Anda di halaman 1dari 96

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI

SULAWESI SELATAN TAHUN 2013

(ANALISIS DATA RISKESDAS 2013)

SKRIPSI

Oleh :
Alfica Agus Jayanti NIM: 1111101000065

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
EPIDEMIOLOGI
Skripsi, 29 September 2015

Alfica Agus Jayanti, NIM: 1111101000065


Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan 2013:
Analisis Data Riskesdas Tahun 2013
xiii + 70 halaman, 7 tabel, 2 gambar + 11 lampiran

amin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi

Kata Kunci: Stroke; Hipertensi; Risiko


Daftar Bacaan : 77 (1992-2015)
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH DEPARTMENT
EPIDEMIOLOGY
Undergraduate Thesis, 29 September 2015

Alfica Agus Jayanti, NIM: 1111101000065


Association Between Hypertension and Stroke in Sulawesi Selatan 2013:
Riskesdas Data Analysis 2013
xiii + 70 pages, 7 tables, 2 pictures + 11 attachments

study aims to investigate the association of hypertension and stroke in South Sulawesi at 2013. This is a cross sectional stud

Keywords: Stroke ; Hypertension ; Risks


Bibliography: 77 (1992-2015)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi

Nama : Alfica Agus jayanti

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Agustus 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan. Seroja IV RT. 006 RW.05 No.15

Komplek Marinir Cilandak, Jakarta Selatan

Telp/Hp : 085710527443

Agama : Islam

Email :

b. Riwayat Pendidikan

(1997-1999) : TK Islam Al-Hidayah

(1999-2005) : SDN 03 Pagi Cilandak

(2005-2008) : SMPN 107 Jakarta

(2008-2011) : SMAN 97 Jakarta

: Epidemiologi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,


(2011-2015)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
KATA PENGANTAR

‫وبركاتة اهلل ورحمة عليكن السالم‬

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas

limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Salawat dan

salam senantiasa tercurahkan kepada Rasul tercinta yang telah menjadi suri

tauladan bagi umatnya.

adian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013 (Analisis Data Riskesdas 2013)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tug

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahku Titi Jaya dan Ibuku Fatcha Alfini atas do’a yang selalu diberikan

bagi penulis serta kasih sayang yang telah diberikan, dan senantiasa

memberikan dukungan sehingga penulis menjadi lebih bersemangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, bapak Dr. H. Arif Sumantri,

SKM, M.Kes

3. Ka. Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D


ix

4. Ibu Hoirun Nisa, Ph.D dan ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku Dosen

pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan saran, arahan dan

bimbingannya selama penyusunan skripsi.

5. Laboratorium data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik

Indonesia yang telah memenuhi permintaan data Riskesdas tahun 2013

ang selalu menanyakan kapan skripsi ini selesai sehingga penulis bersemangat menyelesaikan skripsi.
pidemiologi 2011, yang sudah saling mendukung dan membantu.
2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terus mendukung dan memberikan semangat.
angat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak ag

‫والسالم عليكن ورحمة اهلل وبركاتة‬

Jakarta, 29 September 2015

Alfica Agus Jayanti


DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................. Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK..............................................................................................................iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................v

PERNYATAAN PERSETUJUAN....................... Error! Bookmark not defined.

2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia...........................................................................................5

3. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.....................................5

4. Bagi Peneliti Selanjutnya..........................................................................5

F. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7

A. Definisi stroke...............................................................................................7

B. Jenis Stroke...................................................................................................8

C. Gejala dan Tanda Stroke...............................................................................9


D. Faktor Risiko Stroke...................................................................................11

E. Kerangka teori.............................................................................................25

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.................26

A. Kerangka Konsep........................................................................................26

B. Definisi Operasional...................................................................................27

B. Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013 .. 37

C. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun


2013....................................................................................................................38

D. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke Menurut Karakteristik


Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013..........................................................39

BAB VI PEMBAHASAN......................................................................................41

A. Keterbatasan Penelitian...............................................................................41

B. Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013........42

1. Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 2013..................42


2. Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun
2013 43

3. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun


2013................................................................................................................49

4. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke Menurut Karakteristik


Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013......................................................52

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Klasifikasi Tekanan Darah...................................................................17

Tabel 4. 1 Variabel dan Kode Variabel.................................................................34

Tabel 4. 2 Kode Variabel Baru.............................................................................35

Tabel 5. 1 Proporsi Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun


201337

Tabel 5. 2 Proporsi Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan


Tahun 2013............................................................................................................38
Tabel 5. 3 Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan
Tahun 2013............................................................................................................38

Tabel 5. 4 Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Karakteristik Individu


di Sulawesi Selatan Tahun 2013............................................................................39

DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan masalah kesehatan masyarakat dimana

nsi stroke sudah mengalami penurunan hampir 50%. Data kematian karena stroke di negara-negara Association of Southeas

Prevalensi stroke tahun 2010 di Amerika sebesar 2,6% (CDC, 2012). Hasil

Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas) prevalensi stroke mengalami

peningkatan sebesar 3,8‰, dimana hasil Riskesdas tahun 2007 ditemukan

stroke di Indonesia sebesar 8,3‰ dan stroke tahun 2f013 sebesar 12,1‰

(Kemenkes,2013). Prevalensi stroke tertinggi di Indonesia yaitu di

Sulawesi Selatan berdasarkan gejala dan didiagnosis oleh tenaga kesehatan

pada tahun 2007 sebesar 7,4‰, sedangkan pada tahun 2013 terjadi

peningkatan menjadi 17,9‰ diikuti dengan DI Yogyakarta (16,9‰),

1
2

Sulawesi Tengah (16,6‰), dan Jawa Timur (16‰) (Kemenkes, 2013)

sedangkan, prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan didiagnosis tenaga

kesehatan pada tahun 2007 (5,0‰) dan meningkat pada tahun 2013

(7,1‰).

Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya stroke (Anies,


2013) sedangkan, prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan tahun 2007 sebesar 5,7% meningkat pada tahun 2013 sebesar 10

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Juan dkk (2010)

seseorang yang mempunyai riwayat hipertensi 2 kali lebih berisiko terkena

stroke. Berdasarkan hasil penelitian hipertensi meningkatkan risiko 3,8

kali terkena stroke (Sorganvi dkk, 2014). Merokok mempunyai risiko 2,2

kali lebih besar terkena stroke (Sorganvi dkk, 2014). Individu berusia di

atas 55 tahun mempunyai risiko terserang stroke iskemik meningkat 2 kali

lipat setiap dekade (Mahendra dkk, 2004). Hasil studi kasus, laki-laki

cenderung terkena stroke 3 kali berisiko dibanding dengan perempuan


(Mahendra dkk, 2004). Berdasarkan hasil penelitian di Mumbai insiden

stroke pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan sedangkan di

Trivandrum insiden stroke pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-

laki (Pandian, 2013.

Berdasarkan data Riskesdas 2013 didapatkan jumlah populasi pada

liti mengambil jumlah total populasi untuk dianalisis lanjut. Penelitian menggunakan data Riskesdas karena dapat mengeta

B.Rumusan Masalah

Stroke merupakan masalah kesehatan masyarakat di Sulawesi

Selatan. Prevalensi stroke tertinggi di Indonesia yaitu di Sulawesi Selatan

berdasarkan didiagnosis oleh tenaga kesehatan pada tahun 2007 sebesar

7,4‰ (Kemenkes, 2013) sedangkan, prevalensi stroke di Indonesia

berdasarkan didiagnosis tenaga kesehatan pada tahun 2007 (5,0‰) dan

meningkat pada tahun 2013 (7,1‰). Prevalensi hipertensi di Indonesia

berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 (9,4%) lebih tinggi dibanding

tahun 2007 (7,2%) (Kemenkes, 2013) sedangkan, prevalensi hipertensi di

Sulawesi Selatan tahun 2007 sebesar 5,7% meningkat pada tahun 2013

sebesar 10,3% (Kemenkes, 2013). Namun, belum jelas bagaimana


hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi Selatan sehingga

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah proporsi stroke menurut hipertensi di Sulawesi Selatan

tahun 2013?

Bagaimanakah proporsi stroke menurut karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok) di Sulawesi Selatan ta
Adakah hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi Selatan tahun 2013?
Adakahhubunganhipertensidengankejadianstrokemenurut
karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok) di Sulawesi Selatan tahun 2013?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan hipertensi dengan kejadian stroke

di Sulawesi Selatan tahun 2013

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya proporsi stroke menurut hipertensi di Sulawesi

Selatan tahun 2013

b. Diketahuinya proporsi stroke menurut karakteristik individu (usia,

jenis kelamin, status merokok) di Sulawesi Selatan tahun 2013


c. Diketahuinya hubungan hipertensi dengan kejadian stroke menurut

karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok) di

Sulawesi Selatan tahun 2013

E. Manfaat Penelitian

hatan Republik Indonesia

dapat menjadi pertimbangan dalam pembuatan progam pencegahan dan penanggulangan masalah hipertensi dan stroke di

BagiBadanPenelitiandanPengembanganKementerian Kesehatan Republik Indonesia


l penelitian diharapkan dapat menjadi referensi dalam penelitian dan analisis lanjut terkait hipertensi dan stroke di Provins

3. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan


Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dalam

memberikan intervensi yang tepat dalam menyelesaikan masalah

hipertensi dengan stroke di Provinsi Sulawesi Selatan

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi terkait hipertensi dengan

stroke sebagai dasar pengembangan penelitian lebih lanjut


F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan

desain cross sectional menggunakan data Riskesdas 2013. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian stroke

di Sulawesi Selatan tahun 2013. Variabel dalam penelitian ini meliputi


troke, usia, jenis kelamin, status merokok. Analisis lanjut berupa analisis univariat dan bivariat akan dilaksanakan pada bula
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi stroke

Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala

an akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun infeksi susuna

mengalami secara mendadak keluhan kelumpuhan pada satu sisi tubuh

atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh yang disertai kesemutan atau baal

satu sisi tubuh atau mulut menjadi mencong tanpa kelumpuhan otot mata

atau bicara pelo atau sulit bicara/komunikasi dan atau tidak mengerti

pembicaraan (Kemenkes, 2013).

