Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANAJEMEN PUSKESMAS

TENTANG

JENIS-JENIS TENAGA KESEHATAN

DOSEN PENGAMPU : NORDIANIWATI SKM.,M.Kes

NURFITRI AKHMAD 1713201059

TENEZIA AMANDA 1713201043

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS WIDYAGAMA MAHAKAM SAMARINDA

TAHUN 2020 / 2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb.

Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nyalah kami dapat
menyelesaikan Makalah “JENIS-JENIS TENAGA KESEHATAN”. Makalah ini
disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“MANAJEMEN PUSKESMAS”. Untuk itu kami selaku penyusun sangat
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Terutama kepada Dosen Mata Kuliah yaitu Ibu Nordianiwati SKM.
M.,Kes yang telah memberikan bimbingannya sehingga Makalah ini dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya.

Selaku penyusun kami sangat menyadari bahwa Makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi kami
selaku penyusun.

Wassalamualaikum. Wr.Wb

Samarinda, 6 April 2020

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................1

Daftar Isi.......................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................2

B. Rumusan Masalah....................................................................................................3

C. Tujuan......................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tenaga Kesehatan..................................................................................4

B. Peran Tenaga Kesehatan..........................................................................................5

C. Kebijakan Perencanaan Tenaga Kesehatan............................................................9

D. Jenis-Jenis Tenaga Kesehatan................................................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................14

B. Saran......................................................................................................................15

Daftar Pustaka

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan Pemerintah tentang perencanaan SDM kesehatan ditetapkan


melalui Kepmenkes No.81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan
Perencanaan Sumberdaya Manusia Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota
serta Rumah Sakit.

Dibandingkan dengan negara-negara lain, rasio tenaga kesehatan terutama


tenaga dokter, dokter gigi, perawat dan bidan terhadap jumlah penduduk di Indonesia
masih rendah terlihat dari tabel berikut.

Jumlah tenaga kesehatan di Indonesia masih belum mencukupi.


Berdasarkan Health System Performance Assessment 2004, rata-rata jumlah dokter
per 100.000 penduduk di Indonesia adalah 15,5 dan sekitar 60-70% dokter tersebut
bertugas di Pulau Jawa. Sekitar dua per tiga dari jumlah provinsi mempunyai rasio
dokter dibawah rata-rata nasional, terendah di Maluku (7,0), sedangkan tertinggi di
DKI (70,8). Rata-rata bidan per 100.000  penduduk di Indonesia sebesar 32,3,
terendah di Provinsi Maluku (17,5). Sedangkan rasio perawat dengan penduduk
adalah 108 per 100.000 penduduk. Sebagian besar tenaga dokter (69%) bekerja
disektor pemerintah. (Depkes, 2005)

  Kebijakan penempatan tenaga kesehatan dengan sistem pegawai tidak tetap


(PTT) yang dilaksanakan pada tahun 90-an belum mampu menempatkan tenaga
kesehatan (dokter umum, dokter gizi, dan bidan) secara merata terutama di daerah
terpencil. Pada tahun 2003 sekitar 10,6 % Puskesmas tidak memiliki tenaga dokter.
Begitu pula halnya dengan tenaga perawat dan bidan.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Tenaga Kesehatan ?

2. Apa Peran Tenaga Kesehatan?

3. Apa saja Kebijakan Perencanaan Tenaga Kesehatan?

4. Apa saja Jenis-Jenis Tenaga Kesehatan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu Tenaga Kesehatan

2. Untuk mengetahui apa peran Tenaga Kesehatan

3. Untuk mengetahui bagaimana Kebijakan Perencanaan Tenaga Kesehatan

4. Untuk mengetahui apa saja Jenis-Jenis Tenaga Kesehatan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Tentang


Kesehatan No 36 tahun 2014 merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan untuk jenis tertentu yang memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan.

