BAB II Kti Tinjauan Pustaka (Real)
BAB II Kti Tinjauan Pustaka (Real)
PENDAHULUAN
diantaranya diderita oleh anak usia sekolah. Menurut WHO dalam peringatan
hari penglihatan sedunia (World Sight Day / WSD ) dengan pesan khusus
dapat dicegah, dua penyebab terbanyak adalah gangguan refraksi dan katarak.
penderitanya dua diantaranya adalah segi fisik dan segi sosial ekonomi,
(Supartoto, 2006). Apabila hal ini tidak ditangani secara serius tentunya dapat
1
2
intensitas waktu baca lebih tinggi, hal ini sesuai dengan banyaknya materi
Adanya faktor radiasi cahaya yang berlebihan yang diterima mata, seperti
menderita gangguan pada penglihatan sebesar 285 juta orang atau 4,24%
populasi, sekitar 0,58% atau 39 juta orang menderita kebutaan dan 36,5%
atau 246 juta orang lainnya menderita penglihatan kurang (low vision),
kebutaan dan severe low vision prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Jawa
Tengah dimana gangguan kebutaan mencapai 0,5% dan severe low vision
kelainan refraksi mencapai 800 juta sampai 2,3 milyar orang, yang
didominasi dewasa usia 16-49 tahun sebanyak 450 juta. Sedangkan untuk
(Ilyas, 2007). Sehingga berdasarkan survei kesehatan indra ada sekitar 1,5%
3
Sedangkan pada penelitian lain di Taiwan dengan responden yang sama yaitu
inklusi terdapat 33,9% menderita kelainan refraksi yang terdiri dari 92,68%
2004).
peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pola kebiasaan membaca dan indeks
2015, dan 2016 yang tercatat sebagai mahasiswa aktif dan bersedia mengisi
kuisioner.
sebagai berikut : “Apakah ada hubungan pola kebiasaan membaca dan indeks
selanjutnya.
Semarang.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Mata
anteroposterior sekitar 24,2 mm, adneksa atau alat-alat tambahan, serta otot-
2015). Bola mata terletak di dalam suatu rongga skeletal yang dinamakan
selain terdiri dari tulang yang keras di dalam rongga skeletal juga terdapat
Media refraksi terdiri dari kornea, pupil, lensa, dan vitreus. Media
1. kornea
Kekuatan refraksi (bias) sebesar +43 dioptri, berbentuk agak elips dengan
diameter horizontal 12,6 mm dan diameter vertical 11,7 mm. Sedangkan jari-
7
mm (Suhardjo dan Hartono, 2007). Kornea bersifat jernih oleh karena adanya
2. Pupil
Pupil terdapat pada tengah iris, berfungsi untuk mengatur jumlah sinar
yang masuk ke dalam mata. Secara normal tepi pupil bersentuhan dengan
lensa, namun tak melekat dengan lensa. Besarnya pupil diatur oleh dua
Garis tengah pupil normal berkisar antara 3-4 mm (Suhardjo dan Hartono,
2007).
3. lensa
disebut dengan zonula (zonula Zinnii), yang terdiri dari beberapa fibril,
8
dalam ekuator lensa. Kandungan lensa terdiri dari dua komponen utama yaitu
air (65 %) , protein (35 %). Selain itu terdapat sedikit kandungan mineral,
lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun
4. vitreus
Suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk dua
pertiga volume dan berat mata disebut vitreus. Vitreus memiliki kandungan
air terbanyak sekitar 99% dan sisanya 1% terdiri dari dua komponen yaitu
kolagen dan asam hialuronat, yang berfungsi memberi bentuk dan konsistensi
seperti gel pada vitreus karena kemampuannya untuk mengikat air dalam
jumlah yang banyak. Vitreus terdapat di ruangan yang dibatasi oleh lensa,
Pada permukaan luar dari vitreus dilingkupi oleh hyaloid yang secara
serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici.
Basis vitreus menempel dengan erat pada lapisan epitel pars plana dan retina
mulai dari bentuk, intensitas cahaya, sampai warna yang dipantulkan oleh
9
obyek. Mata terdiri dari sebuah bola mata fibrosa yang kuat berfungsi
mencapai sel fotoreseptor peka cahaya di retina, karena adanya iris, suatu otot
berupa udara, maka sinar akan lebih cepat berjalan jika dibandingkan melalui
media transparan lain seperti air dan kaca cenderung lebih lambat (Sherwood,
2014).
baru dalam sudut yang tidak tegak lurus. Berbeloknya berkas sinar disebut
ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Pada
besar derajat pembelokan dan semakin kuat lensa (saladin, 2006). Agar
10
sumber cahaya jauh dan dekat dapat terfokus di retina, maka harus digunakan
2014).
2. 2 Kelainan Refraksi
yang terjadi ketika sinar yang masuk pada mata tanpa akomodasi sehingga
memberikan bayangan sinar sejajar pada fokus yang tidak terletak pada retina
bisa didepan atau dibelakang retina bahkan mungkin tidak terletak pada satu
titik yang fokus, sehingga memberikan efek visual yang kabur. Ametropia
2. 2. 1 Miopia
bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh mata yang
Whitcher, 2015) :
1. Miopia aksial, terjadi bila diameter antero-posterior dari bola mata lebih
2006) :
berjarak jauh.
3. Terdapat kelainan pada struktur anatomi mata berupa celah kelopak yang
upaya untuk melihat jelas. Selain itu, pasien miopia mempunyai pungtum
(Ilyas, 2007).
Hartono, 2007).
3. 2. 1. 2 Diagnosa
(Ilyas, 2013) :
kacamata.
