Anda di halaman 1dari 53

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gaya gesek adalah gaya berarah melawan gerak benda atau arah kecenderungan
benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda bersentuhan.
Benda-benda yang dimaksud di sini tidak harus berbentuk padat, melainkan dapat
pula berbentuk cair, ataupun gas. Gaya gesek antara dua buah benda padat misalnya
adalah gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan gaya antara benda padat dan cair
serta gas adalah gaya Stokes. Dimana suku pertama adalah Gaya gesek yang dikenan
sebagai gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan suku kedua dan ketiga adalah gaya
gesek pada benda dalam fluida (Giancolli,1998).
Gaya gesek dapat merugikan dan juga bermanfaat. Panas pada poros yang
berputar, engsel pintu, dan sepatu yang rusak adalah contoh kerugian disebabkan
oleh gaya gesek. Akan tetapi tanpa gaya gesek manusia tidak dapat berpindah tempat
karena gerakan kakinya hanyan menggelincir diatas lantai. Tanpa adanya gaya gesek
antara ban mobil dan jalan, mobil hanya akan slip dan tidak membuat mobil dapat
bergerak. Tanpa adanya gaya gesek juga tidak dapat tercipta parasut.
Gaya gesek merupakan akumulasi antara interaksi mikro antar kedua permukaan
yang saling besentuhan. Gaya-gaya yang bekerja antara lain adalah gaya elektronik
pada masing-masing permukaan. Dalam sehari-hari gaya sering diartikan sebagai
tarikan atau dorongan terutama yang di lakukan otot-otot kita. Sehingga yang kita
perlu mengetahui peran penting dan besarnya dalam kehidupan sehari-hari. Di
pratikum kali ini kita akan mempelajari nya, yaitu menentukan koefisien gesek statis
( μs ) dan koefisien gaya kinetic ¿) dari kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari
batuan gaya gesek walaupun kita terkadang tidak menyadari akibat dari pentingnya
pengetahuan untuk memahami tentang gaya gesek dalam kehidupan kita sehari hari,
maka di lakukan percobaan agar dapat kita memahami pentingnya gaya gesek
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan gaya antara benda padat dan cair serta gas
adalah gaya Stokes. Pada saat menggunakan bidang miring tersebut
tentu pastinya akan terjadi gesekan. Gesekan akan terjadi jika

61 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

antara dua permukaan benda saling bersentuhan satu sama lain,


baik di udara dan air (Tim Fisika Dasar, 2010).
1.1 Tujuan Percobaan
1.1.1 Tujuan Intruksi Umum (TIU)
1. Kami dapat memahami konsep gaya gesek.
2. Kami dapat melakukan pengamatan gaya gesek.
1.1.2 Tujuan Intruksi Khusus (TIK)
1. Kamidapat menjelaskan perbedaan-perbedaan gesekan statis dan koefisien
gesekan kinetik.
2. Kami dapat mengamati koefisien gesek dari berbagai macam benda.
3. Kami dapat menjelaskan kaitan antara koefisien gesek kinetis dengan
percepatan gerak benda dan percepatan gerak gravitasi.

62 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gaya Gesek
Koefisien gesekan timbul karena adanya perpaduan antara dua permukaan, oleh
karena itu dalam melukis vektor gaya gesekan selalu ada permukaan yang bertemu.
Koefisien gesekan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu koefisien gesek statis dan
koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek statis adalah koefisien gesek antara dua
permukaan diam, sedangkan koefisien gesek kinetis adalah koefisien gesekan yang
terjadi pada benda-benda yang beradu dimana benda satu bergerak relatif terhadap
benda lainnya.

Gambar 2.1 Gaya Gesek (Giancoli 1998)


Bila ditinjau dari sifat geraknya maka kemungkinan harga koefisien statis (µs)
adalah µs < µk. Apabila ditinjau dari sebuah benda pada bidang miring. Pada saat
benda tepat akan bergerak, maka posisi itu berlaku :

∑Fx = 0 dan ∑Fy=0


.........……………………………………………....(2.3.1)

Dimana : ∑F = Gaya Resultan (N)


Dengan meninjau gaya-gaya yang bekerja pada benda maka dapat dibuktikan
bahwa µs= tan, dimana adalah sudut kemiringan bidang terhadap bidang horizontal

63 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Permukaan sebuah bena meluncur diatas permukaan beda lain masing-masing benda
akan saling melakukan benda akan saling melakukan yang (Tim Fisika Dasar,2015).
Permukaan sebuah bena meluncur diatas permukaan beda lain masing-masing
benda akan saling melakukan gaya gesekan, sejajar dengan permukaan. Gaya
gesekan terhadap tiap benda berlawanan arahnya dengan arah gerakannya relatif
terhadap benda “lawan”nya. Jadi jika sebuah balok meluncur dari kiri ke anan diatas
permukaan sebuah meja. Suatu gaya gesek kekiri akan bekerja terhadap meja. Gaya
gesekan juga ada yang bekerja dalam keadaan tidak terjadi gerakan relatif. Suatu
gaya horizontal terhadap sebuah peti berat yang terletak dilantai mungkin saja tidak
cukup besar untuk menggerakkan peti itu. Karena gaya tersebut terimbangi oleh
suatu gaya gesekan yang besarnya sama dengan berlawanan arah, yang dikerjakan
oleh lantai terhadap peti (Francis,1998).
Gaya gesekan adalah gaya yang timbul akibat bersentuhan langsung antara dua
permukaan benda dengan arah berlawanan terhadap kecenderungan arah gerak
benda. Jika sebuah balok yang beratnya w diletakkan pada bidang datar dan pada
balok tidak bekerja gaya luas, maka besarnya gaya normal (N) sama dengan gaya
berat (W) sesuai persamaan :

N=W …..…………..…………………….…………………….…..(2.3.2)

Dimana : N = Gaya Normal (N) ,W = Gaya Berat (N)


Gaya normal adalah gaya yang ditimbulkan oleh alas bidang dimana benda
ditempatkan dan tegak lurus terhadap bidang itu. Sesuai persamaan diatas jika sebuah
benda dengan massanya m, benda pada bidang miring yang lain dengan sudut
kemiringan maka besarnya gaya normal (N) sama dengan mgcos. Gaya gesek adalah
gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah kecenderungan benda kan
bergerak. Benda-benda yang dimaksud disini tidak harus berbentuk padat, melainkan
dapat pula berbentuk cair ataupun gas. Gaya gesek antara dua benda padat misalnya
adalah gaya gesek statisdan gaya gesek kinetis. Sedangkan antara benda padat dan
cair ataupun gas disebut gaya stokes. Gaya gesek dapat merugian ataupun
menguntungkan. Panas pada proses yang berputar, engsel pintu yang berderit dan sep
atu rusak adala contoh kerugian yang disebabkan gaya gesek. Akan tetapi tanpa gaya
gesek manusia tidak dapat berpindah tempat karena gesekan kakinya hanya

