BAB I
PENDAHULUAN
61 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
62 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gaya Gesek
Koefisien gesekan timbul karena adanya perpaduan antara dua permukaan, oleh
karena itu dalam melukis vektor gaya gesekan selalu ada permukaan yang bertemu.
Koefisien gesekan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu koefisien gesek statis dan
koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek statis adalah koefisien gesek antara dua
permukaan diam, sedangkan koefisien gesek kinetis adalah koefisien gesekan yang
terjadi pada benda-benda yang beradu dimana benda satu bergerak relatif terhadap
benda lainnya.
63 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Permukaan sebuah bena meluncur diatas permukaan beda lain masing-masing benda
akan saling melakukan benda akan saling melakukan yang (Tim Fisika Dasar,2015).
Permukaan sebuah bena meluncur diatas permukaan beda lain masing-masing
benda akan saling melakukan gaya gesekan, sejajar dengan permukaan. Gaya
gesekan terhadap tiap benda berlawanan arahnya dengan arah gerakannya relatif
terhadap benda “lawan”nya. Jadi jika sebuah balok meluncur dari kiri ke anan diatas
permukaan sebuah meja. Suatu gaya gesek kekiri akan bekerja terhadap meja. Gaya
gesekan juga ada yang bekerja dalam keadaan tidak terjadi gerakan relatif. Suatu
gaya horizontal terhadap sebuah peti berat yang terletak dilantai mungkin saja tidak
cukup besar untuk menggerakkan peti itu. Karena gaya tersebut terimbangi oleh
suatu gaya gesekan yang besarnya sama dengan berlawanan arah, yang dikerjakan
oleh lantai terhadap peti (Francis,1998).
Gaya gesekan adalah gaya yang timbul akibat bersentuhan langsung antara dua
permukaan benda dengan arah berlawanan terhadap kecenderungan arah gerak
benda. Jika sebuah balok yang beratnya w diletakkan pada bidang datar dan pada
balok tidak bekerja gaya luas, maka besarnya gaya normal (N) sama dengan gaya
berat (W) sesuai persamaan :
N=W …..…………..…………………….…………………….…..(2.3.2)
64 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
menggelincir diatas lantai. Tanpa adanya gaya gesek tidak akan tercipta parasut yang
kita lihat sekarang kemudia (Giancolli,1998).
Pada gaya gesek terdapat gaya normal yaitu gaya yag dilakukan benda terhadap
benda lain dengan arah tegak lurus bidang antara permukaan benda. Secara
matematika hubungan antara gaya gesek dengan gaya normal adalah Tanda sama
dengan itu menunjukkan bila gaya gesek mencapai maksimum. Besar µk dan µs
tergantung pada sifat permukaan yang saling bergesekan harganya bisa lebih besar
dari suatu yang biasanya lebih kecil.
Hukum-hukum tentang gesekan adalah hukum yang berdasarkan pengalaman.
Gesekan suatu benda yang menggelinding diatas permukaan dilawan oleh gaya yang
timbul akibat perubahan bentuk permukaan yang bersinggungan. Contoh sebuah
kubus diam pada suatu bidang miring memiliki sudut, kemudian diperbesar sudutnya
maka kubus akan mulai tergelincir dalam kehidupan sehari-hari (Astuti,1997).
Dalam percobaan kali ini akan berlaku hukum newton I dan II. Hukum newton I
menyatakan “Setiap benda akan berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus
beraturan kecuali jika dipaksa untuk mengubah keadaan ini oleh gaya-gaya yang
berpengaruh padanya”. Sesungguhnya hukum newton ini memberikan pernyataan
tentang kerangka acuan. Pada umumnya percepatan suatu benda bergantung
kerangka acuan mana ia diukur. Hukum ini menyatakan bahwa jika tidak ada benda
lain didekatnya (artinya tidak ada gaya yang bekerja, karena setiap gaya harus
dikaitkan dengan benda dan dengan lingkungannya) maka dapat dicari suatu keluarga
kerangka acuan sehingga suatu partikel tidak mengalami percepatan.
Hukum newton II menyatakan “percepatan yang dialami oleh suatu benda
sebanding dengan besarnya gaya yang bekerja dan berbanding terbalik dengan massa
benda dan adalah vector percepatannya.
Sebagai contoh adalah saat kita mendorong buku yang berada diatas meja
kemudian dilepaskan. Buku itu akan bergeser dan kemudian bergerak. Menurut
hukum newton II, perubahan gerak ini disebabkan oleh adanya gaya yang arahnya
berlawanan dengan arah gerak buku itu. Kalau gaya itu tidak ada tentulah buku tidak
bergerak beraturan. Menurut hukum newton I gaya gesekan.
Jika gaya yang kita berikan kecil, gaya gesek statis pun kecil. Makin besar gaya
gesekan statis itu maka makin besar gaya gesekan yang kita berikan. Benda bergerak
65 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
kearah gaya yang kita berkan. Benda bergerak kearah gaya yang kita berikan. Ini
berarti gaya gesek tidak dapat bertambah besar lagi. Gaya gesekan statis mencapai
maksimum. Nilai maksimum suatu benda ini dsebut juga gaya gesekan (statis
maksimum) untuk dua permukaan yang bergesekan Pada saat gaya gesekan
maksmum benda kan tetap bergerak (Anonim, 2008).
