Bab 2 RB
Bab 2 RB
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jeruk
Jeruk (Citrus sp.) adalah tanaman tahunan berasal dari Asia,
terutama Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah terdapat
di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di
(19).
pekarangan Buah jeruk merupakan buah yang memiliki prospek cerah
untuk dikembangkan. Jeruk (Citrus sp.) dapat dijumpai dalam setiap musim
sebab tanaman jeruk termasukmudah dan cocok di berbagai kondisi iklim,
dapat ditanam dimana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi
(Jumiana, 2013).
Buah jeruk merupakan sumber vitamin C, kandungan vitamin C
buah jeruk sebesar 40-70 mg vitamin C per 100 ml, tergantung pada
jenisnya, semakin tua buah jeruk biasanya semakin berkurang kandungan
(19).
vitamin C-nya Vitamin C terdapat pada sari buah, daging, dan kulit,
berperan dalam proses penyerapan zat besi non organik. Ada lima kelompok
buah jeruk di dunia yaitu kelompok Mandarin, kelompok Citroen, kelompok
Orange atau Jeruk Manis, kelompok Pommelo atau Grapefruit dan
kelompok Lime dan Lemon. Jeruk Siam, Jeruk Keprok, Jeruk Nipis, Jeruk
Purut, Jeruk Bali, Jeruk Nambangan merupakan macam-macam contoh
produk jeruk lokal (Ichsan, 2015).
menyatu ada yang tidak. Mahkota bunga kebanyakan berjumlah 4-5 dan
berdaun lepas. Tonjolan dasar bunga beringgit atau berlekuk di dalam
benang-sari (23).
Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan agak halus. Ujung buah
bundar dan berpusar. Kulit buah berwarna kuning mengkilat dan sulit
dikupas bila matang, ketebalan kulit sekitar 3,9 mm. Daging buah bertekstur
lunak, mengandung banyak air, dan berwarna kekuningan. Rasa daging
buahnya sangat manis dan baunya harum, ukuran jeruk ini tergolong besar,
dengan berat antara 150-250 g/buah (10).
dpl. Saat ini, keprok dataran tinggi yang masih tetap bertahan adalah keprok
Takengon di Aceh, keprok Soe di Nusa Tenggara Timur, dan keprok
Brastagi di Sumatera Utara. Jeruk keprok baru mulai berbuah pada umur 3
tahun. Buah dan produktivitas jeruk keprok akan mencapai titik optimum
setelah berumur di atas 10 tahun (Rahardi, 2004). Jeruk keprok memiliki
daun berwarna hijau muda pada permukaan bawah tangkai. Buah jeruk
tergolong buah sejati tunggal dan berdaging (Soelarso, 1996).
Jeruk keprok dikenal dengan daging buah berwarna oranye dan
kulitnya mudah dikupas. Rasanya manis atau asam manis. Jumlah bijinya
biasanya tidak terlalu banyak. Warna jeruk masak adalah oranye. Jeruk
keprok disebut juga mandarin Indonesia. Buahnya bundar, tidak terlalu licin
dan berkulit agak tebal. Kulit berbenjol yang tidak mudah lepas dan
berwarna oranye kekuningan. Buah jeruk ada yang berbentuk bulat, oval
atau lonjong sedikit memanjang (1).
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sinensis Osb. Zin. Citrus aurantium L.
buah mengandung air, selain itu kulit jeruk juga mengandung karotenoid
yang dapat memberikan warna kuning, orange, dan merah diantaranya
xanthophyll, violaxanthin, lycopene. Pada waktu buah jeruk masak, klorofil
sedikit demi sedikit menjadi hilang, karotenoid bertambah banyak sehingga
warna berubah menjadi kuning, orange atau merah (20).
Kandungan nutrisi, vitamin dan mineral seperti vitamin C, protein,
amino nitrogen, kalsium, magnesium, kalium, belerang paling tinggi justru
di bagian kulit jeruk dibandingkan pada dagingnya atau sari buah jeruk.
