1 BOR 60-80%.
2 LOS 6-9 hari
3 TOI 1 – 3 hari
4 BTO 40-50 kali
b. Kajian Data
Hasil Evaluasi Efisiensi Ruang
c. Analisis Data
1) BOR (Rasio penggunaan tempat tidur) pada Maret- Mei 2018 di ruang
Tribrata rata-rata 48.93%, data tersebut menunjukkan pemakaian tempat
tidur diruang Tribrata adalah sesuai batas standar untuk RS Bhayangkara
yaitu 60-80 %. Menurut Sudra (2010:44) nilai ideal BOR dikatakan secara
statistik semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan
tempat tidur yang tersedia untuk perawatan pasien.
2) LOS (lama waktu yang dirawat pada setiap pasien ) di ruang yaitu 4.14 hari,
data tersebut menunjukkan lama rata-rata hari perawatan sesuai dengan
standar nasional untuk RS Bhayangkara yaitu 6-9 hari.
3) TOI (waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong) pada bulan Maret-Mei
2018 rata-rata di ruang Tribrata 4.49 hari, data tersebut menunjukkan waktu
rata-rata tempat tidur kosong sesuai dengan standar RS Bhayangkara yaitu
1-3 hari, dengan waktu tersebut maka rata-rata suatu tempat tidur kosong
terlalu cepat, hal tersebut dapat meningkatkan angka infeksi dirumah sakit.
4) BTO (Frekuensi pemakaian tempat tidur) pada bulan Maret-Mei 2018 di
ruang Tribrata 3.68 kali, penggunaan lebih sedikit jika dibandingkan
dengan standar RS Bhayangkara yaitu 40-50 kali.
a. 0 % - 50 % kurang
b. 51 % - 65% cukup
c. 66 % – 80% baik
d. 81 %– 100% sangat baik
Menurut Permendikbud nomor 104 tahun 2014
a) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat
bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian meliputi
pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan masalah.
Pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
dan penunjang.
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik
aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa,
dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien.
Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang
perawat, dengan komponen terdiri atas masalah, penyebab dan tanda
gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat
aktual apabila masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat
potensial apabila masalah kesehatan kemungkinan besar akan terjadi,
dapat ditanggulangi oleh perawat.
c) Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan dengan komponen rencana perawatan meliputi prioritas
masalah, tujuan implementasi dan rencana tindakan.
Prioritas masalah ditentukan dengan memberi prioritas utama
masalah yang mengancam kehidupan dan prioritas selanjutnya masalah
yang mengancam masalah kesehatan pasien. Prioritas ketiga adalah
masalah yang mempengaruhi perilaku.
d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang
mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta
pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan keluarga.
tindakan keperawatan, aktivitas keperawatan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana
yang ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien,
menjelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilaksanakan kepada
klien, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan
sumber-sumber yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik,
menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, menjaga privasi, dan
mengutamakan keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan tindakan
berdasarkan respon pasien, merujuk dengan segera bila ada masalah
yang mengancam keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yang
telah dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai tindakan,
melaksanakan tindakan perawatan pada prosedur teknik yang telah
ditentukan
e) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara periodik sistematis, dan berrencana
untuk menilai perkembangan keadaan pasien. Evaluasi dilaksanakan
dengan memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal
untuk mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien
termasuk strategi keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan
masalah pasien. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim
kesehatan lain dan dilakukan sesuai dengan standar.
f) Catatan asuhan keperawatan:
Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan pasien dan
perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan.
Pencatatan dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi,
dan laporan, dilakukan setelah tindakan dilaksanakan. Penulisan harus
jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan. Setiap pencatatan harus
mencantumkan paraf dan nama perawat yang melaksanakan tindakan
dan waktu pelaksanaan dan menggunakan formulir yang telah ada dan
disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2) Kajian Data
Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan instrument A yang sudah
dibakukan oleh Depkes (1997). Studi dokumentasi dilakukan pada 10
dokumentasi pasien di ruang Tribrata RS Bhayangkara.
