Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN FARMASI

”Manajemen Farmasi di Apotek”

FARMASI III B
KELOMPOK 2

Disusun Oleh :

Femmy Kristiani K.A 11194761920245


M. Anshori Mahboby 11194761920153
Puspita Astuti 11194761920267
Risky Amelia 11194761920270
Syafira Nabillah 11194761920276
Yeni Ermila Yanti 11194761920279

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN

2020

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................i

i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................................1

1.2. Tujuan........................................................................................................2

1.3. Manfaat......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3

2.1. Pengertian Apotek......................................................................................3

2.2. Pengertian Manajemen Apotek..................................................................3

2.3. Pengelolaan Apotek...................................................................................4

2.4. Tugas dan Fungsi Apotek.......................................................................... 5

2.5. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek...............................................5

2.6. Manajemen Keuangan di Apotek..............................................................10

BAB III PENUTUP....................................................................................................12

3.1. Kesimpulan................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen apotek adalah proses menggunakan sumberdaya


kefarmasian untuk mencapai tujuan dari pekerjaan kefarmasian melalui
perencanaan, membuat keputusan, organisir, kepemimpinan, dan pengawasan
(Faqih, 2010).
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek pasal 1 ayat (a), disebutkan bahwa apotek adalah suatu tempat
tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Di dalam apotek
terdapat suatu struktur organisasi yang terdiri dari pemilik sarana apotek
(PSA), apoteker pendamping apotek (APA), asisten apoteker (AA), dan
tenaga-tenaga lainnya.
Dalam pendirian sebuah apotek, diperlukan perencanaan yang matang
dan penyiapan persyaratan – persyaratan yang diperlukan secara teliti.
Seringkali PSA tidak memahami sepenuhnya bagaimana alur perijinan
pendirian apotek, persyaratan yang harus dipenuhi, bagaimana perhitungan
neraca awal apotek yang merupakan langkah awal penting dalam pendirian
apotek. Walaupun apotek didirikan dengan tujuan utama pelayanan
kesehatan, harus tetap diingat juga bahwa apotek juga merupakan suatu badan
usaha yang perlu mendapatkan keuntungan, sehingga dalam pendiriannya
diperlukan perencanaan dan perhitungan yang tepat. Berdasarkan PP 51 tahun
2009 Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi
atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.

1
1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan apotek?


2. Apa yang dimaksud dengan manajemen apotek?
3. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan apotek?
4. Apa saja tugas dan fungsi apotek?
5. Bagaimana standar pelayanan kefarmasian di apotek?
6. Bagaimana manajemen pengelolaan keuangan di apotek?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian apotek.
2. Untuk mengetahui pengertian manajemen apotek.
3. Untuk mengetahui pengertian pengelolaan apotek.
4. Untuk mengetahui tugas dan fungsi apotek.
5. Untuk mengetahui standar pelayanan kefarmasian di apotek.
6. Untuk mengetahui manajemen pengelolaan keuangan di apotek.

1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian apotek.
2. Dapat mengetahui pengertian manajemen apotek.
3. Dapat mengetahui pengertian pengelolaan apotek.
4. Dapat mengetahui tugas dan fungsi apotek.
5. Dapat mengetahui standar pelayanan kefarmasian di apotek.
6. Dapat mengetahui manajemen pengelolaan keuangan di apotek.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apotek


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Kepmenkes RI) No. 1332/MENKES/SK/X/2002, tentang Perubahan atas
Peraturan Menkes RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu
tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian
berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Sedangkan,
menurut PP No. 51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
atau tempat dilakukannya praktik kefarmasian oleh apoteker.
Menurut Ketentuan Umum Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun
1992, yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian meliputi pembuatan,
pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan,
penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya, serta pelayanan
informasi mengenai perbekalan farmasi yang terdiri atas obat, bahan obat,
obat asli Indonesia (obat tradisional), bahan obat asli Indonesia (simplisia),
alat kesehatan dan kosmetika.

2.2 Pengertian Manajemen Apotek


Manajemen apotek adalah proses menggunakan sumberdaya
kefarmasian untuk mencapai tujuan dari pekerjaan kefarmasian melalui
perencanaan, membuat keputusan, organisir, kepemimpinan, dan pengawasan
(Faqih, 2010). Berdasarkan PP 51 tahun 2009 Pekerjaan Kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

3
2.3 Pengelolaan Apotek
Pengelolaan apotek adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan
oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek dalam rangka tugas dan fungsi
apotek yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, dan penilaian.
Sesuai Permenkes RI Nomor 26/Per. Menkes/Per/I/1981, pengelolaan apotek
meliputi:
1) Bidang pelayanan kefarmasian.
2) Bidang material.
3) Bidang administrasi dan keuangan.
4) Bidang ketenagaan.
5) Bidang lainnya yang berkaitan dengan tugas dan fungsi apotek.
Pengelolaan apotek di bidang pelayanan kefarmasian meliputi:
1) Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat.
2) Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan
kesehatan di bidang farmasi lainnya.
3) Informasi mengenai perbekalan kesehatan di bidang farmasi meliputi:
a. Pengelolaan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi
lainnya yang diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan
lainnya maupun kepada masyarakat.
b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat,
keamanan, bahaya, dan/atau mutu obat dan perbekalan farmasi
lainnya.
Pengelolaan apotek di bidang material, meliputi:
1) Penyediaan, penyimpanan, penyerahan perbekalan farmasi yang
bermutu baik, dan keabsahannya terjamin.
2) Penyediaan, penyimpanan, pemakaian barang nonperbekalan farmasi,
misalnya rak obat, lemari, meja kursi pengunjung apotek, mesin
register, dan sebagainya.

