Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK

Dosen Pengampu :

Ns. Endang Sri Purwati Ningsih, Sp.MB

Dibuat oleh :

Misbachul Munirul Ehwan (P07120213064)


KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
2015
BAB I
KONSEP DASAR KATARAK

A. Definisi Katarak

Definisi katarak menurut WHO adalah


kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga
dapat terjadi pada anak-anak yang lahir
dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat
terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit
lainnya.

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia diatas 50 tahun (Ilyas, 2005).

Katarak adalah suatu keadaan lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi
keruh, asal kata katarak dari kata yunani cataractayang berarti air terjun. Mungkin
sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air
terjun di depan matanya. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti
ditutupi kabut. (Ilyas.2006)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa katarak adalah opasitas lensa kristalina yang
normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat
kelahiran ( katarak congenital ). Dapat juga berhubungan karena trauma mata tajam
maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti
diabetes miletus atau hipopara tiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan sinar
matahari ( ultraviolet ) yang lama, atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior.

B. Etiologi

Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi pada
usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor
lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan
oleh cidera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obatan tertentu (misal
kortikosteroid).

Katarak kongenitais adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian). Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan
(diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh:

1. Infeksi kongenital, seperti campak Jerman

2. Berhbungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia.

Faktor risiko terjadinya katarak kongenitalis adalah:

1. Penyakit metabolik yang diturunkan.

2. Riwayat katarak dalam keluarga.

3. Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.

Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan. Katarakn pada
dewasa dikelompokan menjadi:

1. Katarak immatur : Lensa masih memiliki bagian yang jernih.

2. Katarak matur : Lensa sudah sepenuhnya keruh.


3. Katarak hipermatur : Bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui
kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada
struktur mata lainnya.

Banyak penderita katarak yang mengalami gangguan penglihatan yang ringan dan
tidak sadar bahwa mereka menderita katarak. Faktor yang mempengaruhi terjadinya
katarak adalah:

1. Kadar kalsium darah yang rendah.

2. Diabetes

3. Pemakaian kortikosteroid jangka panjang.

4. Berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolik.

5. Faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultra violet)

C. Menifestasi Klinis

1. Gatal – gatal pada mata


2. Air mata mudah keluar
3. Pada malam hari penglihatan terganggu
4. Pandangan kabur yang tidak dapat dikoreksi dengan kaca mata atau ukuran kaca
mata yang sering berubah.
5. Pupil yang normalnya berwarna hitam, menjadi berwarna kekuningan, abu – abu,
atau putih
6. Sulit saat membaca atau mengemudi di malam hari.
7. Dapat melihat dobel pada satu mata
8. Penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti berasap
9. Setelah katarak bertambah matang, maka retina menjadi semakin sulit dilihat,
akhirnya reflek fundus tiidak ada, dan pupil berwarna putih.

D. Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, di perifer
ada kortek, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opesitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.


Perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks
air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral namun mempunyai kecepatan yang berbeda.


Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun
sebenarnya mempunyai konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik dan “ matang” ketika seseorang memasuki dekade
ketuju. Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila
tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanent. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes, dan asupan
vitamin antitoksin yang kurang dala jangka waktu yang lama.
E. Pathway

Katarak

Usia : Penuaan Penyakit sistemik : DM

Lensa secara bertahap Korteks memeproduksi Kadar glukosa darah Ketidakseimbangan


kehilangan air serat lensa baru meningkat metabolismeprotein
mata
Metabolit larut air Serat lensa ditekan Serbitol menetap didalam
dengan BM rendah ke menuju sentral Protein dalam serabut2
lensa
sel pada nucleus lensa lensa di bawah kapsul
mengalami deturasi
Distensi lensa
Kortek lensa >
terhidrasi dari pada Protein lensa
Hilangnya transparansi
nukleus lensa berkoagulasi
lensa

Lensa menjadi Kekeruhan lensa Mata buram seperti kaca


cembung → iris susu
terdorong ke depan

Sudut bilik mata depan Sinar terpantul kembali Blocking sinar yang masuk
sempit kornea

Aliran COA tidak


Bayangan tidak sampai
lancar Bayangan semu yang
ke retina
sampai ke retina
TIO meningkat
Pandangan lebih jelas
malam hari
Komplikasi glaukoma Otak mempresentasikan
sebagai bayangan kabut
Ketakutan

Risiko cidera;infeksi
Gangguan sensori Pandangan kabur
Daya akomodasi lensa perceptual (visual)
terganggu
Membentuk daerah keruh Protein Lensa terputus
Pupil kontriksi menggantikan serabut2 disertai dengan influx
protein air kelapa
Sinar tidak tertampung
banyak pada siang hari

Mata berair Serabut lensa yang


Blurres vision tegang menjadi patah

Pandangan > jelas Transmisi sinar


malam hari terganggu

Menghambat jalan
cahaya ke retina

Pandangan berkabut
F. Pemeriksaan Diagnostik
Risiko jatuh
1. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan

kornea, lensa akues/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,

penglihatan ke retina.

2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.

3. Pengukuran tonografi :TIO (12-25 mmHg)

4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.

5. Tes Provokatif (menentukana danya/tipe glaukoma.

6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,

papiledema, perdarahan.

7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik.

8. EKG, kolesterol serum, lipid, Tes toleransi glukosa : Kontrol DM.

G. Penatalaksanaan
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas atau
mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap dengan pembedahan. (Vaughan
DG & Arif, Mansjoer).

Penatalaksanaan Non-Bedah :

1. Terapi penyebab katarak

Pengontrolan diabetes militus, menghentikan konsumsi obat-obatan yang bersifat


kataraktogenik seperti kortikosteroid, fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari
iradiasi (inframerah atau sinar-X) dapat memperlambat atau mencegah terjadinya
proses kataraktogenesis.

2. Memperlambat progresivitas
3. Penilaian terhadap perkebangan visus pada katarak insipien dan imatur.

a. Refraksi; dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi.


b. Pngaturan pencahayaan; pasien dengan kekeruhan di bagian perifer lensa (area
pupil masih jernih) dapat diinstruksikan menggunakan pencahayaan yang
terang. Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya remang
yang ditempatkan disamping dan sedikit di belakang kepala pasien akan
memberikan hasil terbaik.

c. Penggunaan kacamata gelap; pada pasien dengan kekeruhan lensa di bagian


sental, hal ini akan memberikan hasil yang terbaik dan nyaman apabila
beraktivitas di luar ruangan.

d. Midriatil; dilatasi pupil akan memeberikan efek positif pada lateral aksial
dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5% atau tropikamid
1% dapat memberikan penglihatan yang jelas.

Pembedahan Katarak

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup:

1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering.


2. Indikasi medis.
3. Indikasi kosmetik.

H. Komplikasi

Komplikasi katarak akan terjadi apabila penanganan terhadap penyakit ini tidak
cepat. Beberapa komplikasi katarak yang biasa terjadi antara lain adalah sebagai
berikut.

1. Pandangan mata semakin samar akibat lensa yang terus-menerus buram dan
berwarna seperti susu.
2. Sensitivitas terhadap cahaya matahari lebih tinggi dari waktu ke waktu sehingga
penderita benar-benar tidak nyaman terhadap silau.

3. Pada awalnya mungkin penglihatan terhadap suatu benda masih bisa jelas, namun
lama-kelamaan penderita akan merasa kurang nyaman dan melihat sebuah objek
seakan menjadi dua.

4. Lensa mata semakin buram dan terus berwarna seperti susu.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Ketakutan b.d. kehilangan pandangan komplet, jadwal pembedahan atau

ketidakmampuan pandangan.

2. Risiko infeksi b.d pertahanan primer dna prosedur invasif (bedah pengangkatan

katarak).

3. Risiko cidera b.d peningkatan tekanan intra orbital (TIO).

4. Risiko jatuh.

5. Defisiensi pengetahuan b.d terbatasnya informasi atau kesalahan interpretasi

informasi yang sudah didapat sebelumnya.

J. Discharge Planning

1. Jelaskan tentang mata dan peran lensa bagi penglihatan.

2. Lakukan pemeriksaan rutin pre operasi.


3. Pahami tentang katarak, kejadian pre dan post operasi.

4. Aktivitas yang perlu diperhatikan setelah dioperasi yaitu berbaring pada sisi yang

dioperasi, membungkuk melewati pinggang, mengangkat benda yang beratnya

nelebihi, mengedan selama defekasi karena pembatasan tersebut diperlukan untuk

mengurangi gerakan mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler.

5. Pelajari cara menjaga hygiene mata (membuang drainase yang mengeras dengan

menyeka kelopak mata yang terpejam dengan menggunakan bola kapas yang

dilembabkan dengan larutan irigasi mata), dan tidak menekan mata bila merawat

mata.

Daftar Pustaka

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid
2.MediAction:Yogyakarta
__________________________________________.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid
2.MediAction:Yogyakarta

Brunner dan Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta

Barbara C, Long.1996. Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta

Katarak mata.Katarak Mata


http://www.katarakmata.com/
(Diakses pada hari Selasa, 7 April 2015 pukul 03.11 wita)
Operasi katarak.Komplikasi Katarak
http://operasi-katarak.com/komplikasi-katarak/
(Diakses pada hari Selasa, 7 April 2015 pukul 03.56 wita)

BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Alamat
e. No Rekam Medis
f. Diagnosa medis
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan masa lalu
b. Riwayat kesehatan saat ini

3. Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon


a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
1) Apakah kondisi sekarang menyebabkan perubahan persepsi?
2) Bagaimana pemeliharaan kesehatan klien setelah mengalami gangguan ini?

b. Nutrisi/ metabolic
1) Bagaimana asupan nutrisi klien sejak terkena gangguan?
2) Apakah klien mau memakan makanannya?

c. Pola eliminasi
1) Bagaimana frekuensi klien BAB?
2) Bagaimana frekuensi BAK klien?

d. Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilisasi di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi ROM

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total.
e. Pola tidur dan istirahat
Klien kurang tidur, klien kurang istirahat karena faktor dan data yang disebutkan
atau didapatkan pada saat pemeriksaan
f. Pola kognitif-perseptual
1) Bagaimana perasaan klien terhadap panca indranya?
2) Apakah klien menggunakan alat bantu?
g. Pola persepsi diri/konsep diri
1) Bagaimana perasaan klien tentang kondisinya saat ini?
h. Pola seksual dan reproduksi
1) Apakah klien mengalami gangguan pada alat reproduksinya?
2) Apakah klien mengalami gangguan saat melakukan hubungan seksual?(jika
sudah menikah)
i. Pola peran-hubungan
1) Bagaimana hubungan klien dengan keluarga setelah terjadinya gangguan?
2) Apakah peran klien masih bisa dilakukan
j. Pola manajemen koping stress
1) Apakah klien merasa depresi dengan keadaannya saat ini?
k. Pola keyakinan-nilai
1) Apakah klien selalu rajin sembahyang?
2) Apakah hal tersebut dipengaruhi oleh gangguan ini?

l. Pemeriksaan penunjang
1) Darah
Neutrofil 7.67%
Monosit 8.66%
Hematokrit 36.4%
MCV 80.9 fL
MCHC 36.1 g/d
RDW 11.3%
PLT 403 10e3/UL
MPV 5.01 fL

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


Pre Operasi
1 DS : Gangguan Gangguan persepsi
penerimaan sensori-perseptual
1. Klien mengatakan penglihatan
sensori/status organ penglihatan.
kabur seperti berawan, padahal
indera ditandai
Tn.B sudah menggunakan kaca
dengan menurunnya
mata plus 1 dan minus 2.5 pada
ketajaman
orbita dextra dan sinistra
penglihatan.
2. klien mengatakan kesulitan untuk
beraktivitas
3. klien mengatakan penglihatannya
tidak jelas
4. klien mengatakan jika terkena
sinar/paparan matahari
menyilaukan mata
5. klien mengatakan jika melihat
sesuatu berbayang-
bayang/menjadi dua bayangan

DO:

1. Hasil pemeriksaan fisik dengan


opthalmoscope bagian kornea
ada selaput putih
2. klien terlihat sulit untuk
beraktivitas.
2 DS Perubahan pada Ansietas
status kesehatan.
1. Klien mengatakan cemas
memikirkan biaya untuk
operasinya.
2. klien mengatakan cemas takut
tidak berhasil menjalankan
operasinya
3. klien mengatakan gelisah
4. klien mengatakan cemas terhadap
penyakit yang dideritanya.

DO

1. terlihat wajah klien tampak


gelisah.
2. klien terlihat tegang.
3. klien terlihat memfokuskan pada
diri sendiri.
4. klien terlihat cemas.
5. klien terlihat takut
3 DS : kurang informasi Defisiensi pengetahuan
tentang penyakit.
1. Klien mengatakan tidak mengerti
kenapa sampai mengalami
katarak
2. klien mengatakan takut akan
kondisinya.
3. klien mengatakan tidak tahu
sama sekali tentang penyakitnya.
4. klien mengatakan cemas terhadap
penyakit yang dideritanya apakah
sembuh/tidak

DO:

1. wajah tampak gelisah


2. klien terlihat terus bertanya-tanya
dengan pertanyaan yang sama.
3. klien terlihat bingung.
Post Operasi
4 Luka pasca operasi. Nyeri akut
1. klien mengatakan nyeri pada
bagian mata pasca operasi.
2. klien mengatakan tidak tahan
ternhadap nyerinya

DO :

         Vital sign :


a)      TD : 140/90 mmHg
b)      N: 84x/menit
c)      T :37,4 0c
d)     RR: 24x/menit

1. skla nyeri (6)


2. klien terlihat menahan rasa sakit.
3. klien terlihat merintih kesakitan (
nyeri )
5 DS Keterbatasan Resiko cidera.
penglihatan.
1. Klien mengatakan penglihatan
kabur seperti berawan, padahal
sudah menggunakan kaca mata
plus 1 dan minus 2.5 pada orbita
dextra dan sinistra
2. klien mengatakan kesulitan untuk
beraktivitas
3. klien mengatakan penglihatannya
tidak jelas
4. klien mengatakan jika melihat
sesuatu berbayang-
bayang/menjadi dua bayangan
6 DS : Prosedur invasif Risiko infeksi.
(operasi katarak).
1. klien mengatakan badannya
panas sehabis operasi beberapa
hari kemudian

DO :

         Vital sign :


a)      TD : 140/90 mmHg
b)      N: 84x/menit
c)      T :37,4 0c

d)     RR: 24x/menit


7 DS : kurang pengetahuan, Resiko ketidak
kurang sumber efektifan
1. klien mengatakan tidak tahu
pendukung. penatalaksanaan
dengan cara perawatan luka post
regimen terapeutik.
operasi.
1. klien mengatakan berasal dari
keluarga kurang mampu.

DO :

1. klien dan keluarganya tampak


masih bingung dengan perawatan
luka post operasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan penerimaan


sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman.

2. Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan.

3. Defisiensi pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakit

4. Nyeri akut b.d Luka pasca operasi.

5. Resiko cidera b.d Keterbatasan penglihatan.

6. Risiko infeksi b.d Prosedur invansif ( operasi katarak )

7. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik b.d kurang pengetahuan,


kurang sumber pendukung.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan persepsi Setelah 1. Mengenal gangguan 1. Kaji ketajaman penglihatan, catat 1. Kebutuhan tiap individu dan pilihan
sensori-perseptual dilakukan sensori danber apakah satu atau dua mata terlibat. intervensi bervariasi sebab kehilangan
penglihatan b.d Gangguan tindakan kompensasi terhadap 2. Orientasikan klien tehadaplingkungan. penglihatan terjadi lambat dan
penerimaan sensori/status keperawatan perubahan. 3. Observasi tanda-tandadisorientasi. progresif.
organ indera ditandai selama 3x24 jam 2. Mengidentifikasi/mem 4. Pendekatan dari sisi yangtak dioperasi, 2. Memberikan peningkatan kenyamanan
dengan menurunnya diharapkan perbaiki potensial bicaradengan menyentuh. dan kekeluargaan, menurunkan cemas
ketajaman penglihatan. masalah presepsi bahaya dalam 5. Ingatkan klien menggunakan kacamata dan disorientasipasca operasi.
sensori lingkungan. katarak yang tujuannya memperbesar 3. Terbangun dalam lingkungan yang
penglihatan kurang lebih 25%, penglihatan perifer tidak dikenal dan mengalami
teratasi. hilang. keterbatasan penglihatan dapat
6. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi mengakibatkan kebingungan terhadap
bel pemanggil dalam jangkauan/posisi orang tua.
yang sehat. 4. Memberikan rangsang sensori tepat
terhadap isolasi dan menurunkan
bingung.
5. Perubahan ketajaman dan kedalaman
persepsi dapat menyebabkan bingung
penglihatan dan meningkatkan resiko
cedera sampai pasien belajar untuk
mengkompensasi.
6. Memungkinkan pasien melihat objek
lebih mudah dan memudahkan
panggilan untuk pertolongan
biladiperlukan.

