Disusun oleh
ANGGIT DWI PRASETYO
1
BAB 1
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
2
1.2 TUJUAN PENULIS
1. Untuk mengetahui upaya mengurangi resiko pasien jatuh
2. Untuk mengetahui pengertian jatuh
3. Untuk mengetahui faktor resiko yang menyebabkan pasien jatuh
4. Untuk mengetahui pencegahan jatuh pada pasien
5. Untuk mengetahui SOP penanganan pasien jatuh
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
penanganan pasien jatuh, merupakan langkah yang harus dilakukan untuk
menurunkan resiko jatuh dan cidera pada pasien yang dirawat. Resiko
jatuh dapat dicegah, namun mencegah resiko jatuh bukan berarti pasien
harus membatasi mobilitas dan aktivitasnya (contohnya berjalan, mandi,
BAB, BAK, dsb) dan mengharuskan pasien untuk berada di tempat tidur
saja. Oleh karena itu pencegahan resiko jatuh membutuhkan intervensi dan
modifikasi sesuai kebutuhan individual pasien berdasarkan hasil
pengkajian terhadap faktor resiko jatuh pasien.
Dalam upaya mengurangi resiko pasien cedera karna jatuh kita perlu
memperhatikan beberapa hal seperti usia, riwayat jatuh, aktivitas, defisit
(penglihatan, pendengaran), kognitif, pola BAB dan BAK,
mobilitas/motori. Kita harus memperhatikan usia karena resiko jatuh orang
yang lanjut usia misal 65 tahun akan lebih tinggi dibanding pada usia
dewasa, biasanya semakin bertambah tua usia seseorang tingkat
penglihatannya akan menurun, penurunan ini pun harus kita perhatikan
karna penurunan penglihatan jelas dapat mengganggu orang tersebut
beraktivitas dan dapat menyebabkan suatu cedera.
Pengurangan resiko pasien jatuh memerlukan komitmen yang tinggi
dari pimpinan dan seluruh staf. Rumah sakit harus memiliki budaya aman
agar setiap orang sadar dan memiliki tanggung jawab terhadap
keselamatan pasien karena pencegahan pasien jatuh merupakan tanggung
jawab seluruh staf di RS baik medik maupun non medik, tetap dan tidak
tetap. Seluruh karyawan harus waspada terhadap risiko jatuh pasien dan
berpartisipasi dalam melakukan tindakan pencegahan diseluruh area rumah
sakit dimana pasien berada, baik area klinis/perawatan maupun area non
klinis (contohnya: area parkir, ruang tunggu, koridor RS, ruang
administrasi, dll).
2.2 Pengertian Jatuh
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak
5
terbaring/terduduk dilantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2004).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang
sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak
termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang.
Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab spesifik yang jenis dan
konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar
mengalami jatuh (Stanley, 2006)
Jatuh merupakan pengalaman pasien yang tidak direncanakan untuk
terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang pada
saat istirahat yang dapat dilihat/dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak
dapat dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan,
dan lainnya.
2.3 Faktor Resiko
1. Faktor intrinsi
Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menetukan mengapa
seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam
kondisi yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2006). Faktor
intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskeletal
misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas
bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-
tiba yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan
gejala lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan pusing
(Lumbantobing, 2004).
2. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan
sekitarnya) diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai
yang licin, tersandung benda-benda (Nugroho, 2000). Faktor-faktor
ekstrinsik tersebut antara lain lingkungan yang tidak mendukung
meliputi cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tempat
berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak di bawah,
6
tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-obatan
yang diminum dan alat-alat bantu berjalan (Darmojo, 2004).
2.4 Akibat Jatuh
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik
dan psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh
adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat
jatuh adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta
kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun cedera
fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat
memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya
diri, penbatasan dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh
(Stanley, 2006).
