Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa  yang lebih
banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu tertentu di area tertentu atau
diantara kelompok tertentu. Disebuah fasilitas pelayanan kesehatan dugaan terhadap suatu wabah
mungkin muncul ketika aktivitas surveilans rutin mendeteksi adanya suatu isolate microbial atau
kluster kasus yang tidak biasa atau terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari
jumlah biasanya.
Ketika dokter mendiagnosa suatu penyakit yang tidak biasa, ketika dokter, perawat , atau
petugas laboraturium yang menyadari terjadinya serangkaian kluster kasus. Kluster kasus adalah
kelompok kasus penyakit atau peristiwa kesehatan lain yang terjadi dalm rentang waktu
dan tempat yang berdekatan.  Didalam sautu kluster banyaknya kasus yang dapat atau tidak
dapat melebihi jumlah yang diperkirakan, umumnya jumlah yang diperkirakan tidak
diketahui.Karena rate endemic penyakit nosokomial, cedera, dan kejadian yang merugikan
lainnya berbeda untuk masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan , hanya ada sedikit criteria
pasti untuk menentukan kepada yang diperlukan upaya evaluasi pada suatu masalah yang
potensial atau memulai investigasi.

1.2  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah tugas dari mata kuliah epidemiologi dan
menambah wawasan penulis tentang epidemiologi khususnya tentang Investigasi Wabah.

1.3  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan investigasi wabah ?
2.      Langkah dalam melakukan investigasi wabah ?

BAB II
PEMABAHASAN
2.1 Sejarah Investigasi Wabah
            Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya penemuan kuman
kolera oleh John Snow sehingga ia terkenanl dengan metode investigasi wabah kolera di
London (1854).
2.2 Pengertian Investigasi Wabah
            Banyak definisi yang diberikan mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli
diantaranya
1.      Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989)
Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang
di daerah yang luas.

2.      Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan


Penyehatan Lingkungan Pemukiman (1981)
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat,
baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit .

3.      Undang-undang RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular


Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

4.      Benenson, 1985
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada  penduduk suatu daerah, yang
nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa .

5.      Last 1981
Wabah adgalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit,
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan
kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa.
Selain kata wabah dikenal pula dengan kata letusan ( outbreak) dan kejadian luar biasa
(KLB). Di Indonesia perntaan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Apabila peningkatan penderita penyakit yang memenuhi kriteria definisi wabah diatas, akan
dinyatakan sebagai suatu letusan penyakit bila kejadian tersebut terbatas dan dapt ditanggulangi
ki oleh pemerintah dan dinyatakan sebagai KLB.

2.2Alasan dilakukannya penyelidikan adanya kemungkinan wabah


            Pengungkapan adany wabah yang sering dilakukan atau didapatkan adalah dengan
deteksi dari analisis data surveilans rutin atau adanya laporan petugas, pamong, atau warga yang
cukup peduli. Alasan dilakukannya penyelidikan adanya kemungkinan wabah adalah :
1.      Mengadakan penanggulangan dan pencegahan
2.      Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
3.      Pertimbangan Program
4.      Kepentingan Umum, Politik dan Hukum