4 Implementasi 92% - Dari data di dapat hasil 92% termasuk kriteria sangat baik perawat
sudah melakukan tindakan keperawatan dan sudah melakukan
pendokumentasian dengan benar.
5 Evaluasi 100% - Evaluasi mendapat hasil Ruang Tribrata 100% termasuk katagori
sangat baik, dalam evaluasi sudah ditulis setiap hari secara
keseluruhan dan sesuai dengan SOAP.
6 Dokumentasi 100% - Dari hasil tersebut Ruang Tribrata mendapatkan score 100% masuk
kategori sangat baik, perawat melakukan dokumentasi tindakan
setiap hari dan setiap sift, pendokumentasian dilakukan dengan
jelas, ringkas dan dengan istilah yang benar
3) Analisa Data
Berdasarkan hasil analisa data diatas tentang pendokumentasian
keperawatan didapatkan data sebagai berikut :
a) Pengkajian
Setelah dilakukan studi dokumentasi terhadap status pasien mengenai
pengkajian keperawatan didapatkan data bahwa format pengkajian telah
tersedia pada masing-masing status pasien, pengkajian dilakukan dengan
memberikan tanda (√) pada pernyataan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Pengisian format pengkajian status pasien sudah lengkap. Dari keseluruhan
pengkajian sebesar 96% dengan katagori sangat baik.
b) Diagnosa keperawatan
Dalam menuliskan diagnosa keperawatan perawat masih ada yang belum
memilahkan dalam perumusan masalah antara diagnosa aktual/ risiko/
potensial, diagnosa keperawatan belum dirumuskan dengan benar. Dari
keseluruhan pengkajian diagnosa keperawatan di Ruang Tribrata
didapatkan nilai 90% dengan kategori sangat baik, sebaiknya perlu untuk
di tingkatkan pada perumusan diagnosa keperawatan dengan benar ada
etiologinya.
c) Perencanaan
Dari hasil observasi pendokumentasian tahap perencanaan di Ruang
Tribrata sudah terlaksana mencapai 94% Hal ini dibuktikan dengan
pendokumentasian perencanaan, sebagian besar sudah sesuai dengan
diagnosa keperawatan. Tetapi dalam perencanaan keperawatan sebagian
belum menyusun rencana berdasarkan prioritas, rencana pendidikan
kesehatan, rencana tindakan yang menggambarkan keterlibatan
klien/keluarga.
d) Implementasi
Dari pengkajian implementasi di Ruang Tribrata sebesar 92% termasuk
dalam katagori sangat baik. Tindakan yang dilakukan perawat yang
melibatkan keluarga belum didokumentasikan.
e) Evaluasi keperawatan
Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan sebagian besar dalam
katagori sangat baik yakni 100% sudah merujuk pada tiap diagnosa yang
diangkat.
f) Dokumentasi
Catatan asuhan keperawatan sudah dalam katagori sangat baik, dengan
skor sebesar 100% Hal ini dibuktikan dengan catatan ditulis pada format
yang ada.
b. Instrumen B
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan
keperawatan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien yang memenuhi
kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal tiga hari, bersedia mengisi kuesioner.
Pada saat angket dibagikan, pasien telah diberikan penjelasan.
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi
klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk mengevaluasi hal
ini perlu suatu instrument yang baku.
1) Kajian Teori
Asuhan keperawatn adalah rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien diberbagai
tantanan pelayanan kesehatan (Zaidin Ali, 2001). Mutu asuhan keperawatan
dapat dilihat dari persepsi pasien tentang mutu asuhan keperawatan yang
diberikan. Dan untuk mengevaluasi hal ini juga perlu suatu instrumen yang
baku menggunakan format standar asuhan keperawatan yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit.
