Anda di halaman 1dari 4

menentukan pemahaman konseptual yang dimiliki calon guru IPA terkait "de Broglie: Materi gelombang

"dan untuk menyelidiki efek dari instruksi yang dilakukan, pada pemahaman konseptual. Penelitian ini
adalah dilakukan di universitas negeri yang terletak di bagian barat Turki, dengan mahasiswa Fakultas
Pendidikan-Sains Mengajar (ke-2 tahun / 48 individu) pada tahun akademik 2010-2011. Penelitian ini
direncanakan sebagai desain pretest-posttest kelompok tunggal. Dua langkah pertanyaan digunakan
dalam penelitian, sebelum dan sesudah instruksi. Pelajaran dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran 7E di proses instruksi. Ketika semua hasil ini dievaluasi, dapat dikatakan bahwa
pemahaman konseptual calon guru tentang "de Broglie; gelombang materi" telah terjadi. Secara umum,
ketika semua bagian diperiksa, itu telah mengamati bahwa calon guru memiliki lebih banyak konsep
alternatif sebelum pengajaran dan lebih banyak konsep ilmiah setelah petunjuk. Dalam proses ini, selain
instruksi, para calon guru belum mengambil tempat dalam aplikasi yang berbeda mengenai konsep
dasar fisika kuantum. Oleh karena itu, telah ditentukan bahwa model pembelajaran 7E digunakan dalam
penelitian dan kegiatan yang termasuk dalam model pembelajaran 7E efektif dalam pemahaman
konseptual

Pada awal abad ke-20, ada perkembangan tak terduga yang dialami yang disebut revolusi oleh banyak
orang. Pada tahun 1900, Planck menciptakan gagasan yang memelopori teori kuantum. Setelah ini,
terutama pada 1900-an dan 1930-an, penelitian di bidang ini dipercepat dan teori baru yang disebut
mekanika kuantum menjadi cukup berhasil menjelaskan perilaku atom, molekul, dan inti. dipahami
hanya oleh para fisikawan bahwa cara kerja alam (Muller dan Wiesner, 2002).

Quantum physics is one of the most important fields in physics and even in science, in general. However,
the quantum physics is non-physical and the understanding of many subjects of it is quite difficult
(Steinberg, Wittman, Bao and Redisch, 1999)

Unnes

Menurut Yulianti dkk (2010), pelaksanaan pembelajaran fisika masih cenderung dilaksanakan dengan
menggunakan metode konvensional (ceramah) jadi kurang mengaktifkan siswa dalam proses belajar.
Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara materi yang mereka pelajari dengan
pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Menurut Nurhaeni (2011) Ilmu Fisika merupakan bagian dari
mata pelajaran pengetahuan alam yang mempunyai gejala-gejala alam.

Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri siswa sesuai
dengan perkembangannya dan lingkungannya. Siswa seharusnya tidak hanya belajar dari guru atau
pendidik saja, tetapi dapat pula belajar dari berbagai sumber belajar yang tersedia di lingkungannya
( Prastowo, 2012: 1).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan sebuah model pembelajaran yang lebih
mengaktifkan siswa dan sesuai dengan kurikulum saat ini. Model pendekatan kontekstual atau
Contextual Teaching and Learning merupakan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Model pendekatan
kontekstual dapat dikembangkan menggunakan beberapa metode pendukung. Salah satunya dengan
menggunakan metode Think Pair Share (TPS). Siswa akan saling membantu dalam kegiatan diskusi dan
metode ini akan lebih mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII
SMP Negeri 30 Semarang. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII C sebagai kelas eksperimen
dan VII B sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran kontekstual
dengan metode Think Pair Sharesedangkan kelas kontrol menggunakan metode demonstrasi . Uji
homogenitas dan uji normalitas digunakan untuk menunjukkan bahwa obyek penelitian dalam keadaan
homogen dan terdistribusi normal.Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tahap pertama
dilaksanakan pretest kemudian kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran kontekstual dengan
metode Think Pair Share, sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran dengan metode
demonstrasi. Pada tahap selanjutnya pada kelas eksperimen dan kontrol dilaksanakan posttest untuk
evaluasi.

1. Peningkatan pemahaman konsep pada model CPS mengalami peningkatan sebesar 0,70, sementara
pada model PS sebesar 0,64. Kedua nilai gain menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep
yang lebih tinggi pada model CPS dari model PS. Dapat disimpulkan bahwa moddel CPS dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa.

2. Pemahaman konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran dengan teknik pemecahan
masalah, yaitu CPS dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, tetapi tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam peningkatan pemahaman konsep. Jadi, CPS dan PS samasama dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa.