2.3 Langkah Investigasi Wabah


            Langkah melakukan investigsi wabah dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang
sistemik yang terdiri dari :
1.      Persiapan Investigasi di Lapangan
2.      Memastikan adanya Wabah   
3.      Memastikan diagnosis
4.      Membuat definisi kasus
5.      Menemukan dan menghitung Kasus
6.      Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)
7.      Membuat hipotesis
8.      Menilai hipotesis (penelitian kohort dan penelitian kasus-kontrol)
9.      Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan
10.  Melaksanakan pengendalian dan pencegahan
11.  Menyampaikan hasil penyelidikan
2.3.1 Persiapan Investigasi di Lapangan
            Hal-hal yang harus diperhatikan pada langkah ini adalah :
1.      Persiapan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu investigasi, administrasi, dan
konsultasi.
2.      Dibutuhkan pengetahuan perlengkapan dan alat yang sesuai.
3.      Prosedur administrasi.
4.      Peran masing- masing petugas yang terjun
2.3.2 Pemastian Adanya Wabah
            Dalam mementukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.      Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu atau bulan
sebelumnya.
2.      Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan.
3.      Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya
a.       Catatan hasil surveilans
b.      Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register, dan lain-lain.
c.       Bila data local tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau data nasional.
d.      Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi penyakit yang biasanya
ada.
4.      Pseudo endemik :
a.       Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita
b.      Adanya cara diagnosis baru
c.       Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
d.      Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa
e.       Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan
2.3.3 Pemastian Diagnosis
            Semua temuan secara klinis harus dapat memastikan diagnosis wabah, hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a.       Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut
b.      Untuk menyingkirkan kesalahan laboraturium yang menyebabkan peningkatan kasus yang
dilaporkan
c.       Semua temuan klinis harus disimpulakan dalam distribusi frekuensi
d.      Kunjungan terhadap satu atau dua penderita
2.3.4 Pembuatan Definisi Kasus
            Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah
seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu,
tempat, dan orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi
pasti ( compirmed), mungkin       ( probable),  meragukan ( possible ), sensivitasdan spefsifitas.  
2.3.5 Penemuan dan Penghitungan Kasus
            Metoda untuk menemukan kasus yang harus sesuai dengan penyakit dan kejadian yang
diteliti di fasilitas kesehatan yang mampu memberikan diagnosis. Informasi berikut ini
dikumpulakan dari setiap kasus :
1.      Data identifikasi ( nama, alamat, nomor telepon )
2.      Data demografi ( umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan )
3.      Data klinis
4.      Faktor risiko, yang harus dibuat khusus untuk tiap penyakit
5.      Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau member umpan balik
2.3.6 Epidemiologi Deskriptif
2.3.6.1 gambaran waktu berdasarkan waktu
            Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan grafik histogram yang
berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu :
1.      Member informasi samapai dimana proses wabah itu dan bagaimana kemungkinan
kelanjutannya
2.      Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan pada periode tersebut,
bila telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya.
3.      Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian mengetahui apakah bersumber
tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya
Kemungkinan periode pemaparan dapat dilakukan dengan :
1.      Mencari masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata
2.      Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur satu masa inkubasi
rata-rata
3.      Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi terpendek
Masa inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit sampai timbulnya gejala
pertama. Informasi tentang masa inkubasi bermanfaat billa penyakit belum diketahui sehingga
mempersempit diagnosis diferensial dam memperikan periode pemaparan. Cara menghitung
median masa inkubasi :
a.       Susunan teratur ( array) berdasarkan waktu kejadiannya
b.      Buat frekuensi kumulatifnya
c.       Tentukan posisi kasus paling tengah
d.      Tentukan kelas median
e.       Median masa inkubasiditentukan dengan menghitung jarak antara waktu pemaparan dan kasus
median
2.3.6.2 gambaran wabah berdasarkan tempat
            Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik berbentuk Spot
map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol tempat tertentu yang
menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis kejadian namun
mengabaikan populasi.