Mutu pelayanan keperawatan yang merupakan hasil kegiatan asuhan
keperawatan adalah terjaminnya penerapan standar asuhan keperawatn yang
dilakukan oleh perawat berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian data, penyusunan diagnosa, melakukan perencanaan,
tindakan, dan evaluasi.
Menurut Azwar (1996), mutu pelayanan adalah tingkat kesempurnaan
pelayanan yang dapat memberikan kepuasan pasien sesuai tingkat kepuasan
rata-rata serta penyelenggaraan sesuai dengan standar dan kode etik profesi
yang ditetapkan. Menurut Pasuraman (1985), pengukuran mutu dapat
dilakukan dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang
diharapkan (Experted Services) dengan pelayanan yang diterima dan
dirasakan (Perceived Services). Mutu pelayanan menurut American Society
Quality Control merupakan gambaran total gambaran total sifat dari suatu
produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan kebutuhan dan kepuasan (Wijono, 2000 : 4)
Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang
sedang diamati (Winston Dictionary, 1956 dalam Azwar 1996: 48). Mutu
adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980 dalam
Azwar, 1996: 48).
Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang dikaitkan
dengan kepuasan pasien adalah Pasuraman (1985) :
a) Tangibles (bukti nyata), meliputi fasilitas fisik, peralatan yang
digunakan dan penampilan karyawan.
b) Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
c) Responsiviness (daya tanggap), yaitu kesediaan petugas dalam
memberikan pelayanan dengan tanggap.
d) Assurance (jaminan) mencakup kemampuan, kesopanan, sifat yang
dipercaya dari petugas, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.
e) Emphaty (Empati), yaitu penyediaan perhatian dan kepedulian orang
per orang kepada pelanggan.
Aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit dapat dilihat dari segi
aspek yang berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-hal yang secara
langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian. Keempat aspek itu
adalah seperti berikut :
a) Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan
Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauhmana suatu pelayanan
telah mencapai standar program dan standar pelayanan kesehatan.
b) Kompetisi Teknis
Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan
penampilan petugas, manajer, dan staff pendukung. Kompetensi teknis
berhubungan dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar
pelayanan yang telah ditetapkan dalam hal dapat
dipertanggungjwabkan atau dihandalkan (dependability), ketepatan
(accurancy), ketahanan uji (reliability), dan konsistensi (concitency).
c) Akses terhadap pelayanan
Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan
geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi, atau hambatan bahasa.
Akses geografis dapat diukur dengan jelas transportasi, jarak, waktu
perja.lanan, dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang
untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Akses ekonomi berkaitan
dengan sejauh mana pelayanan diatur untuk kenyamanan pasien, jam
kerja klinik, dan waktu tunggu.
d) Efektivitas
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang
menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai
dengan standar yang ada.
e) Hubungan antara manusia
Hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas
kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan antara tim kesehatan
dengan masyarakat. Hubungan antara manusia yang baik akan
menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai,
menjaga rahasia, menghormati, responsive, memberi perhatian.
f) Efisiensi
Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal
daripada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat.
Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan yang
dimiliki.
g) Kelangsungan pelayanan
Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima pelayanan yang
lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi.
h) Keamanan
i) Kenyamanan
Kenyamanan mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya kembali
ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.
2) Kajian Data
Evaluasi Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan di Tribrata RS Bhayangkara
dengan sasaran observasi perawat (n=15)
Tribrata
No Kriteria (n:15)
Y % T %
3) Analisa Data
Berdasarkan kajian data pre implementasi diatas yang dinilai dari 15
orang perawat di ruang Tribrata jawaban “Ya” dengan prosentase 85.07%
dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi keluarga pasien terhadap
mutu asuhan keperawatan di ruang Tribrata dikategorikan sangat baik.
c. Instrument C
1) Kajian Teori
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi tindakan
pemberian obat. Observasi yang dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 25-
27 Juni 2018. Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus
sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan
dengan hasil tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan
keperawatan yang mengacu pada instrument evaluasi penerapan standar
asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh Master list
Instruksi Kerja yang mengacu pada pedoman dari Departemen Kesehatan.
