Anda di halaman 1dari 10

Perkembangan Dan Hambatan Regulasi

Industri Obat Tradisional Di Indonesia

Pengertian obat tradisional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 61
Tahun 2016 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian galenika, atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun menurun
telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.

Kehidupan masyarakat Indonesia sangat tergantung pada keragaman kekayaan hayati, sumber
daya alam dan kebudayaan yang berpotensi besar untuk pembangunan komersial, riset – riset
namun tetap menjaga ekosistem memberikan perlindungan dan dukungan terhadap sumber daya
alam yang akan dikonsumsi masyarakat.

Obat tradisional merupakan warisan budaya yang terbukti secara empirik memiliki keunggulan
komparatif dan mempunyai manfaat terhadap kesehatan (promotif dan preventif), ekonomi dan
sosial budaya. Keahlian dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan baku obat merupakan
suatu hal yang menjanjikan dalam pembangunan di bidang pengembangan obat.

Industri obat – obatan yang menggunakan bahan tradisional (jamu) termasuk industri yang cukup
tangguh dan permintaan akan bahan tradisional di negara maju semakin meningkat. Maka dari itu,
Indonesia sangat mengharapkan keuntungan dari pemanfaatan sumber daya alam. Tetapi, hal itu
hanya dapat dicapai melalui kerjasama yang melibatkan masyarakat setempat, swasta dan lembaga
Internasional yang terlibat dalam penelitian. Pada akhirnya, agar keuntungan dapat terbagi merata
dan dinikmati bersama, semua pihak harus memiliki kontribusi yang berkelanjutan.
Jenis Obat Tradisional berdasarkan keputusan Kepala Badan POM RI N0. HK.00.05.4.2411

Sumber perolehan obat tradisional meliputi obat tradisional buatan sendiri, obat tradisional
pembuat jamu/herbalis (jamu gendong, peracik jamu, tabib, sinshe) dan obat tradisional buatan
industri.

Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KOTRANAS) sesuai dengan Kepmenkes No.


381/MENKES/SK/III/2007, bertujuan untuk

1. Mendorong pemanfaatan sumber daya alam dan ramuan tradisional secara berkelanjutan.
2. Menjamin pengelolaan potensi alam Indonesia agar memiliki daya saing.
3. Tersedianya obat tradisional.
4. Menjadikan obat tradisional sebagai komoditi unggul.
Permenkes No. 21 Tahun 2016, pasal 5 ayat 6 dan Permenkes No. 66 Tahun 2017 berkaitan
dengan dalam hal obat dan bahan medis habis pakai yang dibutuhkan tidak tercantum dalam
formularium nasional dapat menggunakan obat lain termasuk obat tradisional, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka secara terbatas dengan persetujuan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

Salah satu contoh Industri Obat Tradisional di Indonesia berada pada persaingan sektor Industri
jamu yang semakin ketat, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk telah berhasil memiliki
market share terluas dan reputasi yang baik sebagai industri jamu terbesar di Indonesia.
Keberhasilan yang telah dicapai saat ini tentunya tidak terlepas dari peran dan pelaku pendiri
industri ini. Perusahaan yang kini sudah berhasil Go Public masuk Bursa Efek Indonesia itu dilalui
melalui perjalanan yang cukup panjang dari segelas jamu.

Berawal dari keinginan pasangan suami istri, Siem Thiam Hie dan Go Djing Nio, berbekal
kemahiran Go Djing Nio dalam mengolah jamu dan rempah-rempah, pasangan ini memutuskan
untuk membuka usaha jamu di Yogyakarta. Tahun 1941, mereka memformulasikan Jamu Tolak
Angin yang saat itu menggunakan nama Jamu Tujuh Angin. Tahun 1949, mereka mengungsi ke
Semarang dan mendirikan usaha jamu dengan nama Sido Muncul. Usaha jamu rumahan tersebut
dimulai dengan dibantu oleh tiga orang karyawan. Banyaknya permintaan terhadap kemasan jamu
yang lebih praktis, mendorong beliau memproduksi jamu Tolak Angin dalam bentuk serbuk.
Produk ini mendapat tempat di hati masyarakat sekitar dan permintaannya pun terus meningkat.

Pada tahun 1970, dibentuk persekutuan komanditer dengan nama CV Industri Jamu & Farmasi
Sido Muncul. Kemudian pada 1975, bentuk usaha industri jamu pun berubah menjadi Perseroan
Terbatas dengan nama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, ternyata tidak mampu lagi
memenuhi kapasitas produksi yang semakin besar. Oleh sebab permintaan pasar yang semakin
tinggi.
Generasi kedua dari pendiri PT Sido Muncul, Desy Sulistio, memutuskan untuk memindahkan
pabrik ke Lingkungan Industri Kecil di Semarang pada tahun 1984. Kemudian dimulailah
pembangunan pabrik yang dilengkapi dengan fasilitas modern, hingga dapat berkembang pesat
seperti saat ini, dan menjadi pelopor perusahaan jamu dengan standar farmasi, demi
mengantisipasi kemajuan masa mendatang,

Sido Muncul merasa perlu untuk membangun pabrik yang lebih besar dan modern, maka pada
tahun 1997 diadakan pembangunan pabrik baru di Klepu (Ungaran) disaksikan Direktur Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan serta diresmikan oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial Republik Indonesia, pada 11 November 2000. Saat peresmian pabrik, Sido Muncul
menerima dua sertifikat sekaligus, yaitu Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)
dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) setara dengan farmasi. Sertifikat inilah yang
menjadikan Sido Muncul sebagai satu-satunya pabrik jamu berstandar farmasi.