Menurut Munijaya (2004) Tenaga kesehatan adalah seseorang yang


bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada individu,
keluarga dan masyarakat. Petugas kesehatan berdasarkan pekerjaannya adalah tenaga
medis, dan tenaga paramedis seperti tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga
penunjang medis dan lain sebagainy

Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan
profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan
maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan
upaya kesehatan. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), tenaga kesehatan
merupakan pokok dari subsistem SDM kesehatan, yaitu tatanan yang menghimpun
berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan
kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Unsur utama dari subsistem ini adalah
perencanaan, pendidikan dan pelatihan, dan pendayagunaa tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan memiliki beberapa petugas yang dalam kerjanya saling
berkaitan yaitu dokter, dokter gigi, perawat, bidan, dan ketenagaan medis lainnya
(Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996).

4
B. Peran Tenaga Kesehatan

Menurut Depdikbud (2003), Peran adalah tingkah laku yang diharapkan


dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat Tenaga kesehatan juga
memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang
maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga mampu mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.

Peran adalah perilaku individu yang diharapkan sesuai dengan posisi yang
dimiliki. Peran yaitu suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, dan sikap yang
diharapkan dapat menggambarkan perilaku yang seharusnya diperlihatkan oleh
individu pemegang peran tersebut dalam situasi yang umumnya terjadi (Sarwono,
2012).

Peran merupakan suatu kegiatan yang bermanfaat untuk mempelajari


interaksi antara individu sebagai pelaku (actors) yang menjalankan berbagai macam
peranan di dalam hidupnya, seperti dokter, perawat, bidan atau petugas kesehatan lain
yang mempunyai kewajiban untuk menjalankan tugas atau kegiatan yang sesuai
dengan peranannya masing-masing (Muzaham, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2008) perilaku


tenaga kesehatan mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe.
Kepatuhan ibu hamil dapat lebih ditingkatkan lagi apabila petugas kesehatan mampu
memberikan penyuluhan, khususnya mengenai manfaat tablet besi dan kesehatan ibu
selama kehamilan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Susanti (2002), dengan hasil
terdapat hubungan bermakna antara faktor pelayanan petugas kesehatan (seperti
pemeriksaan kasus anemia, konseling dan pemberian tablet Fe). Selain memberikan
penyuluhan tenaga kesehatan juga memiliki berbagai macam peranan penting lainnya
di dalam proses meningkatkan derajat kesehatan.

5
Menurut Potter dan Perry (2007) macam-macam peran tenaga kesehatan
dibagi menjadi beberapa, yaitu :

1) Sebagai komunikator

Komunikator adalah orang yang memberikan informasi kepada orang yang


menerimanya. Menurut Mundakir (2006) komunikator merupakan orang ataupun
kelompok yang menyampaikan pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain dan
diharapkan pihak lain yang menerima pesan (komunikan) tersebut memberikan
respons terhadap pesan yang diberikan. Proses dari interaksi antara komunikator ke
komunikan disebut juga dengan komunikasi. Selama proses komunikasi, tenaga
kesehatan secara fisik dan psikologis harus hadir secara utuh, karna tidak cukup
hanya dengan mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi saja tetapi juga
sangat penting untuk mengetahui sikap, perhatian, dan penampilan dalam
berkomunikasi.

Sebagai seorang komunikator, tenaga kesehatan seharusnya memberikan


informasi secara jelas kepada pasien. Pemberian informasi sangat diperlukan karena
komunikasi bermanfaat untuk memperbaiki kurangnya pengetahuan dan sikap
masyarakat yang salah terhadap kesehatan dan penyakit. Komunikasi dikatakan
efektif jika dari tenaga kesehatan mampu memberikan informasi secara jelas kepada
pasien, sehingga dalam penanganan anemia selama kehamilan diharapkan tenaga
kesehatan bersikap ramah dan sopan pada setiap kunjungan ibu hamil (Notoatmodjo,
2007).

2) Sebagai motivator

Motivator adalah orang yang memberikan motivasi kepada orang lain.


Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak agar mencapai suatu
tujuan tertentu dan hasil dari dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk perilaku
yang dilakukan (Notoatmodjo, 2007). Menurut Syaifudin (2006) motivasi adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan,

6
keinginan, dan dorongan untuk melakukan sesuatu.

