Anda di halaman 1dari 9

BAB II dibuktikan dengan akte kelahiran yang otentik,

yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang”.


PEMBAHASAN Apabila akte kelahiran itu tidak ada, maka
Pengadilan dapat mengeluarkan penetapan
A. RUANG LINGKUP HUKUM KELUARGA
tentang asal usul anak itu. Atas penetapan
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Pengadilan itu, maka Pegawai Pencatat
ruang lingkup diartikan sebagai “luasnya subjek kelahiran dapat mengeluarkan akte kelahiran
yang yang tercakup”. Bisa juga diartikan sebagai terhadap anak itu. Di dalam pasal 42 dinyatakan
sesuatu yang berkaitan dengan sesuatu tersebut. bahwa “anak yang sah adalah anak yang
Ruang lingkup hukum keluarga islam berarti dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan
luasnya subjek yang tercakup dalam hukum yang sah. Seorang anak yang dilahirkan di luar
keluarga islam atau segala sesuatu yang berkaitan perkawinan hanya mempunyai hubungan
dengan hukum keluarga islam. perdata dengan ibunya serta keluarga ibunya.

Ruang lingkup hukum keluarga ini ada tiga  Kekuasaan Orang Tua (Puderlick Macht)
bagian yaitu; perkawinan,putusnya perkawinan,dan
Masalah kekuasaan orang tua yang berupa
harta benda dalam perkawinan.
hak dan kewajiban menurut pasal 45 Undang-
Secara luas Hukum Keluarga mencakup atas: undang Nomor 1 Tahun 1974 dinyatakan bahwa

 Keturunan “kedua orang tua wajib untuk memelihara dan


mendidik anak-anak mereka dengan sebaik-
Masalah keturunan menurut Undang-undang baiknya”.
Nomor 1 Tahun 1974 ditentukan dalam pasal 55
nya bahwa “Asal usul seorang anak hanya dapat
Semua anak yang masih dibawah umur (belum (misalnya:pemborosan, pendidikannya
berumur 21 tahun atau belum kawin tidak baik dan sebagainya).
sebelumnya) berada dibawah kekuasaan orang
Anak dibebaskan dari kekuasan orang
tua. Artinya, bahwa selama si anak itu belum
tua karena terlalu nakal hingga orang tua
dewasa orang tua mempunyai kewajiban
tidak mampu menguasai dan mendidik.
alimentasi yaitu kewajiban untuk memelihara,
mendidik, memberi nafkah hingga anak-anak itu
dewasa atau sudah kawin. Sebaliknya si anak
juga wajib patuh terhadap orang tua dan apabila
anak itu telah berkeluarga wajib membantu  Perwalian (Voogdij)
perekonomian orang tua yang tidak mampu
Masalah perwalian diatur dalam pasal 50,
menurut garis lurus keatas.
51, 52, 53, dan 54 Undang-undang Nomor 1
Dalam melakukan kekuasaan orang tua, bapak Tahun 1974. Seorang anak yang belum
atau ibu mempunyai hak menguasai kekayaan mencapai usia 18 tahun atau belum pernah
anaknya dan berhak menikmati hasil dari menikah, yang tidak berada di bawah kekuasaan
kekayaan itu. kekuasaan orang tua berakhir orang tua, maka berada di bawah kekuasaan
apabila. wali.