2) Kajian Data
Observasi dari tindakan pemberian obat yang dilakukan oleh perawat
selama 3 hari adalah sebagai berikut :
Hasil Evaluasi Identifikasi Pemberian Obat di Ruang Tribrata RS Bhayangkara Dengan
Sasaran Observasi Perawat (n:13)
Evaluasi Pengkajian
Observasi
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Mengucap salam 13 0
2 Petugas memperkenalkan diri dan unit 10 3
3 Menjelaskan pada pasien prosedur identifikasi 10 3
pasien dengan benar sebelum melakukan prosedur
4 Memastikan identifikasi pasien dengan benar 13 0
sebelum melakukan prosedur
5 Bila memungkinkan meminta pasien untuk 10 3
menyebutkan nama tanggal lahirnya, atau
menayakan pada keluarga dan petugas yang
bertanggung jawab
6 Periksa dan bandingkan jawaban pasien dengan 13 0
data gelang identifikasi dan data RM
7 Jika data yang diperoleh cocok, lakuakn prosedur/ 13 0
berikan obat
8 Jika terdapat lebih dari 2 pasien diruangan rawat 9 4
inap dengan nama yang sama / foto yang mirip
periksa ulang identitas dengan meliat no RM dan
alamat
9 Jika data pasien tidak lengkap informasi lebilanjut 13 0
harus diperoleh sebelum pemberian obat dilakukan
10 Perhatikan waktu pemberian obat dan pemakaian 13 0
obat
Jumlah 117 13
pemberian obat yang dilakukan di ruang Tribrata didapatkan prosentase jawaban “Ya”
sebesar 89.9 % sehingga secara keseluruhan dalam kategori sangat baik.
3. Hasil evaluasi bimbingan PKK
Kajian Teori
Pendidikan dan praktek keperawatan profesional merupakan aspek yang tidak
dapat dipisahkan dalam mengembangkan calon perawat profesional secara
komprehensif dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pengetahuan yang
telah didapat dari pendidikan, baik di kelas perkuliahan maupun di laboratorium akan
digunakan pada situasi nyata dilapangan/klinik, sehingga keselarasan antara
pendidikan dan praktek klinik keperawatan (PKK) sangatlah penting.
Praktek keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan
tanggung jawabnya (Nursalam, 2002). Praktik klinik keperawatan merupakan proses
transformasi dari mahasiswa yang akan menjadi perawat professional. Pada fase ini
mahasiswa mendapat kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat
professional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan atau asuhan
keperawatan.
Model bimbingan praktik adalah upaya menumbuhkan kemampuan
profesional (intelektual, teknikal, dan interpersonal) peserta didik melalui upaya
integrasi berbagai konsep, teori dan prinsip keperawatan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar klien secara komprehensif. Jenis metode pengajaran klinik antara
lain eksperensial, konferensi, bedside teaching, observasi, ronde keperawatan, dan
proses insiden. Dengan metode tersebut memungkinkan identifikasi masalah,
penentuan tindakan yang akan diambil, implementasi pengetahuan ke dalam masalah
klinik, dan diskusi untuk menggali proses berfikir dalam menanggapi situasi.
Pembimbing klinik memiliki peran utama bagi pelakasanaan bimbingan di
ruangan. Tugas pembimbing praktik klinik keperawatan, yaitu:
Mengorientasi mahasiswa di unit menyangkut karakteristik unit, klien, protap,
alat, dan lain-lain.
Memonitor pelaksanaan dinas mahasiswa.
Menyerahkan dan membimbing mahasiswa dalam rangka mencapai
kompetensi yang diharapkan.
Memotivasi minat dan semangat untuk peningkatan kemampuan mahasiswa.
Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan mengadakan hubungan serta
pelaporan kepada pihak terkait.
Mengevaluasi bimbingan praktik yang meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan praktik mahasiswa dengan
kesatuan yang terkait.
Mengikuti rapat yang diikuti satuan kerja yang terkait yang ada di rumah sakit
dan institusi pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan
praktik.
Memeriksa, mengoreksi, dan memberikan umpan balik asuhan keperawatan
yang telah dibuat pada evaluasi keterampilan.
Membimbing mahasiswa dengan melaksanakan tindakan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan klien.
Mengevaluasi mahasiswa terkait pencapain kompetensi saat awal dan akhir
meliputi pelaksanaan pre dan post test saat praktik klinik keperawatan di
ruangan.
Evaluasi adalah stimulasi untuk menentukan keberhasilan suatu proses
kegiatan yang dalam hal ini bimbingan PKK oleh clinical instructure (CI)
terhadap mahasiswa yang praktik. Evaluasi merupakan proses yang
berlangsung terus menerus selama kegiatan belajar mengajar. terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi Formatif
Evaluasi yang dilakukan sepanjang proses belajar.
Evaluasi Sumatif
Dilakukan pada akhir unit peserta belajar atau akhir proses belajar.
Terkait dengan mutu bimbingan praktik klinik keperawatan, terdapat
empat hal utama yang dapat digunakan dalam menjamin mutu proses
bimbingan yang diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi mahasiswa
maupun pembimbing terhadap bimbingan klinik yang diberikan di ruangan.
Empat hal tersebut meliputi:
Dokumentasi pelaksanaan bimbingan praktik klinik yang telah dilakukan oleh
pembimbing klinik.
Persepsi mahasiswa praktik klinik keperawatan terhadap mutu bimbingan
yang diberikan pembimbing klinik melalui angket.
Kepatuhan pembimbing klinik terhadap prosedur pembelajaran yang diberikan
pada mahasiswa praktik klinik keperawatan yaitu bed side teaching, ronde
keperawatan, pre dan post conference.
Pencapaian kompetensi mahasiswa praktik klinik keperawatan melalui
pengukuran pre dan post test di ruangan terkait.
RSUP Dr. Sardjito sebagai rumah sakit pendidikan yang digunakan
sebagai lahan praktik dari berbagai institusi pendidikan kesehatan, termasuk
pendidikan keperawatan, memiliki peran yang tidak sedikit terhadap kualitas
lulusan peserta didik keperawatan. Dalam usaha meningkatkan keterampilan
mahasiswa keperawatan yang melaksanakan praktik klinik, mahasiswa
mendapat bimbingan dari pembimbing klinik RS dan pembimbing klinik
akademik. Pembimbing klinik di tetapkan melalui SK pembimbing klinik yang
dikeluarkan oleh RS, yang mempunyai beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain, persyaratan profesional, persyaratan pribadi dan
persyaratan sosial (RSUP Dr. Sardjito, 2007).
Adapun tujuan dari bimbingan klinik RSUP DR. Sardjito terbagi antara
tujuan umun dan tujuan khusus, yaitu:
Umum
Terselenggaranya program bimbingan PKK yang bermutu tinggi bagi perawat
dan semua peserta didik keperawatan, sesuai peran dan fungsi RSUP Dr.
Sardjito sebagai rumah sakit pendidikan.
Khusus
Setiap pembimbing PKK dapat mengetahui dan melaksanakan
tugasnya dengan jelas dan benar sesuai dengan peran dan fungsi
sebagai pembimbing praktik klinik keperawatan.
Setiap peserta didik dapat mengetahui dan melaksanakan tugasnya
dengan jelas dan benar sesuai dengan peran dan fungsi peserta didik.
Terselenggaranya program bimbingan PKK yang baik sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan.
Kajian Data
Dokumentasi Pelaksanaan Praktik Klinik
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan RSUP
Dr. Sardjito yang disusun oleh Kelompok Kerja Keperawatan tahun 2004
menyebutkan pada poin tugas pembimbing klinik keperawatan, yaitu pembimbing
klinik memiliki wewenang untuk melaporkan hasil bimbingan ke Divisi Pendidikan
dan SDM.