2.3.6.3 Gambaran wabah berdasarkan ciri orang


            Variable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada hubungannya
dengan keterpajanan atau kerentanan terhadapa suatu penyakit.Misalnya karakteristik inang
( umur, jenis kelamin, ras/suku, status kesehatan) atau berdasarkan pemaparan ( pekerjaan,
penggunaan obat-obatan)
2.3.7 Pembuatan Hipotesis
            Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas memformulasikan
hipotesis meliputi sumber agens penyakit, cara penularan, dan pemaparan yang mengakibatkan
sakit.
1.      Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:
a.          Apa reservoir utama agen penyakitnya?
b.      Bagaimana cara penularannya?
c.       Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
d.      Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
2. Wawancara dengan beberapa penderita
3. mengumpulkan beberapa penderita  mencari kesamaan pemaparan.
4.      Kunjungan rumah penderita
5.      Wawancara dengan petugas kesehatan setempat
6.      Epidemiologi diskriptif
2.3.8 Penilaian Hipotesis
Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari dua cara ini:
1. Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau
2. Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki peran
kebetulan.
3. Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat.
2.3.9 Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan
            Dalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal dibawah ini
1. Penelitian Epidemiologi
1. epidemiologi analitik
2. Penelitian Laboratorium dan Lingkungan
1. ·       Pemeriksaan serum
2. ·       Pemeriksaan tempat pembuangan tinja
2.3.10    engendalian dan Pencegahan
Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin upaya penanggulangan  biasanya
hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui Pada umumnya, upaya pengendalian
diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian
mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.
2.3.11    Penyampaian Hasil Penyelidikan
Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara pertama Laporan lisan pada pejabat
setempat dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas mengadakan
pengendalian dan pencegahan dan yang kedua laporan tertulis.Penyamapin penyelidikan
diantaranya
•         Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan
•         Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran harus dapat
dipertahankan secara ilmiah
•         Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan
ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran)
•         Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan
•         Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan rujukan
apabila terjadi hal yang sama di masa datang .
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
     
            Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa  yang
lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu tertentu di area tertentu atau
diantara kelompok tertentu. Dan dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika aktivitas
surveilans rutin mendeteksi adanya suatu isolate microbial atau kluster kasus yang tidak biasa
atau terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari jumlah biasanya dan diperlukan
upaya evaluasi pada suatu masalah yang potensial atau memulai investigasi.

3.2 Saran
           

DAFTAR PUSTAKA
Rajab Wahyudin, M,Epid . 2008 . Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan . Jakarta:
EGC .
http://epid-infokes.blogspot.com/2007/08/investigasi-wabah.html
http://www.google.com
Kamis, 21 Juni 2012
INVESTIGASI WABAH
Definisi Wabah
-Suatu peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasu
s maupundaerah terjangkit (Depkes RI Dirjen PPM&PLP, 1981)
 
-Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningk
at secaranyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu tertentu serta dapat menimbul
kan malapetaka (UU no 4 thn 1984 ttg wabah penyakit menular)
 
-Terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah yang nyata-nyata melebihi 
jumlah daribiasanya (Beneson, 1985)
 
-Timbulnya suatu kejadian dalam masyarakat, dapat berupa penderita suatu penyakit, perilaku yang be
rhubungandengan kesehatan yang jumlahnya lebih banyak dari biasanya (Last, 1981)
 
3 komponen  Wabah :
1.Kenaikan jumlah kejadian
2.Kelompok penduduk di suatu daerah
3.Waktu tertentu
 
 
Istilah yang menggambarkan peningkatan kejadian penyakit :
1.Letusan (Outbreak)
2.Kejadian Luar Biasa (KLB)
 
 
 Upaya Wabah   :
1.Menurunkan pathogenitas : penyemprotan, membunuh agent
2.Menghentikan transmisi penyakit
3.Peningkatan immunitas populasi
 
Cara memastikan wabah :
1.Penyakit endemis yang tidak dipengaruhi oleh musim :
-Rata-rata penderita setiap bulan pada tahun lalu
-Peningkatan jumlah penderita penyakit tertentu yang berobat ke fasilitas kesehatan.
2.Penyakit endemis yang bersifat musiman
-Jumlah penderita penyakit tertentu musim yang sama tahun yang lalu
-Data wabah tidak boleh dimasukan dalam kurva 
3.Penyakit yang tidak endemis
-Kriteria KLB di Indonesia :
  a. Timbulnya penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal di suatu daerah
  b. Peningkatan kejadian kesakitan/ kematian 2x atau lebih dibandingkan waktusebelumnya
  c. Adanya peningkatan kesakitan terus-menerus dalam 3 kurun waktu berturut-turutmenurut jenis penyaki
t
 
 
Peningkatan jumlah kasus/penderita yang dilaporkan belum tentu dikatakan sebagaiWABAH.
Hal ini disebabkan :
1.Perubahan cara pencatatan
2.Adanya cara-cara diagnosis baru
3.Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
4.Adanya penyakit lain dengan gejala yang sama
5.Bertambahnya jumlah penduduk
 
  
Cara pengungkapan wabah :
1.Data rutin
2.Laporan petugas kesehatan, pamong, masyarakat atau media masa.
 