3. CPSlebih efektif mengembangkan keterampilan komunikasi lisan siswa. Skor rata-rata keterampilan
komunikasi siswa dengan model pembelajaranCPS lebih baik dari skor rata-rata keterampilan
komunikasi siswa yang menggunakan model pembelajaranPS. Keterampilan komunikasi siswa pada
model pembelajaran CPStergolongsangat baik, sedangkan pada model PSmasih dalam kategori baik.

UM

Abad 21 telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menetahui kesulitan-kesulitan dalam mempelajari
fisika (Duit, 2007). Kesulitan tersebut dapat terjadi pada semua jenjang, baik SMA hingga mahasiswa
fisika. Banyak kemungkinan yang menyebabkan kesulitan siswa, di antaranya siswa salah dalam
membingkai konsepsinya ketika ia mengikuti pelajaran (Halim et al., 2014; Saifullah et al., 2017) atau
mereka tidak memahami konsep dasarnya sebelum mempelajari konsep berikutnya (Turányi & Tóth,
2013). Kondisi demikian dinyatakan bahwa siswa mengalami miskonsepsi (Docktor & Mestre,
2014).Menurut teori miskonsepsi atau naïve theory, siswa yang mengalami hal tersebut akan sulit
diubah pemikirannya. Siswa yang mengalami miskonsepsi cenderung resistan dan sulit untuk menerima
konsep baru yang benar (Docktor Mestre, 2014). Dalam fisika, miskonsepsi juga sangat resisten
meskipun telah diberikan pembelajaran dalam pembelajaran fisika secara formal (Hung & Jonassen,
2006). Menurut Saifulloh (2017) banyak topik yang melakukan penelitian untuk mengidentifikasi
kesulitan dalam bidang

fisika, diantaranya mekanika, dinamika rotasi kelistrikan dan kemagnetan. Dewasa ini topik kemagnetan
menjadi intens diteliti karena banyak menimbulkan kesulitan dan miskonsepsi pada siswa (Albe et al.,
2014; Guisasola, et al., 2013). Beberapa ahli menganalisis kesulitan mahasiswa pada konsep induksi
elektromagnetik, khususnya hukum Faraday melalui berbagai teknik pengajaran (Galili et al., 2006; Kuo
& Wieman, 2016; Salehi, et al., 2015). Hasil kajian lebih lanjut juga menyatakan bahwa pemahaman
siswa tentang konsep induksi elektromagnetik masih rendah (Guisasola et al., 2013; Thong & Gunstone,
2008; Zuza et al., 2014).Pemahaman konsep fisika yang baik, khususnya konsep induksi elektromagnetik
mutlak dimiliki oleh siswa. Hal tersebut dikarenakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran ini
adalah untuk memfasilitasi siswa menguasai konsepkonsep fundamental dan dapat menerapkannya
dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari (Saifullah et al., 2017). Penelitian ini merupakan studi
diskiptif yang dilakukan 102 mahasiswa yang telah menempuh matakuliah elektromagnetik. Responden
tersebut terdiri atas 57 mahasiswa yang menempuh perkuliahan sarjana dan 45 mahasiswa yang
qzqqmenempuh perkuliahan pascasarjana di jurusan pendidikan Fisika. Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data tersebut adalah teknik survei. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes
pemahaman konsep tentang induksi elektromagnetik sebanyak tiga butir. Responden diminta menjawab
soal dengan memilih salah satu opsi jawaban dan menuliskan alasan pemilihan jawaban tersebut.
Kesinkronan antara pemilihan opsi jawaban dan alasan yang menyertai digunakan untuk menganalisis
kesulitan yang dialami mahasiswa. Uraian alasan juga bertujuan untuk mengetahui alur pemikiran
mahasiswa saat memilih opsi jawaban tersebut. Analisis data dilakukan dengan memberikan persentase
nilai jawaban benar yang dicapai oleh responden. Alasan pemilihan jawaban dianalisis dengan metode
konstan komparatif, yaitu dengan memberikan label pada alasan jawaban yang memiliki maksud yang
sama. Hasil analisis alasan ini merepresentasikan pemahaman konseptual mahasiswa pendidikan Fisika
pada konsep induksi elektromagnetik.

Berdasarkan survei dengan memberikan tiga permasalahan konseptual induksi elektromagnetik soal
pada 102 mahasiswa Pendidikan Fisika diketahui bahwa pemahaman konsepnya belum merata. Merujuk
pada Gambar 1 yang menunjukkan pada soal dengan konsep yang sama, pencapaian jawaban benar dari
beberapa responden berbeda. Persentase yang kurang dari 25% menunjukkan bahwa responden belum
memahami konsep dengan baik, sedangkan persentasi yang melampaui 75% bisa dinyatakan bahwa
responden memahami konsep tersebut dengan baik. Hasil ini juga mencerminkan masih terdapat
kesulitan dalam memahami konsep Fisika oleh mahasiswa pendidikan Fisika setelah mempelajari konsep
tersebut pada jenjang sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai