Anda di halaman 1dari 3

Dalam menghadapi penyakit yang diderita, pasien hipertensi

membutuhkan dukungan keluarga. Dukungan yang diberikan oleh


keluarga akan membuat pasien merasa berharga karena masih ada orang
yang mencintai dan memperhatikan. Hubungan keluarga yang harmonis
akan memberikan ketenangan dan mengurangi bebanyang dirasakan
karena pada saat seseorang menghadapi tekanan dan kesulitan hidup
seseorang memerlukan orang lain untuk berbagi, mendengarkan atau
mencari informasi yang relevan. Sehingga dukungan keluarga dalam
bentuk dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan penghargaan
dan dukungan instrumental akan membuat pasien hipertensi memiliki
kepatuhan yang baik dalam pengendalian hipertensi Friedman (2010). Hal
ini sesuai dengan teori Feurerstein et al (1986) dalam Niven (2013) yang
menyatakan keluarga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat
menentukan tentang program pengobatan yang diterima.

Menurut hasil penelitian Thomas et al., (2011) melakukan


penelitian dengan menggunakan metode quasi exsperiment pada 457
lansia selama enam bulan. Hasilnya lansia memiliki faktor risiko
untuk masuk dalam kategori populasi rentan bukan hanya
disebabkan karena faktor penuaan akan tetapi kondisi sosial ekonomi
serta perawatan primer. Bahwa lansia melakukan perawatan dan
pengobatan, namun sebaliknya banyak sekali lansia yang mengalami
putus dalam pengobatannya sehingga lansia mengalami rentan
terhadap suatu penyakit. Perlunya akses pelayanan kesehatan primer
dan pecegahan penyakit kronis serta manajemen penyakit kronis
pada lansia. Domain untuk mendapatkan fasilitas kesehatan pada
lansia yaitu mulai dari faktor predisposisi tingkat pendidikan, nilai-
nilai dan keyakinan. Faktor pemungkin seperti tempat tinggal
perumahan, asuransi kesehatan, sarana dan pelayanan kesehatan dan
faktor penguat yaitu dukungan keluarga dan sosial. Namun bila
ketiga faktor tersebut tidak dipenuhi makan lansia dikategorikan
dalam kelompok rentan (vulnerable).

Populasi rentan yaitu terdiri dari rendahnya status kesehatan dan


kurangnya penggunaan fasilitas kesehatan (Stanhofe dan Lancaster (2016).
Karakteristik lansia yang menyebabkan lansia mengalami rentan
disebabkan oleh faktor sosial ekonomi, lingkungan dan faktor relatif.
Faktor sosial ekonomi seperti ketidakadekuatan sosial, pendidikan atau
ilmu pengetahuan dan ekonomi menyebabkan lansia tersebut rentan.
Lansia akan mengalami perubahan yang terjadi dalam kehidupan seperti
pensiun, kurangnya pendapatan, kurangnya dukungan antara sosial seperti
keluarga dan masyarakat, hal ini menyebabkan lansia menjadi rentan
untuk mengalami masalah kesehatan (Allender, Rector & Warner, 2012).

Faktor lingkungan seperti kurangnya akses kepelayanan


kesehatan, tidak adanya asuransi kesehatan dan transportasi
kesehatan. Faktor relatif atau umum seperti gaya hidup dan perilaku.
Gaya hidup seperti kebiasaan kesehatan individu secara personal
yang secara terus menerus dilakukan berkontribusi terhadap
kesakitan dan kematian. Gaya hidup seperti kurangnya olahraga,
jarang melakukan aktivitas, konsumsi rokok, alkohol, kurangnya
konsumsi sayur dan buahan kurang akan menyebabkan berbagai
penyakit (Kim, Sagar, Adams, & Whellan, 2009: Stanhope &
Lancaster, 2016). Adapun pengaruh perilaku seperti tidak melakukan
pemeriksaan awal kesehatan, terjadi kekerasan dan penyalahgunaan
obat Flaskerud dan winslow (1998 dalam Stanhope & Lancaster,
2016).

Anda mungkin juga menyukai