5. Pemeriksaan retina.
2. 2. 1. 3 Penatalaksanaan
masuk ke mata dapat difokuskan tepat pada retina. Miopia dapat dikelola
dilakukan bagi penderita miopia yaitu dengan cara phakic intraocular lens,
2.2.2 Hiperopia
1. Hipermetropia manifes
2. Hipermetropia total
3. Hipermetropia laten
menunjukkan kekuatan tonus dari mm. Secara klinis tidak manifes, bisa jadi
pada obyek yang berjarak jauh maupun dekat ketika berusia muda, namun
penglihatan dekat pada usia yang lebih muda dibandingkan dengan non-
penglihatan untuk obyek dekat dan jauh. Pada pasien muda yang mengalami
obyek dekat dengan melakukan akomodasi lebih banyak daripada orang non-
sama melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat esotropia atau
juling kedalam (Ilyas, 2002). Terdapat trias melihat dekat terdiri dari
2007).
hiperopia, hal ini dapat terjadi apabila terdapat perbedaan kekuatan hiperopia
antara kedua mata, maka akan terjadi ambliopia pada salah satu mata. Mata
2.2.2.2 Diagnosa
dari jarak jauh tepat jatuh pada retina dengan memasangkan lensa sferis plus
dengan atau tanpa lensa silinder. Hiperopia laten dideteksi dengan refraksi
pada pasien berusia muda yang mengalami kelelahan mata saat membaca dan
penting pula pada esotropia (Riordan-Eva dan Whitcher, 2015). Namun pada
16
2.2.2.3 Penatalaksanaan
dengan cara optic atau penggunaan kacamata sferis positif terkuat atau lensa
Adapun koreksi hiperopia yang lain adalah dengan cara operatif yaitu dengan
Kaiser, 2009).
2.2.3 Astigmatisma
suatu kelainan refraksi mata, yang ditandai dengan adanya berbagai derajat
refraksi pada berbagai meridian, sehingga sinar sejajar yang datang pada mata
adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas cahaya jatuh sebagai suatu
emetropik dan yang lainnya miopik, maka fokusnya satu tepat di retina dan
adalah miopik tetapi dengan derajat yang berbeda, maka kedua fokus berada
satu emetropik dan yang lain hiperopik, maka fokus satunya tepat jatuh di
hiperopik tetapi dengan derajat yang berbeda, maka kedua fokus berada di
5. Astigmatisma mikstus
Astigmatisma mikstus terjadi jika meridian utama yang satu miopik dan
yang lainnya hiperopik, maka fokus satunya di depan retina dan yang
2015).
mata atau dapat juga disebut dengan astenopia akomodatif dikarenakan mata
2.2.3.2 Diagnosis
dan ditanyakan manakah garis yang paling jelas terlihat. Garis yang terlihat
sesuai dengan meridian yang paling ametrop, yang harus dikoreksi dengan
lensa silinder dengan aksis tegak lurus pada derajat bidang meridian tersebut
2.2.3.3 Penatalaksanaan
fokus utama (dengan koreksi lensa silindris). Kedua fokus yang sudah bersatu
19
tersebut harus terletak tepat di retina (dengan koreksi lensa sferis) (Suhardjo
2015).
memiliki peran yang besar untuk terjadinya kelainan refraksi (Komariah dan
astigmatisma dan hiperopia (Jones et al, 2007) (Czepita D et al, 2008), hal ini
akan sangat mudah terjadi pada seorang yang sudah memiliki genetik untuk
Seseorang yang sering melihat obyek yang sangat kecil dan melihat
obyek dengan jarak dekat atau pada jarak pandang kurang dari 30 cm dari
mata secara terus menerus selama lebih dari dua jam ditambah dengan
20
secara berlebihan, mata yang terakomodasi dalam waktu lama ini akan cepat
40-45 cm dari mata, aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian
yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang
rangsangan yang diterima melalui indra tidak dapat diteruskan ke otak dengan
Intelegensi
Motivasi
tingkah laku pada seorang baik dari diri sendri seperti rasa aman, rasa cinta,
Minat
terhadap sesuatu yang muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada yang
Kepribdian
22
Fisiologis
seseorang. Panca indra termasuk hal yang tak kalah penting pada proses
belajar, terutama mata sebagai indra penglihatan dan telinga sebagai indra
Keadaan keluarga
pelajar. Hal ini meliputi dari kepribadian guru, pengetahuan yang dimiliki
oleh seorang guru, dan cara mengajar guru kepada anak didiknya agar dapat
Alat-alat pelajaran
perlengkapan yang diperlukan didukung dengan cara mengajar yang baik oleh
Motivasi sosial
untuk mencapai proses belajar yang baik. Motivasi sosial dapat berasal dari
seseorang tersebut belajar maka akan lebih banyak ilmu yang dapat diterima
memiliki hasil belajar yang tidak baik oleh karena tidak adanya kesempatan
setiap hari.
Kurikulum
mulai dari kalangan muda sampai kalangan tua. Kelainan refraksi dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satu diantaranya adalah faktor lingkungan yang
seseorang maka semakin sering pula seseorang tersebut membaca pada jarak
dekat sehingga risiko untuk terjadinya kelainan refraksi sangat besar terutama
miopia (Goss DA dkk, 2006). Pola kebiasaan membaca yang lama juga dapat
Astenopia akomodatif
Faktor Eksternal
2.8 Hipotesis
adalah terdapat hubungan antara pola kebiasaan membaca dan indeks prestasi
Universitas Islam Sultan Agung Semarang angkatan 2014, 2015 dan 2016.