Gaya gesek selalu bekerja pada permukaan. benda padat yang saling
bersentuhan , sekalipun benda tersebut sangat licin dan permukaan benda juga sangat
licin tetap sangat kasar pada skala mikroskopis. Ketika benda bergerak, tonjolan-
tonjolan mikroskopis ini mengganggu gerak tersebut. Pada tingkat ataom tonjolan
pada permukaan lainnya, sehingga gaya-gaya listrik diantara atom dapat membentuk
ikatan kimia, sebagai penyatu benda bergerak misalnya ketika mendorong sebuah
buku pada permukaan meja, gerakan buku tersebut mengalami hambatan dan
akhirnya akan berhenti. Hal ini disebabkan oleh pembentukan dan pelepasan ikatan
tersebut menggunakan alat-alat yang telah disediakan dalam kehidupan sehari-hari
(Giancolli, 2001).
2.2 Hukum-Hukum Newton
2.2.1 hukum I Newtom
Benda yang diam akan bergerak jika diberi gaya benda yang sudah bergerak
dengan kecepatan tertentu akan tetap bergerak dengan kecepatan itu jika tidak ada
gangguan (gaya). Hal diatas merupakan dasar hukum yaitu Hukum Newton I. Bunyi
Hukum Newton I adalah “ jika resultan gaya pada benda sama dengan nol maka
benda yang diam akan tetap diam“. Secara sederhanaHukum Newton I menyatakan
bahwa percepatan benda nol jika gaya total (resultan gaya) yang bekerja pada benda
yang sama dengan nol. Maka rumusnya adalah ∑ F=¿Resultan Gaya.
Sebenarnya hukum I newton diatas itu sudah pernah diucapkan oleh Galileo
beberapa tahun sebelum Newton. Ahli Galileo menyatakan bahwa “kecepatan yang
diberikan pada suatu benda akan tetap dipertahankan jika semua gaya tersebut
penghambatnya dihilangkan.
2.2.2 Hukum II Newton
Hukum Newton II akan membahas keadaan benda jika resultan gaya pada
benda tidak nol. Bayangkan anda mendorong sebuah benda yang gaya F dilantai
yang licin sekali sehingga benda itu bergerak dengan kecepatan 0 menurut hasil
66 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
percobaan. Jika gaya tersebut diperbesar dua kali ternyata percepatannya menjadi dua
kali lebih besar. Disini dapat disimpulkan bahwa percepatan sebanding dengan
resultan gaya yang bekerja. “percepatan suatu benda sebanding dengan jumlah gaya
(resultan gaya) yang bekerja pada benda dan berbanding terbalik dengan massanya”.
Contoh Hukum Newton II dalam kehidupan sehari-hari yaitu gaya yang ditimbulkan
ketika menarik gerobak yang penuh dengan padi untuk dipindahkan ke rumah dari
sawah atau mobil yang massanya sama ketika ditarik dengan gaya yang lebih besar
akan mengalami gaya yang lebih besar pula. Serta mobil yang sedang bergerak
dengan massa 1 ton kemudian bergerak dengan percepatan 1 m/s2.
2.2.3 Hukum III Newton
Dalam kehidupan sehari – hari kamu akan selalu dapat bahwa gaya yang
bekerja pada sebuah benda diperoleh dari benda. Contoh gaya tersebut adalah :
1. Selalu otomatis menarik gerbang
2. Palu memukul paku, gaya yang diberikan pula pada paku
3. Temanmu yang mendorog meja, gaya yang diberikan pada meja
Contoh palu memberikan gaya pada paku, paku juga dapat gaya balik (reaksi)
buktinya palu memantul kembali dan setelah mengenai paku. Jadi palu memberikan
gaya kepada paku tetapi sebaliknya oalu memberikan gaya balik kepada paku.
Besarnya gaya aksi sama dengan gaya bereaksi tetapi berlawanan arah, adanya aksi
dan reaksi ini adalah inti dari hukum III nowton yang berbunyi “ketika benda
pertama memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap benda
pertama”. Hukum tersebut sering disebut dengan hukum gaya reaksi, untuk setiap
gaya aksi akan selalu ada gaya reaksi yang sama besar, tetapi berlawanan arah namun
itu perlu diketahui bahwa gaya aksi itu dan gaya reaksi itu bekerja pada benda yang
berbeda. Persamaan Hukum III Newton yaitu pada gaya gravitasi pembawa gaya
magnet, gaya listrik dan pada saat kita memukul paku itu menggunakan palu. Hukum
tersebut sering disebut dengan hukum gaya reaksi, untuk setiap gaya aksi akan selalu
ada gaya reaksi.
2.3 Gaya Gesek Statis
Gaya gesek statis adalah gaya gesek yang bekerja pada benda yang diam atau
hampir bergerak. Jika gaya gesek bekerja pada benda yang diam maka disebut gaya
67 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
gesek statis (fs) sedangkan apabila gaya gesek bekerja pada benda yang tepat akan
bergerak, maka disebut gaya gesek statis maksimum (fsmaks).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, besarnya gaya gesek bergantung pada
kekasaran permukaan benda dan bidang yang bersentuhan. Tingkat kekasaran ini
dinyatakan dengan koefisien gesekan. Untuk benda diam, koefisien gesekan
disebut koefisien gesekan statis, disimbolkan dengan μs. Selain tingkat kekasaran
permukaan benda, besarnya gaya gesek statis juga dipengaruhi oleh besarnya gaya
normal (N) yang diberikan bidang pada benda.