7
8

B. Jenis Stroke

1. Stroke Iskemik

Stroke iskemik adalah bentuk ekstrim dari iskemik yang

menyebabkan kematian sel-sel otak yang tidak dapat pulih, yang

disebut infark otak. Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya


ological Deficit (RIND) adalah defisit neurologis membaik kurang dari 1 minggu (George, 2009).
me vaskular emboli, trombosis, atau hemodinamik. Beberapa episode transien/sementara berlangsung lebih dari 24 jam, te

kasus) (Palmer dkk, 2007).

Stroke iskemik terjadi karena aliran darah di arteri otak terganggu

dengan mekanisme yang mirip dengan gangguan aliran darah pada

arteri koroner saat serangan jantung atau angina sehingga otak menjadi

kekurangan oksigen dan nutrisi (Palmer dkk, 2007). Serangan stroke

iskemik biasanya terjadi pada golongan usia 50 tahun atau lebih dan

serangan lebih sering terjadi pada malam hari (Batticaca, 2008).

2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik atau stroke perdarahan disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah otak. Darah yang keluar akan masuk ke

dalam jaringan otak dan menyebabkan terjadinya pembengkakan otak

atau hematom yang akhirnya meningkatkan tekanan di dalam otak

(Mahendra dkk, 2004). Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis

disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler (Arif, 2008). Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh

C. Gejala dan Tanda Stroke

Menurut (Mahendra dkk, 2004) gejala stroke dapat dibedakan

menjadi 3 yaitu :

1. Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit atau jam) :

a. Tiba-tiba sakit kepala

b. Pusing bingung

c. Penglihatan atau kehingalan pada satu atau dua mata

d. Kehilangan keseimbangan

e. Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh

2. Gejala stroke ringan

a. Beberapa atau semua gejala diatas


b. Kelemahan atau kelumpuhan kaki atau tangan

c. Bicara tidak jelas

3. Gejala stroke berat

a. Semua atau beberapa gejala stroke sementara dan ringan

b. Koma jangka pendek


uhan tangan/kaki

angnya kemampuan bicara

dap pengeluaran air seni dan fases

au konsentrasi

ku, misalnya bicara tidak menentu, mudah marah


ies, 2006) gejala dan tanda stroke bermacam-macam tergantung bagian otak yang terkena. Beberapa gejala dan tanda strok
sisi badan, mati rasa

b. Lemas, salah satu sisi badan lumpuh misalnya pada bagian

tubuh kanan atau kiri

c. Pada bagian mulut biasanya terjadi kemiringan pada bagian

lidah

d. Terjadi gangguan saat menelan makanan atau minuman

biasanya sering tersedak

e. Gangguan bicara, atau saat bicara kata-katanya sulit dimengerti

atau kurang jelas


f. Tidak mampu membaca ataupun menulis

g. Kesulitan saat berjalan atau berjalan menjadi tidak seimbang

h. Kemampuan intelektual menjadi menurun

i. Gangguan pada fungsi indra misalnya gangguan mata seperti

pandangan menjadi tidak terlihat atau gelap, dan gangguan

pendengaran

D. Faktor Risiko Stroke

ibedakan menjadi 2 yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah
yang Tidak Dapat Diubah

ak dapat diubah yatu faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat dilakukan pencegahan. Beberapa faktor ris

or risiko stroke, semakin tua usia maka

risiko terkena stroke akan semakin tinggi. Namun, sekarang usia

produktif perlu waspada terhadap ancaman stroke. Pada usia

produktif, stroke dapat menyerang terutama pada mereka yang

gemar mengkonsumsi makanan berlemak (Wulan, 2008).

Meskipun stroke dapat menyerang segala usia, diketahui bahwa

mereka yang berusia lanjut lebih berisiko terserang penyakit yang

berpontensi mematikan dan menimbulkan kecacatan menetap

(Genis, 2009).
Peningkatan frekuensi stroke seiring dengan peningkatan

usia berhubungan dengan proses penuaan, dimana semua organ

tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk pembuluh darah

otak. Pembuluh darah menjadi tidak elastis terutama bagian

endotel yang mengalami penebalan pada bagian intima, sehingga

matian stroke yang lebih tinggi banyak dijumpai pada golongan usia lanjut (Genis, 2009). Insiden stroke semakin meningkat s

pada usia >55 tahun lebih besar dibandingkan dengan usia 40-55

tahun.

b. Jenis Kelamin

Hasil studi kasus, laki-laki cenderung terkena stroke 3 kali

berisiko dibanding dengan perempuan (Mahendra dkk, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian di Mumbai insiden stroke pada laki-

laki lebih tinggi dibandingkan perempuan sedangkan di

Trivandrum insiden stroke pada perempuan lebih tinggi


dibandingkan laki-laki (Pandian, 2013). Hasil penelitian Sofyan

(2015) bahwa pada kejadian stroke lebih banyak pada jenis

kelamin laki-laki (52%) dibandingkan dengan jenis kelamin

perempuan (48%).

Laki-laki lebih cenderung berisiko stroke karena kejadian


use perempuan dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan dalam meningkatkan HDL, dimana HDL berperan penting
ih berisiko terkena stroke daripada perempuan, namun penelitian menyimpulkan bahwa kematian akibat stroke lebih bany

karena menopause kemudian akibatnya risiko stroke lebih tinggi

pada perempuan daripada laki-laki.

Kejadian stroke pada perempuan juga dikatakan meningkat

pada usia pasca menopause, karena sebelum menopause

perempuan dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan dalam

meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL), dimana HDL

berperan penting dalam pencegahan proses aterosklerosis (Price

dan Wilson, 2006).


c. Riwayat Keluarga Stroke

Risiko stroke meningkat pada seseorang dengan riwayat

keluarga stroke. Seseorang dengan riwayat keluarga stroke

cenderung menderita diabetes mellitus dan hipertensi. Peningkatan

kejadian stroke pada keluarga penyandang stroke adalah akibat

g yang tidak mempunyai riwayat keluarga stroke (Sorganvi dkk, 2014) sedangkan, menurut Feigin dkk (1998) riwayat keluar

u. Beberapa faktor yang dapat dikendalikan agar risiko terkena stroke menurun yaitu :

a. Hipertensi

Hasil penelitian Yenni (2011) yaitu individu hipertensi,

lebih banyak yang tidak stroke dibandingkan yang terjadi stroke.

Faktor risiko yang paling berkontribusi terhadap kejadian stroke

adalah hipertensi (Luecknotte dan Meiner, 2006). Ada hubungan

antara hipertensi dengan kejadian stroke dan faktor dominan yang

berhubungan dengan stroke adalah hipertensi (Kristiyawati dkk,

2009).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Juan dkk

(2010) seseorang yang mempunyai riwayat hipertensi 2 kali lebih

berisiko terkena stroke. Berdasarkan hasil penelitian hipertensi

meningkatkan risiko 3,8 kali terkena stroke (Sorganvi dkk, 2014).

Tekanan darah diastolik diatas 100mmHg akan meningkatkan

roke (Mahendra dkk, 2004). Sedangkan menurut Rizaldy (2010) hipertensi 2 kali berisiko terkena stroke. Hipertensi merupa

pat berakibat

kematian. Stroke dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan

darah yang tidak mengalir lancar di pembuluh yang sudah

menyempit (Vitahealth, 2004).

1) Definisi hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, peningkatan

sistole tergantung pada usia individu yang terkena. Tekanan darah

berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh,

usia, dan tingkat stres yang dialami (Tambayong, 2000). Seseorang


mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih dari 140/90

mmHg (Rizaldy, 2010). Menurut Baradero (2008) penentuan

individu didiagnosis hipertensi harus berdasarkan pengukuran

tekanan darah tidak hanya sekali dan konsisten meningkat.

Pengukuran tekanan darah harus diukur dengan posisi duduk atau

h pecah dan terlepas. Plak yang terlepas meningkatkan risiko tersumbatnya pembuluh darah otak yang lebih kecil. Bila ini te

Ada dua jenis hipertensi, yaitu hipertensi primer dan

hipertensi sekunder. Sebanyak 90% dari semua kasus hipertensi

adalah hipertensi primer. Penyebab hipertensi primer tidak jelas,

beberapa teori menunjukkan adanya faktor genetik, perubahan

hormon, dan perubahan simpatis (Baradero, 2008) sedangkan

hipertensi sekunder merupakan penyakit ikutan dari penyakit yang

sebelumnya diderita. Adapun penyakit pemicu hipertensi sekunder

diantaranya penyakit pada ginjal, pada kelenjar adrenal, pada


kelenjar gondok, efek obat-obatan, dan karena kelainan pembuluh

darah, serta pada kehamilan. Hampir 90% penderita hipertensi

tergolong hipertensi primer, sedangkan 10% tergolong hipertensi

sekunder (Setiawan dkk, 2008).

Menurut Rizaldy (2010) klasifikasi hipertensi seperti dalam

tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Sistole Diastole

Normal <120 <80

Pra Hipertensi 120-139 80-90

Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99

Hipertensi tingkat 2 ≥160 ≥100

3) Penyebah Hipertensi

Menurut Tambayong (2000) penyebab hipertensi yaitu


obesitas, stres, diet tinggi garam, diabetes mellitus, merokok,

riwayat keluarga, kurang olahraga. Meskipun hipertensi belum

diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah

menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya

hipertensi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor

keturunan, ciri perorangan dan kebiasaan hidup (Gunawan, 2007).

a. Faktor Keturunan
Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar

untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah

penderita hipertensi (Gunawan, 2007).

b. Ciri Perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya


an ras. Usia yang bertambah akan menyebabkan terjadinya hipertensi. Tekanan darah pada laki-laki umumnya lebih tinggi

bkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres, dan pengaruh lain

ng diderita

oleh suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi

garam rendah. Pembatasan konsumsi garam dapat

menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam oleh

obat deuretik akan menurunkan tekanan darah lebih

lanjut.