Ruang Dahlia 5 digunakan sebagai tempat praktik mahasiswa keperawatan,
namun saat dilakukan observasi pada 28-29 Desember 2015 ada mahasiswa
keperawatan yang sedang praktik di ruang Dahlia5. Hasil wawancara dengan CI di
Dahlia 5 menyebutkan bahwa kegiatan bimbingan klinik tidak didokumentasikan
dalam buku khusus bimbingan yang dimiliki oleh bangsal, hanya terdapat buku
absensi dan buku pembagian jadwal dinas mahasiswa. Dokumentasi juga dilakukan
pada buku praktik yang dibawa oleh setiap praktikan.
Walaupun RSUP Dr. Sardjito adalah rumah sakit pendidikan, namun hal
tersebut bukan menjadi pengkajian utama saat akreditasi hospital teaching JCI.
Sehingga hal tersebut tidak ditekankan untuk dijalankan setelah akreditasi berakhir.
Kepatuhan Pembimbing Klinik terhadap Prosedur Pembelajaran
Pada Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan
RSUP Dr. Sardjito yang disusun oleh Kelompok Kerja Keperawatan tahun 2004
menyebutkan bahwa pre conference dan post conference dilakukan paling tidak 2 kali
seminggu. Menurut jadwal pre conference dijadwalkan pada hari Senin dan post
conference pada hari Jumat pada minggu pertama praktik. Dari hasil wawancara
dengan CI, pada 29 Desember 2015 menunjukkan metode kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan yaitu pre conference yang dijadwalkan dilakukan pada hari
pertama atau hari kedua minggu pertama mahasiswa praktikan masuk bangsal. Dari
hasil wawancara, didapatkan bahwa kegiatan ronde keperawatan dan bedside teaching
tidak pernah dilakukan.
Pencapaian Mahasiswa melalui Pre dan Post Test
Pre dan post test tidak dilaksanakan di Dahlia 5. Hal ini disebabkan karena
memang tidak ada aturan atau panduan teknis yang mengatur kegiatan tersebut.
Analisis Data
Data menunjukkan bahwa berdasarkan pemenuhan komponen mutu dari pembelajaran
keperawatan klinik, pendokumentasian kegiatan bimbingan klinik terdapat pada buku oleh
pembimbing klinik sendiri. Dari hasil observasi tidak ditemukan buku dokumentasi
bimbingan PKK. Dokumentasi hanya menggunakan buku absensi praktik mahasiswa dan
pembagian jadwal dinas serta dokumentasi yang diminta oleh institusi pendidikan dari mana
mahasiswa berasal. Dengan demikian tidak ditemukan data tingkat pencapaian praktikan
yang membandingkan sebelum mahasiswa belajar di Dahlia 5 dan sesudahnya.
Peningkatan suasana kerja yang kondusif serta pembri dukungan dari perawat
yang mempunyai posisi lebih tinggi, peningkatan hubungan interpersonal dapat
meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan Turn Over perawat sehingga
diperlukan rentang dukungan yang kontinyu bagi perawat sejak bekerja di unit rawat
atau tatanan pelayanan kesehatan lain.
Menurut Deny cit Fatiah, 1995, kepuasan kerja merupakan keadaan yang bersifat
individu. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai
dengan situasi nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek-aspek
dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu maka semakin tinggi tingkat
kepuasan yang dirasakan demikian pula sebaliknya. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh
karakteristik lingkungan kerja, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik pekerja.
Semakin tua usia karyawan maka lebih cenderung merasa puas karena semakin tinggi
jenjang pekerjaan karyawan.
Menurut Strauss dan Sayles, kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri.
Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai
kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan
seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah
dan bosan, emosinya tidak stabil, sering absent dan melakukan kesibukan yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan
karyawan yang mempunyai kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan
kehadiran dan perputaran yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat
karyawan, dan (kadang-kadang) berprestasi kerja lebih baik daripada karyawan
yang tidak memperoleh kepuasan kerja (Handoko, 2001).