Hukum I Newton menyatakan bahwa: “jika resultan gaya yang bekerja pada
sebuah benda sama dengan 0 (nol) maka benda yang diam akan terus diam dan benda
yang bergerak akan cenderung bergerak”. Berdasarkan Hukum Newton tersebut,
selama benda masih diam berarti resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut
adalah nol. Dengan demikian, selama benda masih diam, gaya gesek statis selalu
sama dengan gaya yang bekerja pada benda tersebut. Secara matematis, rumus gaya
gesek statis dinyatakan sebagai berikut :
Fs = µs . N ………………………………………….………………….......(2.3.3)
68 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
fk = µk . N …………………...………………………………..........(2.3.4)
Dimana: fk = Gaya gesek kinetik (N), μk = Koefisien gesek kinetik
Nilai koefisien gesekan lebih besar Nilai koefisien gesekan lebih kecil
.
2.6 Hukum Tentang Gesekan
Hukum-hukum tentang gesekan adalah hukum yang berdasarkan pengalaman.
Gesekan suatu benda yang menggelinding diatas permukaan dilawan oleh gaya yang
timbul akibat perubahan bentuk permukaan yang bersinggungan. Contoh sebuah
kubus diam pada suatu bidang miring memiliki sudut, kemudian diperbesar sudutnya
maka kubus akan mulai tergelincir (Astuti,1997).
Dalam percobaan kali ini akan berlaku hukum newton I dan II :
1. Hukum newton I
Menyatakan “setiap benda akan berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus
beraturan kecuali jika dipaksa untuk mengubah keadaan ini oleh gaya-gaya yang
berpengaruh padanya”. Sesungguhnya bahwa dalam hukum newton ini memberikan
pernyataan tentang kerangka acuan. Pada umumnya adanya percepatan suatu benda
bergantung kerangka acuan mana ia diukur.
Hukum ini menyatakan bahwa jika tidak ada benda lain didekatnya (artinya tidak
ada gaya yang bekerja, karena setiap gaya harus dikaitkan dengan benda dan dengan
69 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
lingkungannya) maka dapat dicari suatu keluarga kerangka acuan sehingga suatu
partikel tidak mengalami percepatan.
2. Hukum newton II
Menyatakan “percepatan yang dialami oleh suatu benda dengan besarnya gaya
yang bekerja dan berbanding terbalik dengan massa benda dan a adalah vector
percepatannya.
Sebagai contoh adalah saat kita mendorong buku yang berada diatas meja
kemudian dilepaskan. Buku itu akan bergeser dan kemudian bergerak. Menurut
hukum newton II, perubahan gerak ini disebabkan oleh adanya gaya yang arahnya
berlawanan dengan arah gerak buku itu. Kalau gaya itu tidak ada tentulah buku tidak
bergerak beraturan. Menurut hukum newton I gaya gesekan. Pernyataan itu dapat
ditulis sebagai berikut:
Fgesekan = µN .........................................................................................(2.3.5)
Jika gaya yang kita berikan kecil, gaya gesek statis pun kecil. Makin besar gaya
gesekan statis itu maka makin besar gaya gesekan yang kita berikan. Benda bergerak
kearah gaya yang kita berikan. Benda bergerak kearah gaya yang kita berikan. Ini
berarti gaya gesek tidak dapat bertambah besar lagi. Gaya gesekan statis mencapai
maksimum. Nilai maksimum ini disebutsuatu juga gaya gesekan (statis maksimum)
untuk dua permukaan yang bergesekan. Pada saat gaya gesekan maksmum benda kan
tetap bergerak (Anonim, 2008).
Gaya gesek selalu bekerja pada permukaan benda padat yang saling bersentuhan
sekalipun benda tersebut sangat licin dan permukaan benda juga sangat licin tetap
sangat kasar pada skala mikroskopis. Ketika benda bergerak, tonjolan-tonjolan
mikroskopis ini mengganggu gerak tersebut. Pada tingkat ataom tonjolanpada
permukaan lainnya, sehingga gaya-listrik diantara atom dapat membentuk ikatan
kimia, sebagai penyatu benda bergerak misalnya ketika mendorong sebuah buku
pada permukaan meja, gerakan buku tersebut mengalami hambatan dan akhirnya
akan berhenti. Hal ini disebabkan oleh pembentukan dan pelepasan ikatan tersebut.
2.7 Percepatan
Percepatan adalah perubahan kecepatan dalam satuan waktu tertentu. Akselerasi
sebuah objek disebabkan karena gaya yang bekerja pada objek tersebut yaitu
70 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
percepatan yang merupakan besaran vector yakni besaran yang mempunyai nilai dan
arah. Percepatan dapat berupa nilai negative dan juga percepatan dapat bernilai
positif. Percepatan positif apabila kecepatan benda bertambah setiap selang
waktu sedangkan percepatan negative yaitu benda mengalami perlambatan. Percepat
an dapat dinyatakan dengan percepatan positif dan negative (Giancolli, 2001).
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Gesek
Faktor yang mempengaruhi gaya gesek adalah kekuatan permukaan suatu benda.
Gaya gesek ini timbul karena ada permukaan benda yang bersentuhan besar kecilnya
suatu gaya gesek dipengaruhi oleh kasar kecilnya suatu perukaan benda – benda yang
bergesekan. Gesekan menyebabkan mesin cepat akan rusak karena gas dan gesekan
dapat menyebabkan memanjat suatu tali. Akibat permukaan yang tidak rata tersebut
akan saling menumbuk. Hal ini membuat sebagian energi benda hilang menjadi
panas atau bentuk lain dan seakan-akan muncul sebuah gaya yang memperlambat
benda .contohnya gabus dan kaca. Mungkin keduanya tidak terlalu kasar, namun
karena struktur mikroskopisnya, terjadi gaya gesek yang besar antar kedua keduanya
sehingga gabus sering digunakan untuk sumbat (Elida, 1997).