Sido Muncul yang kini merupakan perusahaan herbal bertaraf modern senantiasa berupaya untuk
memberikan produk-produk yang baik dan menyehatkan bagi seluruh konsumennya, dan dengan
demikian memberikan nilai positif bagi masyarakat. Seiring waktu berjalan Sido Muncul mulai
mengembangkan bisnisnya yang awalnya hanya berkonsentrasi di bidang jamu (herbal), maka
pada tahun 2004 Sido Muncul membuat divisi baru yaitu “Divisi Food”. Produk pertama yang
dibuat adalah minuman energi “Kuku Bima Energi” dengan rasa original dan bervariasi
selanjutnya. Kemudian produk berikutnya adalah permen yaitu Permen Tolak Angin, Permen Jahe
Wangi dan Permen Kunyit Asam. Disusul dengan minuman kesehatan seperti Sido Muncul
Vitamin C-1000, Kuku Bima Kopi Ginseng, Kopi Jahe Sido Muncul. Susu Jahe, Alang Sari Plus,
Colla Mill. Produk-produk yang telah diproduksi sampai saat ini oleh Sido Muncul ada lebih dari
250 jenis produk.
Kini, produk-produk Sido Muncul telah berhasil di ekspor ke beberapa negara Asia Tenggara
(Malaysia, Singapore, Brunei dll), Australia, Korea, Nigeria, Algeria, Hong Kong, USA, Saudi
Arabia, Mongolia dan Rusia. Saat ini perseroan juga tengah melakukan penjajakan dengan
distributor dan perusahaan asal Thailand, Vietnam dan Jepang.

Tepat tanggal 18 November 2013, Sido Muncul yang memiliki 109 distributor di seluruh Indonesia
kembali melakukan perubahan. Perusahaan keluarga ini memilih naik kelas menjadi perusahaan
terbuka dengan tujuan agar perusahaan ini langgeng dan dipercaya oleh masyarakat. Saat ini PT.
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk. telah menjadi Pabrik Jamu terbesar di Indonesia
dan masih akan terus berkembang.

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk menerima Surat Ijin Edar Soft Capsule / kapsul
lunak 22 Maret 2019 untuk produk Tolak Angin dan Tolak Linu dari Badan Pengawasan Obat dan
Makanan RI di Pabrik Sido Muncul, Ungaran, Semarang. Penyerahan dilakukan oleh Menteri
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Puan Maharani
kepada Direktur Utama Sido Muncul David Hidayat didampingi Direktur Sido Muncul Irwan
Hidayat.

Irwan Hidayat menyampaikan,”Pabrik Sido Muncul merupakan pabrik jamu pertama yang
memproduksi soft capsule. Sebuah kehormatan bagi kami karena sertifikat diserahkan langsung
oleh Menko PMK dan ini merupakan sertifikat ke 281 dari BPOM. Satu hal yang selalu kami
lakukan adalah mengikuti semua peraturan pemerintah. Tujuannya untuk menumbuhkan
kepercayaan masyarakat terhadap produk Sido Muncul. Karena jamu disamping sebagai obat
herbal, juga ada unsur local wisdom (kearifan lokal), kekayaan tradisi, dan kebudayaan Indonesia,
yang harus kita banggakan.”
Soft Capsule merupakan inovasi terbaru dari Sido Muncul dengan mengembangkan produk Cairan
Obat Dalam yang sebelumnya berbentuk sachet menjadi capsule. Selain penyerahan sertifikat,
Menko PMK juga melakukan peninjauan ke Pabrik Baru Cairan Obat Dalam (COD). Pabrik yang
berdiri di atas lahan seluas 17.000 m2 dengan luas bangunan 28.000 m2 ini telah menerapkan
Revolusi Industri 4.0, dimana seluruh sistem produksinya full otomatic. Turut ikut peninjauan
bersama Puan Maharani, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Dr. Ir.
Penny K Lukito, M.CP., dan Bupati Semarang Dr. H. Mundjirin ES, Sp.OG.

Pengembangan obat tradisional di era JKN

A. Sumber daya melimpah namun bahan baku masih ada yang tidak sesuai dan tidak
berkelanjutan ketersediaannya.
B. Permintaan terhadap obat tradisional mengalami penurunan dan peningkatan (mengikuti
trend).
C. Hasil riskesdas di pasar (masyarakat) 50% menggunakan jamu dan 96% merasakan
manfaatnya.
D. Beberapa obat tradisional sudah diekspor ke luar negeri.

Pada Januari 2015 launching bugar dengan jamu Kementerian Kesehatan oleh MENKO PMK.
Gerakan Nasional Bugar Dengan Jamu (GERNAS BUDE JAMU) di KEMENKES RI bertujuan
menggerakkan seluruh elemen masyarakat untuk melestarikan budaya minum jamu dengan
Kementerian Kesehatan sebagai leading sector. Visi menjadikan jamu sebagai pilihan pertama
untuk menjaga kesehatan dan kebugaran keluarga. Misi melestarikan budaya minum jamu untuk
mendukung Indonesia sehat sekaligus menggerakkan ekonomi rakyat, menjamin jamu yang aman,
bermutu dan bermanfaat serta meningkatkan koordinasi lintas sektor, lintas program dan seluruh
pemangku kepentingan.
Pada Simposium Pengembangan Industri Obat Tradisional dan Peningkatan Penggunaan Obat
Tradisional 2019 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Kemenkes RI di Yogyakarta, selama dua hari (20-21 Agustus 2019) tersebut dibuka oleh Menteri
Kesehatan RI., Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K). Pada kesempatan tersebut, Kepala
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT),
Akhmad Saikhu, M.Sc.PH. mempresentasikan 11 Ramuan Jamu Saintifik dan Menkes RI., Nila
Farid Moeloek mengajak masyarakat Indonesia: Ayo Minum Jamu, Supaya Tetap Sehat.

Presiden menginstruksikan kepada Kementerian Kesehatan melalui Inpres Nomor 6 Tahun 2016,
untuk memfasilitasi pengembangan industri farmasi dan alkes ke arah biopharmaceutical, vaksin,
natural, dan Active Pharmaceutical Ingredients (API) kimia. Kemudian Kementerian Kesehatan
menindaklanjuti melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2017, tentang Rencana
Aksi Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, salah satunya dengan mengembangkan
industri farmasi produk natural.

Dalam mengembangkan obat tradisional di Indonesia terutama di sarana pelayanan kesehatan,


pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 003/MENKES/PER/I/2010 tentang
Saintifikasi Jamu. Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu, melalui penelitian berbasis
pelayanan kesehatan. Salah satu tujuannya adalah memberikan landasan ilmiah (evidenced based)
terhadap ramuan jamu melalui penelitian yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan.

Fasilitasi Kemenkes dalam Pengembangan Obat Tradisional dan Bahan Baku Obat Tradisional :

I. Pengembangan bahan baku meliputi Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO),
Pusat Ekstrak Daerah (PED) dan penelitian universitas dengan industri.
II. Pembinaan industri termasuk didalamnya penanggung jawab teknis.

III. Pembinaan pelaku usaha meliputi industri dan Usaha Obat Tradisional (UOT) termasuk
Usaha Jamu Gendong (UJG) dan Usaha Jamu Racikan (UJR).

IV. Standar mutu, Farmakope Herbal Indonesia (FHI) dan acuan Bahan Baku Obat Tradisional
(BBOT) dari tumbuhan Obat di Indonesia agar tetap rasional.
Strategi Pengembangan Obat Tradisional mencakup peningkatan ketersediaan Bahan Baku
Obat Tradisional yang standar, membangun networking, meningkatkan penelitian dan inovasi
teknologi, penginterasian obat tradisional ke dalam pelayanan kesehatan, meningkatkan daya
saing industri obat tradisional dan pengembangan laboratorium sertifikasi untuk Bahan Baku
Obat Tradisional.

Kesimpulan perkembangan industri obat tradisional semakin pesat di Indonesia dan produk
yang dibuat mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat namun tetap rasional,
secara regulasi tidak ada hambatan yang signifikan hanya mengikuti pedoman dan peraturan
pemerintah serta perundang – undangan yang berlaku karena pemerintah juga mendukung
pengembangan obat tradisional.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004, Keputusan Kepala Badan
POM RI No. HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan Penandaaan
Obat Bahan Alam Indonesia. Jakarta : Badan POM RI

Departemen Kesehatan R.I., 1991, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
659/MENKES/SK/X/1991 tentang Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik, Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan R.I., 2007, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


381/Menkes/SK/III/2007, Kebijakan Obat Tradisional, Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

Departemen Kesehatan RI, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 003
Tahun 2010 Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan, Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia

http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/04/Dit-Produksi-Distribusi-
Farmasi-Kemkes_Perkembangan-Obat-Tradisional-di-Indonesia.pdf

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/kemenkes-dorong-pengembangan-industri-
obat-tradisional

https://www.jamudigital.com/berita?id=11_Ramuan_Jamu_Saintifik_Hasil_Riset_B2P2TOO
T_Tawangmangu

https://www.kemenkopmk.go.id/artikel/budaya?page=13

https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk612016.pdf

https://www.sidomuncul.co.id/about-us/sejarah-sidomuncul

https://www.sidomuncul.co.id/media/page/195/MENKO-PMK-Puan-Maharani-Serahkan-
Sertifikat-Ijin-Edar-Soft-Capsule-ke-Sido-Muncul
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2017 Tentang Petunjuk
Operasional Penggunaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2018

Suharmiati, Handayani Lestari, Cara Benar Meracik Obat Tradisional, 2006, Agro Media
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai