Anda di halaman 1dari 14

Nama Kelompok :

Muhammad Hafizh Anshary:

Muhammad Fahrozi Abdillah:

Fauzan Suryo Andhika.P:

Pengauditan 1 / I

Definisi Etika
Etika merepresentasikan serangkaian prinsip prinsip moral, aturan-aturan perilaku (rules of
conduct), atau nilai-nilai. Etika merupakan disiplin ilmu mengenai nilai-nilai yang terkait dengan
perilaku individu, berhubungan dengan kebenaran dan kesalahan atas tindakan-tindakan tertentu,
serta kebaikan dan keburukan dari beberapa motif yang berujung pada tindakan-tindakan
tersebut. Etika digunakan ketika seseorang individu perlu mengambil keputusan dari berbagai
alternatif yang terkait dengan prinsip-prinsip moral.
Perilaku yang beretika merupakan hubungan bagi masyarakat agar situasi yang ada tetap
berjalan baik. Kebutuhan etika di dalam masyarakat cukup penting, yang mana terdapat banyak
nilai etika yang umumnya diadaptasi menjadi undang-undang. Namun, sebagian besar dari nilai-
nilai etika di masyarakat, seperti integritas, loyaliutas, dan upaya untuk mencapai keunggulan
(pursuit of excellence) tidak dapat disertakan menjadi undang undang dengan ditetapkanya kode
etik, suatu profesi diasumsikan dapat mendisiplinkan dirinya sendiri melebihi apa yang
ditentukan dalam undang-undang.

Sejarah Etika
Filsuf saat ini biasanya mengelompokkan teori-teori etika ke dalam 3 area subjek umum, yakni
meta-etika, etika normatif, dan etika terapan.
Meta-etika menginvestigasi darimana prinsip prinsip etika kita berasal, dan apakah
maksud dari prinsip-prinsip tersebut? Apakah prinsip prinsip ini hanya temuan-temuan sosial?
Apakah prinisip prinisp ini melibatkan lebih banyak ekspresi emosi individual kita? Jawaban
jawabn meta etika terhadap sejumlah pertanyaan tersebut berfokus pada beberapa hal terkait
kebenaran universal, kehendak tuhan, dan pembenaran dalam penilaian etika, serta pengertian
dari istilah etika itu sendiri.
Etika normatif melakukan tugas yang lebih praktis, yakni untuk mncapai standar standar
moral yang dapat meregulasi perilaku benar dan salah. Hal ini mungkin menyertakan artikulasi
atas kebiasaan baik yang harus kita miliki, kewajiban-kewajiban yang seharusnya kita kerjakan,
atau konsekuensi dari perilaku kita kepada orang lain.
Terakhir, etika terapan termasuk melakukan pemeriksaan/pengujian terhadap hal-hal
kontroversial secara spesifik, seperti aborsi, pembunuhan bayi, hak-hak binatang permasalahan
lingkungan, homoseksualitas, hukuman mati,atau perang nuklir. Dengan menggunakan alat-alat
konseptual dari meta etika dan etika normatif, pembahasan-pembahasan di etika terapan
mencoba menyelesaikan hal-hal kontroversial tersebut.

Etika dalam Profesi Akuntan


Sikap dan perilaku dari para akuntan profesional dalam memberikan jasa pengauditan dan jasa
asurans berdampak pada kesejahteraan perekonomian masyarakat dan negara.
Hal yang membedakan sebuah profesi adalah penerimaan tanggung jawabnya terhadap
publik. Oleh karena itu, standar-standar profesi akuntan sangat ditentukan oleh kepentingan
publik, sehingga dapat dikatakan dalam akuntasmi bahwa “publik dan phak yang diaudit
merupakan klien dari para akuntan, sementara produk utamanya adalah kredibilitas.”

Tujuan-Tujuan Akuntansi
Dalam konteks ini, Internasional Ethics Standards Board of Accountants (IESBA) menetapkan
kode etik bagi para akuntan profesional (code of Ethics for Professional Accountants) yang
menyatakan bahwa merupakan tanggung jawab auditor untuk mengambil tindakan dengan
memperhatikan kepentingan publik-hal ini merupakan hal yang membedakan profesi akuntan.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, kode etik menyarankan beberapa prinsip dasar
bagi para akuntan profesional, serta bagi pihak-pihak yang mendapatkan penugasan untuk
menyusun laporan yang akan didiskusikan.