2.9 Tingkat kekasaran permukaan benda yang bersinggungan
Bidang yang kasar mempunyai gaya gesekan lebih besar dari pada bidang yang
licin. Kasar dan licinnya bidang dinyatakan dengan suatu angka yang disebut
koefisien gesek (μ). Bidang kasar memiliki koefisien gesek yang besar, sedangkan
bidang yang licin sempurna memiliki koefisien gesekan sama dengan nol. Dengan
demikian, rentang nilai koefisien gaya gesek adalah sebagai berikut :
0≤µ≤1 ...........................................................................................(2.3.6)
Gaya gesekan berbanding lurus dengan gaya normal (N). Sehingga rumus atau
persamaan gaya gesek ditulis sebagai berikut :
.......................................................................................................(2.3.7)
F=µN
71 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
72 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
(a) (b)
(c)
(d) (e)
73 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
sesuai dengan petunjuk asisten dan letakkan benda A diatas permukaan bidang
miring B, ukur dan catat kemiringan, ukur jarak mulai posisi awal yang telah diukur
oleh asisten, lepaskan benda A dan amati waktu yang diperlukan, ulangi prosedur (1)
sampai dengan (4) untuk kemiringan yang berbeda dan jarak yang tetap, ulangi
prosedur (5) untuk macam benda lainnya.
74 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
ᶱ
Jenis Benda
No Keterangan
Peluncur
75 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
(SAIFUL)
76 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB V
PENGOLAHAN DATA
1. Apakah besarnya gaya gesek antara dua permukaan yang kering tanpa
Jawab :
Ya, luas kontak benda yang bergesekan sangat memiliki pengaruh bagi gaya
gesekannya, karena semakin besar luas kontak permukaan benda yang
bergesekkan maka semakin sulit benda untuk bergesekan begitupun
sebaliknya.
2. Menghitung nilai μs untuk keadaan statis pada bidang datar dan miring.
a. Keadaan statis bidang datar pada peluncur
mp+ mt
μs =
mb
1. Untuk permukaan kayu
mp+ mt 1
μ s 1=
mb
0,025+0,016
=
0,166
0,041
=
0,166
= 0,246
mp+ mt 2
μ s 2=
mb
0,025+0,021
=
0,166
0,046
=
0,166
= 0,277
77 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
mp+ mt 3
μ s 3=
mb
0,025+0,02
=
0,166
0,045
=
0,166
= 0,271
μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs=
n
0,246+0,277+ 0,271
=
3
0,794
=
3
= 0,264
mp+ mt 1
μ s 1=
mb
0,025+0,048
=
0,186
0,073
=
0,186
= 0,392
mp+ mt 2
μ s 2=
mb
0,025+0,05
=
0,186
0,075
=
0,186
= 0,403
mp+ mt 3
μ s 3=
mb
0,025+0,055
=
0,186
78 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
0,08
=
0,186
= 0,430
μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs=
n
0,392+ 0,403+0,430
=
3
1,225
=
3
= 0,408
mp+ mt 1
μ s 1=
mb
0,025+0,2
=
0,204
0,225
= = 1,102
0,204
mp+ mt 2
μ s 2=
mb
0,025+0,19
=
0,204
0,215
= = 1,053
0,204
mp+ mt 3
μ s 3=
mb
0,025+0,17
=
0,204
0,195
= = 0,955
0,204
μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs=
n
1,102+1,053+ 0,955
=
3
3,11
= = 1,036
3
79 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
No Mb Mt mpμs μsJenis
´ peluncur
0,016 0,246
0,021 0,277
1. 0,166 0,025 0,254 Kayu
0,02 0,271
0,048 0,392
0,05 0,403
2. 0,186 0,025 0,40 Karpet
0,055 0,430
0,2 1,102
1,036 Karet
0,19 1,053
3. 0,204 0,025
0.17 0,955
μ s 3= tan θ3
μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs
´ =
n
μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs=
´
n
0,424+0,478+ 0,600
=
3
80 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1,502
=
3
= 0,500
μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs
´ =
n
μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs
´ =
n
0,577+0,554+ 0,531
=
3
1,662
=
3
= 0,554
μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs
´ =
n
μ s1 + μ s2 + μ s 3
μs=
´
n
1,191+1,072+1
=
3
81 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
3,263
=
3
= 1,087
45 °0,424
16°0,478
26°0,577
25°0,554
2. 0,554 Karpet
25°0,531
41° 1,191
37°1,072
3. 1,087 Karet
38 1
82 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Bandingkan Masing – masing nilai Vs dari sebuah keadaan statis bidang datar
dari keadaan statis bidang miring setiap jenis benda peluncur dari sebuah
benda atau seluruh data. Apakah perbedaan dan persamaannya ?
Jawab :
Persamaan, benda peluncur jenis kayu dalam keadaan statis bidang miring
memiliki gaya gesek yang sama besar. Begitupun sebaliknya pada benda
peluncur jenis karpet dan kayu.Perbedaannya, dalam keadaan statis bidang
datar benda peluncur jenis kayu memiliki massa anak timbangan yang kecil
denganμs = 0,272sedangkan benda peluncur jenis karet memiliki massa anak
timbangan yang besar dengan μs = 0,295dan benda peluncur jenis karet yang
memiliki massa anak timbangan yang lebih besar dari massa anak timbangan
jenis kayu dan karpet dengan nilai μs = 0,427
Dengan keadaan statis bidang miring benda peluncur jenis kayu, karpet
dan karet yang relative besar yaitu 45°.