2.Kegemukan atau Makan Berlebihan

Meskipun mekanisme bagaimana kegemukan

menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah


terbukti penurunan berat badan dapat menurunkan

tekanan darah.

3.Stres atau Ketegangan Jiwa

Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan

jiwa dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan


acu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga tekanan darah akan meningkat.

enyebabkan naiknya tekanan darah yaitu merokok, minum alkohol, minum obat-obatan .

4) merokok berisiko 2 kali lebih besar terkena stroke. Berbagai penelitian menghubungkan kebiasaan merokok dengan penin

darah (termasuk stroke). Merokok mempunyai risiko 2,2 kali lebih

besar terkena stroke (Sorganvi dkk, 2014). Merokok memacu

peningkatan kekentalan darah, pengerasan dinding pembuluh

darah, dan penimbunan plak di dinding pembuluh darah. Merokok

meningkatkan risiko stroke sampai 2 kali lipat (Rizaldy, 2010).

Serangan stroke bagi perokok dikarenakan pada rokok

terdapat bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan antara lain nikotin,

karbon monoksida, nitrogen oksida, dan hidrogen sianida. Nikotin


menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah serta

menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin akan

menurunkan HDL kolestrol dan meningkatkan LDL kolestrol,

sementara asam lemak bebas meningkatkan agregasi trombosit dan

viskositas darah yang semuanya mempercepat aterosklerosis pada


aterosklerosis (Mahendra dkk, 2004).
m rokok. Apabila merokok, nikotin akan masuk ke dalam sirkulasi darah kemudian masuk ke dalam otak. Dibutuhkan waktu

kemudian dikenal sebagai stroke (Kabo, 2008 ; Sallika, 2010 ;

Wibowo, 2005)

c. Diabetes Mellitus

Hyperinsulinemia adalah penyebab diabetes yaitu adanya

kelebihan kadar insulin dalam peredaran darah. Hal tersebut

mengakibatkan tubuh menyerap lebih banyak garam yang

menstimulasi sistem saraf simpatik. Hal ini mempengaruhi struktur

pembuluh darah yang tentu saja berhubungan dengan tekanan


darah. Tekanan darah tinggi yang berkaitan dengan nephropathy

diabetes biasanya ditunjukkan dengan adanya garam dan

penahanan cairan. Banyaknya cairan yang tertahan di tubuh ini

akan menyebabkan peningkatan volume darah dalam pembuluh

darah. Nephropathy diabetes biasanya menyebabkan hipertensi

me tersebut disebabkan kurangnya produksi hormon insulin, yang diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga

LDL disebut sebagai kolestrol jahat, yang membawa kolestrol dari

hati ke dalam sel. Jumlah kolestrol LDL yang tinggi akan

menyebabkan penimbunan kolestrol di dalam sel. Hal ini akan

memacu munculnya proses aterosklerosis. Proses aterosklerosis

akan menimbulkan komplikasi pada organ. Proses tersebut pada

otak akan meningkatkan risiko terkena stroke (Rizaldy, 2010).

Kadar kolestrol dalam darah yang tinggi pada laki-laki mempunyai


risiko 0,80 kali terkena stroke sedangkan pada perempuan

mempunyai 0,58 kali terkena stroke (Asplund dkk, 2009).

Kolestrol HDL disebut juga kolestrol baik, yang membawa

kolestrol dari sel ke hati. Kadar kolestrol HDL yang rendah secara

konsisten dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung


kolestrol darah dibawah 200 mg/dl, kadar kolestrol LDL dibawah 150 mg/dl, kadar darah otak disebelah kanan menyebabka

osklerosis berisiko

menyebabkan stroke lebih tinggi dibandingkan individu yang sehat

atau tidak mengalami aterosklerosis (Raso dkk, 2006).

Penyakit penyerta PJK salah satunya stroke karena

disebabkan oleh aterosklerosis. Penyakit stroke ditandai dengan

adanya perdarahan pada pembuluh darah yang disebabkan tekanan

darah tinggi dan aterosklerosis. Faktor risiko stroke dan PJK

disebabkan oleh faktor risiko yang hampir sama seperti merokok

dan hipertensi (WHO, 2011).


Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung

yang disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya

aterosklerosis maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau

plak pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau

tanpa gejala (Kabo, 2008). Penyakit jantung koroner adalah suatu


mukan dalam darah. Ketika plak menumpuk di arteri, kondisi ini disebut aterosklerosis (2012). Apabila pernah didiagnosis m
tidak PJK lebih besar (96%) dibandingkan individu PJK (4%).

status PJK yang terkena stroke sebesar 0,65. Penelitian kohort yang

dilakukan Bener dkk (2005) pada tahun 1999 sampai 2003 di Qatar

menunjukkan bahwa pasien acute myocardial infarction (AMI)

mempunyai risiko terkena stroke sebesar 6,07 kali. Jumlah kasus

stroke dengan status AMI adalah sebesar 32 kasus sedangkan,

kasus stroke dengan status AMI yang disertai hipertensi juga

sebesar 32 kasus (Bener dkk, 2005).


Kelainan jantung akan meningkatkan risiko stroke adalah

aritmia jantung. Aritmia merupakan kelainan yang ditandai oleh

detak jantung yang tidak teratur. Kelainan tersebut berpotensi

menimbulkan suatu bekuan sel trombosit, yang dapat bermigrasi

dari jantung dan menyumbat arteri di otak, menimbulkan stroke.


Pengobatan yang tepat dapat menekan risiko terjadinya stroke (Genis, 2009).
E. Kerangka teori

Beberapa faktor risiko stroke yaitu usia, jenis kelamin, hipertensi,

status merokok berdasarkan hasil penelitian oleh Kristiyawati dkk (2009) 1,

Gunawan (2007)2, Price dan Wilson (2006)3, Kabo (2008)4, Sallika

(2010)5, Wibowo (2005)6, Rizaldy (2010)7

Jenis kelamin2,3 Status merokok4,5,6 HIPERTENSI7


Usia1

STROKE

Gambar 2. 1 Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Hipertensi akan meningkatkan risiko kejadian stroke. Oleh karena

r risiko yang didapat pada individu hipertensi jika dipengaruhi oleh faktor risiko stroke lainnya. Pada penelitian ini faktor ris

Wilson (2006), Kabo (2008), Sallika (2010), Wibowo (2005), Rizaldy

(2010)

HIPERTENSI STROKE

Jenis Usia Status


Kelamin Merokok

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep

26
27

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur

1. Stroke Apabila pernah didiagnosis menderita Kuesioner Pernah didiagnosis stroke : Ordinal
penyakit stroke oleh tenaga kesehatan
(dokter/perawat/bidan) (Kemenkes, 2013). 0. Ya
1. Tidak
(Kemenkes, 2013)

2. Hipertensi Apabila pernah didiagnosis mengalami Kuesioner Hipertensi: Ordinal


hipertensi oleh tenaga kesehatan
(dokter/perawat/bidan) (Kemenkes, 2013). 0. Ya (hasil pengukuran
tekanan darah
sistolik
≥140 mmHg)
1. Tidak (hasil pengukuran
tekanan darah sistolik
<140)
(Kemenkes, 2013)
3. Usia Usia individu mulai sejak lahir hingga sampai Kuesioner Usia dalam satuan tahun: Ordinal
usia ulang tahun terakhir saat Rumah Tangga
individu tersebut menjadi sampel Riset 0. ≥40 tahun
Kesehatan Dasar 2013 (Kemenkes, 2013). 1. <40 tahun
(Usrin, 2013)

4. Jenis Jenis kelamin individu berdasarkan kartu Kuesioner Jenis Kelamin: Ordinal
Kelamin keluarga
0. Laki-laki
1. Perempuan
28

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur

(Kemenkes, 2013)

5. Status Status konsumsi rokok individu selama satu Kuesioner Status merokok selama 1 bulan Ordinal
Merokok bulan terakhir. Dikatakan merokok apabila terakhir:
merokok setiap hari atau kadang-kadang.
Pernah merokok apabila tidak merokok tetapi 0. Merokok
pernah merokok sebelumnya. Tidak merokok 1. Pernah Merokok
apabila tidak pernah merokok 2. Tidak Merokok
(Kemenkes, 2013)
29

C. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke di

Sulawesi Selatan tahun 2013


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan

2013. Riskesdas adalah sebuah survei dengan desain cross sectional. Riskesdas 2013 dimaksudkan untuk menggambarkan

B.Waktu dan Lokasi Penelitian

da 1 Mei- 30 Juni 2013. Analisis lanjut dilakukan pada bulan April-Juni 2015. Data sekunder diperoleh dari baseline/dataset R
si Selatan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh individu yang menjadi

responden dalam penelitian Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di

Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013. Adapun populasi tersebut yang

tercatat dalam Riset Kesehatan Dasar 2013 Provinsi Sulawesi Selatan

adalah 48.129 respoden.

30
31

2. Sampel Penelitian

Sampel atau data individu yang dianalisis lanjut dalam penelitian

ini merupakan individu yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi
3 di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013.

ehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013.


populasi Sulawesi Selatan 2013 dengan melihat kriteria inklusi dan ekslusi dengan jumlah 33.371 sampel. Berdasarkan jumla

masing variabel-variabel. Perhitungan kekuatan uji (1-β) berdasarkan

rumus besar sampel uji hipotesis pada 2 proporsi (two tail), sebagai

berikut:

( √ ̅ ̅√ )

Keterangan:

Z1-α/2: Nilai Z pada derajat kepercayaan 95% ( 1,96)

Z1-β: Nilai Z dari kekuatan uji


P1 : Proporsi kelompok 1 dari penelitian terdahulu

P2 : Proporsi kelompok 2 dari penelitian

terdahulu
P:

Deff: Desain efek, yaitu perbandingan (rasio) antara varian

yang diperoleh pada sampel acak kompleks dengan varians

yang diperoleh jika pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana. Peneliti menentukan deff sebesar
Berdasarkan rumus besar sampel uji hipotesis pada 2 proporsi (two

tail) hasil perhitungan kekuatan uji (1-β) adalah 99%.

D. Pengukuran Variabel Penelitian

ukur melalui wawancara individu saat menjadi responden Riskesdas tahun 2013. Pengukuran stroke berdasarkan diagnosis
nsi

Variabel hipertensi merupakan fakor utama terjadinya stroke.

Hipertensi diukur dengan wawancara berdasarkan diagnosis hipertensi

oleh tenaga kesehatan. hasil pengukuran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah mempunyai riwayat hipertensi dan tidak

mempunyai riwayat hipertensi.

3. Variabel Demografi

Variabel demografi yang diukur dalam penelitian ini meliputi usia

dan jenis kelamin yang dikumpulkan saat penelitian Riskesdas tahun


2013 pengumpulan variabel dengan wawancara dan validasi dengan

kartu identitas responden dan kemudian dicatat dalam kuesioner.

4. Variabel Merokok

Variabel merokok dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat

status merokok individu dalam satu bulan terakhir. Kategori dalam

variabel ini dibedakan menjadi kategori merokok, pernah merokok,

dan tidak pernah merokok.

E.Manajemen Data

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terlebih dahulu. Manajemen dataset/baseline data Riskesdas tahun 2013 oleh Pene

Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah variabel pada unit

analisis dalam dataset dapat dianalisis lanjut. Peneliti sebelumnya

mengidentifikasi pertanyaan pada Kuesioner Riskesdas 2013 yang

dianggap berkaitan dengan hubungan hipertensi dengan kejadian

stroke di Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan penelitian-penelitian

sebelumnya. Berikut kode variabel penelitian pada Riskesdas 2013:


Tabel 4. 1 Variabel
dan Kode Variabel
No Variabel Kode Variabel

1. Usia B4K7THN

2. Jenis Kelamin JK

3. Hipertensi B18

4. Stroke B31

5. Status Merokok G05

riabel penelitian. Peneliti mengeluarkan data responden yang berusia <15 tahun dari dataset. Proses cleaning diawali denga

Pada analisis univariat yang dilakukan pada variabel independen

dan dependen tidak terdapat missing. Sehingga pada variabel

hipertensi, stroke, usia, jenis kelamin dan status merokok terdapat

33.371 sampel karena terdapat angka ekstrim yang harus dikeluarkan

dari sampel dan tidak akan dianalisis lanjut. Angka ekstrim pada

variabel usia dikeluarkan dari sampel dikarenakan dapat

mempengaruhi nilai rata-rata usia.

3. Recoding (Pengkodean ulang), memberikan kode baru untuk setiap

variabel penelitian yang perlu ditambah.


Tabel 4. 2
Kode Variabel Baru
No Variabel Kode Awal Kode Akhir

1. Stroke 1. Ya 0. Ya
2. Tidak 1. Tidak

2. Hipertensi 1. Ya 0. Ya
2. Tidak 1. Tidak

3. Usia Numerik 0. ≥40 tahun


1. <40 tahun

4. Jenis 1. Laki-laki 0. Laki-Laki


kelamin 2. Perempuan 1. Perempuan

5. Status 1. Ya, setiap hari 0. Merokok


merokok 2. Ya, kadang- 1. Pernah
kadang merokok
3. Tidak, namun 2. Tidak merokok
sebelumnya
merokok
setiap hari
4. Tidak, namun
sebelumnya
merokok
kadang-kadang
5. Tidak pernah
sama sekali

F. Analisis Data

Analisis data yang akan dilakukan pada penelitian ini terdiri dari

analisis univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menyajikan proporsi variabel

penelitian pada individu yang hipertensi mengalami stroke kemudian

hasil analisis disajikan dalam tabel. Analisis univariat juga dilakukan


untuk melihat proporsi variabel stroke berdasarkan karakteristik

individu (usia, jenis kelamin, status merokok).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk

membandingkan antara dua variabel penelitian untuk menghasilkan


odds ratio (OR) dan 95% confidence interval (CI). Uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Uji Chi-Square.
BAB V

HASIL

A. Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Tabel 5. 1
Proporsi Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Stroke Tidak Stroke


Hipertensi n % n %
Ya 205 67,7 3456 10,5
Tidak 98 32,3 29612 89,5
Jumlah 303 100,0 33068 100,0

roporsi individu yang mengalami stroke dengan hipertensi (67,7%) lebih besar dibandingkan dengan individu tidak hiperten
e.

B.Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Tabel 5.2 menujukkan bahwa proporsi individu yang mengalami

stroke pada jenis kelamin perempuan maupun laki-laki tidak jauh berbeda.

Mayoritas individu yang mengalami stroke yaitu usia ≥40 tahun, status

tidak merokok.

37
38

Tabel 5. 2
Proporsi Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun
2013

Stroke Tidak
Variabel Karakteristik Individu Stroke
n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 147 48,5 15018 45,4
Perempuan 156 51,5 18050 54,6
Jumlah 303 100,0 33068 100,0
Kategori Usia Individu
≥40 tahun 290 95,7 16736 50,6
<40 tahun 13 4,3 16332 49,4
Jumlah 303 100,0 33068 100,0
Status Merokok
Merokok 72 23,8 9528 28,8
Pernah Merokok 37 12,2 1795 5,4
Tidak Merokok 194 64,0 21745 65,8
Jumlah 303 100,0 33068 100,0

C. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Tabel 5. 3
Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Stroke Tidak Stroke OR (95% CI)


Hipertensi n % n %

Ya 205 67,7 3456 10,5 17,92 (14,05-22,86)


Tidak 98 32,3 29612 89,5 Ref (1,00)
Jumlah 303 100,0 33068 100,0

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa individu hipertensi mempunyai

hubungan yang signifikan dengan kejadian stroke. Individu hipertensi

mempunyai risiko lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan

individu tidak hipertensi. Individu hipertensi mempunyai risiko 17,92 kali

terkena stroke dibandingkan dengan tidak hipertensi.


D. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke Menurut
Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Tabel 5. 4
Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Karakteristik Individu di
Sulawesi Selatan Tahun 2013
Hubungan Hipertensi Dengan Stroke Menurut Jenis Kelamin
Stroke Tidak Stroke OR (95%CI)
n % n %
Laki-laki Hipertensi 91 61,9 14030 93,4 23,07 (16,44-32,39)
Tidak Hipertensi 56 38,1 988 6,6 Ref (1,00)
Perempuan Hipertensi 114 73,1 2468 13,7 17,13 (12,00-24,47)
Tidak Hipertensi 42 26,9 15582 86,3 Ref (1,00)
Hubungan Hipertensi Dengan Stroke Menurut Usia
Stroke Tidak Stroke OR (95%CI)
n % n %
≥40 tahun Hipertensi 199 68,6 2894 17,3 10,46 (8,13-13,44)
Tidak Hipertensi 91 31,4 13842 82,7 Ref (1,00)
<40 tahun Hipertensi 6 46,2 562 3,4 24,05 (8,05-71,79)
Tidak Hipertensi 7 53,8 15770 96,6 Ref (1,00)
Tidak Hipertensi 89 32,2 29245 90,0
Hubungan Hipertensi Dengan Stroke Menurut Status Merokok
Stroke Tidak Stroke OR (95%CI)
n % n %
Merokok Hipertensi 45 62,5 527 5,5 28,46 (17,52-46,24)
Tidak Hipertensi 27 37,5 9001 94,5 Ref (1,00)
Pernah merokok Hipertensi 24 64,9 276 15,4 10,16 (5,11-20,19)
Tidak Hipertensi 13 35,1 1519 84,6 Ref (1,00)
Tidak merokok Hipertensi 136 70,1 2653 12,2 16,87 (12,37-23,00)
Tidak Hipertensi 58 29,9 19092 87,8 Ref (1,00)

Berdasarkan jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan

mempunyai hubungan signifikan antara hipertensi dengan stroke. Individu

hipertensi pada laki-laki 23,07 kali lebih berisiko terkena stroke

dibandingan dengan perempuan. Berdasarkan usia, baik ≥40 tahun

maupun <40 tahun mempunyai hubungan signifikan antara hipertensi

dengan stroke. Individu hipertensi pada usia <40 tahun 24,05 kali lebih

berisiko terkena stroke dibandingkan dengan usia ≥40 tahun.

Berdasarkan status merokok, pernah merokok maupun tidak


merokok mempunyai hubungan signifikan antara hipertensi dengan

kejadian stroke. Individu hipertensi pada status merokok 28,46 lebih

berisiko terkena stroke dibandingkan dengan status pernah merokok dan

tidak merokok.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi

aktu. Hal ini menyebabkan tidak dapat diketahui secara pasti variabel independen yang diukur mendahului variabel depend

berdasarkan hasil wawancara tanpa validasi pencatatan diagnosis

penyakit tersebut. Pada variabel status merokok, merokok

dikategorikan menjadi 5 kategori. Kategori merokok menunjukan

individu yang masih merokok pada saat diwawancara tetapi tidak

dibedakan berdasarkan lama merokok, sehingga individu yang belum

mempunyai risiko juga termasuk dalam kategori merokok.

41
42

B. Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi

dengan kejadian stroke di Sulawesi Selatan. Oleh karena itu peneliti

menggunakan data sekunder skala Provinsi pada penelitian Riset

Kesehatan Dasar tahun 2013. Penelitian akan melakukan analisis lanjut

Analisis bivariat dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama untuk melihat hubungan hipertensi dengan stroke, tahap kedua
a, jenis kelamin, status merokok).

1. Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 2013

ng mengalami stroke mempunyai proporsi lebih besar dibandingkan dengan tidak hipertensi. Hasil penelitian menujukkan
ar dibandingkan kejadian stroke pada

penderita tidak hipertensi (11,7%). Hasil penelitian ini didukung oleh

penelitian sebelumnya bahwa sebagian besar individu hipertensi

mengalami stroke (Sofyan, 2015).

Hipertensi akan memacu munculnya timbunan plak pada pembuluh

darah besar (aterosklerosis). Timbunan plak akan menyempitkan

lumen/diameter pembuluh darah. Plak yang tidak stabil akan mudah

pecah dan terlepas. Plak yang terlepas meningkatkan risiko

tersumbatnya pembuluh darah otak yang lebih kecil. Bila ini terjadi

maka, timbul stroke (Rizaldy, 2010). Oleh karena itu, hasil analisis
menunjukkan individu hipertensi mempunyai proporsi lebih besar pada

individu yang mengalami stroke dibandingkan dengan individu yang

tidak mengalami stroke. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian

yang menunjukkan proporsi individu hipertensi yang mengalami

stroke lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami stroke

busi terhadap kejadian stroke adalah hipertensi. Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjad

2. Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun


2013

a) Jenis kelamin

Jenis kelamin perempuan maupun laki-laki mempunyai

proporsi stroke hampir sama. Meskipun demikian, proporsi

individu dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami stroke

lebih besar (51,5%) dibandingkan individu dengan jenis kelamin

laki-laki (48,5%). Hasil penelitian ini serupa dengan yang


dilakukan oleh Yenni (2011) bahwa proporsi individu yang

mengalami stroke berjenis kelamin perempuan lebih banyak

dibandingkan dengan laki-laki. Hasil menunjukkan bahwa

mayoritas yang mengalami stroke berjenis kelamin perempuan.

Penelitian serupa juga ditemukan Darmanto (2014) di


tambahan risiko untuk stroke iskemik. Penelitian yang dilakukan oleh women’s health initiative menemukan bahwa 16.608

perempuan sehingga meningkatkan risiko terjadinya stroke

(Kemenkes, 2013). Usia harapan hidup perempuan lebih panjang

dibandingkan laki-laki, sehingga jumlah penduduk perempuan

lebih banyak ditemukan dibandingkan laki-laki sehingga,

kemungkinan yang terambil sebagai sampel juga lebih banyak

perempuan (Yenni, 2011). Stroke diderita oleh usia >40 tahun

bahwa pada usia tersebut perempuan cenderung mengalami

menopause (Kemenkes, 2013).


Hasil penelitian berbeda ditemukan oleh Palm dkk (2012)

di Jerman bahwa proporsi stroke pada jenis kelamin laki-laki lebih

besar dibandingkan perempuan. Serupa dengan penelitian tersebut,

Marlina (2011) melakukan penelitian di RSUP. H. Adam Malik

Medan bahwa proporsi stroke pada laki-laki lebih besar


dibandingkan perempuan.
5). Kejadian stroke lebih besar pada jenis kelamin laki-laki karena perempuan cenderung mengalami stroke pasca menopau

berperan dalam meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL),

dimana HDL berperan penting dalam pencegahan proses

aterosklerosis (Price dan Wilson, 2006).

Menurut buku stroke di usia muda oleh Holistic Health

Solution (2011) bahwa laki-laki lebih berisiko terkena stroke

daripada perempuan, namun penelitian menyimpulkan bahwa

kematian akibat stroke lebih banyak pada perempuan. Risiko

stroke 20% lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Setelah


perempuan menginjak usia 55 tahun, kadar estrogen menurun

karena menopause kemudian akibatnya risiko stroke lebih tinggi

pada perempuan daripada laki-laki. Untuk itu, fokus pada faktor

risiko yang dapat diubah, seperti tekanan darah tinggi, merokok,

kolesterol, kurang aktivitas fisik, kegemukan maupun konsumsi


dapat dikurangi.

individu dengan kategori


bandingkan dengan usia 40-55 tahun. Hasil penelitian serupa juga ditemukan oleh Sofyan (2012) di Rumah Sakit Umum Sula

Telah terjadi pergeseran penyakit (transisi epidemilogi).

Penyakit stroke tidak hanya menyerang kelompok usia di atas 50

tahun, melainkan juga terjadi pada kelompok usia produktif di

bawah 45 tahun yang menjadi tulang punggung keluarga. Bahkan

dalam sejumlah kasus, penderita penyakit stroke masih berusia di

bawah 30 tahun (Junaidi, 2011 dalam Adhim, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah

usia seseorang maka risiko terkena stroke juga semakin besar. Hal
tersebut didukung oleh teori yang mengatakan bahwa setelah usia

55 tahun, setiap pertambahan usia 10 tahun maka risiko stroke

meningkat dua kali lipat. Dua pertiga dari kasus stroke adalah usia

65 tahun. Angka kematian stroke yang lebih tinggi banyak

dijumpai pada golongan usia lanjut (Genis, 2009).


uaan, dimana semua organ tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk pembuluh darah otak. Pembuluh darah menjadi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas individu

dengan status tidak merokok mengalami stroke. Hal tersebut bisa

saja terjadi karena adanya faktor lain yang menyebabkan stroke

seperti hipertensi, kadar kolestrol tinggi, DM, PJK dan lain-lain.

Pada tahun 2007 (Riskesdas) Kementerian Kesehatan menyebutkan

bahwa sebanyak 40,5% populasi Indonesia adalah perokok pasif.

Sumber yang sama menyebutkan bahwa 78,4% perokok pasif

terpapar asap rokok di rumah, dan 85,4% terpapar asap rokok di


tempat makan umum (Gumilang, 2015). Menurut buku rahasia dan

cara empatik berhenti merokok oleh dr. Aiman Husaini (2007)

individu yang tidak merokok atau perokok pasif dikenal dengan

nama involuntary smoking adalah istilah yang diberikan bagi

mereka yang tidak merokok namun, mereka seolah dipaksa untuk

antoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan bahwa 25% zat yang berbahaya yang terkandu

pasif. Perokok pasif mereka lebih rentan berbagai bahaya rokok

bila menghirup asap sidestream yakni, asap yang dihasilkan dari

rokok yang menyala bukan dari hisapan sendiri dibandingkan

dengan mereka yang menghirup asap mainstream yakni, asap yang

dihasilkan oleh perokok aktif (Husaini, 2007).

Meskipun hasil penelitian menujukkan bahwa mayoritas

individu yang mengalami stroke berstatus tidak merokok, individu

yang mengalami stroke dengan status merokok lebih besar


dibandingkan dengan individu status pernah merokok. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Kirtania dkk (2010) yang

menunjukkan mayoritas individu yang mengalami stroke berstatus

merokok.

Hasil penelitian didukung oleh teori bahwa serangan stroke

ogen sianida. Nikotin menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah serta menyebabkan vasokonstriksi pem

3. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Hipertensi yaitu terjadinya peningkatan tekanan darah secara

abnormal dan terus menerus yang disebabkan satu atau beberapa faktor

yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahanan

tekanan darah secara normal (Hayens, 2003). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa individu hipertensi mempunyai hubungan yang

signifikan dengan kejadian stroke. Individu dengan status hipertensi

mempunyai risiko lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan

individu dengan status tidak hipertensi. Individu hipertensi mempunyai


risiko 17,92 kali terkena stroke dibandingkan individu tidak hipertensi

dengan nilai 95% CI (14,05-22,86) menyimpulkan bahwa hasil temuan

ini signifikan secara statistik karena batas bawah kepercayaan 14,05

berada jauh di atas 1,0.

Pada penelitian ini tidak membedakan stroke berdasarkan jenisnya.


didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Sukmawati (2011) individu hipertensi berisiko 20 kali lebih besar terkena stroke d

Berdasarkan hasil penelitian Sorganvi dkk di India tahun 2014

hipertensi meningkatkan risiko 3,80 kali terkena stroke. Hal tersebut

karena tekanan darah diastolik diatas 100mmHg akan meningkatkan

risiko terkena stroke 2,5 kali dibandingkan tekanan diastolik yang

normal (Mahendra dkk, 2004).

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa hipertensi

dengan stroke berbanding lurus artinya individu dengan status

hipertensi akan semakin berisiko terkena stroke. Hipertensi


menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah karena adanya

tekanan darah yang melebihi batas normal dan pelepasan kolagen.

Endotel yang terkelupas menyebabkan membran basal bermuatan

positif menarik trombosit yang bermuatan negatif, sehingga terjadi

agregasi trombosit. Selain itu terdapat pelepasan trombokinase


berakibat fatal pecahnya pembuluh darah pada otak maka terjadilah stroke (Burhanuddin, 2013).
ara hipertensi dengan kejadian stroke menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara signifikan. Hal ini berdasarka

jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama maka akan

menimbulkan emboli dan trombus sehingga berisiko tinggi

menimbulkan stroke (Jenie, 2011 dalam Sukmawati, 2011).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Prasetya (2002) di RSU Prof. Margono Soekarjo Purwokerto

bahwa tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik

≥90 mmHg mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian

stroke iskemik. Penelitian tersebut menyatakan bahwa individu dengan


tekanan darah sistolik ≥140 mmHg mempunyai risiko 5,12 kali lebih

besar terkena stroke iskemik dan individu dengan tekanan darah

diastolik ≥90 mmHg mempunyai risiko 3,10 kali lebih besar untuk

terkena stroke iskemik (Prasetya, 2002 dalam Darmanto, 2014).

Hipertensi yang berlangsung kronik dapat menyebabkan disfungsi


flamasi, prokoagulan, dan protrombotik yang bisa mengubah struktur pembuluh darah. Hipertensi juga akan meningkatkan

neuron intraserebral lebih rentan terhadap kejadian stroke dan adanya

plak berisiko untuk terlepas sebagai embolus sehingga menyebabkan

stroke iskemik (Aiygari & Philip, 2011 dalam Darmanto, 2014).

4. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke Menurut


Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013

a) Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat

hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke menurut jenis


kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa risiko stroke pada individu hipertensi berjenis kelamin laki-

laki 23,07 kali lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan

perempuan ditunjukkan dengan nilai 95% CI (16,44-32,39)

menyimpulkan bahwa hasil temuan ini signifikan secara statistik

elumnya yang dilakukan oleh Puspita dan Putro (2008) yang mendapatkan bahwa pada jenis kelamin laki-laki mempunyai r

Teori yang mendukung laki-laki lebih cenderung berisiko

stroke karena kejadian stroke pada perempuan meningkat pada usia

pasca menopause, karena sebelum menopause perempuan

dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan dalam

meningkatkan HDL, dimana HDL berperan penting dalam

pencegahan proses aterosklerosis (Price dan Wilson, 2006). Pola

hidup laki-laki lebih banyak memiliki kebiasaan merokok daripada

perempuan dan kebiasaan merokok ini merupakan salah satu faktor


risiko yang dapat diperbaiki pada individu stroke. Insiden stroke

pada perempuan diperkirakan lebih rendah dibandingkan laki-laki,

akibat dari adanya estrogen yang berfungsi memberikan proteksi

pada proses aterosklerosis. Dilain pihak, pemakaian hormon

estrogen dengan dosis tinggi pada laki-laki dapat mengakibatkan

ko 24,05 kali terkena stroke ditunjukkan dengan nilai 95% CI (8,05-71,79) menyimpulkan bahwa hasil temuan ini signifikan

usia <40 tahun mempunyai risiko lebih besar terkena stroke

dibandingkan usia ≥40 tahun. Hal tersebut didukung oleh Woro

Riyadina dan Ekowati Rahajeng (2011) di Kelurahan Kebon

Kalapa, Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor bahwa usia 35-44

tahun mempunyai risiko lebih besar terkena stroke dibandingkan

dengan usia 55-65 tahun.

Telah terjadi pergeseran penyakit (transisi epidemilogi).

Penyakit stroke tidak hanya menyerang kelompok usia di atas 50


tahun, melainkan juga terjadi pada kelompok usia produktif di

bawah 45 tahun yang menjadi tulang punggung keluarga. Bahkan

dalam sejumlah kasus, penderita stroke masih berusia di bawah 30

tahun (Junaidi, 2011 dalam Adhim, 2013). Hal tersebut dapat

terjadi karena adanya perubahan gaya hidup terutama orang muda


p modern. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar lemak tinggi, kebiasaan mer

mengakibatkan pergeseran usia risiko terkena stroke yaitu usia

muda <40 tahun. Hipertensi yang timbul saat usia muda (≤ 40

tahun) berisiko akan timbul komplikasi 5-10 tahun kemudian, salah

satunya stroke iskemik. Proses penuaan yang terjadi, dalam kasus

stroke terutama berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada

pembuluh darah. Perubahan yang terjadi mulai dapat dilihat ketika

seseorang memasuki umur 40 tahun (Usrin, 2013).


Reni Wulan Sari (2008) dalam buku dangerous junk food

mengatakan bahwa pada usia produktif, stroke dapat menyerang

terutama pada mereka yang gemar mengkonsumsi makanan

berlemak. Menurut Burhanuddin (2013) hadirnya stroke pada usia

muda berhubungan dengan gaya hidup kaum muda pada akhir-


umpuk.
lkan penyakit diabetes mellitus. Dimana penyakit diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko stroke pada dewasa

Burhanuddin, 2013).

Menurut dr. Stephanie Pangau, MPH (2013) dalam tabloid

Reformata mengatakan bahwa stroke pada usia muda dibawah 45

tahun dapat terjadi karena beberapa hal yaitu pola hidup yang

kurang sehat (kurang istirahat, gila kerja, makan tidak teratur,

kurang olahraga, stres), pola makan yang tidak sehat

mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang konsumsi sayur

dan buah, adanya kelainan bawaan seperti kelainan bentuk


anatomis arteri vena yang bisa menyebabkan terjadi gejala stroke

perdarahan pembuluh otak bila tekanan darah tiba-tiba meningkat

selain itu, bisa juga terjadi stroke karena adanya infeksi atau tumor

otak, pemakaian napza yang sebagian besar pemakainya berusia

muda.
ahwa usia <40 tahun juga mempunyai risiko yang besar terkena stroke. Hasil penelitian didukung oleh Sofyan (2015) menu

stroke seiring dengan peningkatan usia berhubungan dengan proses

penuaan, dimana semua organ tubuh mengalami kemunduran

fungsi termasuk pembuluh darah otak. Pembuluh darah menjadi

tidak elastis terutama bagian endotel yang mengalami penebalan

pada bagian intima, sehingga mengakibatkan lumen pembuluh

darah semakin sempit dan berdampak pada penurunan aliran darah

otak (Kristiyawati dkk, 2009).


Setelah usia 55 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat

setiap pertambahan usia 10 tahun. Dua pertiga dari kasus stroke

adalah usia 65 tahun. Angka kematian stroke yang lebih tinggi

banyak dijumpai pada golongan usia lanjut (Genis, 2009). Hasil

penelitian yang serupa membuktikan bahwa individu berusia di

n status tidak merokok. Hasil penelitian menujukkan bahwa individu hipertensi dengan status merokok mempunyai risiko 2

karena batas bawah kepercayaan 17,52 berada jauh di atas 1,0.

Hal tersebut didukung oleh Burhanuddin (2013) kebiasaan

merokok pasien akan mengakibatkan timbulnya penyakit seperti

aterosklerosis dan hipertensi yang merupakan faktor risiko utama

stroke. Pasien yang memiliki perilaku merokok dan memiliki

riwayat hipertensi lebih berisiko dibandingkan pasien merokok

namun tidak memiliki riwayat hipertensi.


Hasil penelitian didukung oleh penelitian sebelumnya

bahwa merokok berisiko 2,42 kali terkena stroke (Sorganvi dkk,

2014). Hasil serupa dibuktikan oleh Zhang (2008) bahwa individu

dengan status merokok 2,38 kali lebih berisiko terkena stroke

sedangkan, individu dengan status pernah merokok 1,6 kali lebih


, 2012). Hasil yang mendukung juga dibuktikan oleh Setyarini (2013) ada hubungan antara status merokok pada individu hip
kebiasaan merokok dihentikan selama 2 tahun. Selain itu, jika tidak lagi merokok hingga 5 tahun ke depan risiko terjad

kimia yang terdapat dalam rokok seperti tar, CO, nikotin, pestisida,

polonium dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi fibrinogen,

hematokrit dan agregasi platelet, menurunkan aktifitas fibrinolitik

dan aliran darah serebral, menyebabkan vasokonstriksi sehingga

mempercepat terjadinya plak aterosklerosis (Iskandar, 2002 dalam

Teguh, 2011).

Serangan stroke bagi perokok dikarenakan pada rokok

terdapat bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan antara lain nikotin,


karbon monoksida, nitrogen oksida, dan hidrogen sianida. Nikotin

menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah serta

menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin akan

menurunkan HDL kolestrol dan meningkatkan LDL kolestrol,

sementara asam lemak bebas meningkatkan agregasi trombosit dan


kan fibrinogen darah, menambah agregasi trombosit, menurunkan HDL kolestrol yang percepat aterosklerosis (Mahendra d
alah kandungan utama dalam rokok. Apabila merokok, nikotin akan masuk ke dalam sirkulasi darah kemudian masuk ke da

otak terhambat sehingga sel-sel otak rusak atau mati yang

kemudian dikenal sebagai stroke (Kabo, 2008 ; Sallika, 2010 ;

Wibowo, 2005)

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan

bahwa mayoritas masyarakat penderita stroke di Sulawesi Selatan

dengan status merokok adalah laki-laki (97,4%) oleh karena itu,

individu dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang

mengalami stroke. Sebaiknya masyarakat di Sulawesi Selatan


khususnya laki-laki tidak lagi merokok karena akan meningkatkan

risiko terjadinya stroke.


BAB VII

PENUTUP

A. Simpulan

1. Proporsi individu hipertensi yang mengalami stroke lebih besar

roke baik perempuan maupun laki-laki tidak jauh berbeda. Mayoritas individu yang mengalami stroke yaitu usia ≥40 tahun,
gan kejadian stroke. Hipertensi mempunyai risiko terkena stroke lebih besar dibandingkan tidak hipertensi.
gan kejadian stroke menurut karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok). Individu hipertensi yang berusia <4
ar terkena stroke.

B. Saran

1. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Sebaiknya hasil penelitian menjadi pertimbangan dalam pembuatan

progam pencegahan dan penanggulangan stroke di Indonesia melalui

promosi kesehatan dengan cara pengenalan faktor risiko stroke kepada

masyarakat yang berusia muda baik pada laki-laki maupun perempuan

karena saat ini stroke tidak hanya diderita oleh usia tua tetapi usia

muda juga mempunyai risiko terkena stroke. Promosi kesehatan

62
63

dilakukan dengan memberikan edukasi melalui poster terkait gaya

hidup yang sehat dan pola makan yang sehat supaya masyarakat tidak

konsumsi makanan cepat saji, tinggi lemak, mengurangi makanan

manis dan lain-lain. Promosi kesehatan juga dilakukan pada individu

dengan status merokok agar tidak lagi merokok.

a
nya karena setiap jenis dari masing- masing penyakit tersebut memiliki pencegahan maupun penanggulangan yang berbeda

3. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan


ebaiknya hasil penelitian menjadi pertimbangan dalam pembuatan progam pencegahan dan penanggulangan stroke di Ind

promosi kesehatan dengan cara pengenalan faktor risiko stroke kepada

masyarakat yang berusia muda baik pada laki-laki maupun perempuan

karena saat ini stroke tidak hanya diderita oleh usia tua tetapi usia

muda juga mempunyai risiko terkena stroke. Promosi kesehatan

dilakukan dengan memberikan edukasi melalui poster terkait gaya

hidup yang sehat dan pola makan yang sehat supaya masyarakat tidak

konsumsi makanan cepat saji, tinggi lemak, mengurangi makanan


manis dan lain-lain. Promosi kesehatan juga dilakukan pada individu

dengan status merokok agar tidak lagi merokok.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan desain studi

kasus kontrol dengan memperhatikan status individu perokok pasif

karena perokok pasif mempunyai risiko terkena stroke.


DAFTAR PUSTAKA

Adhim, M.A.Z. 2013. Hubungan Antara Kadar Hematokrit Dengan Kejadian


Stroke Iskemik di RSUD Dr.Moewardi. Universitas Muhammadiyah.
Surakarta

Aliah, A., Kuswara, F.F., Limoo, R.A.,Wuysang, G., 2007. Kapita Selekta
Neurologi Edisi Kedua : Gambaran Umum. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.
Ancaman Penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan dari Aspek Perilaku dan Lingkungan. PT Elex Media Komputindo. Jakar

an Jantung Sebagai Faktor Risiko Stroke. Universitas Sumatera Utara.

ien dengan Gangguan Sistim Persarafan. Salemba Medika. Jakarta.

09. Relative Risks for Stroke by Age, Sex, and Population Based on Follow-Up of 18 European Populatins in teh MORGAM Pr

Hypertension And Stroke Pathophysiology And Management. USA: Springer. Hal: 77-82

Klien Gangguan Kardiovaskular. EGC. Jakarta.

n Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistim Persarafan.


ta.

Burhanuddin, M. 2013. Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Dewasa Awal (18-40
Tahun) Di Kota Makasar Tahun 2010-2012. Epidemiologi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. UNHAS.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2012. Prevalence of Stroke-
United States, 2006-2010. Morbidity and Mortality Weekly Report.

Darmanto, Agus. 2014. Hubungan Antara Hipertensi Dengan Kejadian Strok


Iskemik Di Bangsal Dan Poliklinik Saraf RSUD Dr. Soedarso Pontianak.
Faklutas Kedokteran. Universitas Tanjungpura.

Depkes RI. 2004. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004. Jakarta

Endang, Lanywati. 2011. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. KANISUS


Media. Yogyakarta.
Feigin VL., Wiebers DO., Nikitin YP., O'Fallon WM., Whisnant JP. 1998. Risk
Factors for Ischemic Stroke in a Russian Community: A Population-Based
Case-Control Study. Stroke. 29:34-39.

Genis, Ginanjar. 2009. Stroke Hanya Menyerang Orangtua?. PT Bentang Pustaka.


Yogyakarta.

George., Wita., Budi., Yuda. 2009. Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit
Saraf. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
010. Stroke Prevalence and Risk Factor Control in Hypertensive Patients. Journal of Hypertension. 28

ogy. Erlangga.

nduduk Indonesia Mengidap Kanker, Paru-Paru dan Jantung.Diakses2Agustus2015dari

Pintar Menaklukan Hipertensi. Jakarta: Ladang Pustaka dan Intimedia.

2011. Stroke di Usia Muda. Grasindo

P. dkk. 2005. The Impact Of History Of Hypertension And Type 2 Diabetes At Baseline On The Incidence Of Stroke And Strok

bat Merokok Rahasia dan Cara Empatik Berhenti Merokok. Pustaka Iiman.

Janet & Donald. 1992. Prevention and Tratment Stroke, Heart Desease Prevention
and Treatment Stroke. Heart Desease and Stroke. 51-52

Japardi, I. 2002. Patogenesis Stroke Iskemik Tromboemboli. Fakultas


Kedokteran. Universitas Sumatera Utara

Jenie, Naharuddin. 2011. Aspek Klinik dan Pengelolaan Stroke. FK UNIMUS.


Semarang

Joseph. 1993. Heart Desease and Stroke American Heart Association. 355

Juan., Adolfo., Otman. 2010. Prevalence of Stroke and Associated Risk Factor in
Older Adults. 12

Junaidi. 2011. Stroke, Waspadai Ancamanya. Yogyakarta: Andi Offset.


Kabo. 2008. Mengungkap Penyakit Jantung Koroner. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.

Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013

Khudin, Miftah A. 2014. Hubungan Kadar Gula Darah Sewaktu dengan Kejadian
Stroke Iskemik Ulang di RSUD Sukoharjo. Fakultas Kedokteran.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kirtania, K., Sultana, N., Ahmed., Khatun. 2010. Association of Hypertension and
Smoking with Ischaemic Stroke. Bangladesh J Med Biochem. 1: 16-18

Kristiyawati, S.P., Irawaty, D., Hariyati, Rr.T.S. 2009. Faktor Risiko yang
Berhubungan dengan Kejadian Stroke di RS Panti Wilasa Citarum
Semarang. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK).Volume 1.
Semarang: STIKES Telogorejo.

Lestari, N. K. 2010. Pengaruh Massage dengan Minyak Kelapa terhadap


Pencegahan Dekubitus pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat Gatot Subroto Jakarta Pusat. Universitas Pembangunan Nasional
Veteran: Jakarta.

Lueckenotte & Meiner. 2006. Gerontologic Nursing. Edisi ketiga. St. Louis
Missouri.

Mahendra., Rachmawati. 2004. Atasi Stroke dengan Tanaman Obat. Niaga


Swadaya. Jakarta.

Mahmudah, Rifaatul. 2012. Hubungan Merokok Dengan Angka Kejadian Stroke


di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Mailisafitri. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kematian pada


Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap RS Stroke Bukittinggi 2010. FKM.
UI

Marlina, Yuli. 2011. Gambaran Faktor Risiko Pada Penderita Stroke Iskemik di
RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010. USU Medan.

Megherbi SE, Milan C., Minier D. dkk. 2003. Association between diabetes and
stroke subtype on survival and functional outcome 3 months after stroke:
data from the European BIOMED Stroke Project. Stroke. 34:688-94.

National Institutes of Health. 2012. What is Cholestrol. Diakses dari


http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/hbc pada 25 Maret
2015
Palm F., Urbanek,C.,Wolf. dkk. 2012. Etiology, Risk Factors and Sex Differences
in Ischemic Stroke in the Ludwigshafen Stroke Study, a Population-Based
Stroke Registry. Ludwigshafen Jerman : Karger

Palmer., William. 2007. Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Erlangga. Jakarta.

Pandian, JD., Sudhan, P. 2013. Stroke Epidemiology and Stroke Care Services in
India. Journal of Stroke. 3: 128-134

Pangau, Stephanie. 2013. Gila Kerja Bisa Berakibat Stroke. Tabloid Reformatika
Edisi 162

Peter, D., Whitney, C. 2007. Diabetes. G.P Putnams Sons. USA

Pramudiarja, Uyung. 2015. Bahas Diabetes. Diakses dari


http://health.detik.com/read/2015/03/11/151714/2855791/763/bahas-
diabetes-menkes-nila-singgung-kue-cucur-khas-makassar pada 1 Oktober
2015

Prasetya, Yuli. 2002. Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Stroke
Non-Hemoragik. UNDIP Semarang.

Price, S.A. dan Wilson, L. 2006. PATOFISIOLOGI : Konsep Klinis Proses -


Proses Penyakit. Edisi 6.Vol. II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Puspita, M dan Putro, G. 2008. Hubungan Gaya Hidup terhadap Kejadian Stroke
di Rumah Sakit Umum daerah Gambiran Kediri. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan. Volume 11. hal 263-269.

Raso, F., Cammen, T., Hoffman, A., Popele, N, dkk. 2006. Areterial Stiffness and
Risk of Coronary Heart Disease and Stroke The Rotterdam Study.
Circulation. 133: 657-665

Rathore, JA., Kango, ZA., Mehraj, A. 2011. Risk Factor for Stroke: A Prospective
Hospital Base Study. J Ayub Me Coll Abbottabad. 2: 144-146.

Reid, John M., DPhil., Dai, PhD., dkk. 2007. Gender Differences in Stroke
Examined in a 10-Year Cohort of Patients Admitted to a Canadian
Teaching Hospital. Stroke. 39:1090-1095

Riyadina, Woro., Rahajeng, Ekowati. 2011. Determinan Penyakit Stroke. Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Rizaldy, P. 2010. Awas Stroke. PT. ANDI. Yogyakarta.

Robert. 1993. Recognation and Treatment of Acute Ischemic Stroke in Heart


Disease and Stroke. 397
Sallika. 2010. Serba Serbi Kesehatan Perempuan. Jakarta. Bukune

Setiawan., Basuri., dkk. 2008. Care Yourself Hipertensi. Penebar Plus. Jakarta.

Sitorus, Rico Januar,. 2002. Karakteristik Penderita Stroke Non-Hemoragik di


Rawat Inap di RSU Herna Medan tahun 2001. USU Medan

Sitorus, Rico Januar. 2008. Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian


Stroke Pada Usia Muda Kurang Dari 40 Tahun Di Rumah Sakit Di Kota
Semarang.

Soeharto, Imam. 2004. Serangan jantung dan Stroke Hubungannya dengan lemak
dan Kolestrol. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama

Sofyan, AM., Sihombing, IY., Hamra, Yusuf. 2015. Hubungan Umur, Jenis
Kelamin, dan Hipertensi dengan Kejadian Stroke. UHO

Sorganvi, V., Kulkarni, MS., Kadeli, D., Athargas, S. 2014. Risk Factors For
Stroke : A Case Control Study. International Journal Of Current
Research And Review. 3: 46-52

Sukmawati, Leni., Jenie, Naharudin., Dewi, Hema. 2011. Analisis Faktor Risiko
Kejadian Stroke di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran
Muhammadiyah Semarang.

Sulastriyani. 2004. Gambaran Epidemiologi Penderita Stroke di Ruang Rawat


Inap Neurologi IRNA B Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2003.
FKM. UI

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC. Jakarta.

Usrin, Irwana. 2013. Pengaruh Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan
Stroke Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional
(RSSN) Bukittinggi Tahun 2011.USU. Medan.

Vitahealth. 2004. Hipertensi: Informasi Lengkap Untuk Penderita dan


Keluarganya. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

WHO. 2011. The Underlying Pathology of Ischaemic Heart Attacks and Stroke.
Global Atlas on Cardiovascular Disease Prevention and Control.