Peran tenaga kesehatan sebagai motivator tidak kalah penting dari peran
lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu memberikan motivasi, arahan, dan
bimbingan dalam meningkatkan kesadaran pihak yang dimotivasi agar tumbuh ke
arah pencapaian tujuan yang diinginkan (Mubarak, 2012). Tenaga kesehatan dalam
melakukan tugasnya sebagai motivator memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu
melakukan pendampingan, menyadarkan, dan mendorong kelompok untuk mengenali
masalah yang dihadapi, dan dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan
masalah tersebut (Novita, 2011).

Tenaga kesehatan sudah seharusnya memberikan dorongan kepada ibu hamil


untuk patuh dalam mengkonsumsi tablet besi dan menanyakan apakah ibu hamil
sudah mengkonsumsi tablet besi sesuai dengan aturan yang diberikan. Tenaga
kesehatan juga harus mendengarkan keluhan yang disampaikan ibu hamil dengan
penuh minat, dan yang perlu diingat adalah semua ibu hamil memerlukan dukungan
moril selama kehamilannya sehingga dorongan juga sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan tumbuhnya motivasi (Notoatmodjo, 2007).

3) Sebagai fasilitator

Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan kemudahan dalam


menyediakan fasilitas bagi orang lain yang membutuhkan. Tenaga kesehatan
dilengkapi dengan buku pedoman pemberian tablet zat besi dengan tujuan agar
mampu melaksanakan pemberian tablet zat besi tepat pada sasaran sebagai upaya
dalam menurunkan angka prevalensi anemia (Santoso, 2004).

Tenaga kesehatan juga harus membantu klien untuk mencapai derajat


kesehatan yang optimal agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Peran sebagai
seorang fasilitator dalam pemberian tablet Fe kepada ibu hamil juga harus dimiliki
oleh setiap tenaga kesehatan pada setiap kunjungan ke pusat kesehatan. Fasilitator
harus terampil mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitasi, waktu

7
yang disediakan, dan optimalisasi partisipasi, sehingga pada saat menjelang batas
waktu yang sudah ditetapkan ibu hamil harus diberi kesempatan agar siap
melanjutkan program konsumsi tablet Fe secara mandiri (Novita, 2011).

Tenaga kesehatan harus mampu menjadi seorang pendamping dalam suatu


forum dan memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya mengenai penjelasan
yang kurang dimengerti. Menjadi seorang fasilitator tidak hanya di waktu pertemuan
atau proses penyuluhan saja, tetapi seorang tenaga kesehatan juga harus mampu
menjadi seorang fasilitator secara khusus, sepertimenyediakanwaktu dan tempat
ketika pasien ingin bertanya secara lebih mendalam dan tertutup (Sardiman, 2007).

4) Sebagai konselor

Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain dalam
membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap
fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien (Depkes RI, 2006).
Proses dari pemberian bantuan tersebut disebut juga konseling. Tujuan umum dari
pelaksanaan konseling adalah membantu ibu hamil agar mencapai perkembangan
yang optimal dalam menentukan batas-batas potensi yang dimiliki, sedangkan secara
khusus konseling bertujuan untuk mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi
perilaku sehat, membimbing ibu hamil belajar membuat keputusan dan membimbing
ibu hamil mencegah timbulnya masalah selama proses kehamilan (Mandriwati,
2008).

Seorang konselor yang baik harus memiliki sifat peduli dan mau mengajarkan
melalui pengalaman, mampu menerima orang lain, mau mendengarkan dengan sabar,
optimis, terbuka terhadap pandangan interaksi yang berbeda, tidak menghakimi,
dapat menyimpan rahasia, mendorong pengambilan keputusan, memberi dukungan,
membentuk dukungan atas dasar kepercayaan, mampu berkomunikasi, mengerti
perasaan dan kekhawatiran klien, serta mengerti keterbatasan yang dimiliki oleh klien
(Simatupang, 2008).

8
Menurut Depkes RI (2008) proses dari konseling terdiri dari empat unsur
kegiatan yaitu pembinaan hubungan baik antara tenaga kesehatan dengan ibu hamil,
penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dan
sebagainya).