4. Menghitung nilai μk untuk keadaan dinamis ini pada bidang miring
a. Untuk jenis benda peluncur kayu pada jarak
X = 1,2 m
T ¿
T = 1+¿
T 2+¿ T
3
¿
n
0,47+0,47+ 0,50
=
3
1,44
=
3
= 0,48
T2 = 0,230
2x
μk = tanθ− 2
g .t . cos θk
2( 1,1)
= 1−
9,81 . 0,230. 0,707
2,4
= 1−
1,595
83 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 1−1,504
= -0,504
T ¿
T = 1+¿
T 2+¿ T
3
¿
n
0,80+0,83+0,84
=
3
2,47
=
3
= 0,823
T2 = 0,6773
2x
μk = tanθ− 2
g .t . cos θk
2(1,2)
= 1−
9,81 . 0 ,6773 . 0,707
2,4
= 1−
4,697
= 1−0,501
= 0,499
X = 1,2 m
T ¿
T = 1+¿
T 2+¿ T
3
¿
n
1,03+1,04+1,11
=
3
3,18
=
3
= 1,06
T2 = 1,123
84 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2x
μk = tanθ− 2
g .t . cos θk
2(1,2)
= 1−
9,81 .1,123 0,707
2,4
= 1−
7,788
= 1−0,308
= 0,692
45 °0,424
45°0,478
1. 0,500 Kayu
45°0,600
45°0,577
45°0,554
2. 0,554 Karpet
45°0,531
45° 1,191
45°1,072
3. 1,087 Karet
45° 1
85 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
mp+ mt
μs=
mb
δμs 2
∆ μs=
√( δmp ) ¿¿
1. Kayu
δμs
( δmp ) = mp+mbmt
Dimana :u=¿mp + mt u, = 1
v = mb v’ = 0
δμs u, v−v , u
( )
δmp
=
v2
= 1.mb−0(mp+mt )
¿¿
mb
=
¿¿
86 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 0,166
¿¿
0,166
=
0,027
= 6,148
1
∆ mp= ×skala terkecil
2
1
= ×10-3
2
= 0,5 x 10-4
δμs
( δmt ) = mp+mbmt
Dimana :u=¿mp + mt u, = 1
V = mb v’ = 0
δμs u, v−v , u
( ) δmt
=
v2
= 1.mb−0(mp+mt )
¿¿
= mb
¿¿
0,166
=
¿¿
0,166
=
0,027
= 6,148
mt 1+ mt 2 +mt 3
ḿt =
n
0,016+0,021+0,02
=
3
0,057
=
3
= 0,019
87 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= √¿ ¿ ¿
= √¿ ¿ ¿
0,00009+ 0,000004+0,000001
=
√ 6
0.000014
=
√ 6
= √ 0,0000023
= 0,00151
δ μs mp+ mt
( ) mb
=
mb
Dimana :u=¿mp + mt u, = 0
v = mb v’ = 1
δ μs u, v−v , u
( ) mb
=
v2
0 .mb−1(mp +mt )
=
(mb)2
= 1.(mp+mt )
¿¿
1. ( 0,025+ 0,019 )
=
(0,166)2
0,044
=
0,027
= 1,629
1
∆ mb= ×skala terkecil
2
1
= ×10-3
2
= 0,5 x 10-4
δμs 2
∆ μs =
√( δmp )
¿¿
2
√
¿ ( 6,148 )2 ( 0,5× 10−4 ) + ( 6,148 )2 ( 0,00151 )2 + ( 1,629 )2 (0,5 ×10−4 )
88 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
∆ μs
KR = × 100%
2¿ ¿
8,845
= × 100%
2(8,845+0,265)
8,845
= × 100%
2(1,11)
8,845
= × 100%
2,22
= 3,98%
KB = 100% - KR
= 100% - 3,98%
= 96,02%
2. Karpet
δμs
( δmp ) = mp+mbmt
Dimana :u=¿mp + mt u, = 1
v = mb v’ = 0
δμs u, v−v , u
( )
δmp
=
v2
= 1.mb−0(mp+mt )
¿¿
0,186
= mb = 0,186 =
¿¿ ¿¿ 0,034
= 5,470
1
∆ mp= ×skala terkecil
2
1
= ×10-3
2
89 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
δμs
( δmt ) = mp+mbmt
Dimana :u=¿mp + mt u, = 1
V = mb v’ = 0
δμs u, v−v , u
( )
δmt
=
v2
= 1.mb −0(mp+mt )
¿¿
mb 0,186
= =
¿¿ ¿¿
= 5,470
mt 1+ mt 2 +mt 3
ḿt =
n
0,048+0,05+0,055
=
3
= 0,195
Dimana :u=¿mp + mt u, = 0
v = mb v’ = 1
δ μs u, v−v , u
( ) mb
=
v2
0 .mb−1(mp +mt )
=
(mb)2
90 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1.mp+mt
=
mb 2
0,025+0,195
=
0,1862
0,22
=
0,034
= 6,470
1
∆ mA= ×skala terkecil
2
1
= ×= 10-3
2
= 0,5 x 10-4
δμs 2
∆ μs =
√( δmp ) ¿¿
2
= (29,920)2 ( 2,5.10−7 ) + ( 29,920 )2 ( 0,000324 )2+ ( 41,860 )2 (2,5 .10−7 )2
√
= √ 0,00000748+0,009694+ 0,0000104
= √ 0,00971
= 0,098
∆ μs
KR = × 100%
2¿ ¿
0,098
= × 100
2(0,098+0,265)
0,098
= × 100%
0,461
= 0,21%
KB = 100% - KR
= 100% - 0,21%
= 99,79%