64 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

menggelincir diatas lantai. Tanpa adanya gaya gesek tidak akan tercipta parasut yang
kita lihat sekarang kemudia  (Giancolli,1998).
Pada gaya gesek terdapat gaya normal yaitu gaya yag dilakukan benda terhadap
benda lain dengan arah tegak lurus bidang antara permukaan benda. Secara
matematika hubungan antara gaya gesek dengan gaya normal adalah Tanda sama
dengan itu menunjukkan bila gaya gesek mencapai maksimum. Besar µk dan µs
tergantung pada sifat permukaan yang saling bergesekan harganya bisa lebih besar
dari suatu yang biasanya lebih kecil.
Hukum-hukum tentang gesekan adalah hukum yang berdasarkan pengalaman.
Gesekan suatu benda yang menggelinding diatas permukaan dilawan oleh gaya yang
timbul akibat perubahan bentuk permukaan yang bersinggungan. Contoh sebuah
kubus diam pada suatu bidang miring memiliki sudut, kemudian diperbesar sudutnya
maka kubus akan mulai tergelincir dalam kehidupan sehari-hari (Astuti,1997).
Dalam percobaan kali ini akan berlaku hukum newton I dan II. Hukum newton I
menyatakan “Setiap benda akan berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus
beraturan kecuali jika dipaksa untuk mengubah keadaan ini oleh gaya-gaya yang
berpengaruh padanya”. Sesungguhnya hukum newton ini memberikan pernyataan
tentang kerangka acuan. Pada umumnya percepatan suatu benda bergantung
kerangka acuan mana ia diukur. Hukum ini menyatakan bahwa jika tidak ada benda
lain didekatnya (artinya tidak ada gaya yang bekerja, karena setiap gaya harus
dikaitkan dengan benda dan dengan lingkungannya) maka dapat dicari suatu keluarga
kerangka acuan sehingga suatu partikel tidak mengalami percepatan.
Hukum newton II menyatakan “percepatan yang dialami oleh suatu benda
sebanding dengan besarnya gaya yang bekerja dan berbanding terbalik dengan massa
benda dan adalah vector percepatannya.
Sebagai contoh adalah saat kita mendorong buku yang berada diatas meja
kemudian dilepaskan. Buku itu akan bergeser dan kemudian bergerak. Menurut
hukum newton II, perubahan gerak ini disebabkan oleh adanya gaya yang arahnya
berlawanan dengan arah gerak buku itu. Kalau gaya itu tidak ada tentulah buku tidak
bergerak beraturan. Menurut hukum newton I gaya gesekan.
Jika gaya yang kita berikan kecil, gaya gesek statis pun kecil. Makin besar gaya
gesekan statis itu maka makin besar gaya gesekan yang kita berikan. Benda bergerak

65 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

kearah gaya yang kita berkan. Benda bergerak kearah gaya yang kita berikan. Ini
berarti gaya gesek tidak dapat bertambah besar lagi. Gaya gesekan statis mencapai
maksimum. Nilai maksimum suatu benda ini dsebut juga gaya gesekan (statis
maksimum) untuk dua permukaan yang bergesekan Pada saat gaya gesekan
maksmum benda kan tetap bergerak (Anonim, 2008).
Gaya gesek selalu bekerja pada permukaan. benda padat yang saling
bersentuhan , sekalipun benda tersebut sangat licin dan permukaan benda juga sangat
licin tetap sangat kasar pada skala mikroskopis. Ketika benda bergerak, tonjolan-
tonjolan mikroskopis ini mengganggu gerak tersebut. Pada tingkat ataom tonjolan
pada permukaan lainnya, sehingga gaya-gaya listrik diantara atom dapat membentuk
ikatan kimia, sebagai penyatu benda bergerak misalnya ketika mendorong sebuah
buku pada permukaan meja, gerakan buku tersebut mengalami hambatan dan
akhirnya akan berhenti. Hal ini disebabkan oleh pembentukan dan pelepasan ikatan
tersebut menggunakan alat-alat yang telah disediakan dalam kehidupan sehari-hari
(Giancolli, 2001).
2.2 Hukum-Hukum Newton
2.2.1 hukum I Newtom
Benda yang diam akan bergerak jika diberi gaya benda yang sudah bergerak
dengan kecepatan tertentu akan tetap bergerak dengan kecepatan itu jika tidak ada
gangguan (gaya). Hal diatas merupakan dasar hukum yaitu Hukum Newton I. Bunyi
Hukum Newton I adalah “ jika resultan gaya pada benda sama dengan nol maka
benda yang diam akan tetap diam“. Secara sederhanaHukum Newton I menyatakan
bahwa percepatan benda nol jika gaya total (resultan gaya) yang bekerja pada benda
yang sama dengan nol. Maka rumusnya adalah ∑ F=¿Resultan Gaya.
Sebenarnya hukum I newton diatas itu sudah pernah diucapkan oleh Galileo
beberapa tahun sebelum Newton. Ahli Galileo menyatakan bahwa “kecepatan yang
diberikan pada suatu benda akan tetap dipertahankan jika semua gaya tersebut
penghambatnya dihilangkan.
2.2.2 Hukum II Newton
Hukum Newton II akan membahas keadaan benda jika resultan gaya pada
benda tidak nol. Bayangkan anda mendorong sebuah benda yang gaya F dilantai
yang licin sekali sehingga benda itu bergerak dengan kecepatan 0 menurut hasil

66 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

percobaan. Jika gaya tersebut diperbesar dua kali ternyata percepatannya menjadi dua
kali lebih besar. Disini dapat disimpulkan bahwa percepatan sebanding dengan
resultan gaya yang bekerja. “percepatan suatu benda sebanding dengan jumlah gaya
(resultan gaya) yang bekerja pada benda dan berbanding terbalik dengan massanya”.
Contoh Hukum Newton II dalam kehidupan sehari-hari yaitu gaya yang ditimbulkan
ketika menarik gerobak yang penuh dengan padi untuk dipindahkan ke rumah dari
sawah atau mobil yang massanya sama ketika ditarik dengan gaya yang lebih besar
akan mengalami gaya yang lebih besar pula. Serta mobil yang sedang bergerak
dengan massa 1 ton kemudian bergerak dengan percepatan 1 m/s2.
2.2.3 Hukum III Newton
Dalam kehidupan sehari – hari kamu akan selalu dapat bahwa gaya yang
bekerja pada sebuah benda diperoleh dari benda. Contoh gaya tersebut adalah :
1. Selalu otomatis menarik gerbang
2. Palu memukul paku, gaya yang diberikan pula pada paku
3. Temanmu yang mendorog meja, gaya yang diberikan pada meja
Contoh palu memberikan gaya pada paku, paku juga dapat gaya balik (reaksi)
buktinya palu memantul kembali dan setelah mengenai paku. Jadi palu memberikan
gaya kepada paku tetapi sebaliknya oalu memberikan gaya balik kepada paku.
Besarnya gaya aksi sama dengan gaya bereaksi tetapi berlawanan arah, adanya aksi
dan reaksi ini adalah inti dari hukum III nowton yang berbunyi “ketika benda
pertama memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap benda
pertama”. Hukum tersebut sering disebut dengan hukum gaya reaksi, untuk setiap
gaya aksi akan selalu ada gaya reaksi yang sama besar, tetapi berlawanan arah namun
itu perlu diketahui bahwa gaya aksi itu dan gaya reaksi itu bekerja pada benda yang
berbeda. Persamaan Hukum III Newton yaitu pada gaya gravitasi pembawa gaya
magnet, gaya listrik dan pada saat kita memukul paku itu menggunakan palu. Hukum
tersebut sering disebut dengan hukum gaya reaksi, untuk setiap gaya aksi akan selalu
ada gaya reaksi.
2.3 Gaya Gesek Statis
Gaya gesek statis adalah gaya gesek yang bekerja pada benda yang diam atau
hampir bergerak. Jika gaya gesek bekerja pada benda yang diam maka disebut gaya

67 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

gesek statis (fs) sedangkan apabila gaya gesek bekerja pada benda yang tepat akan
bergerak, maka disebut gaya gesek statis maksimum (fsmaks).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, besarnya gaya gesek bergantung pada
kekasaran permukaan benda dan bidang yang bersentuhan. Tingkat kekasaran ini
dinyatakan dengan koefisien gesekan. Untuk benda diam, koefisien gesekan
disebut koefisien gesekan statis, disimbolkan dengan μs. Selain tingkat kekasaran
permukaan benda, besarnya gaya gesek statis juga dipengaruhi oleh besarnya gaya
normal (N) yang diberikan bidang pada benda.
Hukum I Newton menyatakan bahwa: “jika resultan gaya yang bekerja pada
sebuah benda sama dengan 0 (nol) maka benda yang diam akan terus diam dan benda
yang bergerak akan cenderung bergerak”. Berdasarkan Hukum Newton tersebut,
selama benda masih diam berarti resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut
adalah nol. Dengan demikian, selama benda masih diam, gaya gesek statis selalu
sama dengan gaya yang bekerja pada benda tersebut. Secara matematis, rumus gaya
gesek statis dinyatakan sebagai berikut :