Sedangkan, kandungan lemak dan gula lebih rendah pada kulit jeruk.
2.4 Antioksidan
2.4.1 Pengertian Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menetralkan dan melawan
bahan toksik atau radikal bebas dan menghambat terjadinya kerusakan.
Secara alamiah, tubuh manusia telah dilengkapi alat untuk meredam
dampak negatif radikal bebas, yaitu dengan memproduksi enzim-enzim
antioksidan. Namun dalam keadaan tertentu, dapat terjadi
ketidakseimbangan antara antioksidan dengan radikal bebas yang
berdampak menimbulkan stres oksidatif yang tidak diinginkan dan tubuh
membutuhkan asupan antioksidan dari luar yang berasal dari bahan
makanan, seperti vitamin E dalam minyak nabati, sayur-sayuran, dan
Keterangan:
Ab = Serapan larutan DPPH dalam metanol
2.5 Flavonoid
Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa
C6-C3-C6. Artinya, kerangka karbonya terdiri atas dua gugus C6 (cincin
benzene tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon.
Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Golongan terbesar flavonoid
mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan
salah satu dari cincin benzene.(20)
Flavonoid merupakan senyawa yang umumnya terdapat dalam
tumbuhan yang terikat pada gula sebagai glikosida. Flavonoid merupakan
golongan terbesar dari senyawa polifenol, sehingga larutan ekstrak yang
mengandung komponen flavonoid akan berubah warna jika diberi larutan
basa atau ammonia. Flavonoid dikelompokkan menjadi sembilan kelas yaitu
anthosianin, proanthosianin, flavonol, flavon, gliko flavon, biflavonil,
khalkon dan aurone, flavanon serta isoflavon. Flavonoid pada tanaman
berikatan dengan gula sebagai glikosida dan adapula yang berada dalam
aglikon. Aglikon flavonoid merupakan polifenol yang mempunyai sifat agak
asam sehingga dapat larut dalam basa. Flavonoid merupakan senyawa polar
yang dapat larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton,
dimetil sulfoksida, dimetilformamida, dan air. Namun, sebaliknya untuk
aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta
flavonol cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan
kloroform. Fungsi flavonoid untuk tumbuhan ialah sebagai pengatur
tumbuh, pengatur fotosintesis, sebagai antimikroba dan antivirus. Flavonoid
dapat bekerja sebagai inhibitor pernapasan, beberapa flavonoid menghambat
fosfodiesterase, aldoreduktase, monoamina oksidase, protein kinase,
trankriptase, DNA polymerase, dan lipoksigenase.(21)
Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik karena
menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun nonenzim.
Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan
superoksida dan demikian melindungi membrane lipid terhadap reaksi yang
merusak. (21)
2.7 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan
kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan
diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat.
Metode ekstraksi dengan pelarut dapat dibedakan menjadi dua cara,
yaitu:
a Cara Dingin
a) Maserasi
Proses mengekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar) secara teknologi termasuk ekstraksi dengan
prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.
b) Perkolasi
Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang
umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.
b. Cara Panas
a) Refluks
Ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
b) Soxhlet
Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga tejadi ekstraksi continue
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingn
balik.
c) Digesti
Maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur
ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50˚C.
d) Infus
Ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air selama
waktu tertentu.
e) Dekok
Infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan temperatur
sampai titik didih air (21).
2.8 Pelarut
Pelarut merupakan zat kimia yang berguna untuk melarutkan atau
mengencerkan zat kimia yang lain. Pelarut dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu
pelarut non-polar, pelarut polar aprotik dan pelarut polar protik. Untuk
(c) Monokromator
Monokromator digunakan untuk mengisolasi radiasi menjadi
komponen panjang gelombang. Sumber cahaya yang digunakan
memancarkan radiasi berlanjut pada daerah panjang gelombang