3. Karet
δμs
( δmp ) = mp+mbmt
Dimana :u=¿mp + mt u, = 1
91 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
v = mb v’ = 0
δμs u, v−v , u
( ) δmp
=
v2
= 1.mb−0(mp+mt )
¿¿
= mb
¿¿
0,204
=
0,041
= 4,975
1
∆ mp= ×skala terkecil
2
1
= ×10-3
2
= 0,5 x 10-4
δμs
( δmt ) = mp+mbmt
Dimana :u=¿mp + mt u, = 1
V = mb v’ = 0
δμs u, v−v , u
( ) δmt
=
v2
= 1.mb−0(mp+mt )
¿¿
= mb
¿¿
0,204
=
0,041
= 4,975
mt 1+ mt 2 +mt 3
ḿt =
n
0,2+0,19+0,17
=
3
0,56
=
3
92 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 0,186
0,000196+ 0,000016+0000256
=
√ 6
0.000468
=
√ 6
= √ 0,000078
= 0,00883
( δmbμ ) = mp+mbmt
s
Dimana :u=¿mp + mt u, = 0
v = mb v’ = 1
δ μs u, v−v , u
( )mb
=
v2
0 .mb−1(mp +mt )
=
(mb)2
= 1(mp+mt )
¿¿
= 1¿¿
0,211
=
0,041
= 5,146
1
∆ mA= ×skala terkecil
2
1
= ×10-3
2
= 0,5 x 10-4
δμs 2
∆ μs =
√( δmp )¿¿
93 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
=
−7 2
√ ( 24,750 ) ( 2,5× 10
2
) + ( 24,750 )2 ( 2,7 ×10−5 ) 2+¿ ( 26,481 )2 (2,5 ×10−7)2
= √ 0,000000618+0,000668+0,0000062
= √ 0,000675
= 0,025
∆ μs
KR = × 100%
2¿ ¿
0,025
= × 100%
2(0,025+0,265)
0,025
= × 100%
2,29
= 0,01 × 100%
= 1%
KB = 100% - KR
= 100% - 1%
= 99 %
δ μs 2
∆ μs =
√( ∆θ ) ¿¿
μs = tanθ
sinθ
μs =
cosθ
1. Kayu
δμs u, v−v , u
( )
δμθ
=
v2
94 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
θ1+ θ2 +θ3
θ =
n
23+26+21
=
3
70
=
3
= 23,33
∆ θ=√ ¿ ¿ ¿
= √¿ ¿ ¿
= √¿ ¿ ¿
12,664
=
√ 6
= 1,452
δ μs 2
∆ μs =
√( μθ ) ¿¿
= √¿ ¿
= √¿ ¿
= √ 2,875
= 1,695
95 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
∆ μs
KR = ×100
2(∆ μ s+ μ s)
1 , ,695
= ×100
2(1,695+0,500)
1,695
= ×100
4,39
= 0,386 ×100
= 38,6%
KB = 100% - KR
= 100% - 38,6%
= 61,4%
2. Karpet
δμs u, v−v , u
( )
δμθ
=
v2
Dimana :u=sin θ u, = cos θ
v =cos θ v’ = −sin θ
δ μs u, v−v , u
( )
μθ
=
v2
= cos θ . cos θ−¿ ¿ ¿ ¿
cos2 θ+ s ¿2 θ
=
cos2 θ
1
=
cos2 θ
= sec 2 θ
2
1
= ( )
cos θ
2
1
=(
cos 29 )
2
1
=(
0,874 )
= ( 1,144 )2
= 1,308
96 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
θ1+ θ2 +θ3
θ =
n
30+29+28
=
3
87
=
3
= 29
∆ θ=√ ¿ ¿ ¿
= √¿ ¿ ¿
1+0+ 1
=
√ 6
2
=
√ 6
= 0,577
δ μs 2
∆ μs =
√( μθ ) ¿¿
= √¿ ¿
= √¿ ¿
= √ 0,567
= 0,752
∆ μs
KR = ×100
2(∆ μ s+ μ s)
0,752
= ×100
2(752+ 0,554)
0,752
= ×100
2,612
= 0,28 ×100
=0,28%
KB = 100% - KR
= 100% - 0,28%
= 99.72 %
97 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
3. Karet
δμs u, v−v , u
( )
δμθ
=
v2
Dimana :u=sin θ u, = cos θ
v =cos θ v’ = −sin θ
δ μs u, v−v , u
( )
μθ
=
v2
= cos θ . cos θ−¿ ¿ ¿ ¿
cos2 θ+ s ¿2 θ
=
cos2 θ
1
=
cos2 θ
= sec 2 θ
2
1
=( ) cos θ
2
1
=(
cos 47,33 )
2
1
=(
0,677 )
= ( 1,477 )2
= 2,181
θ1+ θ2 +θ3
θ =
n
50+47+ 45
=
3
142
=
3
= 47,33
∆ θ=√ ¿ ¿ ¿
= √¿ ¿ ¿
98 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
12,664
=
√ 6
= 1,452
δ μs 2
∆ μs =
√( μθ )¿¿
= √¿ ¿
= √¿ ¿
= √ 10,025
= 3,166
∆ μs
KR = ×100
2(∆ μ s+ μ s)
3,166
= ×100
2(3,166+1,087)
3,166
= × 100
8,506
= 0,372 ×100
= 37,2%
KB = 100% - KR
= 100% - 37,2%
= 62,8 %
c. Keadaan dinamis dalam bidang miring
μ 2. x
k= tan θ−¿ ¿
g . t2 cos θk
δ μs 2
∆ μk =
√( δθ )¿¿
1. Kayu
99 | P a g e Gaya Gesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2x −2. x . g . t 2 . sin θ
v = 2 v =
g . t . cos θ (g .t 2 . cos θ)❑2 .
