surut). Air
dapat naik dan surut selama berjam-jam, sesuai bukit dan lembah
gelombang. Tsunami yang mencapai daratan bukan hanya sebuah gelombang tetapi
terdiri dari rangkaian gelombang yang memiliki amplitudo dan frekuensi berbeda
dan dapat saling memperkuat. Saat ini, tidak mungkin memperkirakan jumlah
puncak besar yang ada dalam suatu tsunami, atau puncak mana yang paling
berbahaya. Karena itu, daerah pantai masih dianggap berbahaya walaupun beberapa
gelombang besar telah lewat.
Saat banjir tsunami mulai surut, arus balik air ke laut juga dapat menimbukan
kerusakan besar. Air dapat mengalir dengan cepat dan bergejolak, menyebabkan
erosi dan merusak fondasi bangunan. Air dapat bergerak bolak balik hingga beberapa
hari.
Perilaku Individu