2.5 Pencegahan
Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2004), ada 3
usaha pokok untuk pencegahan jatuh yaitu :
1. Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari
adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan
sensorik, neurologis, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang
sering menyebabkan jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang
berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan.
Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai
rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah
dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk,
dapat bergerser sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah ini
sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
jalan/tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi dibuat tidak licin
sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah
dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di
dinding.
2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
7
Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan
badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila
goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka
diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis. Penilaian gaya
berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah kakinya menapak
dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki
dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremits
bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu
harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.
3. Mengatur/ mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita
lanjut usia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut
usia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat
dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan, faktor
situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan
kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui
batasan yang diperbolehgkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi
fisik. Maka di anjurkan lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang
sangat melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
2.6 Upaya Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
1. Mengenali faktor resiko jatuh dan melakukan penilaian risiko melalui
pengkajian awal dan pengkajian ulang
2. ·Melakukan intervensi pencegahan reisiko jatuh
3. ·Memonitor resiko jatuh Penilaian resiko jatuh menggunakan skala
Morse untuk pasien dewasa dan skala Humpty Dumpty untuk pasien
anak - anak.
2.7 Contoh Penerapannya Dalam Pelayanan Keperawatan
1. Penambahan tempat tidur yang mempunyai penghalang disamping
tempat tidur.
2. Tersedia restrain dan alat dressing yang sesuai dengan jumlah pasien.
8
3. Obat-obatan (perawat melihat efek samping obat yang memungkinkan
terjadinya jatuh)
4. Penglihatan menurun ( perawat dapat tetap menjaga daerah yang dapat
menyebabkan jatuh menggunakan kacamata, sehingga pasien dapat
berjalan sendiri, misalnya pada malam hari.
5. Perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien.
6. Perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh
misalnya sepatu atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya.
7. (Jatuh dilantai) perawat mengecek penyebab sering terjadinya jatuh,
misalnya terlalu banyak furniture, daerah yang gelap, dan sedikit
hidarasi ( perawat menganjutkan untuk minum 6-8 gelas perhari ).
8. Mengorientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan
sistem komunikasi yang ada
9. Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
10. Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari
11. Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
12. Berikan alas kaki yang tidak licin
13. Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin.
2.8 Panduan Pengkajian Resiko Jatuh
Penilaian meliputi berbagai aspek seperti riwayat jatuh,
menggunaan alat bantu jalan, kebiasaan berjalan, kebiasaan berkemih,
penyakit dan obat yang dikonsumsi, dan lain - lain. Penilaian terhadap
resiko jatuh diharapkan dapat mengurangi resiko jatuh dan meningkatkan
kewaspadaan terhadap pasien beresiko jatuh. Dengan mengenali resiko
jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan
tindakan pencegahan yang sesuai.
Dalam mencapai sasaran tersebut, maka pada umumnya rumah
sakit diharapkan untuk:
1. Mampu melakukan pengkajian (penilaian = assessment) sedini
mungkin risiko jatuh pasien, dan melakukan pengkajian ulang jika
9
diindikasikan demikian, misalnya jika terjadi perubahan kondisi, atau
mendapatkan obat yang bisa meningkatkan risiko jatuh si pasien.
2. Pada pasien yang diidentifikasi memiliki risiko jatuh, maka dinilai
apakah perlu dilakukan intervensi atau tidak, jika seandainya perlu,
maka ada prosedur untuk hal tersebut yang dikenal sebagai pencegahan
jatuh pada pasien.
3. Saat intervensi atau prosedur tersebut dilakukan, maka perlu dilakukan
pengawasan, tentu saja juga melalui pendokumentasian; apakah cara
yang dilakukan berhasil, dan apakah cukup efektif.
4. Rumah sakit juga perlu menetapkan kebijakan serta panduan dalam
mendukung pencapaian sasaran ini. Terutama dalam hal melindungi
pasien yang ada di lingkungan rumah sakit.
10
4. Jauhkan kabel-kabel dari jalur berjalan pasien
5. Posisikan tempat tidur rendah (tinggi tempat tidur sebaiknya
63,5 cm) dan pastikan roda terkunci
6. Tentukan penggunaan paling aman untuk pegangan di sisi tempat
tidur. Ingat bahwa menggunakan 4 sisi pegangan tempat tidur
dianggap membatasi gerak ( mehanical restraint)
7. Menggunakan sandal anti licin
8. Pastikan pencahayaan adekuat
9. Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan
10. Bantu pasien ke kamar mandi jika diperlukan
11. Evaluasi efektifitas obat-obatan yang meningkatkan predisposisi
jatuh (sedasi, antihipertensi, diuretic, benzodiazepine, dan
sebagainya) konsultasikan dengan dokter atau petugas farmasi jika
perlu
12. Konsultasikan dengan dokter mengenai kebutuhan fisioterapi pada
pasien dengan gangguan keseimbangan / gaya berjalan / penurunan
fungsional
13. Nilai ulang status kemandirian pasien setiap hari
14. Pantau adanya hipertensi ortostatik jika pasien mengeluh pusing
atau vertigo dan ajari pasien untuk bangun dari tempat tidur secara
perlahan
15. Gunakan peninggi tempat dudukan toilet, jika diperlukan
16. Penggunaan alat bantu (tongkat, penopang), jika perlu
17. Berikan edukasi mengenai teknik pencegahan jatuh kepada pasien
dan keluarganya
C. Prosedur Pencegahan Jatuh pada Pasien Resiko Sedang dan
Tinggi
1. Langsung diterapkan pada saat pasien memasuki ruang perawatan
a. Berikan tanda didepan kamar pasien untuk identifikasi pasien
resiko jatuh
b. Lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos perawat
11
c. Kunjungi pasien setiap jam oleh petugas medis dan lakukan
pengawasan ketat
d. Pastikan sepanjang waktu bahwa posisi tempat tidur rendah dan
kedua sisi pegangan tempat tidur terpasang dengan baik
e. Tawarkan bantuan ke kamar mandi setiap 2 jam
f. Batasi aktivitas pasien dan berikan tindakan pencegahan pada
pasien dan keluarga
g. Perawat mengingatkan keluarga untuk membawa alas kaki dan
alat bantu dari rumah (seperti tongkat, alat penopang)
h. Nilai kebutuhan akan fisioterapi
i. Nilai gaya berjalan pasien dan catat
j. Pastikan pasien menggunakan
12
disetiap kamar dilakukan n infeksi di
4. Terdapat 1 box perawat fasilitas
handscoon 3. Jumlah alat pelayanan
pada troly medis di RS kesehatan
5. Tim PPI terbatas 3. Adanya
mengingatkan mahasiswa
dan mereview yang
pada saat sedang
upacara praktek
13
pengadaan HAIs
alat sterilisasi
dan alat medis
pada setiap
ruangannya
BAB III
PENUTUP
14
3.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Memberikan
keselamatan kepada pasien merupakan hal yang sangat penting. Dan untuk
mencapai keselamatan pasien diperlukan sasaran-sasaran keselamatan
pasien, salah satunya adalah mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh.
Bila resiko pasien cedera karna jatuh ini bisa dikurangi, maka proses
penyembuhan klien akan lebih cepat. Tanggung jawab sasaran ini terutama
ada pada rumah sakit selaku penyedia fasilitas, namun segala komponen
yang terkait juga punya tanggung jawab yang besar terhadap keselamatan
pasien
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yakni sebagai seorang
mahasiswa harus lebih banyak lagi belajar dan bertanya agar lebih bisa
mengerti dan memahami tentang keselamatan pasien ini. Karena ini
merupakan salah satu hal pokok yang harus dikuasai.
DAFTAR PUSTAKA
15
Depkes RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/78242448/Jtptunimus-Gdl-Ariastikai-5515-3-diakses
30 Oktober 2018.
16