Kode Etik Internasional ethics standards board of accountants (IESBA) bagi para
akuntan profesional
Panduan mengenai etika yang ditetapkan oleh (IESBA) berasal dari laporan rekomendasinya ke
IFAC Board setelah melalui riset dan eksposur yang sesuai atas draf panduan tersebut. Kode etik
menerapkan standar-standar berperilaku bagi para akuntan profesional dan menyatakan prinsip-
prinsip dasar yang seharusnya dipertimbangkan oleh para akuntan profesional dalam upaya
untuk mencapai tujuan-tujuan umum. Kode etik terdiri atas tiga bagian berikut :
 Bagian A menetapkan prinsip-prinsip dasar (fundamental principles) etika profesional bag
para akuntan profesional dan memberikan kerangka konseptual yang dapat digunakan untuk:
 Mengidentifikasi ancaman-ancaman (threats) terhadap kepatuhan atas prinsip-prinsip
dasar.
 Mengevaluasi signifikan dari ancaman-ancaman yang telah diidentifikasi.
 Bagian B dan C mendeskripsikan bagaimana kerangka konseptual dapat digunakan dalam
situasi-situasi tertentu. Kedua bagian tersebut menyediakan contoh-contoh pengamanan yang
mungkin tepat untuk mengatasi ancaman-ancaman terhadap kepatuhan atas prinsip-prinsip
dasar.
 Bagian C digunakan bagi para akuntan profesional dalam bisnis. Para akuntan profesional
dalam praktik publik mungkin juga mendapati kalau bagian C cukup relevan dengan situasi-
situasi penugasan khusus yang dilakukanya.
Pendekatan Kerangka Konseptual
Apabila dibandingkan dengan daftar aturan-aturan yang harus dikuti untuk menjadi seorang
akuntan yang beretika, yang juga disebut sebagai pendekatan “berbasi aturan” yang digunakan di
banyak negara, IESBA dan IFAC memilih untuk menggunakan pendekatan “kerangka
konseptual.” Kerangka konseptual mendorong seorang akuntan profesional untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi ancaman-ancaman terhadap kepatuhan atas
prinsip-prinsip dasar dari pada hanya mengikuti mengiktui serangkaian aturan-aturan tertentu
yang mungkin saja tidak didasarkan pada akal sehat.

Bagian A- Penerapan Umum dari Kode Etik IESBA bagi Para Akuntan Profesional
Paduan IESBA menawarkan pembahasan lebih lanjut atas kelima prinsip dasar tersebut. Setiap
konsep merupakan topik dalam kode etik pada section (110-150).
Integritas (section 110)
Prinsip-prinsip integritas mewajibkan seluruh akuntan profesional agar lugas dan jujur dalam
seluruh hubungan profesional dan bisnis. Integrtitas juga berarti berterus terang dan selalu
mengatakan yang sebenarnya.
Objektivitas (section 120)
Prinsip-prinsip objektivitas mewajibkan seluruh akuntan profesional agar tidak berkompromi
terkait kearifan profesional atau pertimbangan bisnis yang dimilikinya karena adanya bias,
konflik kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain.
Kompetensi dan sikap kehati-hatian secara Profesional (section 130)
Prinsip-prinsip kompetensi dan sikap kehati-hatian secara profesional mengharuskan para
akuntan profesional untuk mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesionalnya karena hal
ini menjadikannya tenaga profesional yang kompeten. Hal ini berarti bahwa para akuntan
profesional memahami dan mengimplementasikan standar teknis dan standar profesional saat
mengerjakan pekerjaanya.
Kerahasiaan (section 140)
Para akuntan profesional memiliki kewajiban untuk menghargai kerahasiaan informasi terkait
urusan klien (atau pemberi kerja) yang didapatkan selama proses jasa profesional dilakukan.
Perilaku Profesional (section 150)
Prinsip-prinsip perilaku profesional berarti adanya kepatuhan terhadap undang-undang dan
regulasi yang relevan, serta menghindari tindakan-tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi
yang terkait dengan akuntansi dan pengauditan.