2x −2. x . g . t 2 . sinθ
sec 2 θ . − . tan θ
g .t 2 . cosθ ( g . t 2 . cos θ)❑2 .
( δμk
δθ )
=
2x
( 2
g . t . cos θ)❑2
2(1,2)
❑2
9,81. 0,230 0,707
( 0,707 ) ❑2 . 1,504+1,692
¿
1,504❑2
0,449.1,504. 1,692
¿
2,262
1,269
¿
2,262
¿ 0,561
1
∆θ = ×skala terkecil
2
1
= × 0,001
2
= 5 x 10-4
δμk u' . v ' −v ' u
( )
δx
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = 0
2x −2
v = 2 v’ =
g . t . cos θ g . t 2 . cos θ
2x −2
0. − . tan θ
g .t .cosθ (g . t . cos θ)❑2 .
2 2
( δμk
δx )
=
2x
❑2
2
g . t . cosθ
−2
9,81 .0,230 0,707
= 0− .1
2(1,2) 2
❑
9,81 . 0,230 0,707
2
1,595 1,253 1,253
= = = = 0,553
24 , 2 1,504❑ 2
2,262
❑
1,595
1
∆x = ×skala terkecil
2
1
= × 0,001
2
= 5 x 10-4
δμk u' . v ' −v ' u
( )
δt
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = 0
2x 4. x
v = 2 v’ =
g . t . cos θ g . t 3 . cos θ
2x 4. x
0. − . tan θ
g .t .cosθ (g . t . cos θ)❑2 .
2 2
( δμkδt ) = 2x
❑2
2
g . t . cosθ
4. ( 1,2 )
9,81 .0,230 0,707
= 0− .1
2 ( 1,2 ) 2
❑
9,81 . 0,230 0,707
4,8
1,595 −3009 −3009
¿− = =
2,4 2
2,262
❑2 1,504❑
1,595
= - 1,330
(0,47−0,48)2+(0,47−0,48)2+(0,50−048)2
=
√ 3(3−1)
0,0001+ 0,0001+ 0,0004
=
√ 3 (2)
0,0006
=
√ 6
= √ 0,0001
= 0,01
δ μs 2
∆ μk =
√( δθ ) ¿¿
2x −2. x . g . t 2 . sin θ
v = 2 v = 2 2
g . t . cos θ (g .t . cos θ)❑ .
2 2x −2. x . g . t 2 . sinθ
sec θ . − . tan θ
g .t 2 . cosθ (g . t 2 . cos θ)❑2 .
( δμk
δθ )
=
2x
( 2
g . t . cos θ
❑2
)
2(1,2)
(¿ . cos1 45 )❑ . 9,81 . 0,6773
2
−
−2.1,2.9,81 .0,6773.0,707
0,707 (9,81. 0,6773 0,707)❑ . 2
2(1,2)
❑2
9,81. 0,6773 0,707
( 0,707 ) ❑2 .0 .510+0,483
¿
0,510❑2
0,449..0 .510 .0,483
¿
0,260
0,740
¿
0,260
¿ 2,846
1
∆θ = ×skala terkecil
2
1
= × 0,001
2
= 5 x 10-4
δμk u' . v ' −v ' u
( )δx
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = 0
2x −2
v = 2 v’ =
g . t . cos θ g . t 2 . cos θ
2x −2
0. − . tan θ
g .t .cosθ (g . t . cos θ)❑2 .
2 2
( δμk
δx )
=
2x
❑2
2
g . t . cosθ
−2
9,81 .0,6773 0,707
= 0− .1
2(1,2) 2
❑
9,81 . 0,67730,707
2
4,697 1,253 0,425
= = = = 1,634
24 , 2 1,504❑ 0,260
2
❑
4,697
1
∆x = ×skala terkecil
2
1
= × 0,001
2
= 5 x 10-4
δμk u' . v ' −v ' u
( )δt
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = 0
2x 4. x
v = 2 v’ =
g . t . cos θ g . t 3 . cos θ
2x 4. x
0. − . tan θ
g .t .cosθ (g . t . cos θ)❑2 .
2 2
( δμkδt ) = 2x
❑2
2
g . t . cosθ
4. ( 1,2 )
9,81 .0,6773 0,707
= 0− .1
2 ( 1,2 ) 2
❑
9,81 . 0,67730,707
4,8
4,697 −1,021 −1,021
¿− = =
2,4 2 0,510❑2
2,260
❑
4,697
= -3,926
2 2 2
(t 1−t́) +(t 2−t́) +(t 3 −t́)
∆t =
√ n (n−1)
δ μs 2
∆ μk =
√( δθ ) ¿¿
= 0,14
∆ μk
KR = ×100 %
μk
0,141
= × 100 %
0.487
= 0,28 %
KB = 100% - KR
= 100% - 0,28%
= 99,72%
3. Karet
δμk u' . v ' −v ' u
( ) δθ
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = sec 2 θ
2x −2. x . g . t 2 . sin θ
v = 2 v = 2 2
g . t . cos θ (g .t . cos θ)❑ .