1. Anak telah dewasa atau telah kawin. Pada dasarnya anak yatim piatu atau anak
2. Perkawinan orang tua putus. dibawah umur yang tidak berada dalam
3. Kekuasaan orang tua dicabut oleh hakim, kekuasaan orang tua memerlukan bimbingan
karena alasan tertentu dan pemeliharaan. Karena itu perlu ditunjuk
wali yaitu orang atau yayasan-yayasan yang
akan mengurus keperluan dan kepentingan Pendewasaan merupakan suatu pernyataan
hukum anak-anak tersebut. bahwa seseorang yang belum mencapai usia
dewasa atau beberapa hal tertentu dipersamakan
Hakim biasanya menetapkan seorang wali yang
kedudukan atau hukumnya dengan seorang yang
masih ada hubungan darah terdekat dengan si
telah dewasa. Misalnya dalam hal mengurus
anak, atau ayah dari anak itu yang oleh karena
perusahaan, pendewasaan itu dapat diberikan
sesuatu hal perkawinannya yang dianggap cakap
atas keputusan Pengadilan bagi yang telah
untuk itu. Namun demikian , hakim juga dapat
berusia 18 tahun.
menetapkan seseorang atau perkumpulan
misalnya yayasan sebagai wali. Perwalian dapat  Pengampuan ( Curatele)
terjadi karena :
Orang yang perlu ditaruh dibawah
a. Perkawinan orang tua putus baik karena pengampuan atau pengawasan (curatele) adalah
kematian atau karena perceraian. orang-orang yang sudah dewasa tetapi tidak
b. Kekuasaan orang tua dicabut atau dapat mengurus kepentingannya sendiri dengan
dibebaskan. baik. Mereka yang demikian itu, misalnya:

Dalam keadaaan yang disebut terakhir ini hakim a. Orang sakit ingatan.
mengangkat seorang wali yang disebut dengan b. Orang yang pemboros.
“wali pengawas”. Wali pengawas di Indonesia c. Orang yang lemah daya.
dijalankan oleh Balai Harta Peninggalan. d. Orang yang tidak mampu mengurus
kepentingannya sendiri dengan baik,
 Pendewasaan (Handlichting)
misalnya orang yang sering menggangu
keamanan atau kelakuannya buruk sekali.
Orang ditaruh dibawah pengampuan Hukum perkawinan adalah keseluruhan
biasanya diminta oleh suami atau istri, keluarga peraturan-peraturan yang berhubungan
sedarah, atau kejaksaan. Dalam hal orang yang dengan suatu perkawinan.
lemah daya, yang dibenarkan meminta
2. Hukum kekayaan
pengawasan adalah orang yang bersangkutan,
kurator, atau pengampuan ditetapkan oleh hakim Hukum Kekayaan dalam Perkawinan adalah
dengan mengangkat suami atau istri atau orang keseluruhan peraturan-peraturan yang
lain diluar keluarga atau perkumpulan dan berhubungan dengan harta kekayaan suami
disertai pengampu pengawas, yaitu balai harta dan istri di dalam perkawinan.
peninggalan. Pengampuan terhadap orang itu
B. PENGELOMPOKAN HUKUM KELUARGA
(kuradus) berakhir apabila alasan-alasan untuk
MENURUT PARA ULAMA FIKIH
dimasukannya seseoorang dibawah curatele
sudah tidak ada. Ada beberapa pendapat dari para ulama fikih
dalam membagi atau mengelompokkan ruang
 Perkawinan
lingkup hukum keluarga islam. Mereka mempunyai
Satu bagian yang amat penting di dalam pendapat tersendiri dalam setiap
Hukum Kekeluargaan adalah Hukum pengelompokannya.
Perkawinan.
Dibawah ini adalah beberapa pendapat dan
Hukum Perkawinan di bagi dalam dua bagian : ringkasannya dari setiap pendapat ulama fikih.

1. Hukum perkawinan 1. Ibn Jaza Al Maliki (seorang ulama dari mazhab


Maliky)
a. Perkawinan dan perceraian
b. Wakaf (al-waqf atau al-habs) d. Uqubah : hukum yang mengatur tentang
c. Wasiat keselamatan dan jaminan jiwa dan harta
d. Fara’id (pembagian harta pustaka) benda, urusan public dan kenegaraan.