Gomes (1995) menyatakan kepuasan kerja dari pegawai itu sendiri mungkin
mempengaruhi kehadirannya pada kerja, dan keinginan untuk ganti pekerjaan
juga bisa mempengaruhi kesediaan untuk bekerja. Kesediaan atau motivasi
seorang pegawai untuk bekerja biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus
menerus dan yang berorientasikan tujuan.
Faktor-faktor yang terlibat dalam kepuasan kerja adalah kemajuan,
pegakuan, tanggungjawab, perkembangan karir, dan pekerjaan itu sendiri. Hal
ini dikemukakan oleh Herzberg seperti dikutip oleh Frazer (1992). Faktor-faktor
yang disebut pemuas (Satisfier factors) tersebut jika dapat dioptimalkan akan
membantu perbaikan prestasi, menurunkan, mutasi, menunjang sikap toleran
dan kesehatan mental. Sedangkan factor lainya adalah penunjang kepuasan
(hygiene factors) antara lain kondisi kerja, upah/gaji, dan hubungan
antarpribadi. Jika factor ini tidak atau kurang memadai akan menyebabkan
ketidakpuasan diantara para karyawan. Sehingga menurut Hezberg cit Fatiah
(1967), peningkatan kualitas kerja akan memperbaiki kualitas pekerjaan.
Desain struktur dari organisasi formal, kebijakan, dan praktek-praktek sumber
daya manusia dalam organisasi, tingkatan stres di tempat kerja, kultur nasional
dan kultur internal dalam organisasi, semuanya akan berdampak pada kepuasan
kerja. (Mukhlas cit Fatiah, 2002).
Wesley dan Yulk (1997) juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya adalah :
1) Kompensasi
Sikap pekerja terhadap pembayaran yang diterimanya setelah dia
membandingkan dengan rekan lain baik didalam maupun diluar organisasi
tempat kerja.
2) Supervisi
Tanggapan bawahan terhadap perilaku atasan diwaktu memberikan
bimbingan.
3) Pekerjaan itu sendiri
Signifikasi pekerjaan, umpan balik dari pekerjaan itu sendiri (informasi
langsung dan jelas diperoleh dari pekerja atas efektifitas dan hasil
kerjanya).
4) Rekan kerja
Perilaku rekan kerja terhadap individu pekerja lain.
5) Keamanan kerja
Kepuasan pekerja dalam menduduki pekerjaanya selama kerja, termasuk
imbalan gaji, pinjaman, hari libur, fasilitas kesehatan, pensiunan dihari
depannya.
6) Kesempatan pengembangan diri
Kesempatan untuk maju atau berprestasi dalam jenjang karir.
Menurut Djojodibroto (1997) untuk memperoleh pelayanan asuhan
keperawatan yang baik diperlukan staf yang mempunyai dedikasi tinggi dan
komitmen terhadap tugas-tugas yang diberikan. Disamping komitmen yang ada
pada staf, diperlukan juga kepuasan kerja yang akan mendorong staf
melaksanakan komitmennya itu secara baik. Kepuasan kerja karyawanan dapat
mempengaruhi hasil mutu asuhan keperawatan yang diberikan.
Pekerjaan yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik pula. Sistem
penggajian pegawai RS haruslah :
Evaluasi Pengkajian
Score 0 10 52 195 38
c. Analisa data
Berdasarkan kajian data yang didapatkan dari pembagian kuesioner pada
15 orang perawat di ruang Dahlia V didapatkan gambaran bahwa sebagian
perawat di ruang Dahlia V menyatakan tidak puas sebesar 4%, Cukup puas
sebesar 21.2%, Puas 79.6% dan sangat puas 15.5% . pada pernyataan yang tidak
puas adalah pada pemberian tambahan atas suatu prestasi atau kerja ekstra.