Pencegahan
Pemeriksaan antenatal teratur dan bermutu serta teliti, mengenal tanda-tanda sedini mungkin(pre
elkampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre eklampsia kalau ada faktor-faktor
peredisposisi. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, dan pentingnya
mengatur diit rendah garam, lemak, karbohidrat, tinggi protein dan menjaga kenaikan berat badan yang
berlebihan.
Penanganan
Pada dasarnya penanganan preeklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik.
Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal yaitu sebelum janin mati
dalam kandungan, tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus. Setelah persalinan berakhir
jarang terjadi eklampsia dan janin yang sudah cukup matur lebih baik hidup diluar kandungan daripada
dalam uterus. Waktu optimal tersebut tidak selalu dapat dicapai pada penanganan preeklampsia,
terutama bila janin masih sangat prematur. Dalam hal ini diusahakan dengan tindakan medis untuk
dapat menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur.
a. Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan preeklampsia
b. Tidak perlu segera diberikan obat anti hipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat kecuali
tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg
e. Bila tekanan darah tidak turun dianjurkan dirawat dan diberikan obat anti hipertensi: metildopa 3
x 125 mg/hari (maksimal 1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5 –10 mg / hari, atau nifedipin retard 2-3 x
20 mg / hari atau pindolol 1-3 x 5 mg / hari 9 maks. 30 mg / hari
g. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa setiap 1 minggu.
h. Indikasi rawat jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah rawat jalan, peningkatan
berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan preeklampsia berat.
i. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai preeklampsia berat.
l. Persalinan dalam preeklampsia ringan dapat dilakukan spontan atau dengan bantuan ekstraksi
untuk mempercepat kala II.
1) Janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan pemeriksaan shake dan rasio
L/S maka penanganannya adalah sebagai berikut:
a) Berkan suntikan sulfat magnesium dosis 8gr IM, kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr Im
setiap 4 jam( selama tidak ada kontra dindikasi)
b) Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesium dapat diteruskan lagi selama 24
jam sampai dicapai kriteria pre-eklamsia ringan (kecuali jika ada kontraindikasi)
c) Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin monitor, penimbangan berat badan seperti pre-
eklamsi ringan sambil mengawasi timbul lagi gejala.
d) Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan: induksi partus atau
cara tindakan lain, melihat keadaan.
2) Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka penatalaksan
kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.
e) Syarat pemberian Mg So4 adalah: reflek patela (+), diurese 100cc dalam 4 jam yang lalu, respirasi 16
permenit dan harus tersedia antidotumnya: kalsium lukonas 10% ampul 10cc.
f) Infus detroksa 5 % dan ringer laktat
2) Obat antihipertensif: injeksi katapres 1 ampul IM dan selanjutnya diberikan tablet katapres 3x½
tablet sehari
3) Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung
kongesif. Untuk itu dapat diberikan IV lasix 1 ampul.
4) Segera setelah pemberian sulfas magnesium kedua, dilakukan induksi dipakai oksitosin (pitosin
atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
5) Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum dan forsep, jadi wanita dilarang mengedan.
6) Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi pendarahan disebsbkan atonia uteri.
7) Pemberian sulfas magnesium kalau tidak ada kontraindikasi, diteruskan dosis 4 gr setiap 4 jam
dalam 24jam post partum.
3) Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat,
hipoksia sampai kematian janin)
4) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur atau
imatur jika diketahui bahwa resiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
2. Penatalaksanaan eklampsia
Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan tujuan menghentikan
berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah
keadaan ibu mengizinkan
b. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah kejang-kejang selama
dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200mg atau morfin
10mg.
1) Menghentikan konvulsi
4) Mencegah infeksi
6) Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang terakhir dengan tidak
memperhitungkan tuannya kehamilan.
3) Pemberian oksigen
1) Dalam kamar isolasi: tenang, lampu redup- tidak terang, jauh dari kebisingan dan rangsangan.
2) Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit: tensi, nadi, respirasi, suhu badan, reflek, dan
dieresis diukur. Kalau dapat dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadaran dan jumlah
kejang.
3) Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada umumnya 2 liter dalam 24 jam.
Tatalaksana
Tujuan pengobatan :
Pengobatan Konservatif
Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat
diberikan obat anti kejang (MgSO4).
Pengobatan Obstetrik
1. Sikap dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan atau tanpa memandang
umur kehamilan dan keadaan janin
2. Bilamana diakhiri, maka kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan) kondisi dan
metabolisme ibu
Setelah persalinan, dilakukan pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda terjadinya eklampsia. 25%
kasus eklampsia terjadi setelah persalinan, biasanya dalam waktu 2 – 4 hari pertama setelah persalinan.
Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6 – 8 minggu. Jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya
tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya tidak berhubungan dengan pre-eklampsia.
Pencegahan
Usaha pencegahan preklampsia dan eklampsia sudah lama dilakukan. Diantaranya dengan diet rendah
garam dan kaya vitamin C. Selain itu, toxoperal (vitamin E,) beta caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic
acid), zink (seng), magnesium, diuretik, anti hipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalium diyakini mampu
mencegah terjadinya preklampsia dan eklampsia. Sayangnya upaya itu belum mewujudkan hasil yang
menggembirakan. Belakangan juga diteliti manfaat penggunaan anti-oksidan seperti N. Acetyl Cystein
yang diberikan bersama dengan vitamin A, B6, B12, C, E, dan berbagai mineral lainnya. Nampaknya,
upaya itu dapat menurunkan angka kejadian pre-eklampsia pada kasus risiko tinggi.