KATARAK
Dosen Pengampu :
Dibuat oleh :
A. Definisi Katarak
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia diatas 50 tahun (Ilyas, 2005).
Katarak adalah suatu keadaan lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi
keruh, asal kata katarak dari kata yunani cataractayang berarti air terjun. Mungkin
sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air
terjun di depan matanya. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti
ditutupi kabut. (Ilyas.2006)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa katarak adalah opasitas lensa kristalina yang
normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat
kelahiran ( katarak congenital ). Dapat juga berhubungan karena trauma mata tajam
maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti
diabetes miletus atau hipopara tiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan sinar
matahari ( ultraviolet ) yang lama, atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior.
B. Etiologi
Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi pada
usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor
lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan
oleh cidera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obatan tertentu (misal
kortikosteroid).
Katarak kongenitais adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian). Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan
(diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh:
Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan. Katarakn pada
dewasa dikelompokan menjadi:
Banyak penderita katarak yang mengalami gangguan penglihatan yang ringan dan
tidak sadar bahwa mereka menderita katarak. Faktor yang mempengaruhi terjadinya
katarak adalah:
2. Diabetes
C. Menifestasi Klinis
D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, di perifer
ada kortek, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opesitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
Katarak
Sudut bilik mata depan Sinar terpantul kembali Blocking sinar yang masuk
sempit kornea
Risiko cidera;infeksi
Gangguan sensori Pandangan kabur
Daya akomodasi lensa perceptual (visual)
terganggu
Membentuk daerah keruh Protein Lensa terputus
Pupil kontriksi menggantikan serabut2 disertai dengan influx
protein air kelapa
Sinar tidak tertampung
banyak pada siang hari
Menghambat jalan
cahaya ke retina
Pandangan berkabut
F. Pemeriksaan Diagnostik
Risiko jatuh
1. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
penglihatan ke retina.
papiledema, perdarahan.
G. Penatalaksanaan
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas atau
mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap dengan pembedahan. (Vaughan
DG & Arif, Mansjoer).
Penatalaksanaan Non-Bedah :
2. Memperlambat progresivitas
3. Penilaian terhadap perkebangan visus pada katarak insipien dan imatur.
d. Midriatil; dilatasi pupil akan memeberikan efek positif pada lateral aksial
dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5% atau tropikamid
1% dapat memberikan penglihatan yang jelas.
Pembedahan Katarak
H. Komplikasi
Komplikasi katarak akan terjadi apabila penanganan terhadap penyakit ini tidak
cepat. Beberapa komplikasi katarak yang biasa terjadi antara lain adalah sebagai
berikut.
1. Pandangan mata semakin samar akibat lensa yang terus-menerus buram dan
berwarna seperti susu.
2. Sensitivitas terhadap cahaya matahari lebih tinggi dari waktu ke waktu sehingga
penderita benar-benar tidak nyaman terhadap silau.
3. Pada awalnya mungkin penglihatan terhadap suatu benda masih bisa jelas, namun
lama-kelamaan penderita akan merasa kurang nyaman dan melihat sebuah objek
seakan menjadi dua.
I. Diagnosa Keperawatan
ketidakmampuan pandangan.
2. Risiko infeksi b.d pertahanan primer dna prosedur invasif (bedah pengangkatan
katarak).
4. Risiko jatuh.
J. Discharge Planning
4. Aktivitas yang perlu diperhatikan setelah dioperasi yaitu berbaring pada sisi yang
5. Pelajari cara menjaga hygiene mata (membuang drainase yang mengeras dengan
menyeka kelopak mata yang terpejam dengan menggunakan bola kapas yang
dilembabkan dengan larutan irigasi mata), dan tidak menekan mata bila merawat
mata.
Daftar Pustaka
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Alamat
e. No Rekam Medis
f. Diagnosa medis
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan masa lalu
b. Riwayat kesehatan saat ini
b. Nutrisi/ metabolic
1) Bagaimana asupan nutrisi klien sejak terkena gangguan?