Ancaman-Ancaman terhadap Prinsip-Prinsip Dasar dan Pengamanan


Kepatuhan atas prinsip-prinsip dasar mungkin berpotensi mendapatkan ancaman dari berbagai
situasi dan hubungan. Kerangka konseptual dari kode etik IESBA mendiskusikan cara-cara untuk
mengidentifikasikan ancaman-ancaman terhadap prinsip-prinsip dasar, menetukan signifikan atas
ancaman-ancaman tersebut,dan jika ancaman-ancaman tersebut dinilai penting, identifikasi dan
pergunakan pengamanan untuk mengurangi atau mengeliminasi ancaman-ancaman yang
dimaksud.
Ancaman-ancaman dapat dikelompokkan ke dalam satu atau beberapa kategori berikut.
Ancaman kepentingan pribadi
“Ancaman kepentingan pribadi (self-interest threat)” terjadi ketika auditor diuntungkan dari
kepentingan keuangan dalam atau konflik kepentingan pribadi lainnya dengan kliens asurans.
Ancaman Reviu Pribadi
“Ancaman reviu pribadi (self-review threat) “ terjadi ketika (1) hasil-hasil dari penugasan
sebelumnya perlu dievaluasi kembali agar mencapai kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan
penugasan asurans yang dilakukan saat ini, atau (2) ketika anggota tim penugasan asurans yang
sebelumnya merupakan karyawan dari klien (terutama direktur atau pejabat lain) dalam posisi
untuk menggunakan pengaruh penting atas tiga pokok dari penugasan asurans.
Ancaman advokasi
“Ancaman advokasi (advocacy threat)” terjadi ketika anggota dari tim penugasan asurans
mempromosikan atau terlihat mempromosikan posisi atau opini dari klien asurans, yang mana
auditor menomorduakan penilainya dari pada penilaian klien.
Ancaman Kedekatan
“Ancaman kedekatan (familiarity threat)” terjadi ketika auditor menjadi begitu bersimpati
terhadap kepentingan klien karena auditor tersebut memiliki hubungan dekat dengan klien
asurans, baik direktur, pejabat lainnya, atau karyawannya.
Ancaman Intimidasi
“Ancaman intimidasi (intimidation threat)” terjadi ketika anggota tim penugasan asurans
mungkin dihalangi dari bertindak secara objektif dan menerapkan kewaspadaan profesional atas
ancaman-ancaman, baik anacaman nyata maupun ancaman yang dirasakan, dari direktur, pejabat
lain, maupun karayawan dari klien asurans.
Pengamanan
Ketika ancaman-anacaman telah diidentifikasi, selain ancaman-ancaman yang jelas tidak pentng
pengamanan yang sesuai harus diidentifikasi dan digunakan untuk mengeliminasi ancaman-
anacaman atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima. Ketika memutuskan bentuk
pengamanan seperti apa yang harus digunakan, pihaknya perlu mempertimbangkan hal-hal
seperti apa yang tidak dapat diterima oleh pihak ketiga yang mendapatkan informasi terkait
pengetahuan atsa seluruh informasi relevan yang dimiliki. Pengamanan dapat dikelompokan ke
dalam dua kategori utama berikut.
1. Pengaman yang diciptakan berdasarkan profesi, legislasi, atau regulasi.
2. Pengamanan dalam lingkungan kerja
Bagian B-Penggunaan Etika bagi para Akuntan Profesional dalam Praktik Publik
Walaupun panduan etika yang didiskusikan sebelumnya (bagian A dari kode etik) berlaku bagi
seluruh akuntan profesional, bagian B dari kode etik IESBA hanya berlaku bagi para akuntan
dalam praktik publik. Bagian B mendeskripsikan bagaimana kerangka konseptual yang dimuat di
Bagian A padat digunakan dalam situasi-situasi tertentu bagi para akuntan.
Penunjukan Profesional (section 210)
Sebelum seorang auditor dalam praktik publik mengambil suatu hubungan dengan klien baru,
mereka harus menentuukan apakah penerimaan klien tersebut dapat menimbulkan sejumlah
ancaman terhadap kepatuhan atas prinsip-prinsip dasar etika.
Prinsip-prinsip dasar terkait kompetensi dan sikap kehati hatian yang profesional
menekankan adanya kewajiban bagi akuntan profesional dalam praktik publik agar hanya
menyediakan jasa-jasa yang cukup kompeten untuk mereka lakukan.
Menggantikan Auditor Sebelumnya
Ketika seorang auditor diminta untuk menggantikan auditor lainnya, atau auditor yang sedang
mempertimbangkan penugasan baru dengan perusahaan yang saat ini sedang diaudit oleh auditor
lain perlu mempertimbangkan apakah terdapat alasan-alasan, baik secara profesional maupun hal
lainya, untuk tidak menerima penugasan tersebut. Penentuan alasan-alasan yang msuk akal untuk
tidak menrima klien baru bisa jadi membutuhkan komunikasi langsung dengan auditor
sebelumnya untuk mengetahu sejumanlah fakta dan situasi yang terkait dengan usulan
penggantian auditor.
 Konflik kepentingan (section 220)
Seorang auditor harus mengembangkan sejumlah prosedur untuk mengidentifikasi situasi-
situasi yang dapat mengarah pada konflik kepentingan dan menerapkan sejumlah
pengamanan yang diperlukan untuk mengeliminasi ancaman ancaman.

Penggunaan salah satu dari jumlah pengamanan berikut diperlukan :

1. Memberitahu klien mengenai aktivitas kantor akuntan publik yang dapat


merepresentasikan konflik kepentingan
2. Memberitahu seluruh pihak yang diketahui relevan bahwa akuntan profesional dalam
praktik publik bertindak bagi 2 pihak atau lebih terkait hal-hal tertentu
3. Memberitahu klien bahwa akuntan profesional dalam praktik publik tidak berperan secara
ekslusif untuk salahg sat klien dalam ketentuan jasa yang ditawarkan.
Akuntan profesional juga harus menentukan apakah perlu menggunakan satu atau lebih
bentuk pengamanan tambahan berikut :

1. Penggunaan tim penugasan yang berbeda


2. Sejumlah prosedur untuk mencegah ases terhadap informasi
3. Penggunaan perjanjian kerahasiaan yang ditandatangani oleh para karyawan dan rekan
kantor akuntan public

4. Reviu reguler atas tindakan pengamanan yang dilakukan oleh individu senior yang tidak
terlibat dengan penugasan klien yang relevan

 Opini kedua (section 230)


Akuntan profesional dalam praktik publik diminta untuk memberikan opini kedua terkait
dengan pengunaan sejumlah standar atua prinsip akuntansi, penmgauditan, plaporan, atua
hal-hal lainya atas situasi-situasi tertentu dari kepentingan perusahaan yang bukan
merupakan klien sebelumnya.

 Jasa pemasaran profesional (section 250)


Ketika akuntan profesional dalam praktik publik berusaha mencari pekerjaan baru melalui
iklan atau bentuk lain dari pemasaran, mungkin terdapat ancaman terhadap kepatuhan atas
prinsip-prinsip perilaku profesional yang muncul. Akuntan harus jujur dan lugas, serta tidak
diperkenankan membuat klaim yang berlebihan atas jasa-jasa yang ditawarkan, kualifikasi
yang dimiliki atau pengalaman yang diperoleh.

 Hadiah dari sikap yang bersahabat (section 260)


Tawaran sejumlah hadiah dan sikap bersahabat dari klien terhadap akuntan profesiaonal
dalam praktik publik atau anggota keluarga langsung atau dekat dapat menciptakan sejumlah
ancaman terhadap kepatuhan atas prinsip-prinsip dasar.

 Penjaminan aset-aset yang dimiliki klien (section 270)


Terkecuali diizinkan oleh hukum, seorang akuntan profesional dalam praktik publik
seharusnya tidak memiliki jaminan atas uang atau aset-aset yang dimiliki klien. Jika
pinjaman atas aset diizinkan oleh hukum, akuntan seharusnya mematuhi kewajiban hukum
yang disyaratkan oleh regulasi yang berlaku.

Akuntan yang dipercayai dengan uang oleh orang lain harus :

- Menjaga aset-aset lain tersebut secara terpisah dari aset pribadi atau aset kantor akuntan
publik
- Menggunakan aset-aset tersebut hanya untuk tuuan yang maksudkan atas aset-aset
tersebut
- Selalu siap setiap saat untuk menghitung aset-aset sejumlah pendapatan, deviden, atas
keuntungan yang dihasilkan bagi seluruh pihak
- Mematuhi sleuruh undang-undang dan regulasi yang berlaku
- Melakukan investigasi yang tepat terhadap aset-aset tersebut

 Objektivitas seluruh jasa (section 280)


Apakah terdapat ancaman-ancaman terhadap kepatuhan aas prinsip-prinsip dasar terkait
objektivitas yang diperoleh dari adanya kepentingan dalam, atas hubunan dengan, klien atau
direktur, pejabat lainya, atau karyawan. Sebagai contoh, ancaman kedekatan terhadap
objektivitas dapat muncul dari hubungan keluarga atau kedekatan pribadi atau bisnis

 Independensi penugasan audit dan review (section 290)


Independensi auditor berasal dari perusahaan tempat dirinya melakukan pengauditan, yang
merupakan persyaratan dasar untuk menjaga kepercayaan publik terkait keandalan laporan
audit, independensi menambahkan kredibilitas ke dalam laporan audit, yang mana sejumlah
investor, kreditur, karyawan, pemerintah dan para pemangku kepentingan lainya yang
menggunakan laporan tersebut untuk mengambil keputusan.

Peraturan berskala nasional antarnegara didunia terkait independensi auditor berbeda dalam
beberapa aspek diantaranya ruang lingkup individu-individu yang harus menerapkan
peraturan terkait independensi teresebut tipe keuangan, bisnis atau hubungan lainya yang
mungkin dimiliki oleh auditor dan klien audit.

 Para akuntan tidak harus mempertahankan sikap inddpenden dalam memenuhi tanggung
jawab, namun para pengguna laporan keuangan harus memiliki keyakinan atas
independensi ini
 Kerangka konseptual menyertakan 2 pandangan mengenai independensi yang harus
dilakukan auditor yakni : independensi dalam pemikiran dan independensi dalam
tampilan
 Kode etik mendiskusikan independesi dalam jasa-jasa asurans terkait pendekatan berbasis
prinsip-prinsip dengan memperhitungkan ancaman-ancaman terhadap independensi,
pengamanan yang dapat dilakukan dan kepentingan publik. Bagian tersebut menyatakan
prinsip-prinsip yang harus digunakan anggota tim penugasan asurans untuk
mengidentifikasi ancaman-ancaman terhadap independensi, mengevaluasi signifikannsi
ancaman-ancaman tersebut.
Kode etik menekankan bahwa selama penugasan audit tetap perlu memperhatikan
kepentingan publik den meminta seluruh anggota tim audit agar tetap bersikap independen
terhadap klien audit.
 Dokumentasi atas independensi (290.29)
Auditor perlu mendokumentasikan kesimpulan – kesimpulan terkait kepatuhan atas
persyaratan independensi sekaligus pembahasan yang mendukung kesimpulan – kesimpulan
tersebut. Oleh karenanya :

- Ketika sejumlah pengamanan diperlukan, auditor harus mendokumentasikan sifat dasar


ancaman dan sejumlah pengamanan yang akan ditempatkan atau digunakan untuk
mengurangi ancaman ke tingkat yang dapat diterima.
- Ketika ancaman mengharuskan adanya analisis penting untuk menentukan bentuk
pengamanan seperti apa yang dibutuhkan dan kesimpulan jika pengamanan tersebut tidak
diperlukan karena ancaman masih berada pada tingkat yang masih bisa diterima.

 Periode penugasan (290.30)


Periode penugasan berawal saat tim audit mulai melakukan jasa-jasa audit. Periode
penugasan berakhir saat laporan audit diterbitkan. Ketika penugasan memiliki sifat berulang,
maka penugasan berakhir pada saat diterima pemberitahuan selanjutnya dari salah satu pihak
bahwa hubungan profesional telah dihentikan atau saat penerbitan laporan audit berakhir.

 Penerapan pendekatan kerangka konseptual terhadap independensi (290.100)


Kode etik IESBA mendeskripsikan sejumlah situasi dan hubungan khusus yang
menimbulakan atau dapat menimbulkan ancaman – ancaman terhadap independensi.
Paragraf-paragraf yang mendeskripsikan potensi sejumlah ancaman dan tipe pengamanan
yang mungkin diperlukan untuk mengeliminasi ancaman – ancaman tersebut.

 Kepentingan keuangan (290.102)


Ancaman kepentingan pribadi muncul saat auditor, kantor akuntan publiknya atau engga
keluarga langsungnya memiliki kepentingan keuangan, baik secara langsung maupun tidak
langsung yang material atas klien audit, yang mana tidak ada pengamanan yang dapat
dilakukan untuk menguranginya ke tingkat yang dapat diterima.

 Hubungan bisnis, keluarga dan pribadi (290.124-290.150)


Hubungan bisnis yang dekat di kantor akuntan publik atau anggota tim audit atau anggota
keluarga langsung dari individu tersebut dan klien atau pihak menejemnya, muncul dari
hubungan komersial atau kepentingan yang umum.

Contoh hubungan bisnis dekat, termasuk :

- Memiliki kepentingan keuangan terhadap usaha bersaman, baik dengan klien atau
pemilik pengendali, direktur, pejabat atau individu lain yang melakukan aktivitas
menejerial senior untuk klien tsb.
- Pengaturan untuk mengombinasikan satu atau lebih jasa atau produk akuntan publik
denga satu lebih jasa atau produk klien
- Pengaturan distribusi atau pemasaran, yang mana kantor akuntan publik mendistribusikan
atau memasarkan produk atau jasa klien

 Ketentuan terkai jasa non asurans untuk klien audit


Kantor akuntan publik biasanya menyediakan klien auditnya beragam jasa non asurans yang
konsisten dengan keterampilan dan keahlianya. Namun, penyediaan jasa non asurans
mungkin menciptakan sejumlah ancaman terhadap independensi kantor akuntan publik atau
anggota tim audit. Ancaman-ancaman yang muncul paling sering berupa ancaman reviu
pribadi, kepentingan pribadi dan advokasi.

 Penyediaan jasa akuntansi dan pembukuan bagi klien audit seperti menyusun catatan-
catatan akuntasi atau laporan keuangan, menciptakan ancaman reviu pribadi saat
kantor akuntan publik selanjutnya melakukan audit atas laporan keuangan.
 Jasa penyusunan SPT termasuk membantu klien terkait kewajibanya melaporkan
pajak dengan mengisi dokumen dan melengkapi informasi diantaranya besarnya
pajak tertagih yang harus dserahkan ke otoritas pajak yang berwenang.
 Jasa perencanaan pajak atau konsultasi pajak lainya, seperti memberikan saran
kepada klien mengenai bagaimana mengatur aktivitas perusahaanya dalam tata cara
perpajakan yang efisien atau memberikan saran terkait pemberlakuan undang-undang
atau regulasi pajak terbaru yang mengakibatkan munculnya ancaman reviu pribadi.

 Ancaman advokasi atau reviu pribadi dapat muncul jika kantor akuntan publik mewakili
klien audit dalam penyelesaian sengketa pajak. Jika jasa terkait perpajakan tersebut
melibatkan peranan sebagai advokat bagi klien audit sebelum pengadilan umum atau
pengadilan dalam penyelesaian masalah pajak, yang mana besarnya pajak yang
disengketakan cukup material bagi laporan keuangan, maka ancaman advokasi yang
muncul akan menjadi bagitu penting, sehingga tidak ada pengamanan yang dapat
mengeliminasi atau mengurangi ancaman tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

 Ketentuan terkait jasa audit internal untuk klien audit menciptakan ancaman reviu pribadi
terhadap independensi. Jika perusahaan menggunakan pekerjaan audit internal selama
melakukan audit eksternal berikutnya.

 Imbalan Jasa (290.220-290.224)


Imbalan jasa profesional seharusnya menjadi refleksi yang wajar atas nilai jasa
profesional yang dilakukan untuk klien, mempertimbangkan keahlian dan pengetahuan yang
dibutuhkan, tingkat pelatihan dan pengalaman-pengalaman individu yang melakukan jasa, waktu
yang diperlukan untuk jasa-jasa tersebut, dan besarnya tanggung jawab saat melakukan sejumlah
jasa yang diperlukan.

Ketika total imbalan jasa dari klien audit mempresentasikan proporsi besar atas total
imbalan jasa dari kantor akuntan publik yang memberikan opini publik, ketergantungan terhadap
klien dan kekhawatiran akan kehilangan klien dapat menciptakan ancaman kepentingan pribadi
atau intimidasi. Pengaman-pengaman seharusnya digunakan untuk mengeliminasi ancaman atau
menguranginya ke tingkat yang dapat diterima. Contoh : mengurangi ketergantungan terhadap
klien, review pengendalian kualitas baik internal maupun eksternal, dan lain-lain.

Kode etik memperingatkan bahwa ancaman kepentingan pribadi dapat muncul jika
imbalan jasa yang diperoleh dari klien asurans untuk jasa profesional tetap belum dibayar dalam
jangka waktu yang lama, terutama jika yang dimaksud adalah bagian penting yang tidak dibayar
sebelum diterbitkannya laporan asurans untuk tahun berikutnya.

Imbalan jasa kontingensi adalah imbalan jasa (kecuali yang ditetapkan oleh pengadilan)
yang dihitung berdasarkan basis yang telah ditentukan sebelumnya terkait hasil transaksi atau
hasil dari jasa yang dilakukan perusahaan. Imbalan jasa kontingensi dibebankan secara langsung
maupun tidak langsung oleh kantor akuntan public untuk penugasan audit atau non-ansurans
menciptakan ancaman pribadi yang begitu penting, sehingga tidak ada pengaman yang dapat
mengurangi ancaman tersebut ketingkat yang dapat diterima.

 Kebijakan Kompensasi dan Evaluasi (290.228)


Ancaman kepentngan pribadi dapat muncul saat anggota tim audit atau rekan audit yang
utama dievaluasi atau mendapatkan kompensasi karena menjual jasa-jasa non-ansurans untuk
klien audit. Signifikansi ancaman tersebut harus dievaluasi dan kantor akuntan publik sebaiknya
merevisi rencana kompensasi atau proses evaluasi untuk individu tersebut maupun melakukan
sejumlah pengaman untuk mengeliminasi ancaman yang dimaksud atau menguranginya
ketingkat yang dapat diterima jika ancaman berada pada tingkat yang dapat diterima.

 Hadiah dan Sikap Bersahabat (290.230)


Jika kantor akutan publik atau anggota tim audit menerima hadiah atau sikap bersahabat,
kecuali nilainya jika tidak penting dan tidak logis, maka ancaman-ancaman yang muncul
menjadi begitu penting, sehingga tidak ada pengaman yang dapat mengurangi ancaman-ancaman
tersebut ketingkat yang dapat diterima.

 Litigasi Aktual atau Litigasi yang Terancam (290.231)


Ketika litigasi terjadi atau mungkin terjadi antara kantor akuntan publik atau anggota tim
audit dan klien audit , ancaman kepentingan pribadi dan intimidasi dapat muncul. Ketika kantor
akuntan publik dan manajemen klien ditempatkan dalam posisi yang saling bertentangan karena
adanya litigasi actual atau litigasi terancam, yang memengaruhi kesediaan manajemen untuk
memberikan pengungkapan secara lengkap, maka ancaman kepentingan pribadi dan intimidasi
dapat muncul.

 Persyaratan Independensi untuk Penugasan Asurans yang Bukan Merupakan


Penugasan Audit atau Review (Section 291)
Kode Etik IESBA bagi para akuntan profesional , Section 291 ditujukan untuk membahas
persyaratan independensi untuk penugasan ansurans yang bukan merupakan penugasan audit
atau review. Jika klien ansurans juga merupakan klien penugasan audit atau review, maka
persyaratan bagian sebelumnya pada bab ini (section 290 dari kode etik) juga berlaku bagi
perusahaan, perusahaan jaringan, dan anggota tim audit atau review.

.7 Bagian C – Para Akuntan Profesional dalam Bisnis


` Bagian C dari Kode Etik IESBA mendeskripsikan bagaimana kerangka konseptual yang
dimuat dibagian A dapat digunakan disituasi-situasi tertentu bagi para akuntan profesional dalam
bisnis. Bagian C juga ditujukan untuk membahas situasi-situasi, yang mana kepatuhan atas
prinsip-prinsip dasar dapat terganggu karena sejumlah topik yang berpotensi memicu konflik,
penyusunan dan pelaporan informasi, bertindak dengan keahlian yang memadai, bertindak
dengan keahlian yang memadai, kepentingan keuangan, dan bujukan/dorongan.

Akuntan profesional dalam bisnis bisa jadi merupakan karyawan yang digaji, rekan,
direktur, manajer pemilik, relawan atau individu lain yang bekerja untuk satu atau lebih
organisasi pemberi kerja. Akuntan profesional dalam bisnis dapat bertanggung jawab untuk
penyusunan dan pelaporan keuangan atau informasi lainnya atau untuk penyediaan manajemen
keuangan yang efektif, serta saran yang kompeten mengenai beragam permasalahan yang
berelasi dengan bisnis. Akuntan profesional dalam bisnis diperkirkan dapat mendorong kultur
berbasis etika dalam organisasi pemberi kerja dengan menekankan pentingnya penempatan
manajemen senior pada perilaku yang beretika. “Akuntan profesional dalam bisnis tidak
seharusnya dengan sengaja melakukan bisnis, pekerjaan, atau aktivitas yang mengurangi
atau mungkin mengurangi integritas, objektivitas, atau reputasi baik dari profesi, dan sebagai
perilaku yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar.”

Ancaman kepentingan pribadi mungkin merupakan ancaman yang paling sering terjadi
bagi akuntan profesional dalam bisnis :

 Memiliki kepentingan keuangan dalam, atau menerima pinjaman atau jaminan dari
organisasi pemberi kerja.
 Berpartisipasi dalam pengaturan kompensasi berbasis insentif yang ditaarkan oleh
organisasi pemberi kerja.
 Penggunaan asset perusahaan untuk kepentingan pribadi yang tidak semestinya.
 Kekhawatiran atas keamanan kerjanya.
 Tekanan komersial dari luar organisasi pemberi kerja.
Contoh-contoh situasi yang dapat menciptakan ancaman kedekatan bagi akuntan
profesional dalam bisnis diantaranya :

 Tanggung jawab atas pelaporan keuangan dari organisasi pemberi kerja saat anggota
keluargalangsung atau dekat dipekerjakan oleh entitas yang mengambil keputusan-
keputusan yang memengaruhi pelaporan keuangan entitas.
 Hubungan yang berlangsung lama dengan kontak-kontak bisnis yang memengaruhi
sejumlah keputusan bisnis.
 Penerimaan hadiah atau perlakukan istimewa, kecuali nilainya jika tidak penting dan
tidak logis.
Contoh situasi yang dapat menciptakan ancaman intimidasi bagi akuntan profesional
dalam bisnis diantaranya :

 Ancaman pemecatan atau penggantian akuntan atau anggota keluarga dekat maupun
langsung atas ketidakpastian terkait penggunaan prinsip-prinsip akuntansi atau
bagaimana cara informasi keuangan tersebut dilaporkan.
 Kepribadian dominan yang mencoba memengaruhi proses pengambilan keputusan,
misalnya dalam hal pemberian kontrak atau penggunaan-penggunaan prinsip akuntansi.
Berikut sejumlah pengamanan dalam lingkungan kerja bagi akuntan profesional termasuk
diantaranya :

 Sistem-sistem pengawasan perusahaan atau struktur-struktur pengawasan lainnya dari


orgnisasi pemberi kerja.
 Program-program etika dan perilaku dari organisasi pemberi kerja.
 Prosedur-prosedur dari perekrutan dari organisasi pemberi kerja, yang mana menekankan
pentingnya memperkerjakan staf yang kompeten dan berkualitas tinggi.
 Pengendalian internal yang kuat.
 Proses penegakan disiplin yang tepat.
 Kepemimpinan yang menekankan pada pentingnya perilaku yang beretika dan adanya
ekspektasi bahwa para karyawannya akan bertindak sesuai dengan etika.
 Sejumlah kebijakan dan prosedur untuk mengimplementasikan dan memonitor kualitas
kinerja karyawan.
 Komunikasi rutin terkait sejumlah kebijakan dan prosedur dari organisasi pemberi kerja.,
termasuk setiap perubahannya untuk seluruh karyawan, serta pendidikan dan pelatihan
yang sesuai terkait sejumlah kebijakan prosedur dan kebijakan yang dimaksud.
 Sejumlah kebijakan dan prosedur untuk memberdayakan dan mendorong karyawan agar
dapat berkomunikasi dengan karyawan ditingkat senior dalam organisasi pemberi kerja
terkait sejumlah masalah etika yang menjadi perhatiannya tanpa merasa takut akan sanksi
yang diterimanya.
 Konflik-konflik yang Potensial (Section 310)
Terdapat waktu saat tanggung jawab akuntan profesional untuk organisasi pemberi kerja
dan kewajiban profesional terhadap kepatuhan atas prinsip-prinsip dasar berada dalam konflik.
Tekanan dapat dating dari organisasi pemberi kerja untuk bertindak berlawanan dengan hukum
atau regulasi atau standar teknis atau standar profesional. Tekanan dapat digunakan untk
memfalitasi strategi manajemen laba yang tidak etis atau illegal, berbohong, atau secara sengaja
menyesatkan orang lain., terutama bagi auditor atau regulator yang dikaitkan dengan laporan
pemberi kerja (laporan keuangan, kepatuhan pajak, laporan sekuritas, dll.) yang salah
mempresentasikan fakta-fakta yang bersifat material.

 Section-section Lain dari Bagian C (Section 320, 330, 340. Dan 350)
Terdapat section-section lain dibagian C yang ditujukan untuk membahas aspek-aspek
tertentu dari pekerjaan yang dilakukan oleh para akuntan profesional dalam bisnis. Penyusunan
dan pelaporan informasi (section 320), bertindak dengan keahlian yang memadai (section 330),
kepentingan keuangan (section 340), dan bujukan/dorongan (section 350).

.8 Pelaksanaan dari Ketentuan Etika


International Ethics Standard Board (IESBA) tidak memiliki otoritas untuk menerapkan
tindakan pencegahan disiplin atas pelanggaran kode etik. IESBA mengandalkan peraturan
perundang-undangan atau konstitusi dari sejumlah lembaga profesional dimasing-masing negara.

Tindakan pencegahan disiplin biasanya muncul dari isu-isu seperti: kegagalan untuk
melakukan pengawasan dan sejumlah standar dari setiap sikap kehati-hatina profesional,
keahlian atau kompensasi yang diisyaratkan; ketidakpatuhan terhadap sejumlah standar etika;
dan perilaku yang menyebabkan kehilangan kepercayaan atau memalukan. Sanksi-sanksi
umumnya dibebankan oleh lembaga-lembaga penegakan disiplin termasuk diantaranya:
teguran/peringatan, denda, pembayaran ganti rugi, pencabutan hak-hak melakukan praktik, skors,
dan pengeluaran secara paksa dari keanggotaan.

Anda mungkin juga menyukai