Anda di halaman 1dari 7

Pengetahuan Ilmiah dan Ilmiah

Tugas Wawasan dan Kajian MIPA

Disusun Oleh :
Arti Rimasani (19307144018)
Elang Seta Wiratama (19307144021)
Sekar Ayuning Tyas (19307141038)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
Pengetahuan Ilmiah dan Non-Ilmiah

Pengetahuan Ilmiah adalah pengetahuan yang pola pikirnya secara logis dan empiris.
Logis adalah masuk akal dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta
yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengetahuan ilmiah memiliki cara berfikir tertentu yang
disebut dengan cara berfikir ilmiah yaitu kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan
deduksi. Deduksi adalah cara berfikir yang menghasilkan sebuah kesimpulan, didapat dari
pola pikir secara umum kemudian ditarik ke permasalahan yang lebih khusus. Sedangkan
induksi adalah cara berfikir yang menghasilkan suatu kesimpulan, didapat dari pola pikir
secara khusus kemudian dijabarkan menjadi hal-hal yang umum. Kebenaran pengetahuan
ilmiah dapat diperoleh dari metode ilmiah. Sedangkan pengetahuan non-ilmiah adalah
pengetahuan yang melibatkan akal sehat, perasaan, prasangka dan intuisi. Kebenarannya
dapat diperoleh tampa melalui prosedur ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah lebih banyak
mengaitkan kehidupan masyarakat sehari-hari, interaksi hewan dan manusia, sehingga intuisi
menjadi hal pokok dan penting. Pengetahuan non-ilmiah bisa berupa mitos-mitos yang
tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat secara luas dan secara turun temurun terus
diyakini kebenarannya meskipun tanpa adanya bukti-bukti pendukung yang dapat
memperkuat kebenaran hal tersebut.
Kriteria dari pengetahuan ilmiah dapat dilihat dari beberapa hal, seperti perumusan
masalah yang jelas dan spesifik, jawaban permasalahan didasarkan pada data konkret, dapat
diamati dan diukur secara empiris, proses pengumpulan, analisis data, dan pengambilan
keputusan berdasarkan logika yang benar, serta kesimpulan dapat dipertanggungjawabkan
(siap diuji oleh orang lain). Pengetahuan ilmiah juga diperlukan langkah-langkah dalam
pengambilan data-data untuk pengujian hipotesis yang disebut dengan metode ilmiah.
Metode ilmiah terdiri dari merumuskan masalah, menemukan hipotesis, menetapkan variabel
penelitian, menetapkan prosedur kerja, mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis
data, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Hal tersebut
menyebabkan pengetahuan ilmiah bersifat terstruktur.
Kriteria dari pengetahuan non-ilmiah dapat dilihat dari beberapa hal, seperti
perumusan kabur atau abstrak, masalah tidak selalu diukur secara empiris dan dapat bersifat
supranatural atau dogmatis (sikap atau perilaku seseorang yang didasari oleh kepercayaan
tertentu dan tidak dapat diubah sehingga orang tersebut tidak toleran dengan keberadaan hal
yang lain), jawaban tidak diperoleh dari hasil pengamatan data, keputusan tidak didasarkan
pada hasil pengumpulan dan analisis data secara ilmiah, kesimpulan bersifat permanen karena
hal itu sudah tertanam kuat dalam pola pikir masyarakat, sumber pengetahuan didasarkan
pada intuisi dan emosi manusia dalam menanggapi suatu kejadian di masyarakat.
Pengetahuan non-ilmiah tidak didasarkan pada metode ilmiah.
Sehingga sudah sangat jelas terlihat perbedaan antara pengetahuan ilmiah dengan
pengetahuan non-ilmiah. Jika dilihat dari sumbernya pengetahuan ilmiah bisa dipercaya
dengan adanya eksperimen yang ditunjukkan dengan bukti-bukti seperti jurnal. Sedangkan
pengetahuan non-ilmiah tergantung pada kepercayaan tiap-tiap individu dalam menyikapi
suatu kejadian.
Pengetahuan non-ilmiah merupakan hasil serapan indra terhadap pengalaman hidup
sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya. Pengetahuan non-ilmiah
tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah. Menurut Soejono Soemargono
(1983) dalam ilmu filsafat suatu pengantar (Surajio, 2005:59), pengetahuan non-ilmiah
diperoleh dengan landasan bukan dari kaedah-kaedah keilmiahan yang diakui dunia sains.
Pengetahuan ini hidup dalam hati manusia yang mengetahui sesuatu, tetapi tidak didapatkan
dari eksperimen, melainkan dari perasaan, firasat, dan pemahaman manusia terhadap suatu
obyek dalam pengalaman hidupnya, baik yang terjadi dimasa lalunya muapun dimasa yang