2) Apakah klien mau memakan makanannya?
c. Pola eliminasi
1) Bagaimana frekuensi klien BAB?
2) Bagaimana frekuensi BAK klien?
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi ROM
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total.
e. Pola tidur dan istirahat
Klien kurang tidur, klien kurang istirahat karena faktor dan data yang disebutkan
atau didapatkan pada saat pemeriksaan
f. Pola kognitif-perseptual
1) Bagaimana perasaan klien terhadap panca indranya?
2) Apakah klien menggunakan alat bantu?
g. Pola persepsi diri/konsep diri
1) Bagaimana perasaan klien tentang kondisinya saat ini?
h. Pola seksual dan reproduksi
1) Apakah klien mengalami gangguan pada alat reproduksinya?
2) Apakah klien mengalami gangguan saat melakukan hubungan seksual?(jika
sudah menikah)
i. Pola peran-hubungan
1) Bagaimana hubungan klien dengan keluarga setelah terjadinya gangguan?
2) Apakah peran klien masih bisa dilakukan
j. Pola manajemen koping stress
1) Apakah klien merasa depresi dengan keadaannya saat ini?
k. Pola keyakinan-nilai
1) Apakah klien selalu rajin sembahyang?
2) Apakah hal tersebut dipengaruhi oleh gangguan ini?
l. Pemeriksaan penunjang
1) Darah
Neutrofil 7.67%
Monosit 8.66%
Hematokrit 36.4%
MCV 80.9 fL
MCHC 36.1 g/d
RDW 11.3%
PLT 403 10e3/UL
MPV 5.01 fL
ANALISA DATA
DO:
DO
DO:
DO :
DO :
DO :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi Setelah 1. Mengenal gangguan 1. Kaji ketajaman penglihatan, catat 1. Kebutuhan tiap individu dan pilihan
sensori-perseptual dilakukan sensori danber apakah satu atau dua mata terlibat. intervensi bervariasi sebab kehilangan
penglihatan b.d Gangguan tindakan kompensasi terhadap 2. Orientasikan klien tehadaplingkungan. penglihatan terjadi lambat dan
penerimaan sensori/status keperawatan perubahan. 3. Observasi tanda-tandadisorientasi. progresif.
organ indera ditandai selama 3x24 jam 2. Mengidentifikasi/mem 4. Pendekatan dari sisi yangtak dioperasi, 2. Memberikan peningkatan kenyamanan
dengan menurunnya diharapkan perbaiki potensial bicaradengan menyentuh. dan kekeluargaan, menurunkan cemas
ketajaman penglihatan. masalah presepsi bahaya dalam 5. Ingatkan klien menggunakan kacamata dan disorientasipasca operasi.
sensori lingkungan. katarak yang tujuannya memperbesar 3. Terbangun dalam lingkungan yang
penglihatan kurang lebih 25%, penglihatan perifer tidak dikenal dan mengalami
teratasi. hilang. keterbatasan penglihatan dapat
6. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi mengakibatkan kebingungan terhadap
bel pemanggil dalam jangkauan/posisi orang tua.
yang sehat. 4. Memberikan rangsang sensori tepat
terhadap isolasi dan menurunkan
bingung.
5. Perubahan ketajaman dan kedalaman
persepsi dapat menyebabkan bingung
penglihatan dan meningkatkan resiko
cedera sampai pasien belajar untuk
mengkompensasi.
6. Memungkinkan pasien melihat objek
lebih mudah dan memudahkan
panggilan untuk pertolongan
biladiperlukan.