Wibowo, AS. 2005. 27 Siasat Jitu Menembus Pasar. Jakarta. PT. Elex media
Komputindo

Wulan, Reni. 2008. Dangerous Junk Food. Yogyakarta. 02


Yenni. 2011. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Karakteristik Lansia Dengan
Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Perkotaan Bukit Tinggi. Tesis. FIK UI.

Zhao, Wenhui., Katzmarzyk, PT., Horswell, R., Wang Yujie., dkk. 2014. Sex
Differences in the Risk of Stroke and HbA1c among Diabetic Patients.
Diabetologia. 5: 918–926.

Zhang, dkk. 2008. Incidence and Risk Factors for Stroke in Americans Indians.
Circulation. 118: 1577-1584.
LAMPIRAN
Kuesioner Riskesdas Penelitian Hubungan Hipertensi dengan Kejadian
Stroke di Sulawesi Selatan 2013

A. Identitas Responden

1. ID Responden

2. Nama

3. Jenis kelamin 1. Laki-Laki 2. Perempuan

4. Usia Tahun

5. Alamat Lengkap

B. Hipertensi

1. Apakah anda pernah didiagnosis menderita hipertensi oleh 1. Ya


tenaga kesehatan (bidan/perawat/dokter)?
2. Tidak

C. Status Merokok

1. Apakah anda merokok selama 1 bulan terakhir?

1) Ya, setiap hari (lanjut nomor 2)

2) Ya, kadang-kadang (lanjut nomor 3)

3) Tidak, tapi sebelumnya merokok setiap hari (lanjut .................


nomor 2)

4) Tidak, tapi sebelumnya merokok kadang-kadang

5) Tidak pernah sama sekali (lanjut pertanyaan blok D)

D. Penyakit Stroke

1. Apakah anda pernah didiagnosis menderita stroke oleh 1. Ya


tenaga kesehatan (bidan/perawat/dokter)?
2. Tidak
LAMPIRAN OUTPUT SPSS

ANALISIS UNIVARIAT

1. Proporsi Stroke Menurut Hipertensi

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

ya tidak Total

Hipertensi ya Count 205 345 3661


6
% within Stroke 67.7% 11.0%
10.5
% of Total .6% % 11.0%

10.4
%

tidak Count 98 2961 29710


2
% within Stroke 32.3% 89.0%
89.5
% of Total .3% % 89.0%

88.7
2. Proporsi Stroke Menurut Karakteristik
% Individu Usia
Total Count 303 3306 33371
8
% within Stroke 100.0% 100.0%
100.0
% of Total .9% % 100.0%

99.1
%

umur tahun 2 * Stroke Crosstabulation

Stroke

ya tidak Total

umur tahun 2 lebih dari sama dengan 40 Count 290 1673 17026
6
% within Stroke 95.7% 51.0%
50.6
%

<40 Count 13 1633 16345


2
% within Stroke 4.3% 49.0%
49.4
%

Total Count 303 3306 33371


8
% within Stroke 100.0% 100.0%
100.0
%
Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin * Stroke Crosstabulation

Stroke

ya tidak Total

Jenis Kelamin laki-laki Count 147 1501 15165


8
% within Stroke 48.5% 45.4%
45.4
% of Total .4% % 45.4%

45.0
%

perempuan Count 156 1805 18206


0
% within Stroke 51.5% 54.6%
54.6
% of Total .5% % 54.6%

54.1
%

Total Count 303 3306 33371


8
% within Stroke 100.0% 100.0%
Status Merokok 100.0
% of Total .9% % 100.0%

Merokok * Stroke Crosstabulation 99.1


%

Stroke

ya tidak Total

Merokok merokok Count 72 9528 9600

% within Stroke 23.8% 28.8% 28.8%

% of Total .2% 28.6% 28.8%

pernah merokok Count 37 1795 1832

% within Stroke 12.2% 5.4% 5.5%

% of Total .1% 5.4% 5.5%

tidak merokok Count 194 21745 21939

% within Stroke 64.0% 65.8% 65.7%

% of Total .6% 65.2% 65.7%

Total Count 303 33068 33371

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total .9% 99.1% 100.0%


ANALISIS BIVARIAT

1. Hubungan Hipertensi dengan Stroke

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2- sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.006E3a 1 .000


b
Continuity Correction 1.000E3 1 .000

Likelihood Ratio 556.685 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 1.006E3 1 .000

N of Valid Casesb 33371

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33.24.
Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya


17.923 14.053 22.860
/ tidak)
For cohort Stroke = ya 16.976 13.377 21.543

For cohort Stroke = tidak .947 .940 .955

N of Valid Cases 33371

2. Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Usia ≥40

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

ya tidak Total

Hipertensi ya Count 199 289 3093


4
% within Stroke 68.6% 18.2%
17.3
%

tidak Count 91 1384 13933


2
% within Stroke 31.4% 81.8%
82.7
%
Total Count 290 1673 17026
6
% within Stroke 100.0% 100.0%
100.0
%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2- sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.052E2a 1 .000


b
Continuity Correction 501.746 1 .000

Likelihood Ratio 363.212 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 505.163 1 .000

N of Valid Casesb 17026

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 52.68.
Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya


10.460 8.136 13.447
/ tidak)
For cohort Stroke = ya 9.851 7.711 12.585

For cohort Stroke = tidak .942 .933 .951

N of Valid Cases 17026

3. Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Usia <40

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

ya tidak Total

Hipertensi ya Count 6 562 568

% within Stroke 46.2% 3.4% 3.5%

tidak Count 7 1577 15777


0
% within Stroke 53.8% 96.5%
96.6
%

Total Count 13 1633 16345


2
Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

ya tidak Total

Hipertensi ya Count 6 562 568

% within Stroke 46.2% 3.4% 3.5%

tidak Count 7 1577 15777


0
% within Stroke 53.8% 96.5%
96.6
%

Total Count 13 1633 16345


2
% within Stroke 100.0% 100.0%
100.0
%
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2- sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square 70.650a 1 .000


b
Continuity Correction 58.490 1 .000

Likelihood Ratio 22.921 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 70.645 1 .000


1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .45.
b
NComputed
of Valid Cases
only for a 2x2 table 16345

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya


24.052 8.057 71.799
/ tidak)
For cohort Stroke = ya 23.808 8.027 70.615

For cohort Stroke = tidak .990 .981 .998

N of Valid Cases 16345


4. Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Jenis Kelamin Laki-Laki

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

ya tidak Total

Hipertensi ya Count 91 988 1079

% within Stroke 61.9% 6.6% 7.1%

tidak Count 56 1403 14086


0
% within Stroke 38.1% 92.9%
93.4
%

Total Count 147 1501 15165


8
% within Stroke 100.0% 100.0%
100.0
Chi-Square Tests
%

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2- sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.743E2a 1 .000


b
Continuity Correction 665.905 1 .000

Likelihood Ratio 300.607 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 674.206 1 .000


a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.46.
N of Valid Casesb 15165

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya


23.076 16.440 32.390
/ tidak)
For cohort Stroke = ya 21.214 15.296 29.422

For cohort Stroke = tidak .919 .903 .936

N of Valid Cases 15165


5. Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Jenis Kelamin Perempuan

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

ya tidak Total

Hipertensi ya Count 114 246 2582


8
% within Stroke 73.1% 14.2%
13.7
%

tidak Count 42 1558 15624


2
% within Stroke 26.9% 85.8%
86.3
%

Total Count 156 1805 18206


0
% within Stroke 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
100.0
%

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2- sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.484E2a 1 .000


Continuity Correctionb 443.564 1 .000

Likelihood Ratio 280.318 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 448.407 1 .000

N of Valid Casesb 18206

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.12.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya


17.137 12.000 24.473
/ tidak)
For cohort Stroke = ya 16.424 11.559 23.338

For cohort Stroke = tidak .958 .950 .966

N of Valid Cases 18206


6. Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Status Merokok

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

ya tidak Total

Hipertensi ya Count 45 527 572

% within Stroke 62.5% 5.5% 6.0%

tidak Count 27 900 9028


1
% within Stroke 37.5% 94.0%
94.5
%

Total Count 72 952 9600


8
% within Stroke 100.0% 100.0%
100.0
%
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2- sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.139E2a 1 .000


Continuity Correctionb 403.794 1 .000

Likelihood Ratio 165.063 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 413.856 1 .000

N of Valid Casesb 9600

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.29.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya


28.466 17.524 46.240
/ tidak)
For cohort Stroke = ya 26.305 16.448 42.071

For cohort Stroke = tidak .924 .902 .947

N of Valid Cases 9600


7. Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Status Pernah Merokok

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

ya tidak Total

Hipertensi ya Count 24 276 300

% within Stroke 64.9% 15.4% 16.4%

tidak Count 13 151 1532


9
% within Stroke 35.1% 83.6%
84.6
%

Total Count 37 179 1832


5
% within Stroke 100.0% 100.0%
100.0
%
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2- sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square 64.837a 1 .000


Continuity Correctionb 61.274 1 .000

Likelihood Ratio 44.859 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 64.802 1 .000

N of Valid Casesb 1832

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.06.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya


10.161 5.111 20.197
/ tidak)
For cohort Stroke = ya 9.428 4.856 18.305

For cohort Stroke = tidak .928 .897 .960

N of Valid Cases 1832


8. Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Status Tidak Merokok

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

ya tidak Total

Hipertensi ya Count 136 265 2789


3
% within Stroke 70.1% 12.7%
12.2
%

tidak Count 58 1909 19150


2
% within Stroke 29.9% 87.3%
87.8
%

Total Count 194 2174 21939


5
% within Stroke 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
100.0
%

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2- sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.810E2a 1 .000


Continuity Correctionb 575.767 1 .000

Likelihood Ratio 345.316 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 580.947 1 .000

N of Valid Casesb 21939

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.66.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya


16.874 12.376 23.008
/ tidak)
For cohort Stroke = ya 16.100 11.870 21.837

For cohort Stroke = tidak .954 .946 .962

N of Valid Cases 21939

Anda mungkin juga menyukai