Fs = µs . N ………………………………………….………………….......(2.3.3)

Dimana: fs = gaya gesek statis (N),μs = koefisien gesek statis


2.4 Gaya Gesek Kinetis
Ketika kalian menendang bola di atas tanah, bola akan menggelinding dengan
kecepatan tertentu. Tetapi, semakin lama kecepatan bola semakin berkurang dan
akhirnya berhenti. Bola dapat bergerak diakibatkan gaya dari tendangan (gaya
dorong). Namun, saat sedang bergerak, ada gaya yang menghambat gerak bola dan
mengurangi kecepatannya. Gaya yang menyebabkan kecepatan bola semakin
berkurang disebut gaya gesek kinetis. Koefisien gesek kinetis umumnya dinotasikan
dengan μk dan pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis untuk material
yang sama.
Jadi, gaya gesek kinetis adalah gaya gesek yang bekerja pada benda yang
bergerak. Gaya gesek kinetis dilambangkan dengan fk. Gaya ini termasuk gaya
dissipatif, yaitu gaya dengan usaha yang dilakukan akan berubah menjadi kalor
(panas). Hubungan antara gaya gesek, koefisien gesek kinetis (μ k), dan gaya normal
diberikan dalam persamaan berikut ini.

68 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

fk = µk . N …………………...………………………………..........(2.3.4)

Dimana: fk = Gaya gesek kinetik (N), μk = Koefisien gesek kinetik

2.5 Perbedaan Gaya Gesek Statis dan Kinetis


Dari penjelasan-penjelasan di atas,maka dapat kita identifikasi beberapa
perbedaan karakteristik atau ciri antara gaya gesek statis dan kinetis, yaitu sebagai
berikut :

Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik


Bekerja pada benda yang diam atau
tepat dan akan bergerak (hampir Bekerja pada benda yang bergerak
bergerak)
Rumus fs = µSn Rumus = µKn

Nilai koefisien gesekan lebih besar Nilai koefisien gesekan lebih kecil
.
2.6 Hukum Tentang Gesekan
Hukum-hukum tentang gesekan adalah hukum yang berdasarkan pengalaman.
Gesekan suatu benda yang menggelinding diatas permukaan dilawan oleh gaya yang
timbul akibat perubahan bentuk permukaan yang bersinggungan. Contoh sebuah
kubus diam pada suatu bidang miring memiliki sudut, kemudian diperbesar sudutnya
maka kubus akan mulai tergelincir (Astuti,1997).
Dalam percobaan kali ini akan berlaku hukum newton I dan II :
1.  Hukum newton I
Menyatakan “setiap benda akan berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus
beraturan kecuali jika dipaksa untuk mengubah keadaan ini oleh gaya-gaya yang
berpengaruh padanya”. Sesungguhnya bahwa dalam hukum newton ini memberikan
pernyataan tentang kerangka acuan. Pada umumnya adanya percepatan suatu benda
bergantung kerangka acuan mana ia diukur.
Hukum ini menyatakan bahwa jika tidak ada benda lain didekatnya (artinya tidak
ada gaya yang bekerja, karena setiap gaya harus dikaitkan dengan benda dan dengan

69 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

lingkungannya) maka dapat dicari suatu keluarga kerangka acuan sehingga suatu
partikel tidak mengalami percepatan.
2.  Hukum newton II
Menyatakan “percepatan yang dialami oleh suatu benda dengan besarnya gaya
yang bekerja dan berbanding terbalik dengan massa benda dan a adalah vector
percepatannya.
Sebagai contoh adalah saat kita mendorong buku yang berada diatas meja
kemudian dilepaskan. Buku itu akan bergeser dan kemudian bergerak. Menurut
hukum newton II, perubahan gerak ini disebabkan oleh adanya gaya yang arahnya
berlawanan dengan arah gerak buku itu. Kalau gaya itu tidak ada tentulah buku tidak
bergerak beraturan. Menurut hukum newton I gaya gesekan. Pernyataan itu dapat
ditulis sebagai berikut:

Fgesekan = µN .........................................................................................(2.3.5)

Jika gaya yang kita berikan kecil, gaya gesek statis pun kecil. Makin besar gaya
gesekan statis itu maka makin besar gaya gesekan yang kita berikan. Benda bergerak
kearah gaya yang kita berikan. Benda bergerak kearah gaya yang kita berikan. Ini
berarti gaya gesek tidak dapat bertambah besar lagi. Gaya gesekan statis mencapai
maksimum. Nilai maksimum ini disebutsuatu juga gaya gesekan (statis maksimum)
untuk dua permukaan yang bergesekan. Pada saat gaya gesekan maksmum benda kan
tetap bergerak (Anonim, 2008).
Gaya gesek selalu bekerja pada permukaan benda padat yang saling bersentuhan
sekalipun benda tersebut sangat licin dan permukaan benda juga sangat licin tetap
sangat kasar pada skala mikroskopis. Ketika benda bergerak, tonjolan-tonjolan
mikroskopis ini mengganggu gerak tersebut. Pada tingkat ataom tonjolanpada
permukaan lainnya, sehingga gaya-listrik diantara atom dapat membentuk ikatan
kimia, sebagai penyatu benda bergerak misalnya ketika mendorong sebuah buku
pada permukaan meja, gerakan buku tersebut mengalami hambatan dan akhirnya
akan berhenti. Hal ini disebabkan oleh pembentukan dan pelepasan ikatan tersebut.
2.7 Percepatan
Percepatan adalah perubahan kecepatan dalam satuan waktu tertentu. Akselerasi
sebuah objek disebabkan karena gaya yang bekerja pada objek tersebut yaitu

70 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

percepatan yang merupakan besaran vector yakni besaran yang mempunyai nilai dan
arah. Percepatan dapat berupa nilai negative dan juga percepatan dapat bernilai
positif. Percepatan positif apabila kecepatan benda bertambah setiap selang
waktu sedangkan percepatan negative yaitu benda mengalami perlambatan. Percepat
an dapat dinyatakan dengan percepatan positif dan negative (Giancolli, 2001).
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Gesek
Faktor yang mempengaruhi gaya gesek adalah kekuatan permukaan suatu benda.
Gaya gesek ini timbul karena ada permukaan benda yang bersentuhan besar kecilnya
suatu gaya gesek dipengaruhi oleh kasar kecilnya suatu perukaan benda – benda yang
bergesekan. Gesekan menyebabkan mesin cepat akan rusak karena gas dan gesekan
dapat menyebabkan memanjat suatu tali. Akibat permukaan yang tidak rata tersebut
akan saling menumbuk. Hal ini membuat sebagian energi benda hilang menjadi
panas atau bentuk lain dan seakan-akan muncul sebuah gaya yang memperlambat
benda .contohnya gabus dan kaca. Mungkin keduanya tidak terlalu kasar, namun
karena struktur mikroskopisnya, terjadi gaya gesek yang besar antar kedua keduanya
sehingga gabus sering digunakan untuk sumbat (Elida, 1997).
2.9 Tingkat kekasaran permukaan benda yang bersinggungan
Bidang yang kasar mempunyai gaya gesekan lebih besar dari pada bidang yang
licin. Kasar dan licinnya bidang dinyatakan dengan suatu angka yang disebut
koefisien gesek (μ). Bidang kasar memiliki koefisien gesek yang besar, sedangkan
bidang yang licin sempurna memiliki koefisien gesekan sama dengan nol. Dengan
demikian, rentang nilai koefisien gaya gesek adalah sebagai berikut :

0≤µ≤1 ...........................................................................................(2.3.6)

Gaya gesekan berbanding lurus dengan gaya normal (N). Sehingga rumus atau
persamaan gaya gesek ditulis sebagai berikut :
.......................................................................................................(2.3.7)
F=µN

Dengan f dinyatakan dalam Newton. Persamaan (2) di atas menunjukkan bahwa


gaya gesek tidak dipengaruhi oleh luas permukaan kedua bidang yang bersinggungan
atau bersentuhan (Giancoli, 2001).

71 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2.10 Pengertian gerak bidang miring


Pemisahan Gaya adalah besaran vector yang memiliki besar dan arah dalam
pelukisan gaya harus diperhatikan arahnya. Sebuah bidang miring menurunkan gaya
yang dibutuhkan untuk menaikkan benda ketempat tinggi dan menambah jarak
pemberian gaya yang harus diberikan keposisi tujuan bidang miring besarnya
digunakan pada alat pemotong dan sering menggunakan bidang miring dalam bentuk
baji, baji gerak maju diukur menjadi gerakan yang tegak lurus terhadap wajah.
Sekrup pada dasarnya adalah bidang miring yang dibungkus di sekitar tabung
dalam sebuah bidang miring. Gaya lurus dibidang horizontal di ubah menjadi gaya
vertical ketika sekrup kayu diputar ulir sekrup mendorong kayu sebuah gaya reaksi
dan kayu mendorong kembali ulir itu dengan cara ulir sekrup bergerak turun
meskipun kekuatan pemutar sekrup pada bidang horizontal. Berdasarkan hasil
praktikum hubungan antara sudut dengan kecepatan laju gerak benda terletak pada
sudut yang ditentukan. Semakin besar sudut maka semakin kecepatan bidang miring
akan semakin tinggi. Adapun faktor – faktornya adalah kecepatan relati, gaya gesek
maksimum tergantung pada luas permukaan dan gaya normal (Astuti, 1997).

72 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Baha

(a) (b)
(c)

(d) (e)

Gambar 3.1 Peralatan praktikum gaya gesek


(a) Stopwatch, (b) beban pemberat (c) seperangkat bidang miring, (d) roll meter, (e)
beban peluncur ( kayu, karet karpet)
3.2 Prosedur percobaan
Pada gesekan statis bidang datar, Timbanglah massa benda dan massa piring,
buat susunan seperti gambar, letakkan anak timbangan diatas piring sedikit demi
sedikit hingga benda A tetap akan bergerak kemudian catat massa anak timbangan
tersebut dapat dilakukan beberapa kali sesuai petunjuk asisten, lakukan prosedur (2)
dan (B) untuk macam benda yang lain. Kemudian untuk gesekan statis bidang
miring, Letakkan benda A diatas permukaan bidang B, bngkatan bidang B perlahan
lahan tepat saat benda A akan bergerak kuncilah bidang B sehingga sudut
kemiringannya dan lakukan pada beberapa kali, lakukan prosedur (1) dan (2) untuk
jenis benda yang lain. Untuk gesekan kinetis, Tentukan posisi kemiringan bidang B

73 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

sesuai dengan petunjuk asisten dan letakkan benda A diatas permukaan bidang
miring B, ukur dan catat kemiringan, ukur jarak mulai posisi awal yang telah diukur
oleh asisten, lepaskan benda A dan amati waktu yang diperlukan, ulangi prosedur (1)
sampai dengan (4) untuk kemiringan yang berbeda dan jarak yang tetap, ulangi
prosedur (5) untuk macam benda lainnya.

74 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

1
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Bidang Datar Statis


Percobaan gaya gesek dilakukan dengan dasar miring statis memahami
konsep gaya gesek dan melakukan suatu pengamatan gaya gesek, hasil pengukuran
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan

Jenis Benda Manak


No Keterangan
Peluncur timbangan (gr)

Kayu 0,16 0,21 0,20 Mkayu= 0,166 gr


1
Karpet 0,48 0,50 0,55 Mkarpet=0,186 gr
2
Karet 2 1,9 1,7 Mkaret=0,204 gr
3
N Mtimbangan=0,25 gr
   

4.2  Bidang Miring Statis


Percobaan gaya gesek dilakukan dengan bidang miring miring statis
memahami konsep gaya gesek dan melakukan suatu pengamatan gaya gesek, hasil
pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan


Jenis Benda
No Keterangan
Peluncur

Kayu 0,23 0,26 0,31 Mkayu =0,166 gr


1
Karpet 0,3 0,29 0,28 Mkarpet=0,106 gr
2
Karet 0,5 0,47 0,45 M karet=0,204 gr
3

75 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

4.3 Bidang Miring Dinamis


Percobaan gaya gesek dilakukan dengan bidang miring miring dinamis
memahami konsep gaya gesek dan melakukan suatu pengamatan gaya gesek, hasil
pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3Data Hasil Pengamatan
Jenis

Jarak(cm
No Benda T(sekon) Keterangan
)
Peluncur
1 Kayu 45 120 0,42 0,47 0,50
Mkayu=0,166gr
Karet  45   120 0,80 0,83 0,84
2 Mkarpet=0,186 gr
Karet  45   120 1,03 1,04 1,11
3 M karet=0,204 gr

Hari/Tanggal Praktikum : Sabtu / 09 November 2019


Frekuensi/Kelompok : I/IA
Anggota Kelompok : 1.Nira la bauce
2. Muh maheswara d
3. Adnan firdaus
4.Rahmat muliawan
5. Syamsuria syafruddin
6. Fadil mustafin

Makassar, 09 November 2019


Asisten

(SAIFUL)

76 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB V
PENGOLAHAN DATA

5.1 Penjelasan tugas akhir

1. Apakah besarnya gaya gesek antara dua permukaan yang kering tanpa

pelumas di pengaruhi oleh luas kontak yang bergesekan ?

Jawab :
Ya, luas kontak benda yang bergesekan sangat memiliki pengaruh bagi gaya
gesekannya, karena semakin besar luas kontak permukaan benda yang
bergesekkan maka semakin sulit benda untuk bergesekan begitupun
sebaliknya.
2. Menghitung nilai μs untuk keadaan statis pada bidang datar dan miring.
a. Keadaan statis bidang datar pada peluncur
mp+ mt
μs =
mb
1. Untuk permukaan kayu

mp+ mt 1
μ s 1=
mb
0,025+0,016
=
0,166
0,041
=
0,166
= 0,246

mp+ mt 2
μ s 2=
mb
0,025+0,021
=
0,166
0,046
=
0,166
= 0,277

77 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

mp+ mt 3
μ s 3=
mb
0,025+0,02
=
0,166
0,045
=
0,166
= 0,271

μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs=
n
0,246+0,277+ 0,271
=
3
0,794
=
3
= 0,264

2. Untuk permukaan karpet

mp+ mt 1
μ s 1=
mb
0,025+0,048
=
0,186
0,073
=
0,186
= 0,392

mp+ mt 2
μ s 2=
mb
0,025+0,05
=
0,186
0,075
=
0,186
= 0,403

mp+ mt 3
μ s 3=
mb
0,025+0,055
=
0,186

78 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

0,08
=
0,186
= 0,430

μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs=
n
0,392+ 0,403+0,430
=
3
1,225
=
3
= 0,408

3. Untuk permukaan karet

mp+ mt 1
μ s 1=
mb
0,025+0,2
=
0,204
0,225
= = 1,102
0,204
mp+ mt 2
μ s 2=
mb
0,025+0,19
=
0,204
0,215
= = 1,053
0,204
mp+ mt 3
μ s 3=
mb
0,025+0,17
=
0,204
0,195
= = 0,955
0,204
μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs=
n
1,102+1,053+ 0,955
=
3

3,11
= = 1,036
3

79 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Tabel 5.1.1 hasil perhitungan pada keadaan statis bidang datar.