2. Ansietas b.d Perubahan Setelah 1. Pasien 1. Kaji tingkat kecemasan pasien dan 1. Derajat kecemasan akan dipengaruhi
pada status kesehatan. dilakukan mengungkapkan dan catat adanya tanda- tanda verbal dan bagaimana informasi tersebut diterima
tindakan mendiskusikan rasa nonverbal. oleh individu.
keperawatan cemas/takutnya. 2. Beri kesempatan pasien untuk 2. Mengungkapkan rasa takut secara
selama 3x24 jam 2. Pasien tampak rileks mengungkapkan isi pikiran dan terbuka dimana rasa takut dapat
diharapkan : tidak tegangdan perasaan takutnya. ditujukan.
tidak terjadi melaporkan 3. Observasi tanda vital dan peningkatan 3. Mengetahui respon fisiologis yang
kecemasan pada kecemasannya respon fisik pasien. ditimbulkan akibat kecemasan.
klien dan tidak berkurang sampai 4. Beri penjelasan pasien tentang 4. Meningkatkan pengetahuan pasien
ada perubahan pada tingkat dapat prosedur tindakan operasi, harapan dalam rangka mengurangi kecemasan
status kesehatan. diatasi. dan akibatnya. dan kooperatif.
5. Lakukan orientasi danperkenalan 5. Mengurangi kecemasan dan
pasien terhadap ruangan,petugas, dan meningkatkan pengetahuan.
peralatan yang akan digunakan. 6. Mengurangi perasaan takut dan cemas.
6. Beri penjelasan dan suport pada pasien
pada setiap melakukan prosedur
tindakan.
3. Defisiensi pengetahuan Setelah · Klien menyatakan 1. Kaji informasi tentang kondisi 1. meningkatkan pemahaman dan
b.d Kurang informasi dilakukan pemahaman mengenai individu, prgnosis, tipe prosedur/lensa. meningkatkan kerja sama dengan
tentang penyakit. tindakan kondisi/proses penyakit & 2. Informasikan pasien untuk perawat.
keperawatan pengobatan. menghindari tetes mata yang dijual 2. Dapat bereaksi silang/campur dengan
selama 3x24 jam bebas. obat yang diberikan.
diharapkan : 3. Tekankan pentingnya evaluasi 3. pengawasan periodik menurunkan
perawatan rutin. Beri tahu untuk risiko komplikasi serius.
Klien lebih
melaporkan penglihatan berawan. 4. aktivitas yang menyebabkan mata
mengerti akan
4. Anjurkan pasien menghindari lelah/regang, manuver Valsalva, atau
penyakitnya
membaca, berkedip; mengangkat meningkatkan TIO dapat
berat, mengejan saat defekasi, mempengaruhi hasil bedah dan
membongkok pada panggul, meniup mencetuskan perdarahan.
hidung.
4. Nyeri akut b.d Luka pasca Setelah a. Nyeri berkuran. 1. Dorong pasien untuk melaporkan tipe, 1. Nyeri dirasakan dimanifestasikan dan
operasi. dilakukan b. Klien terlihat lebih lokasi dan intensitas nyeri, rentang ditoleransi secara individual.
tindakan rileks skala. 2. Kecepatan jantung biasanya
keperawatan 2. Pantau TTV. meningkat karena nyeri.
selama 3x24 jam 3. Berikan tindakan kenyamanan. 3. meningkatkan relaksasi.
diharapkan : 4. Beritahu pasien bahwa wajar saja , 4. adanya nyeri menyebabkan tegangan
nyeri berkurang, meskipun lebih baik untuk meminta otot yang menggangu sirkulasi
hilang dan analgesik segera setelah memperlambat proses penyembuhan
terkontrol. ketidaknyamanan menjadi dilaporkan. dan memperberat nyeri.
Kolaborasi : 5. Untuk mengontrol nyeri adekuat dan
menurunkan tegangan.
5. Berikan obat sesuai indikasi
5. Resiko cidera b.d Setelah a. Menyatakan 1. Diskusikan apa yang terjadi pada 1. Membantu mengurangi rasa takut dan
Keterbatasan penglihatan. dilakukan pemahaman factor pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan meningkatkan kerja sama dalam
tindakan yang terlibat dalam aktivitas, penampilan, balutan mata. pembatasan yang diperlukan.
keperawatan kemungkinancedera 2. Beri pasien posisi bersandar, kepala 2. Istirahat hanya beberapa menit sampai
selama 3x24 jam b. Mengubah lingkungan tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit beberapa jam pada bedah rawat jalan
diharapkan : sesuai indikasi untuk sesuai keinginan. atau menginap semalam bila terjadi
cedera dapat meningkatkan 3. Batasi aktivitas seperti menggerakkan komplikasi. Menurunkan tekanan
dicegah keamanan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, pada mata yang sakit, meminimalkan
membongkok. risiko perdarahan atau stres pada
4. Ambulasi dengan bantuan; berikan jahitan/jahitan terbuka.
kamar mandi khusus bila sembuh dari 3. Menurunkan stres pada area
anastesi. operasi/menurunkan TIO.
4. Memerlukan sedikit regangan daripada
penggunaan pispot, yang dapat
meningkatkan TIO.
6. Risiko infeksi b.d efek Setelah · Tidak ada tanda-tanda 1. Diskusikan pentingnya mencuci tangan 1. Menurunkan jumlah bakteri pada
samping prosedur dilakukan infeksi seperti kemerahan sebelum menyentuh / mengobati mata. tangan, mencegah kontaminasi area
invasive. tindakan dan iritasi. 2. Gunakan / tunjukkan tekhnik yang tepat operasi.
keperawatan untuk membersihkan bola mata. 2. Tekhnik aseptik menurunkan resiko
selama 3x24 jam 3. Tekankan pentingnya tidak menyentuh / penyebaran bakteri dan kontaminasi
diharapkan : menggaruk mata yang dioperasi. silang.
tidak terjadi 4. Berikan obat sesuai indikasi. 3. Mencegah kontaminasi dan kerusakan
infeksi. sisi operasi.
Kolaborasi :
4. Digunakan untuk menurunkan
5. Berikan obat sesuai indikasi. inflamasi.
5. Sediaan topikal digunakan secara
profilaksis, dimana terapi lebih
diperlukan bila terjadi infeksi.
7. Resiko ketidakefektifan Setelah 1. Klien mampu 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Sebagai modalitas dalam pemberian
penatalaksanaan regimen dilakukan mengidentifikasi tentang perawatan paska hospitalisasi. pendidikan kesehatan tentang
terapeutik b.d kurang tindakan kegiatan keperawatan 2. Terangkan cara penggunaan obat- perawatan di rumah.
pengetahuan, kurang keperawatan rumah (lanjutan) yang obatan. 2. Klien mungkin mendapatkan obat
sumber pendukung. Yang selama 3x24 jam diperlukan 3. Berikan kesempatan bertanya. tetes atau salep(topical).
ditandai dengan, diharapkan: 4. Tanyakan kesiapan klien paska 3. Meningkatkan rasa percaya, rasa
2. Keluarga menyatakan
pertanyan atau peryataan perawatan rumah hospitalisasi. aman, dan mengeksplorasi
siap untuk
salah konsepsi, tak akurat berjalan efektif. 5. Identifikasi kesiapan keluarga dalam pemahaman serta hal-hal yang
mendampingi klien
mengikuti instruksi, perawatan diri klien paska hospitalisasi. mungkin belum dipahami.
dalam melakukan
terjadi komplikasi yang 4. Respon verbal untuk meyakinkan
perawatan 6. Terangkan berbagai kondisi yang perlu
dapat dicegah kesiapan klien dalam perawatan
dikonsultasikan.
hospitalisasi.
5. Kesiapan keluarga meliputi orang
yang bertanggung jawab dalam
perawatan, pembagian peran dan tugas
serta penghubung klien dan institusi
pelayanan kesehatan.
6. Kondisi yang harus segera dilaporkan :
a. Nyeri pada dan disekitar mata,
sakit kepala menetap.
b. Setiap nyeri yang tidak berkurang
dengan obat pengurang nyeri.
c. Nyeri disertai mata merah,
bengkak, atau keluar cairan :
inflamasi dan cairan dari mata.
d. Nyeri dahi mendadak.
e. Perubahan ketajaman
penglihatan, kabur, pandangan
ganda, selaput pada lapang
penglihatan,