Ke-lima ini beliau masukkan dalam kelompok


3. Mustafa Ahmad al-Zarqa (ulama kontemporer)
muamalah dan masing-masing berdiri sendiri
a. Ibadah : hukum yang mengatur hubungan
diantara 24 bahasan lainnya.
Allah dengan manusia, seperti sholat
b. Hukum keluarga (al-ahwal al-shakhsiyah)
hukum perkawinan (nikah), perceraian
2. Ulama Syafi’iyah
(talak, khuluk dll), nasab, nafkah, wasiat,
Mereka menjadikan hukum keluarga menjadi dan waris.
bahasan tersendiri, dengan nama bab c. Mu’amalat : hukum yang mengatur
“munakahat”. Bab ini menjadi bagian tersendiri hubungan manusia dengan manusia yang
dari empat bagian, yakni: berkenaan dengan harta (al-amwal), hak, dan
pengelolaan harta (al-tashorruf) dengan jalan
a. Ibadah : hukum yang mengatur antara
transaksi (akad) dan jalan lainnya.
manusia dengan Allah
d. Hukum kenegaraan (al-ahkam al-
b. Muamalah : hukum yang mengatur hubungan
sulthaniyah) : hukum yang mengatur
antara sesama manusia dibidang kebendaan
hubungan pemimpin dengan rakyat, serta
dan pengalihannya
hak dan kewajiban rakyat dan pemimpin.
c. Munakahat : hukum yang mengatur antara
e. ‘Uqubah : hukum yang mengatur tentang
hubungan antar anggota keluarga
pemberian sanksi bagi orang-orang yang
melakukan pelanggaran dan tindak pidana b. Bidang perdata (ahkam al-madniyah):
untuk menjaga ketertiban dan keamanan hukum mu’amalah individual, seperti jual
manusia secara kolektif beli, pinjam meminjam dan sejenisnya,
f. Al-huquq al-dualiyah : hukum yang tujuannya adalah untuk mengatur hubungan
mengatur hubungan bilateral (dua negara) kebendaan individual dan jaminan hak.
dan multilateral (banyak negara) c. Bidang pidana (ahkam al-jinaiyah): hukum
g. Fiqih akhlaq (al-adab) : hukum yang yang berkaitan dengan kepidanaan,
mengatur keutamaan pergaulan dan bertujuan untuk menjamin kehidupan
hubungan manusia dengan manusia.[3] manusia dan harta.
d. Bidang peradilan (ahkam al-murofa’at):
4. ‘Abd al-Wahhaf Khallaf (ulama kontemporer) berkaitan dengan proses peradilan, saksi dan
sumpah, bertujuan untuk menjamin
Mengelompokan hukum dalam Al Qur’an
terciptanya keadilan antar sesama manusia.
menjadi 3 kelompok : akidah, akhlak dan
e. Bidang perundang-undangan (ahkam al-
muamalah. Kemudian membagi muamalah
dusturiyah): bertujuan untuk memberikan
menjadi dua kelompok besar : ibadah dan
batasan antara hakim dan orang berperkara,
muamalah. Kemudian membagi muamalah
dan menetapkan batasan antara hak individu
dalam 7 bidang, yaitu:
dan sosial.
a. Bidang hukum keluarga (ahkam al-ahwal f. Bidang bilateral dan multilateral (ahkam al-
al-syakhsiyah) : hukum yang mengatur duwaliyah): hukum yang berkaitan dengan
hubungan keluarga, yang dimulai dari awal masalah hukum kenegaraan
pembentukan keluarga.
g. Bidang ekonomi dan kekayaan (ahkam al- f. Pendayagunaan kekuatan umat (al-ummatu
iqtisadiyah wa al-maliyah): hukum yang fi al-islam)
mengatur hak antara pemberi (orang
kaya/aghniya) dan peminta-minta (al-sail) 6. Wahbah al-Zuhaili menjadikan hukum keluarga
dalam kaitannya dengan harta kekayan, islam bab tersendiri. Dalam kitab al-Mughniyah
mengatur penyaluran dan pengelolaan harta, membahas dua bahasan pokok yakni:
tujuannya untuk mengatur hubungan orang 1) al-ibadat,
kaya dan miskin, antara hak negara dan 2) al-ahwal al-syakhsiyah
pribadi.
Adapun cakupan yang mengatur kehidupan
keluarga menurut pandanngan umumnya
5. Mahmud syaltut membagi syari’ah menjadi 6,
ahli hukum islam (fuqoha) dalam kitab-kitab
yaitu:
fiqih adalah:
a. Ibadah
b. Keluarga dan waris (nidzam al-usrah wa al- a. Tata cara meminang
mawarits) b. Syarat-syarat dan rukun-rukun nikah
c. Harta dan perwakilan (al-amwal wa al-  Akad nikah
mubadalat)  Wali nikah
d. Jaminan keselamatan jiwa dan harta (al-  Saksi dalam perkawinan
uqubat)  Mempelai
e. Perdata kebendaan dan pidana dalam islam  Ijab dan qabul
(al-mas’uliyat al-madaniyah wa al-jinaiyah
c. Mahar
fi al-syari’ah al-islamiyah)
d. Mahram/muhrim
e. Nikah yang sah dan nikah yang tidak sah a. perkawinan,
f. Hak dan kewajiban suami/isteri b. perceraian,
g. Nafkah c. warisan
h. Perceraian 2) Bahasan yang mencakup 4 pokok bahasan
i. Iddah yaitu :
j. Ruju’ a. perkawinan,
k. Hubungan anak dan orang tua b. perceraian,
l. Pemeliharaan dan pendidikan anak c. warisan,
(hadhanah) d. wakaf
m. Subyek-subyek yang berhubungan 3) Bahasan yang mencakup 5 bahasan yaitu :
dengan kehidupan rumah tangga, dan a. perkawinan,
n. Masalah waris b. perceraian,
 Ahli waris c. warisan,
 Besarnya bagian d. wasiyat,
 Aul dan rad, dan e. wakaf
 Hibah 4) Bahasan yang mencakup 6 pokok bahasan
yaitu :
Dengan ringkas, cakupan Hukum Keluarga
a. perkawinan,
Islam dalam kitab-kitab fikih konvensional dapat
b. perceraian,
dikelompokkan menjadi 4 yakni
c. warisan,
1) Bahasan yang hanya mencakup 3 pokok d. wasiyat,
bahasan, yaitu: e. wakaf
f. perwalian 4. Pemeliharaan dan pengasuhan anak (hadanah).
5. Penyelesaian urusan harta akibat waris mewaris,
Dengan demilkian dari berbagai pendapat
yang mencakup:
tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa cakupan
a. waris
Hukum Keluarga Islam yaitu:
b. wasiyat
1. Perkawinan, yang mencakup: c. wakaf
a. Peminangan d. transaksi penyerahan atau penerimaan lain
b. Syarat dan rukun nikah, termasuk mahar,
Adapun Undang-Undang yang mencakup
mahram dan status nikah (sah atau tidak sah)
seluruh aspek dalam perkawinan dan perceraian
2. Kehidupan rumah tangga, mencakup:
adalah cakupan Undang-Undang No.1 tahun 1974.
a. hak dan kewajiban suami, isteri, dan anak, yang
berarti masuk juga hubungan orang tua dan
anak
b. nafkah
3. Perceraian, yang berarti proses penyelesaian
masalah rumah tangga, yang mencakup:
a. shiqaq dan nusyuz (percekcokan dan ada yang
durhaka/membangkangisteri)
b. khuluk dan talak (inisiatif untuk cerai, baik dari
isteri (khuluq) atau suami (talaq)
c. ‘iddah (masa menunggu bagi isteri) dan ruju’
(hak kembali, tidak jadi pisah/cerai).

Anda mungkin juga menyukai