No Mb Mt mpμs μsJenis
´ peluncur

0,016 0,246

0,021 0,277
1.          0,166 0,025 0,254 Kayu
0,02 0,271

0,048 0,392

0,05 0,403
2.         0,186 0,025 0,40 Karpet

0,055 0,430

0,2 1,102
1,036 Karet
0,19 1,053
3.        0,204 0,025
0.17 0,955

b. Keadaan statis pada bidang miring pada benda peluncur tan θ 1


1. Untuk permukaan kayu
μ s 1= tan θ1
μ s 2= tan θ2

μ s 3= tan θ3
μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs
´ =
n

μ s 1=23 μ s 2=tan26 μ s 3=tan 31


= 0,42 = 0,478 = 0,600

μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs=
´
n
0,424+0,478+ 0,600
=
3

80 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

1,502
=
3
= 0,500

2. Untuk permukaan karpet


μ s 1= tan θ1
μ s 2= tan θ2
μ s 3= tan θ3

μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs
´ =
n

μ s 1=tan30 μ s 2=tan29 μ s 3=tan 28


= 0,577 = 0,554 = 0,531

μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs
´ =
n
0,577+0,554+ 0,531
=
3
1,662
=
3
= 0,554

3. Untuk permukaan karet


μ s 1= tan θ1
μ s 2= tan θ2
μ s 3= tan θ3

μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs
´ =
n

μ s 1=50 μ s 2=tan 47 μ s 3=tan 45


= 1,191 = 1,072 =1

μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs=
´
n
1,191+1,072+1
=
3

81 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

3,263
=
3
= 1,087

Tabel 3.5.2 hasil perhitungan pada keadaan statis bidang miring.


No θ μs μ́sJenis peluncur

45 °0,424
16°0,478

1. 24°0,600 0,500 Kayu

26°0,577

25°0,554
2. 0,554 Karpet
25°0,531

41° 1,191

37°1,072
3. 1,087 Karet
38 1

82 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Bandingkan Masing – masing nilai Vs dari sebuah keadaan statis bidang datar
dari keadaan statis bidang miring setiap jenis benda peluncur dari sebuah
benda atau seluruh data. Apakah perbedaan dan persamaannya ?
Jawab :
Persamaan, benda peluncur jenis kayu dalam keadaan statis bidang miring
memiliki gaya gesek yang sama besar. Begitupun sebaliknya pada benda
peluncur jenis karpet dan kayu.Perbedaannya, dalam keadaan statis bidang
datar benda peluncur jenis kayu memiliki massa anak timbangan yang kecil
denganμs = 0,272sedangkan benda peluncur jenis karet memiliki massa anak
timbangan yang besar dengan μs = 0,295dan benda peluncur jenis karet yang
memiliki massa anak timbangan yang lebih besar dari massa anak timbangan
jenis kayu dan karpet dengan nilai μs = 0,427
Dengan keadaan statis bidang miring benda peluncur jenis kayu, karpet
dan karet yang relative besar yaitu 45°.
4. Menghitung nilai μk untuk keadaan dinamis ini pada bidang miring
a. Untuk jenis benda peluncur kayu pada jarak
X = 1,2 m

T ¿
T = 1+¿
T 2+¿ T
3
¿
n

0,47+0,47+ 0,50
=
3
1,44
=
3
= 0,48

T2 = 0,230

θk=45 ° cosθk=0,707 tanθk=1

2x
μk = tanθ− 2
g .t . cos θk
2( 1,1)
= 1−
9,81 . 0,230. 0,707
2,4
= 1−
1,595

83 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= 1−1,504
= -0,504

b. Untuk jenis benda peluncur karpet pada jarak


X = 1,2 m

T ¿
T = 1+¿
T 2+¿ T
3
¿
n

0,80+0,83+0,84
=
3
2,47
=
3
= 0,823

T2 = 0,6773

θk=45 ° cosθk=0,0,707 tanθk=1

2x
μk = tanθ− 2
g .t . cos θk
2(1,2)
= 1−
9,81 . 0 ,6773 . 0,707
2,4
= 1−
4,697
= 1−0,501
= 0,499

c. Untuk jenis benda peluncur karet pada jarak

X = 1,2 m

T ¿
T = 1+¿
T 2+¿ T
3
¿
n

1,03+1,04+1,11
=
3

3,18
=
3

= 1,06

T2 = 1,123

84 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

θk=45 ° cosθk=0,707 tanθk=1

2x
μk = tanθ− 2
g .t . cos θk

2(1,2)
= 1−
9,81 .1,123 0,707

2,4
= 1−
7,788

= 1−0,308

= 0,692

Tabel 3.53 Keadaan dinamis pada bidang miring


No θ μs μ́sJenis peluncur

45 °0,424

45°0,478
1. 0,500 Kayu
45°0,600

45°0,577

45°0,554
2. 0,554 Karpet
45°0,531

45° 1,191

45°1,072
3. 1,087 Karet
45° 1

85 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

5.2 Perhitungan ketidakpastian pengukuran masing – masing data dengan


tingkat kepercayaan 100%
a. Keadaan statis bidang datar

mp+ mt
μs=
mb

δμs 2
∆ μs=
√( δmp ) ¿¿

1. Kayu
δμs
( δmp ) = mp+mbmt
Dimana :u=¿mp + mt u, = 1

v = mb v’ = 0

δμs u, v−v , u
( )
δmp
=
v2

= 1.mb−0(mp+mt )
¿¿
mb
=
¿¿

86 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= 0,166
¿¿
0,166
=
0,027
= 6,148

1
∆ mp= ×skala terkecil
2
1
= ×10-3
2
= 0,5 x 10-4

δμs
( δmt ) = mp+mbmt
Dimana :u=¿mp + mt u, = 1

V = mb v’ = 0

δμs u, v−v , u
( ) δmt
=
v2

= 1.mb−0(mp+mt )
¿¿

= mb
¿¿
0,166
=
¿¿
0,166
=
0,027
= 6,148
mt 1+ mt 2 +mt 3
ḿt =
n
0,016+0,021+0,02
=
3
0,057
=
3

= 0,019

(mt 1− ḿt)2 +(mt 2−ḿt )2 +(mt 3−ḿt )2


∆ mt=
√ n ( n−1 )

87 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= √¿ ¿ ¿
= √¿ ¿ ¿
0,00009+ 0,000004+0,000001
=
√ 6
0.000014
=
√ 6
= √ 0,0000023
= 0,00151
δ μs mp+ mt
( ) mb
=
mb

Dimana :u=¿mp + mt u, = 0

v = mb v’ = 1

δ μs u, v−v , u
( ) mb
=
v2
0 .mb−1(mp +mt )
=
(mb)2

= 1.(mp+mt )
¿¿
1. ( 0,025+ 0,019 )
=
(0,166)2
0,044
=
0,027
= 1,629

1
∆ mb= ×skala terkecil
2
1
= ×10-3
2
= 0,5 x 10-4

δμs 2
∆ μs =
√( δmp )
¿¿

2

¿ ( 6,148 )2 ( 0,5× 10−4 ) + ( 6,148 )2 ( 0,00151 )2 + ( 1,629 )2 (0,5 ×10−4 )

