BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA
meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Dengan
penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang
dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah
organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti
2.2. Epidemiologi
1
2
Angka mortalitas ISPA mencapai 4,25 juta setiap tahun di dunia. ISPA
juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-
60%) dan rumah sakit (15%-30%). Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi,
perkapita rendah dan menengah. Salah satu negara berkembang dengan kasus
ISPA yang tinggi adalah Indonesia. Indonesia selalu menempati urutan pertama
penyebab kematian ISPA pada kelompok bayi dan balita. Di Indonesia, kejadian
ISPA tertinggi berada pada Provinsi Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua
(31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%).
pada usia 45 – 54 tahun dan terus meningkat pada kelompok usia berikutnya.
2.3 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Micoplasma, Herpesvirus.
2
3
a. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa
secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis,
tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai
adalah bakteri yang menyebabkan sebagian besar kematian 4 juta balita setiap
tahun di negara berkembang dan bakteri ini telah resisten terhadap antibiotik.
3
4
b. Manusia
1. Umur
Anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali
lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi
karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen
2. Jenis Kelamin
anak usia muda, dibawah 6 tahun. Menurut Glenzen dan Deeny, anak laki-
laki lebih rentan terhadap ISPA yang lebih berat, dibandingkan dengan anak
perempuan.
3. Status Gizi
penyebab utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan
didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan
bivariat antara penyakit ISPA dengan status gizi anak balita menunjukkan
4
5
bahwa anak balita yang menderita penyakit ISPA didapatkan 2,19 kali
mempunyai status gizi tidak baik dibandingkan dengan anak balita yang
lahir <2.500 gram. Bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih
tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun
dan makanan padat. Pada enam bulan pertama, bayi lebih baik hanya
mendapatkan ASI saja (ASI Eksklusif) tanpa diberikan susu formula. Usia
lebih dari enam bulan baru diberikan makanan pendamping ASI atau susu
formula, kecuali pada beberapa kasus tertentu ketika anak tidak bisa
5
6
6. Status Imunisasi
penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi
kesehatan anak.
c. Lingkungan
1. Kelembaban Ruangan
optimum 60%.
2. Suhu Ruangan
optimum 18- 30 0C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 18
0
C atau diatas 30 0C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu
3. Ventilasi
menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini
6
7
dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya
6. Keberadaan Perokok
pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya
perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau
7
8
kelompok umur 5-9 tahun sebesar 70,6% dan kelompok umur muda 10-14
dari satu individu dengan individu lainnya. Bagi seseorang yang sakit,
menangani penyakit tersebut. Untuk bayi dan anak balita persepsi ibu
maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit
lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan
status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan
8
9
rendah lebih banyak mengobati sendiri ketika anak sakit ataupun berobat
ke dukun. Ibu yang berpendidikan minimal tamat SLTP 2,2 kali lebih
dibandingkan dengan ibu yang tidak bersekolah, hal ini disebabkan karena
ibu yang tamat SLTP ke atas lebih mengenal gejala penyakit yang diderita
oleh balitanya.
2.4. Patogenesis
sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan
efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi maupun partikel dan gas
yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada
2. Makrofag alveoli.
3. Antibodi.
pada saluran napas yang sel-sel epitel mukosanya rusak, akibat infeksi terdahulu.
Selain itu, hal-hal yang dapat menggangu keutuhan lapisan mukosa dan gerak sila
adalah:
9
10
1) Asap rokok dan gas SO₂ yang merupakan polutan utama dalam
pencemaran udara.
2) Sindrom immotil.
lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag
A (IgA). Antibodi ini banyak terdapat di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan
pada anak. Mereka dengan defisiensi IgA akan mengalami hal yang serupa
mendapat terapi sitostatik atau radiasi, penderita dengan neoplasma yang ganas
2) Daya tahan tubuh seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa,
3) Umur mempunyai pengaruh besar. ISPA yang terjadi pada anak dan bayi
dengan orang dewasa. Gambaran klinis yang buruk dan tampak lebih berat
10
11
tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan anak yang
2.5 Klasifikasi
yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang,
mengi, demam (38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di bawah
35,5 ºC), pernafasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan
dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi
kali per menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti diatas.
11
12
walaupun telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang
otitismedia, faringitis.
Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai
a. Pneumonia
Etiologi :
12
13
H.influenzae.
Gejala : Batuk, sesak nafas yang timbul mendadak, demam, nyeri dada
hidung, sianosis.
Pemeriksaan penunjang :
Penatalaksanaan :
Kriteria MRS :
b. Sianosis
c. Usia <6bln
f. Imunokompromis
13
14
Oksigenasi
nasogastrik
Medikamentosa :
Dosis :
Ampisilin 100mg/kgBB/hari
Kloramfenikol : 100mg/kgBB/hari
Gentamisin 5mg/kgBB/hari
Diagnosis banding :
Bronkiolitis
14
15
Abses paru
b. Bronkiolitis
Anamnesis : pada anak usia < 2 th dengan sesak nafas, mengi ygang
hidung.
wheezing.
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan :
15
16
inhalasi/per oral.
c. Bronkitis
Etiologi :
fungi (monilia)
Alergi : Asma
Gejala klinis :
disertai muntah-muntah.
Pemeriksaan fisik :
16
17
Pemeriksaan penunjang :
normal.
Penatalaksanaan :
dada.
menimbulkan atelektasis/pneumonia.
17
18
ringan. Sakit tenggorokan (sore throat), rasa kering pada bagian posterior
palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, nyeri otot, lesu serta rasa
koriza jarang. Gejala umum seperti rasa kedinginan, malaise, rasa sakit di
dan sering pula disertai rasa sakit pada bola mata. Kadang-kadang
dua minggu, dan setelah gejala lain hilang, sering terjadi epidemi.
4) Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam,
Keadaan ini dapat menjadi berat. Dapat terjadi pandemi yang hebat dan
ulkus.
18
19
Berdasarkan hasil penelitian, ISPA yang terjadi pada ibu dan anak
rumah terhadap ISPA pada anak dan orang dewasa. Pembakaran pada kegiatan
rumah tangga dapat menghasilkan bahan pencemar antara lain asap, debu,
grid (pasir halus) dan gas (CO dan NO). Demikian pula pembakaran obat
manusia terutama Balita baik yang bersifat akut maupun kronis. Gangguan
bahwa upaya penurunan angka kesakitan ISPA berat dan sedang dapat
mengurangi polusi asap dapur dan mengurangi polusi udara lainnya termasuk
asap rokok. Anak yang tinggal di rumah yang padat (<10m2/orang) akan
mendapatkan risiko ISPA sebesar 1,75 kali dibandingkan dengan anak yang
19
20
deteksi dini kasus ISPA terutama pneumoni, lemahnya manajemen kasus oleh
petugas kesehatan, serta pengetahuan yang kurang dari masyarakat akan gejala
2.8 Penatalaksanaan
di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
20
21
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
2. Mengatasi batuk
3. Pemberian makanan
diteruskan.
21
22
4. Pemberian minuman
diderita.
5. Lain-lain
tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek,
pemeriksaan ulang.
2. Immunisasi.
22
23
23