2. Ansietas b.d Perubahan Setelah 1. Pasien 1. Kaji tingkat kecemasan pasien dan 1. Derajat kecemasan akan dipengaruhi
pada status kesehatan. dilakukan mengungkapkan dan catat adanya tanda- tanda verbal dan bagaimana informasi tersebut diterima
tindakan mendiskusikan rasa nonverbal. oleh individu.
keperawatan cemas/takutnya. 2. Beri kesempatan pasien untuk 2. Mengungkapkan rasa takut secara
selama 3x24 jam 2. Pasien tampak rileks mengungkapkan isi pikiran dan terbuka dimana rasa takut dapat
diharapkan : tidak tegangdan perasaan takutnya. ditujukan.
tidak terjadi melaporkan 3. Observasi tanda vital dan peningkatan 3. Mengetahui respon fisiologis yang
kecemasan pada kecemasannya respon fisik pasien. ditimbulkan akibat kecemasan.
klien dan tidak berkurang sampai 4. Beri penjelasan pasien tentang 4. Meningkatkan pengetahuan pasien
ada perubahan pada tingkat dapat prosedur tindakan operasi, harapan dalam rangka mengurangi kecemasan
status kesehatan. diatasi. dan akibatnya. dan kooperatif.
5. Lakukan orientasi danperkenalan 5. Mengurangi kecemasan dan
pasien terhadap ruangan,petugas, dan meningkatkan pengetahuan.
peralatan yang akan digunakan. 6. Mengurangi perasaan takut dan cemas.
6. Beri penjelasan dan suport pada pasien
pada setiap melakukan prosedur
tindakan.

3. Defisiensi pengetahuan Setelah ·  Klien menyatakan 1. Kaji informasi tentang kondisi 1. meningkatkan pemahaman dan
b.d Kurang informasi dilakukan pemahaman mengenai individu, prgnosis, tipe prosedur/lensa. meningkatkan kerja sama dengan
tentang penyakit. tindakan kondisi/proses penyakit & 2. Informasikan pasien untuk perawat.
keperawatan pengobatan. menghindari tetes mata yang dijual 2. Dapat bereaksi silang/campur dengan
selama 3x24 jam bebas. obat yang diberikan.
diharapkan : 3. Tekankan pentingnya evaluasi 3. pengawasan periodik menurunkan
perawatan rutin. Beri tahu untuk risiko komplikasi serius.
Klien lebih
melaporkan penglihatan berawan. 4. aktivitas yang menyebabkan mata
mengerti akan
4. Anjurkan pasien menghindari lelah/regang, manuver Valsalva, atau
penyakitnya
membaca, berkedip; mengangkat meningkatkan TIO dapat
berat, mengejan saat defekasi, mempengaruhi hasil bedah dan
membongkok pada panggul, meniup mencetuskan perdarahan.
hidung.

4. Nyeri akut b.d Luka pasca Setelah a. Nyeri berkuran. 1. Dorong pasien untuk melaporkan tipe, 1. Nyeri dirasakan dimanifestasikan dan
operasi. dilakukan b. Klien terlihat lebih lokasi dan intensitas nyeri, rentang ditoleransi secara individual.
tindakan rileks skala. 2. Kecepatan jantung biasanya
keperawatan 2. Pantau TTV. meningkat karena nyeri.
selama 3x24 jam 3. Berikan tindakan kenyamanan. 3. meningkatkan relaksasi.
diharapkan : 4. Beritahu pasien bahwa wajar saja , 4. adanya nyeri menyebabkan tegangan
nyeri berkurang, meskipun lebih baik untuk meminta otot yang menggangu sirkulasi
hilang dan analgesik segera setelah memperlambat proses penyembuhan
terkontrol. ketidaknyamanan menjadi dilaporkan. dan memperberat nyeri.
Kolaborasi : 5. Untuk mengontrol nyeri adekuat dan
menurunkan tegangan.
5. Berikan obat sesuai indikasi

5. Resiko cidera b.d Setelah a. Menyatakan 1. Diskusikan apa yang terjadi pada 1. Membantu mengurangi rasa takut dan
Keterbatasan penglihatan. dilakukan pemahaman factor pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan meningkatkan kerja sama dalam
tindakan yang terlibat dalam aktivitas, penampilan, balutan mata. pembatasan yang diperlukan.
keperawatan kemungkinancedera 2. Beri pasien posisi bersandar, kepala 2. Istirahat hanya beberapa menit sampai
selama 3x24 jam b. Mengubah lingkungan tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit beberapa jam pada bedah rawat jalan
diharapkan : sesuai indikasi untuk sesuai keinginan. atau menginap semalam bila terjadi
cedera dapat meningkatkan 3. Batasi aktivitas seperti menggerakkan komplikasi. Menurunkan tekanan
dicegah keamanan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, pada mata yang sakit, meminimalkan
membongkok. risiko perdarahan atau stres pada
4. Ambulasi dengan bantuan; berikan jahitan/jahitan terbuka.
kamar mandi khusus bila sembuh dari 3. Menurunkan stres pada area
anastesi. operasi/menurunkan TIO.
4. Memerlukan sedikit regangan daripada
penggunaan pispot, yang dapat
meningkatkan TIO.

6. Risiko infeksi b.d efek Setelah ·  Tidak ada tanda-tanda 1. Diskusikan pentingnya mencuci tangan 1. Menurunkan jumlah bakteri pada
samping prosedur dilakukan infeksi seperti kemerahan sebelum menyentuh / mengobati mata. tangan, mencegah kontaminasi area
invasive. tindakan dan iritasi. 2. Gunakan / tunjukkan tekhnik yang tepat operasi.
keperawatan untuk membersihkan bola mata. 2. Tekhnik aseptik menurunkan resiko
selama 3x24 jam 3. Tekankan pentingnya tidak menyentuh / penyebaran bakteri dan kontaminasi
diharapkan : menggaruk mata yang dioperasi. silang.
tidak terjadi 4. Berikan obat sesuai indikasi. 3. Mencegah kontaminasi dan kerusakan
infeksi. sisi operasi.
Kolaborasi :
4. Digunakan untuk menurunkan
5. Berikan obat sesuai indikasi. inflamasi.
5. Sediaan topikal digunakan secara
profilaksis, dimana terapi lebih
diperlukan bila terjadi infeksi.

7. Resiko ketidakefektifan Setelah 1. Klien mampu 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Sebagai modalitas dalam pemberian
penatalaksanaan regimen dilakukan mengidentifikasi tentang perawatan paska hospitalisasi. pendidikan kesehatan tentang
terapeutik b.d kurang tindakan kegiatan keperawatan 2. Terangkan cara penggunaan obat- perawatan di rumah.
pengetahuan, kurang keperawatan rumah (lanjutan) yang obatan. 2. Klien mungkin mendapatkan obat
sumber pendukung. Yang selama 3x24 jam diperlukan 3. Berikan kesempatan bertanya. tetes atau salep(topical).
ditandai dengan, diharapkan: 4. Tanyakan kesiapan klien paska 3. Meningkatkan rasa percaya, rasa
2. Keluarga menyatakan
pertanyan atau peryataan perawatan rumah hospitalisasi. aman, dan mengeksplorasi
siap untuk
salah konsepsi, tak akurat berjalan efektif. 5. Identifikasi kesiapan keluarga dalam pemahaman serta hal-hal yang
mendampingi klien
mengikuti instruksi, perawatan diri klien paska hospitalisasi. mungkin belum dipahami.
dalam melakukan
terjadi komplikasi yang 4. Respon verbal untuk meyakinkan
perawatan 6. Terangkan berbagai kondisi yang perlu
dapat dicegah kesiapan klien dalam perawatan
dikonsultasikan.
hospitalisasi.
5. Kesiapan keluarga meliputi orang
yang bertanggung jawab dalam
perawatan, pembagian peran dan tugas
serta penghubung klien dan institusi
pelayanan kesehatan.
6. Kondisi yang harus segera dilaporkan :
a. Nyeri pada dan disekitar mata,
sakit kepala menetap.
b. Setiap nyeri yang tidak berkurang
dengan obat pengurang nyeri.
c. Nyeri disertai mata merah,
bengkak, atau keluar cairan :
inflamasi dan cairan dari mata.
d. Nyeri dahi mendadak.
e. Perubahan ketajaman
penglihatan, kabur, pandangan
ganda, selaput pada lapang
penglihatan,

Anda mungkin juga menyukai