88 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

( 37,797 ) + ( 0,00000025 ) + ( 37,797 ) + ( 0,0000022 ) +¿ ( 2,653 ) +¿ ¿


=
√ ¿
= √ 78,247
= 8,845

∆ μs
KR = × 100%
2¿ ¿
8,845
= × 100%
2(8,845+0,265)
8,845
= × 100%
2(1,11)
8,845
= × 100%
2,22
= 3,98%
KB = 100% - KR
= 100% - 3,98%
= 96,02%
2. Karpet
δμs
( δmp ) = mp+mbmt
Dimana :u=¿mp + mt u, = 1

v = mb v’ = 0

δμs u, v−v , u
( )
δmp
=
v2

= 1.mb−0(mp+mt )
¿¿
0,186
= mb = 0,186 =
¿¿ ¿¿ 0,034
= 5,470
1
∆ mp= ×skala terkecil
2
1
= ×10-3
2

89 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

δμs
( δmt ) = mp+mbmt
Dimana :u=¿mp + mt u, = 1
V = mb v’ = 0
δμs u, v−v , u
( )
δmt
=
v2

= 1.mb −0(mp+mt )
¿¿
mb 0,186
= =
¿¿ ¿¿
= 5,470
mt 1+ mt 2 +mt 3
ḿt =
n
0,048+0,05+0,055
=
3
= 0,195

(mt 1− ḿt)2 +(mt 2−ḿt )2 +(mt 3−ḿt )2


∆ mt=
√ = √¿ ¿ ¿
n ( n−1 )

0,069+ 0,021+ 0,019


=
√ 6
0.109
=
√ 6
=0,018
δ μs mp+ mt
( )
mb
=
mb

Dimana :u=¿mp + mt u, = 0

v = mb v’ = 1

δ μs u, v−v , u
( ) mb
=
v2
0 .mb−1(mp +mt )
=
(mb)2

90 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

1.mp+mt
=
mb 2
0,025+0,195
=
0,1862
0,22
=
0,034
= 6,470

1
∆ mA= ×skala terkecil
2
1
= ×= 10-3
2
= 0,5 x 10-4

δμs 2
∆ μs =
√( δmp ) ¿¿

2
= (29,920)2 ( 2,5.10−7 ) + ( 29,920 )2 ( 0,000324 )2+ ( 41,860 )2 (2,5 .10−7 )2

= √ 0,00000748+0,009694+ 0,0000104
= √ 0,00971
= 0,098
∆ μs
KR = × 100%
2¿ ¿
0,098
= × 100
2(0,098+0,265)
0,098
= × 100%
0,461
= 0,21%
KB = 100% - KR
= 100% - 0,21%
= 99,79%

3. Karet
δμs
( δmp ) = mp+mbmt
Dimana :u=¿mp + mt u, = 1

91 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

v = mb v’ = 0

δμs u, v−v , u
( ) δmp
=
v2

= 1.mb−0(mp+mt )
¿¿

= mb
¿¿
0,204
=
0,041
= 4,975
1
∆ mp= ×skala terkecil
2
1
= ×10-3
2
= 0,5 x 10-4

δμs
( δmt ) = mp+mbmt
Dimana :u=¿mp + mt u, = 1

V = mb v’ = 0

δμs u, v−v , u
( ) δmt
=
v2

= 1.mb−0(mp+mt )
¿¿

= mb
¿¿
0,204
=
0,041
= 4,975
mt 1+ mt 2 +mt 3
ḿt =
n
0,2+0,19+0,17
=
3
0,56
=
3

92 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= 0,186

(mt 1− ḿt)2 +(mt 2−ḿt )2 +(mt 3−ḿt )2


∆ mt=
√ = √¿ ¿ ¿
n ( n−1 )

0,000196+ 0,000016+0000256
=
√ 6
0.000468
=
√ 6
= √ 0,000078
= 0,00883

( δmbμ ) = mp+mbmt
s

Dimana :u=¿mp + mt u, = 0

v = mb v’ = 1

δ μs u, v−v , u
( )mb
=
v2
0 .mb−1(mp +mt )
=
(mb)2

= 1(mp+mt )
¿¿
= 1¿¿
0,211
=
0,041
= 5,146

1
∆ mA= ×skala terkecil
2

1
= ×10-3
2

= 0,5 x 10-4

δμs 2
∆ μs =
√( δmp )¿¿

93 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

=
−7 2
√ ( 24,750 ) ( 2,5× 10
2
) + ( 24,750 )2 ( 2,7 ×10−5 ) 2+¿ ( 26,481 )2 (2,5 ×10−7)2
= √ 0,000000618+0,000668+0,0000062

= √ 0,000675
= 0,025

∆ μs
KR = × 100%
2¿ ¿
0,025
= × 100%
2(0,025+0,265)
0,025
= × 100%
2,29
= 0,01 × 100%
= 1%
KB = 100% - KR

= 100% - 1%

= 99 %

b. Keadaaan statis bidang miring

δ μs 2
∆ μs =
√( ∆θ ) ¿¿

μs = tanθ

sinθ
μs =
cosθ

1. Kayu

δμs u, v−v , u
( )
δμθ
=
v2

Dimana :u=sin θ u, = cos θ


v =cos θ v’ = −sin θ
δ μs u, v−v , u
( )
μθ
=
v2

94 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= cos θ . cos θ−¿ ¿ ¿ ¿


cos2 θ+ s ¿2 θ
=
cos2 θ
1
=
cos2 θ
= sec 2 θ
2
1
=( ) cos θ
2
1
=(
cos 23,33 )
2
1
=(
0,925 )
= ( 1,081 )2
= 1,168

θ1+ θ2 +θ3
θ =
n
23+26+21
=
3
70
=
3
= 23,33

∆ θ=√ ¿ ¿ ¿
= √¿ ¿ ¿
= √¿ ¿ ¿
12,664
=
√ 6
= 1,452

δ μs 2
∆ μs =
√( μθ ) ¿¿

= √¿ ¿
= √¿ ¿
= √ 2,875
= 1,695

95 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

∆ μs
KR = ×100
2(∆ μ s+ μ s)
1 , ,695
= ×100
2(1,695+0,500)
1,695
= ×100
4,39
= 0,386 ×100
= 38,6%

KB = 100% - KR
= 100% - 38,6%
= 61,4%

2. Karpet

δμs u, v−v , u
( )
δμθ
=
v2
Dimana :u=sin θ u, = cos θ
v =cos θ v’ = −sin θ
δ μs u, v−v , u
( )
μθ
=
v2
= cos θ . cos θ−¿ ¿ ¿ ¿
cos2 θ+ s ¿2 θ
=
cos2 θ
1
=
cos2 θ
= sec 2 θ
2
1
= ( )
cos θ
2
1
=(
cos 29 )
2
1
=(
0,874 )
= ( 1,144 )2
= 1,308

96 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

θ1+ θ2 +θ3
θ =
n
30+29+28
=
3
87
=
3
= 29

∆ θ=√ ¿ ¿ ¿
= √¿ ¿ ¿
1+0+ 1
=
√ 6
2
=
√ 6
= 0,577

δ μs 2
∆ μs =
√( μθ ) ¿¿

= √¿ ¿
= √¿ ¿
= √ 0,567
= 0,752

∆ μs
KR = ×100
2(∆ μ s+ μ s)
0,752
= ×100
2(752+ 0,554)
0,752
= ×100
2,612
= 0,28 ×100
=0,28%

KB = 100% - KR
= 100% - 0,28%
= 99.72 %

97 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

3. Karet

δμs u, v−v , u
( )
δμθ
=
v2
Dimana :u=sin θ u, = cos θ
v =cos θ v’ = −sin θ
δ μs u, v−v , u
( )
μθ
=
v2
= cos θ . cos θ−¿ ¿ ¿ ¿
cos2 θ+ s ¿2 θ
=
cos2 θ
1
=
cos2 θ
= sec 2 θ
2
1
=( ) cos θ
2
1
=(
cos 47,33 )
2
1
=(
0,677 )
= ( 1,477 )2
= 2,181