akan datang. Pengetahuan tersebut muncul melalui instrument indrawi, pengecapan lidah,
pembauan, dan perabaan kulit., sehingga pengetahuan ini bersifat subyektif, spekulatif,
ekspresif, dan aktif. Subyektif, sebab pengetahuan non-ilmiah tidak dapat ditelusuri
obyektivitasnya oleh orang lain setinggi apapun pendidikannya. Spekulatif, sebab
pengetahuan ini didasarkan pada ide subyektif yang tidak jelas secara empiris. Ekspresif,
sebab merupakan ungkapan yang ada dalam hati seseorang. Dikatakan aktif sebab
pengetahuan ini umumnya selalu ada dan sulit untuk diubah, apalagi diluruskan oleh individu
lain yang tidak terlibat dalam proses perolehan ilmu non-ilmiah ini.
Ilmu Intuitif yaitu pengetahuan yang diperoleh dari wangsit atau ilham yang datang
dari alam metafisik atau cenderung gaib. Penerima pengetahuan ini tidak menjajaki dan
menelusuri urutan kejadian yang membawa berita dan terlibat dalam lahirnya obyek intuisi
ini. Umumnya pengetahuan ini menjadi pedoman dan petunjuk tetntang sesuatu yang akan
terjadi dimasa depan, misalnya ramalan. Pengetahuan intuitif ini juga memliliki kategori dan
ciri pengetahuan non-ilmiah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa salah satu sumber
pengetahuan non-ilmiah adalah hasil intuisi.
Dalam hal pengambilan keputusan, maka pengetahuan non-ilmiah dapat dijadikan
sebagai salah satu pegangan pengambilan keputusan. Meskipun pengetahuan ini belum
diketahui lebih spesifik, namun tetap saja banyak manusia yang percaya dan
menggunakannya sebagai pedoman dalam bertindak dan menerapkannya dalam kehidupan
bermasyarakat. Yang paling sering kita jumpai yaitu kepercayaan terhadap mitos. Masyarakat
yang menggunakan pengetahuan non-ilmiah atau mitos ini biasaanya memiliki tingkat sopan
santun yang baik, karena apa yang mereka yakini pasti mengarah pada kebaikan dan
mengajarkan tentang bagaimana tata cara bermasyarakat. Mitos dalam masyarakat ini
terkadang juga berupa ramalan, dan ramalan yang diyakini sebagian besar masyarakat adalah
baik. Mitos juga berkaitan dengan adat istiadat yang mempengaruhi kontrol sosial dalam
masyarakat. Masyarakat yang kehidupannya memang benar-benar diatur oleh adat istiadat
seperti masyarakat Bali, akan lebih menghormati mitos sebagai segala sesuatu yang hidup
dan mengatur kehidupan masyarakat. Masyarakat yang sudah terpaku dan berpedoman dalam
adat istiadat, mereka akan sulit sekali untuk menerima teknologi hasil dari ilmu pengetahuan
yang sudah ada. Jangankan ilmu pengetahuan, bahkan mereka tidak mau menurut pada
ideologi negara. Padahal mereka tinggal dalam kawasan suatu negara, dan sebagai warga
negara, mereka terkadang melalaikan bahkan menentang aturan-aturan bernegara dan lebih
menurut pada pemangku adat yang dianggap sebagai orang yang lebih penting daripada
kepala negara.
Pada dasarnya pengetahuan non-ilmiah yang dijadikan pedoman dalam pengambilan
suatu keputusan tak jarang berfungsi untuk menjaga kearifan lokal yang berada di suatu
daerah supaya tidak rusak oleh perilaku atau tindakan sewenang-wenang masyarakat. Hal ini
yang kemudian menjadi pedoman masyarakat dalam bertindak dan berperilaku yang secara
turun temurun terus diterapkan. Hal ini dapat berupa larangan atau peringatan-peringatan
untuk tidak melakukan sesuatu di kawasan tertentu yang biasa disebut dengan “kawasan
larangan” atau sejenisnya.
Contoh dari bentuk kearifan local yang bersumber dari pengetahuan non-ilmiah antara
lain :
1. Hutan Larangan Adat (Desa Rumbio Kec. Kampar, Prov. Riau)
Kearifan lokal ini dibuat dengan tujuan agar masyarakat sekitar bersama-sama
melestarikan hutan disana, dimana ada peraturan untuk tidak boleh menebang pohon di
hutan tersebut.
2. Sistem Sasi (Maluku dan Papua)
Sistem sasi adalah pengaturan waktu bagi penduduk setempat untuk mengambil hasil laut
di wilayah adatnya. Penduduk hanya boleh menangkap ikan pada saat-saat tertentu.
Dengan demikian, flora dan fauna laut bisa berkembang biak dengan baik.

Hutan Larangan Adat Rumbio

Sistem Sasi Maluku dan Papua


Daftar Pustaka
Suharyanto, Agung. (2017). Ilmu Pengetahuan, Metode Ilmiah, dan Penelitian. Universitas
Medan Area : Medan.
https://www.academia.edu/7247128/MITOS_DALAM_MASYARAKAT_PENGETAHUAN_NON_ILMIAH
_SEBAGAI_ALASAN_PERILAKU_ILMIAH_DAN_KONTROL_SOSIAL

Anda mungkin juga menyukai