5) Sebagai Customer

Sebagai pemberi pelayanan, petugas membantu klien mendapatkan


kembalikesehatannya melalui proses penyembuhan. Petugas memfokuskan asuhan
padakebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya mengembalikan
kesehatan emosi, spiritual dan social. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada
klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut
denganmenggunakan energi dan waktu yang minimal.

Sebagai customer, petugas kesehatan harus melakukan tindakan pemberian


imunisasi pada bayi yang berusia dibawah lima tahun dan melakukan pencatatan pada
buku KMS bayi/balita, serta bentuk promosi kesehatan lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan program imunisasi.

C. Kebijakan Perencanaan Tenaga Kesehatan

  Kebijakan perencanaan tenaga kesehatan secara nasional antara lain diatur


dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.
Dalam PP tersebut antara lain dinyatakan:
1. Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikan jenis
pelayanan yang dibutuhkan, sarana kesehatan, jenis dan jumlah yang sesuai (pasal
6 ayat 3).
2. Perencanaan nasional tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan (pasal 6 ayat 4).

9
  Kebijakan Pemerintah tentang perencanaan SDM kesehatan ditetapkan
melalui Kepmenkes No.81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan
Perencanaan Sumberdaya Manusia Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota
serta Rumah Sakit. Prinsip dasar perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yaitu :
1. Disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan, baik lokal, nasional,
maupun global.
2. Pendayagunaan SDM-Kesehatan diselenggarakan secara merata, serasi, seimbang,
dan selaras oleh Pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.
3. Penyusunan Perencanaan didasarkan pada sasaran upaya kesehatan nasional dan
Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010.
4. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan didasarkan pada
kesesuaian metode dengan kemampuan dan keadaan daerah masing-masing.
Menteri dalam menyusun perencanaan Tenaga Kesehatan harus
memperhatikan faktor:

a. Jenis, kualifikasi, jumlah, pengadaan, dan distribusi Tenaga Kesehatan.

b. penyelenggaraan Upaya Kesehatan.

c. ketersediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

d. kemampuan pembiayaan.

e. kondisi geografis dan sosial budaya, dan

f. kebutuhan masyarakat.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memenuhi kebutuhan Tenaga


Kesehatan, baik dalam jumlah, jenis, maupun dalam kompetensi secara merata untuk
menjamin keberlangsungan pembangunan kesehatan.

10
D. Jenis -Jenis Tenaga Kesehatan
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan . Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas:

1. Tenaga Kesehatan

a. Tenaga medis, terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi
spesialis.

b. Tenaga psikologi klinis, terdiri dari psikologi klinis.

c. Tenaga keperawatan, terdiri dari beberapa macam perawat.

d. Tenaga kebidanan, terdiri dari bidan.

e. Tenaga kefarmasian, terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.

f. Tenaga kesehatan masyarakat, terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga


promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga
administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan,
serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga .

g. Tenaga kesehatan lingkungan, terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan,


entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan.

h. Tenaga gizi, terdiri atas nutrisionis dan dietisien.

i. Tenaga keterapian fisik, terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara,
dan akupunktur.

j. Tenaga keteknisian medis, terdiri atas perekam medis dan informasi kesehatan,
teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis
optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut, dan
audiologis.

k. Tenaga teknik biomedika, terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli teknologi

11
laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik.

l. Tenaga kesehatan tradisional, terdiri atas tenaga kesehatan tradisional ramuan


dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan

m. Tenaga kesehatan lain, ditetapkan oleh Menteri.

2. Asisten Tenaga Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 80 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Asisten
Tenaga Kesehatan. Sistem Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma
Tiga., Jenis Asisten Tenaga Kesehatan terdiri atas:

a. Asisten Perawat, dalam menjalankan pekerjaan keperawatan, Asisten Perawat


disupervisi oleh perawat. Supervisi juga dapat dilaksanakan oleh dokter.

b. Asisten Tenaga Kefarmasian, dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian,


Asisten Tenaga Kefarmasian disupervisi oleh tenaga teknis kefarmasian dan
apoteker. Supervisi juga dapat dilaksanakan oleh Kepala Pusat Kesehatan
Masyarakat.

c. Asisten Dental, dalam menjalankan pekerjaan kesehatan gigi dan mulut,


Asisten Dental disupervisi oleh terapis gigi dan mulut.Supervisi juga dapat
dilaksanakan oleh dokter gigi.

d. Asisten Teknisi Laboratorium Medik, dalam menjalankan pekerjaan teknologi


laboratorium medik, Asisten Teknisi Laboratorium Medik disupervisi oleh ahli
teknologi laboratorium medik. Supervisi juga dapat dilakukan oleh dokter.

e. Asisten Teknisi Pelayanan Darah, dalam menjalankan pekerjaan pelayanan


darah, Asisten Teknisi Pelayanan Darah disupervisi oleh teknisi pelayanan

12
darah. Supervisi juga dapat dilaksanakan oleh dokter.

BAB III

PENUTUP

13
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan Penulis , maka dapat ditarik beberapa


kesimpulan sebagai berikut:

1. Tenaga kesehatan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Tentang


Kesehatan No 36 tahun 2014 merupakan setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu yang memerlukan kewenangan
dalam melakukan upaya kesehatan.

2. Peran tenaga kesehatan dibagi menjadi beberapa, yaitu :

a. Sebagai Komunikator

b. Sebagai Motivator

c. Sebagai Fasilitator

d. Sebagai Konselor

e. Sebagai Costumer

3.  Kebijakan perencanaan tenaga kesehatan secara nasional antara lain diatur dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.

4. Jenis Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas:

a. Tenaga Kesehatan

b. Asisten Tenaga Kesehatan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penulis , maka terdapat beberapa saran sebagai berikut :

14
1. Dalam melaksanakan perannya sebagai tenaga kesehatan, perlu adanya dua aspek
mutu pelayanan kesehatan yang harus dilakukan di Fasilitas Kesehatan yaitu
quality of care dan quality of service.

2. Tenaga Kesehatan s harus memiliki kualifikasi minimum Diploma Tiga, kecuali


tenaga medis.

3. Asisten Tenaga Kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum pendidikan


menengah di bidang kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

15
Indonesia No.81/Menkes/sk/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan
Perencanaan Sumber. Jakarta:Pemerintah. 2004

Depkes RI. 2005. Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga berdasarkan Beban


Kerja (Workload Indikator Staff Need). Jakarta: Badan PPSDM

Depkes RI, 2005; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 2005


Tentang Kesehatan; Jakarta; Hal 1. Fisioterapi Indonesia; Jakarta; Hal.5

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga


Kesehatan.

A. A. Muninjaya. 2004. Manajemen kesehatan.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC: 220-234.

Departemen Kesehatan RI, 1996. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996


Tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta.

Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Sarlito Wirawan Sarwono. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Muzaham. 2007. Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Rachmawati, Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:


ANDI.

Susanti, 2002, Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga


Kerja Pada Industri Pengecoran Logam CV. Atma Jaya Batur Klaten.

A Potter, & Perry, A. G. 2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,.


Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan: Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

16
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Syaifuddin, 2006, Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3, Editor


Monica Ester, Jakarta : EGC

Mubarak, WI. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba Medika.

Novita , Franciska (2011). Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan.


Salemba Medika; Jakarta

Azhar Susanto, 2004. Sistem Informasi Manajemen. . Bandung: Linggar Jaya.

A.M. Sardiman, 2007, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar : Bandung,


Rajawali Pers

Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah
Sakit di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Mandriwati. 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC

Simatupang, Erna Juliana . 2008. Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC

Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia . Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1996. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996


Tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No.81/MenKes/SK/I/2004 Tentang Tenaga Kesehatan.
Jakarta : Pemerintah. 2004

Undang-Undang Republik Indonesia . Nomor 36 Tahun 2014 .Tentang Tenaga


Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 80 tahun 2008 Tentang

17
Penyelenggaraan Pekerjaan Asisten Tenaga Kesehatan . Lembar Negara.

18

Anda mungkin juga menyukai