θ1+ θ2 +θ3
θ =
n
50+47+ 45
=
3
142
=
3
= 47,33

∆ θ=√ ¿ ¿ ¿
= √¿ ¿ ¿

98 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

12,664
=
√ 6
= 1,452

δ μs 2
∆ μs =
√( μθ )¿¿

= √¿ ¿
= √¿ ¿
= √ 10,025
= 3,166

∆ μs
KR = ×100
2(∆ μ s+ μ s)
3,166
= ×100
2(3,166+1,087)
3,166
= × 100
8,506
= 0,372 ×100
= 37,2%

KB = 100% - KR
= 100% - 37,2%
= 62,8 %
c. Keadaan dinamis dalam bidang miring
μ 2. x
k= tan θ−¿ ¿
g . t2 cos θk

δ μs 2
∆ μk =
√( δθ )¿¿

1. Kayu

δμk u' . v ' −v ' u


( ) δθ
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = sec 2 θ

99 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2x −2. x . g . t 2 . sin θ
v = 2 v =
g . t . cos θ (g .t 2 . cos θ)❑2 .
2x −2. x . g . t 2 . sinθ
sec 2 θ . − . tan θ
g .t 2 . cosθ ( g . t 2 . cos θ)❑2 .
( δμk
δθ )
=
2x
( 2
g . t . cos θ)❑2

(¿ . cos1 45 )❑ . 9,81 .2(1,2)


2

−2.1,2.9,81 .0,230.0,707
0,230 0,707 ( 9,81. 0,230 0,707)❑ . 2

2(1,2)
❑2
9,81. 0,230 0,707
( 0,707 ) ❑2 . 1,504+1,692
¿
1,504❑2
0,449.1,504. 1,692
¿
2,262
1,269
¿
2,262
¿ 0,561
1
∆θ = ×skala terkecil
2
1
= × 0,001
2
= 5 x 10-4
δμk u' . v ' −v ' u
( )
δx
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = 0
2x −2
v = 2 v’ =
g . t . cos θ g . t 2 . cos θ
2x −2
0. − . tan θ
g .t .cosθ (g . t . cos θ)❑2 .
2 2

( δμk
δx )
=
2x
❑2
2
g . t . cosθ
−2
9,81 .0,230 0,707
= 0− .1
2(1,2) 2

9,81 . 0,230 0,707

100 | P a g e Gaya Gesek


PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2
1,595 1,253 1,253
= = = = 0,553
24 , 2 1,504❑ 2
2,262

1,595
1
∆x = ×skala terkecil
2
1
= × 0,001
2
= 5 x 10-4
δμk u' . v ' −v ' u
( )
δt
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = 0
2x 4. x
v = 2 v’ =
g . t . cos θ g . t 3 . cos θ
2x 4. x
0. − . tan θ
g .t .cosθ (g . t . cos θ)❑2 .
2 2

( δμkδt ) = 2x
❑2
2
g . t . cosθ
4. ( 1,2 )
9,81 .0,230 0,707
= 0− .1
2 ( 1,2 ) 2

9,81 . 0,230 0,707
4,8
1,595 −3009 −3009
¿− = =
2,4 2
2,262
❑2 1,504❑
1,595
= - 1,330

(t 1−t́)2 +(t 2−t́)2 +(t 3 −t́)2


∆t =
√ n (n−1)

(0,47−0,48)2+(0,47−0,48)2+(0,50−048)2
=
√ 3(3−1)
0,0001+ 0,0001+ 0,0004
=
√ 3 (2)
0,0006
=
√ 6
= √ 0,0001

101 | P a g e Gaya Gesek


PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= 0,01

δ μs 2
∆ μk =
√( δθ ) ¿¿

= √(0,561)2 (5 ×10−4)2 +(0,553)2(5× 10−4 )2 +(−1,330)2 (0,01)2


= √ ( 0,314 ) ( 25 ×10 −8
) +¿ ¿
= √ 0,000176
= 0,013
∆ μk
KR = ×100 %
μk
0,013
= × 100 %
0.487
= 0,02%
KB = 100% - KR
= 100% - 0,02%
= 99,98%
2. Karpet
δμk u' . v ' −v ' u
( )δθ
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = sec 2 θ

2x −2. x . g . t 2 . sin θ
v = 2 v = 2 2
g . t . cos θ (g .t . cos θ)❑ .
2 2x −2. x . g . t 2 . sinθ
sec θ . − . tan θ
g .t 2 . cosθ (g . t 2 . cos θ)❑2 .
( δμk
δθ )
=
2x
( 2
g . t . cos θ
❑2
)
2(1,2)
(¿ . cos1 45 )❑ . 9,81 . 0,6773
2

−2.1,2.9,81 .0,6773.0,707
0,707 (9,81. 0,6773 0,707)❑ . 2

2(1,2)
❑2
9,81. 0,6773 0,707
( 0,707 ) ❑2 .0 .510+0,483
¿
0,510❑2
0,449..0 .510 .0,483
¿
0,260

102 | P a g e Gaya Gesek


PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

0,740
¿
0,260
¿ 2,846
1
∆θ = ×skala terkecil
2
1
= × 0,001
2
= 5 x 10-4
δμk u' . v ' −v ' u
( )δx
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = 0
2x −2
v = 2 v’ =
g . t . cos θ g . t 2 . cos θ
2x −2
0. − . tan θ
g .t .cosθ (g . t . cos θ)❑2 .
2 2

( δμk
δx )
=
2x
❑2
2
g . t . cosθ
−2
9,81 .0,6773 0,707
= 0− .1
2(1,2) 2

9,81 . 0,67730,707
2
4,697 1,253 0,425
= = = = 1,634
24 , 2 1,504❑ 0,260
2

4,697
1
∆x = ×skala terkecil
2
1
= × 0,001
2
= 5 x 10-4
δμk u' . v ' −v ' u
( )δt
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = 0
2x 4. x
v = 2 v’ =
g . t . cos θ g . t 3 . cos θ

103 | P a g e Gaya Gesek


PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2x 4. x
0. − . tan θ
g .t .cosθ (g . t . cos θ)❑2 .
2 2

( δμkδt ) = 2x
❑2
2
g . t . cosθ
4. ( 1,2 )
9,81 .0,6773 0,707
= 0− .1
2 ( 1,2 ) 2

9,81 . 0,67730,707
4,8
4,697 −1,021 −1,021
¿− = =
2,4 2 0,510❑2
2,260

4,697
= -3,926
2 2 2
(t 1−t́) +(t 2−t́) +(t 3 −t́)
∆t =
√ n (n−1)

(0,80−0,823)2 +(0,83−0,823)2 +(0,89−0,823)2


=
√ 3(3−1)
0,000529+ 0,000049+0,004489
=
√ 3 (2)
0,005067
=
√ 6
= √ 0,0008445
= 0,029

δ μs 2
∆ μk =
√( δθ ) ¿¿

= √(2,846)2 (5 ×10−4 )2+(1,634)2 (5 ×10−4 )2 +(−2,001)2 (0,071)2


= √ ( 8,099 ) ( 25 ×10 −8
) + ¿¿
= √ 0,020

= 0,14
∆ μk
KR = ×100 %
μk
0,141
= × 100 %
0.487
= 0,28 %
KB = 100% - KR

104 | P a g e Gaya Gesek


PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= 100% - 0,28%
= 99,72%

3. Karet
δμk u' . v ' −v ' u
( ) δθ
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = sec 2 θ

2x −2. x . g . t 2 . sin θ
v = 2 v = 2 2
g . t . cos θ (g .t . cos θ)❑ .
2x −2. x . g . t 2 . sinθ
sec 2 θ . − . tan θ
g .t 2 . cosθ (g . t 2 . cos θ)❑2 .
( δμk
δθ )
=
2x
( 2
g . t . cos θ)❑2