 
Tujuan penyelidikan wabah :
1.Penanggulangan dan pemberantasan wabah
2.Pencegahan perluasan wabah dan memperkecil akibat wabah
3.Mengadakan penelitian
4.Kepentingan program
5.Kepentingan umum, politik dan hukum
   
 
Langkah-langkah penyelidikan : 
1.Persiapan ke lapangan
2.Memastikan adanya wabah
3.Memastikan diagnosa
4.Membuat definisi kasus, mencari dan menghitung kasus
5.Mendeskripsikan wabah (orang, tempat, waktu)
6.Mengembangkan hipotesis
7.Menguji hipotesis
8.Memperbaiki hipotesis
9.Melaksanakan pengendalian dan pencegahan
10.Penyajian hasil penyelidikan
 
Tiga fase penyelidikan wabah :
1.Mempelajari gambaran wabah
2.Analisis terjadinya wabah
3.Menguji hipotesis tentang terjadinya wabah
 
 
Persiapan lapangan :
1.Persiapan akademis
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi :
-Gejala penyakit
-Jumlah penderita
-Luas daerah yang terserang
-Ciri-ciri penderita
-Kapan mulai wabah
-Pola penyabaran
 
2.Persiapan administratif
-Persiapan surat-menyurat
-Persiapan rencana kegiatan : tenaga, biaya, jadwal
 
3. Persiapan organisatoris
-Bentuk organisasi tim penyelidik
-Tujuan penyelidikan
-Siapa mitra kerja
-Jadwal dengan mitra kerja
 
 
Lamanya wabah berlangsung dipengaruhi oleh :
1.Jumlah orang yang rentan yang terpapar sumber penularan
2.Lamanya pemaparan orang tersebut
3.Interval waktu antara masa inkubasi terpendek dan terpanjang dari suatu penyakit.
 
Epidemic Curve (Kurva Epidemik)
Adalah gambaran distribusi penderita berdasarkan waktu timbulnya gejala pertama
-Berbentuk histogram
-Sangat penting dalam penyelidikan wabah
-Kurva epidemik menentukan interval waktu
-Dapat digunakan untuk memperkirakan cara penularan penyakit
-Dapat memperkirakan masa inkubasi suatu penyakit
 
 
Jenis Kurva epidemik :
1.Kurva epidemik satu puncak
-Pemaparan secara bersamaan (Common Source)
2.Kurva epidemik beberapa puncak
-Penularan person to person oleh intermiten carier
-Interpretasi Kurva Epidemik :
1.Bentuk
-Point source epidemic
-Continous common source epidemic
-Intermitent common source epidemic
-Propagated epidemic
-Kasus yang berdiri sendiri (Outlier)
2.Tempat
3.Orang
4.Perjalanan wabah
5.Periode pemaparan
 
 
Kesalahan penentuan sumber penularan penyakit 
Disebabkan oleh :
1.Kasus yang dipakai sebagai patokan, bukan kasus yang dimaksud dalam wabah
2.Mungkin memang kasus tersebut , tetapi penularannya terpisah dari wabah yang diselidiki
3.Waktu timbulnya gejala pertama tidak benar
4.Masa inkubasi tidak spesifik 
 
 
Pengendalian dan pencegahan
1.Harus dilakukan secapat mungkin
2.Setelah sumber wabah diketahui
3.Diarahkan pada mata rantai terlemah dalam penularan penyakit
 
 
Pengendalian diarahkan pada :
1.Agent penyakit
2.Sumber paparan
3.Reservoir
     
 

D IPO S KA N O LEH  EM A YA H AD IA N IK A  DI  19.27


INVESTIGASI WABAH
WABAH

Wabah : adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU No 4. Tahun 1984).
Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan
penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi).

OUTBREAK
Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit yang sama dimana
penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.

EPIDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu
daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat.

PANDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya dalam waktu
singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas

ENDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya pada wilayah
tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa
timbul dalam suatu wilayah tertentu.

KEJADIAN LUAR BIASA


Kejadian Luar Biasa (KLB) salah satu kategori status wabah dalam peraturan yang berlaku di
Indonesia. tatus Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004.

Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian dinyatakan luar
biasa jika ada unsur:

1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

LANGKAH-LANGKAH INVESTIGASI WABAH


1.  Konfimasi / menegakkan diagnosa

 Definisi kasus
 Klasifikasi kasus dan tanda klinik
 Pemeriksaan laboratorium

2.  Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan

 Bandingkan informasi yang didapat dengan definisi yang sudah ditentukan tentang KLB
 Bandingkan dengan incidende penyakit itu pada minggu/bulan/tahun sebelumnya

3.  Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu, tempat dan orang

 Kapan mulai sakit (waktu)


 Dimana mereka mendapat infeksi (tempat)
 Siapa yang terkena : (Gender, Umur, imunisasi, dll)

4.  Rumuskan suatu hipotesa sementara

 Hipotesa kemungkinan : penyebab, sumber infeksi, distribusi penderita (pattern of


disease)
 Hipotesa : untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut

5.  Rencana penyelidikan epidemiologi yang lebih detail Untuk menguji hipotesis :

 Tentukan : data yang masih diperlukan sumber informasi


 Kembangkan dan buatkan check list.
 Lakukan survey dengan sampel yang cukup

6.  Laksanakan penyelidikan yang sudah direncanakan

 Lakukan wawancara dengan :

         a.  Penderita-penderita yang sudah diketahui (kasus)


         b. Orang yang mempunyai pengalaman yang sama baik mengenai waktu/tempat
terjadinya penyakit, tetapi mereka tidak sakit (control)

 Kumpulkan data kependudukan dan lingkungannya


 Selidiki sumber yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan faktor yang ikut
berperan
 Ambil specimen dan sampel pemeriksa di laboratorium

7.  Buatlah analisa dan interpretasi data

 Buatlah ringkasan hasil penyelidikan lapangan


 Tabulasi, analisis, dan interpretasi data/informasi
 Buatlah kurva epidemik, menghitung rate, buatlah tabel dan grafik-grafik yang
diperlukan
 Terapkan test statistik
 Interpretasi data secara keseluruhan

8.Test hipotesa dan rumuskan kesimpulan

 Lakukan uji hipotesis


 Hipotesis yang diterima, dpt menerangkan pola penyakit :
         a. Sesuai dengan sifat penyebab penyakit
         b. Sumber infeksi
         c. Cara penularan
         d. Faktor lain yang berperan
9.  Lakukan tindakan penanggulangan

 Tentukan cara penanggulangan yang paling efektif.


 Lakukan surveilence terhadap penyakit dan faktor lain yang berhubungan.
 Tentukan cara pencegahan dimasa akan datang

10.  Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut.

 Pendahuluan
 Latar Belakang
 Uraian tentang penelitian yang dilakukan
 Hasil penelitian
 Analisis data dan kesimpulan
 Tindakan penanggulangan
 Dampak-dampak penting
 Saran rekomendasi

D IPO S KA N O LEH  EP ID EM IO LOG I-IN FO RM A TIKA K ES EH A TA N   DI  17.08


Tuesday, March 1, 2011
Laporan Investigasi DBD Maros, Maret 2010
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN 
KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE
DI KELURAHAN ALLEPOLEA, KECAMATAN LAU, KABUPATEN MAROS
11 MARET 2010
  
Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan salah
satu penyakit menular yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Sejak pertama
ditemukan penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan
daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga kejadian luar biasa (KLB)/wabah masih sering
terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang
hidup di dalam dan di sekitar rumah, sehingga penularannya terjadi di semua tempat yang
terdapat nyamuk penular tersebut.
Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh Puskesmas Barandasi tanggal 11 Maret 2010 bahwa
telah ditemukan kematian karena menderita DBD sebanyak 1 orang dan di Kelurahan Allepolea,
maka telah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi dan penanggulangan seperlunya oleh tim
penyelidikan KLB DBD Dinas Kesehatan Kab. Maros bersama tim dari petugas puskesmas
Barandasi.

Tujuan

1. Mengetahui kebenaran kasus KLB DBD yg dilaporkan dan luasnya penyebaran


2. Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinya penyebarluasan penyakit DBD di
lokasi
3. Melakukan gambaran situasi penyakit dan saran alternatif pencegahan
4. Melakukan penanggulangan DBD di lokasi
Kondisi Geografi dan Demografi

Kel. Allepolea merupakan salah satu kelurahan di Kec. Lau, Kab. Maros sekitar 2 km dari pusat
kab. Maros. Wilayahnya terdiri atas dataran dengan persawahan dan pemukiman penduduk. 

Jumlah penduduk Kecamatan Lau kurang lebih 23.000 jiwa dengan luas wilayah 53,76 km2

Sarana Kesehatan

Terdapat 1 puskesmas yaitu puskesmas Barandasi, 1 pustu, dan 20 posyandu

Hasil Kegiatan

Berdasarkan informasi dari petugas surveilans puskesmas Barandasi, ditemukan hal-hal sbb

 Terdapat 1 (satu) kematian akibat DBD di lingkungan Pamelakang Jene, kelurahan


Allepolea, Kec. Lau
 Nama penderita adalah SHR, umur 2 tahun, jenis kelamin perempuan, Berat badan 8 kg,
Anak ke-5 dari 5 bersaudara, anak dari pasangan UMR (37 thn, Security) dan LTG (36
thn, IRT)

- Timeline kasus
Analisis Situasi

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah/bangunan. Nyamuk ini mendapatkan virus
dengue sewaktu menggigit darah orang yang :

 Sakit DBD
 Tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus dengue
 Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan dipindahkan
bersama air liur nyamuk

Dari kegiatan pelacakan epidemiologi di kelurahan Allepolea, kondisi pemukiman yang tidak
layak huni menjadi penyebab mudahnya penyebaran nyamuk Aedes aegypti. Lingkungan
perumahan tergenang air dan sangat kotor.

Berdasarkan hasil pelacakan tidak ditemukan adanya penderita tambahan di sekitar lokasi rumah
penderita, namun 1 orang penderita meninggal dunia sehingga CFR 100% .

Populasi berisiko adalah penduduk sekitar rumah penderita yang padat penghuni dan lingkungan
yang kotor dan tergenang.

Angka bebas jentik tidak diketahui karena tidak ada petugas jumantik di lokasi kejadian. Namun
walaupun kemudian ternyata tingkat kepadatan nyamuk Aedes aegypti renah, apabila nyamuk
dan jentik tidak dibasmi maka setiap hari akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat
perkembangbiakannya dan menularkan virus dengue ke orang sehat di sekitarnya.

Penanggulangan yang Telah Dilaksanakan

 Fogging fokus
 Penyuluhan dari rumah ke rumah
 Pembagian bubuk abate dan kaporit

Kesimpulan

1. Telah terjadi KLB DBD di Kel. Allepolea Kec. Lau Kab. Maros pada tanggal 11 Maret
2010
2. Ditemukan 1 orang penderita DBD dengan kematian 1 orang, CFR 100%
3. Penderita adalah perempuan, usia 2 tahun
4. Faktor risiko adalah penduduk yang tinggal di sekitar rumah penderita beradius 100 m
dan pemukiman yang tergenang dan kotor

Saran

 Frekuensi penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit DBD perlu ditingkatkan


antara lain mengenai 3M plus
 Untuk menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk DBD maka disarankan tidur dalam
kelambu, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk, menggunakan obat nyamuk
bakar atau menyemprot dengan obat nyamuk,
 Membersihkan lingkungan sekitar agar pemukiman tidak kotor dan tergenang
 Perlu adanya kerjasama lintas sektor, lintas program, dan masyarakat dalam program
pemberantasan penyakit DBD
 Sistem Surveilans DBD di Puskesmas Sudiang perlu ditingkatkan dan pelaksanaan
system kewaspadaan dini (SKD) terutama dalam analisa data pra KLB
Langkah-Langkah dalam Penyelidikan kegiatan Penanggulangan Wabah

Investigasi/Penyelidikan KLB/Wabah

Adalah suatu kegiatan untuk memastikan adanya KLB/Wabah, mengetahui penyebab,


mengetahui sumber penyebaran, mengetahui faktor resiko dan menetapkan program
penanggulangan KLB. Penanggulangan KLB/wabah adalah suatu kegiatan yang bertujuan
menangani penderita, mencegah perluasan KLB/wabah, mencegah terjadinya penderita/kematian
baru pada saat terjadinya KLB/wabah.

Langkah-langkah investigasi KLB/wabah.

1. Persiapan dikelompokkan menjadi tiga kategori:


1. Investigasi             : pengetahuan ilmiah, perlengkapan dan alat
2. Administrasi          : prosedur administrasi termasuk ijin dan pengaturan
perjalanan.
3. Konsultas              : peran masing-masing petugas yang turun ke lapangan.
4. Memastikan adanya wabah

Untuk menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan
membandingkan jumlah saat ini dengan jumlah beberapa minggu atau bulan atau periode waktu
yang sama pada tahun sebelumnya.

Sumber informasi :

1. Catatan surveilans
2. Catatan keluar RS, statistic kematian, register, dll.
3. Data wilayah di dekatnya atau data rasional.
4. Survey
5. Memastikan diagnosis
1. Pemastian diagnosis berkaitan erat dengan pemastian adanya wabah.
2. Jika penyebab penyakit sudah diberitahukan oleh tenaga kesehatan setempat,
lakukan pemeriksaan kembali untuk meyakinkan diagnosis.
3. Pemeriksaan laboratorium.
4. Bila gejala sama dan 15-20 % mendapat konfirmasi lab tidak perlu pemeriksaan
lab.
5. a. Membuat definisi kasus

1). meliputi kriteria klinis yang dibatasi oleh waktu, tempat dan orang.

2). criteria klinis adalah tanda yang sederhana dan objektif

3). jenis dibagi tiga : pasti (confirmed), mungkin (probable) dan meragukan (possible)
4a. 1. Penyakit yang sudah jelas diagnosisnya :

a). Masa inkubasi

b). Cara penularan

4a. 2. Penyakit yang belum diketahui diagnosisnya

a). Ada dugaan tentang peristiwa penyebab wabah tetap harus dapat diterima akal sehat.

b). Cari peristiwa lain yang lebih memungkinkan.

c). Diperlukan kemampuan, kecerdasan serta kecermatan akal sehat (common sense) dari
penyelidik

d). Beberapa patokan dapat dipakai:

i. Pencemaran air atau makanan gangguan pencernaan.

ii. Penyakit- penyakit saluran pernapasan, kulit, mata dan selaput lender.

iii.Luka atau lesi pada kulit akibat binatang atau serangga. Contohnya penyakit kulit akibat
tomcat. Jadi dari ciri-ciri yang ditimbulkan oleh racun binatang tersebut kita dapat mengetahui
bahwa penyakit kulit tersebut dsebabkan oleh tomcat.

b. Menemukan dan menghitung kasus

1)      Kasus yang dilaporkan harus mewakili kasus yang sesungguhnya ada.

2)      Penyelidik harus menggunakan sebanyak mungkin sumber yang ada untuk menemukan
tambahan kasus.

3)      Sumber data ; praktek dokter, rumah sakit dan laboratorium

4)      Jika pada tempat terbatas maka lakukan survey pada seluruh populasi.

1. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)


1. Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu bertujuan untuk melihat secara
kronologis waktu timbulnya kejadian penyakit dalam hari, minggu, bulan, jam
(pada kasus-kasus tertentu), memperkirakan waktu penyebaran dan cara-cara
penyebaran. Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu disajikan dalam
bentuk kurve epidemic. Contoh kurva epidemic dapat dilihat pada gambar 3.8.

Ciri-ciri kurva epidemic:

1)   Berbentuk histogram


2)   Dapat digunakan untuk memperkirakan cara penularan penyakit

3)   Dapat memperkirakan masa inkubasi suatu penyakit

4)   Informasi tentang waktu timbulnya gejala pertama pada masing-masing kasus

5)   Untuk masa inkubasi yang pendek (dapat dilihat dari jam timbulnya gejala)

6)   Pilih skala untuk aksis-X

7)   Masa pra wabah

Jenis Kurve Epidemik

Berdasarkan sifatnya maka KLB / wabah dapat dibagi dalam dua bentuk utama yaitu

1. Common Source

Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu
kelompok menyeluruh dan terjadinya dalam wakturelatif singkat (sangat mendadak).

Common source sendiri dibedakan menjadi dua yaitu :

a)      Point Source Epidemic (kurva epidemic dengan satu puncak) yaitu wabah yang terjadi
akibat pemaparan dalam waktu yang singkat dengan sumber penularan tunggal.Contohnya
kejadian keracunan dan polusi.

b)   Intermittent Common Source Epidemic (kurva epidemic denggan beberapa puncak ) yaitu
wabah yang terjadi akibat pemaparan. Contohnya kejadian diare dan disentri.

1. Propagated atau Progressive Epidemic

Adalah suatu bentuk epidemic yang terjadi karena penularan dari orang ke orang baik secara
langsung maupun tidak langsung, melalui udara, makanan maupun vector. Biasanya kejadian
epidemic seperti ini relative lebih lama waktunya sesuai dengan sifat penyakit serta lamanya
masa intubasi. Selain itu juga dipengaruhi oleh kepadatan dan penyebaran anggota masyarakat
yang rentan terhadap penyakit tersebut.

b. Gambaran kejadian wabah berdasarkan tempat kejadian bertujuan untuk menunjukkan


distribusi kejadian penyakit menurut daerah geografis atau tempat sehingga nantinya dapat
ditentukan kemaparan terhadap sumber penyakit atau penyebab terjadinya kejadian dan cara
penyebarannya. Data yang dikumpulkan tergantung dari jenis penyakitnya yaitu dapat berupa
karakteristik geografis, keadaan sanitasi lingkungan, sumber air bersih, kebiasaan tertentu, dsb.
Tergantung dari jenis penyakitnya.
1. Gambaran kejadian wabah berdasarkan cirri orang yang terserang bertujuan untuk
mengetahui kelompok individu yang rentan terhadap suatu penyakit dan kelompok
individu yang mempunyai resiko menderita suatu penyakit. Data berdasarkan crri orang
biasanya bersifat spesifik menurut umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain.

6. Membuat hipotesis

7. Menilai hipotesis (penelitian kohort dan kasus control)

8. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan

9. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan.

10.Menyampaikan hasil penyelidikan.

KLB penyakit menular merupakan indikasi ditetapkannya suatu daerah menjadi suatu wabah,
atau dapat berkembang menjadi suatu wabah. Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat
dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tdak ada/dikenal.


2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama tiga kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam,hari, minggu).
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam suatu bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6. Case fatality rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% atau lebuh dibandingkan dengan CFR dari periode sebelumnya.
7. Proportional rate (PR) penderita dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua
atau lebih dibandingkan periode kurun waktu atau tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus: cholera dan demam berdarah
dengue.
1. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)
2. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu
sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

Sumber

 
Rianti Emy, 2010.Buku Ajar Epidemiologi dalam Kebidanan,Jakarta :Trans Info Media.

Investigasi adalah Upaya penelitian, penyelidikan, pen
g u s u t a n ,   p e n c a r i a n , pemeriksaan dan pengumpulan data, inf
o r m a s i ,   d a n   t e m u a n   l a i n n y a   u n t u k mengetahui/membuktikan kebenaran 
atau bahkan kesalahan sebuah fakta yangkemudian menyajikan kesimpulan atas
rangkaian temuan dan susunasn kejadian

Anda mungkin juga menyukai