2x −2. x . g . t 2 . sinθ
sec 2 θ . − . tan θ
g .t 2 . cosθ (g . t 2 . cos θ)❑2 .
( δμk
δθ )
=
2x
( 2
g . t . cos θ)❑2
2(1,2)
❑2
9,81 .1,123. 0,707
( 0,707 ) ❑2 .0 .308+0,308
¿
0,308❑2
0,449.0.308 .0,483
¿
0,094
0,416
¿
0,094
¿ 4,904
1
∆θ = ×skala terkecil
2
1
= × 0,001
2
= 5 x 10-4
δμk u' . v ' −v ' u
( )δx
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = 0
2x −2
v = 2 v’ =
g . t . cos θ g . t 2 . cos θ
2x −2
0. − . tan θ
g .t .cosθ (g . t . cos θ)❑2 .
2 2
( δμk
δx )
=
2x
❑2
2
g . t . cosθ
−2
9,81 .1,123 . 0,707
= 0− .1
2(1,2)
❑2
9,81 .1,123. 0,707
2
7,788 1,253 0,425
= = = = 2,723
24 , 2 0,308❑ 2
0,094
❑
7,788
1
∆x = ×skala terkecil
2
1
= × 0,001
2
= 5 x 10-4
δμk u' . v ' −v ' u
( )
δt
=
v2
Dimana :u=tan θ u, = 0
2x 4. x
v = 2 v’ =
g . t . cos θ g . t 3 . cos θ
2x 4. x
0. − . tan θ
g .t .cosθ (g . t . cos θ)❑2 .
2 2
( δμkδt ) = 2x
❑2
2
g . t . cosθ
4. (1,2 )
9,81 .1,123 . 0,707
= 0− .1
2 (1,2 ) 2
❑
9,81 .1,123 . 0,707
4,8
7,788 −0,616 −0,616
¿− = =
2,4 2 0,308❑2
0,094
❑
7,788
= -6,553
δ μs 2
∆ μk =
√( δθ ) ¿¿
= 0,161
∆ μk
KR = ×100 %
μk
0,161
= × 100 %
0.487
= 0,33%
KB = 100% - KR
= 100% - 0,33%
= 99,67%
BAB VI
ANALISA PERHITUNGAN
No Mb Mt mpμs μsJenis
´ peluncur
0,016 0,246
0,021 0,277
1. 0,166 0,025 0,254 Kayu
0,02 0,271
0,048 0,392
0,05 0,403
2. 0,186 0,025 0,40 Karpet
0,055 0,430
0,2 1,102
1,036 Karet
0,19 1,053
3. 0,204 0,025
0.17 0,955
45 °0,424
45°0,478
1. 0,500 Kayu
45°0,600
45°0,577
45°0,554
2. 0,554 Karpet
45°0,531
45° 1,191
45°1,072
3. 1,087 Karet
45° 1
6.2 Pembahasan
Pada keadaan statis bidang datar terdapat tiga buah benda peluncur yaitu
kayu, karpet dan karet. Pada benda peluncur kayu menghasilkan gaya gesek kecil
yaitu μs=¿0,271. Ada jenis benda peluncur karpet menghasilkan gaya gesek sedang
yaitu μs=¿0,403. Pada karet menghasilkan gaya gesek yang besar karena
permukaannya kasar dengan nilai μs=¿1,102
Pada keadaan statis bidang mirng ketiga benda peluncur akan dicari derajat
kemiringannya ketika diberi gaya. Benda kayu yang permukaan halus memiliki
kemiringan 22,33° dan benda karpet dengan derajat 22° sedangkan benda karet
memiliki permukaan kasar memiliki derajat kemiringan 35°.
Pada keadaan dinamis bidang miring ketiga benda peluncur dihitung
kecepatan bendanya. Dimana telah ditentukan sudut kemiringan dan jaraknya. Pada
benda peluncur kayu waktu yang dibutuhkan adalah μk = 0,504 sedangkan pada
benda karpet waktu yang dibutuhkan μk = 0,499 . Pada benda peluncur karet waktu
yang dibutuhkan μk = 0,692
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dalam percobaan ini dapat disimpulkan bahwa gaya gesek adalah gaya yang
diberikan oleh dua buah benda yang saling bergesekan. Gaya gesek terbagi menjadi
dua yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek statis adalah gaya
sebelum benda bergerak sedangkan gaya gesek kinetis adalah gaya setelah benda
bergerak. Dalam percobaan ini terdapat tiga benda jenis benda peluncur yang
digunakan yaitu kayu, karpet dan karet yang akan memiliki tingkat kebesaran
berbeda pada permukaan masing – masing benda. Dimana kayu memiliki kekasaran
kecil, karpet memiliki kekasaran sedang dan karet dengan tingkat kekasaran yang
tinggi atau besar.
7.2 Saran
7.2.1 Laboratorium
Pembahasan:
Dari ayat ini kita tau bahwa gesekan itu sangat berpengaruh dalam hidup dan rumus-
rumus yang telah di tetapkan itu akan digunakan sesuai pada soal yang berkaitan,
atau biasa dikatakan rumus-rumus tersebut sudah jelas bahwa masing-masing akan
beredar pada garis edarannya. Begitupun sama dengan yang dijelaskan pada ayat ini.
DAFTAR PUSTAKA