(¿ . cos1 45 )❑ . 9,81 . 2(1,2)


2
1,123.0,707

−2.1,2 .9,81.0,6773 .0,707
( 9,81. 1,123. 0,707)❑ . 2

2(1,2)
❑2
9,81 .1,123. 0,707
( 0,707 ) ❑2 .0 .308+0,308
¿
0,308❑2
0,449.0.308 .0,483
¿
0,094
0,416
¿
0,094
¿ 4,904
1
∆θ = ×skala terkecil
2
1
= × 0,001
2
= 5 x 10-4
δμk u' . v ' −v ' u
( )δx
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = 0

105 | P a g e Gaya Gesek


PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2x −2
v = 2 v’ =
g . t . cos θ g . t 2 . cos θ
2x −2
0. − . tan θ
g .t .cosθ (g . t . cos θ)❑2 .
2 2

( δμk
δx )
=
2x
❑2
2
g . t . cosθ
−2
9,81 .1,123 . 0,707
= 0− .1
2(1,2)
❑2
9,81 .1,123. 0,707
2
7,788 1,253 0,425
= = = = 2,723
24 , 2 0,308❑ 2
0,094

7,788

1
∆x = ×skala terkecil
2
1
= × 0,001
2
= 5 x 10-4
δμk u' . v ' −v ' u
( )
δt
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = 0
2x 4. x
v = 2 v’ =
g . t . cos θ g . t 3 . cos θ
2x 4. x
0. − . tan θ
g .t .cosθ (g . t . cos θ)❑2 .
2 2

( δμkδt ) = 2x
❑2
2
g . t . cosθ
4. (1,2 )
9,81 .1,123 . 0,707
= 0− .1
2 (1,2 ) 2

9,81 .1,123 . 0,707
4,8
7,788 −0,616 −0,616
¿− = =
2,4 2 0,308❑2
0,094

7,788

106 | P a g e Gaya Gesek


PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= -6,553

(t 1−t́)2 +(t 2−t́)2 +(t 3 −t́)2


∆t =
√ n (n−1)

(1,03−1,06)2 +(1,04−1,06)2 +(1,11−1,06)2


=
√ 3 (3−1)
0,0009+ 0,0004+0,0025
=
√ 3 (2)
0,0038
=
√ 6
= √ 0,00063
= 0,025

δ μs 2
∆ μk =
√( δθ ) ¿¿

= √(4,904)2 (5 ×10− 4)2 +(2,723)2 (5 ×10−4 )2+(−6,553)2 (0,025)2


= √ ( 24,049 ) ( 25× 10 −8
) +¿ ¿
= √ 0,026

= 0,161

∆ μk
KR = ×100 %
μk
0,161
= × 100 %
0.487
= 0,33%
KB = 100% - KR
= 100% - 0,33%
= 99,67%

107 | P a g e Gaya Gesek


PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

108 | P a g e Gaya Gesek


PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB VI
ANALISA PERHITUNGAN

6.1 Tabel Hasil Perhitungan


Tabel 6.1 Keadaan Statis Bidang Datar

No Mb Mt mpμs μsJenis
´ peluncur

0,016 0,246

0,021 0,277
1.          0,166 0,025 0,254 Kayu
0,02 0,271

0,048 0,392

0,05 0,403
2.         0,186 0,025 0,40 Karpet

0,055 0,430

0,2 1,102
1,036 Karet
0,19 1,053
3.        0,204 0,025
0.17 0,955

109 | P a g e Gaya Gesek


PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Tabel 6.2 Keadaan Statis Bidang Miring


No θ μs μ́sJenis peluncur

45 °0,424

45°0,478
1. 0,500 Kayu
45°0,600

45°0,577

45°0,554
2. 0,554 Karpet
45°0,531

45° 1,191

45°1,072
3. 1,087 Karet
45° 1

6.2 Pembahasan

110 | P a g e Gaya Gesek


PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Pada keadaan statis bidang datar terdapat tiga buah benda peluncur yaitu
kayu, karpet dan karet. Pada benda peluncur kayu menghasilkan gaya gesek kecil
yaitu μs=¿0,271. Ada jenis benda peluncur karpet menghasilkan gaya gesek sedang
yaitu μs=¿0,403. Pada karet menghasilkan gaya gesek yang besar karena
permukaannya kasar dengan nilai μs=¿1,102
Pada keadaan statis bidang mirng ketiga benda peluncur akan dicari derajat
kemiringannya ketika diberi gaya. Benda kayu yang permukaan halus memiliki
kemiringan 22,33° dan benda karpet dengan derajat 22° sedangkan benda karet
memiliki permukaan kasar memiliki derajat kemiringan 35°.
Pada keadaan dinamis bidang miring ketiga benda peluncur dihitung
kecepatan bendanya. Dimana telah ditentukan sudut kemiringan dan jaraknya. Pada
benda peluncur kayu waktu yang dibutuhkan adalah μk = 0,504 sedangkan pada
benda karpet waktu yang dibutuhkan μk = 0,499 . Pada benda peluncur karet waktu
yang dibutuhkan μk = 0,692

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Dalam percobaan ini dapat disimpulkan bahwa gaya gesek adalah gaya yang
diberikan oleh dua buah benda yang saling bergesekan. Gaya gesek terbagi menjadi
dua yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek statis adalah gaya
sebelum benda bergerak sedangkan gaya gesek kinetis adalah gaya setelah benda
bergerak. Dalam percobaan ini terdapat tiga benda jenis benda peluncur yang
digunakan yaitu kayu, karpet dan karet yang akan memiliki tingkat kebesaran
berbeda pada permukaan masing – masing benda. Dimana kayu memiliki kekasaran
kecil, karpet memiliki kekasaran sedang dan karet dengan tingkat kekasaran yang
tinggi atau besar.
7.2 Saran
7.2.1 Laboratorium

111 | P a g e Gaya Gesek


PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Sebaiknya perlengkapan laboratorium diganti atau diperbaiki karena ada


beberapa alat yang tidak berfungsi ketika digunakan saat praktikum dan sarana
dilengkapi seperti pendingin ruangan (AC).
7.2.2 Asisten
Saran saya untuk asisten yaitu sebaiknya asisten bisa menentukan waktu
asistensi agar kita juga bisa mengatur waktu jika melakukan asistensi.
7.3 Ayat yang berhubungan
(Qs. Al-Furqon : 61)Yang Artinya :
“Maha melimpah anugrah dia yang menjadikan langit gagasan – gagasan
bintang dan dia menjadikan padanya sinar dan bulan bercahaya”.

Pembahasan:
Dari ayat ini kita tau bahwa gesekan itu sangat berpengaruh dalam hidup dan rumus-
rumus yang telah di tetapkan itu akan digunakan sesuai pada soal yang berkaitan,
atau biasa dikatakan rumus-rumus tersebut sudah jelas bahwa masing-masing akan
beredar pada garis edarannya. Begitupun sama dengan yang dijelaskan pada ayat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008.Teori-Teori Gesekan. Jakarta : Gramedia


Astuti, Asri. 1997. Diktat Fisika Dasar 1. Jember : Universitas jember
Faradah, Inang. 1987. Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Francis. 1998. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Giancoli. 1998. Fisika Edisi 5 Jilid 2.Jakarta : Erlangga
Tim Fisika Dasar. 2015. Panduan Praktikum Fisika Dasar. Jambi : Universitas Jambi
Zaelani, ahmad. 2006. 1700 Bank Soal Bimbingan Belajar Itu Berbeda. Bandung :
Yrama Widya

112 | P a g e Gaya Gesek


PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

113 | P a g e Gaya Gesek

Anda mungkin juga menyukai