4
2.4 Tugas dan Fungsi Apotek
Menurut PP No.51 tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah :
1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan
farmasi antara lain obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika.
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau 4
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional.

2.5 Standar Pelayanan Kefarmasin di Apotek


A. Pengelolaan Sumber Daya
Sumber daya merupakan sebuah potensi yang dimiliki oleh suatu
materi atau unsur dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu berbentuk
fisik,ada juga yang berbentu non fisik (intangible), baik yang terlihat
maupun yang kasat mata, seperti pengetahuan dan sebagainya
(Bogadenta, 2012).
Dalam Lembaga atau organisasi apapun, sumber daya merupakan
sesuatu yang penting untuk dimiliki. Sumber daya merupakan
potensi,kemampuan,dan kekuatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan bersama. Demikian juga dalam apotek. Pengelolaan sumber
daya menjadi sebuah keharusan jika menginginkan apotek mengalami
kemajuan dan perkembangan. Berdasarkan keputusan Menteri kesehatan
RI, sumber daya yang penting dalam apotek adalah sebagai berikut :
1. Sumber Daya Manusia
Sesuai ketentuan perundang undangan yang berlaku, sebuah
apotek harus di kelola oleh apoteker professional. Dalam pengelolaan
apotek itu, seorang apoteker harus memiliki kemampuan kemampuan
berikut :

5
a) Menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik .
b) Mengambil keputusan yang tepat
c) Mampu berkomunikasi antar profesi.
d) Menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner.
e) Mampu mengelola SDM secara efektif
f) Selalu belajar sepanjang karier.
g) Membantu memberi Pendidikan.
h) Memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.
2. Sarana dan Prasarana
Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di
apotek. Selain itu,seorang apoteker juga harus menjamin bahwa :
a) Apotek berlokasi di daerah yang dengan mudah dikenali oleh
masyarakat.
b) Dihalaman apotek terdapat papan petunjuk yang dengan jelas
tertulis kata “Apotek”.
c) Apotek harus dapat dengan mudah di akses oleh anggota
masyarakat.
d) Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang
terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya.
Hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas
produk,serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan obat.
e) Masyarakat menerima akses langsung dari Apoteker untuk
memperoleh informasi dan konseling.
f) Lingkungan apotek selalu dalam keadaan bersih. Apotek harus
bebas dari hewan pengerat dan serangga. Apotek memiliki suplay
listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin.
g) Apotek harus memiliki hal – hal berikut:
1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
2. Tempat untuk menyediakan informasi bagi pasien termasuk
penempatan brosur atau materi informasi.

6
3. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien, yang
dilengkapi dengan meja, kursi, lemari untuk menyimpan
catatan medikasi pasien
4. Ruang racikan
5. Tempat pencucian alat atau keranjang sampah yang tersedia
untuk staf maupun pasien
6. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak
penyimpanan obat dan barang-barang lain yang terlindungi
dari debu, kelembapan, cahaya yang berlebihan, serta
diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperature yang
telah ditetapkan (Bogadenta, 2012).
3. Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya
Komoditas di apotek dapat berupa sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan, alat kesehatan maupun yang lainnya. Sediaan farmasi
adalah obat tradisional, dan kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah
semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelanggarakan upaya kesehatan sedang alat kesehatan adalah
bahan, instrumen apparatus, mesin, implant yang tidak mengandung
obat yang tidak digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit serta memulihkan
kesehatan (Hartini dan Sulasmono, 2006).
Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
lainnya dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yaitu perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan
pelayanan. Sementara itu, pengeluaran obat menggunakan system
FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out).
a. Perencanaan.
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi,
yang perlu diperhatikan adalah pola penyakit, kemampuan
masyarakat, dan budaya masyarakat (Bogadenta, 2012).
Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,
dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan

7
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta
menghindari kekosongan obat. Dalam perencanaan pengadaan
sediaan farmasi seperti obat-obatan tersebut maka perlu dilakukan
pengumpulan data obat-obatan yang akan dipesan. Data obat-
obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defecta, yaitu jika
barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang
yang tersedia pada bulanbulan sebelumnya (Hartini dan
Sulasmono, 2006).
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian, maka
pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Bogadenta, 2012).
Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,
dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta
menghindari kekosongan obat. Dalam perencanaan pengadaan
sediaan farmasi seperti obat-obatan tersebut maka perlu dilakukan
pengumpulan data obat-obatan yang akan dipesan. Data obat-
obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defecta, yaitu jika
barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang
yang tersedia pada bulanbulan sebelumnya (Hartini dan
Sulasmono, 2006).
c. Penyimpanan
Penyimpanan Obat atau bahan obat harus disimpan dalam
wadah asli dari pabrik. Dalam hal ini pengecualian atau darurat
dimana isi 8 dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah
terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru, wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat,
nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat harus
disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan
bahan. Penyimpanan obat digolongkan berdasarkan bentuk bahan
baku seperti bahan padat, dipisahkan dari bahan yang cair atau

8
bahan yang setengah padat. Hal tersebut dilakukan untuk
menghindarkan zat-zat yang higroskopis, serum, vaksin dn
obatobat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar
disimpan dalam lemari es (Hartini dan Sulasmono, 2006).
Penyimpanan obat-obat narkotika disimpan dalam almari
khusus sesuai dengan Permenkes No.28 tahun 1978 yaitu apotek
harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika.
Tempat khusus yang dimaksudkan adalah pada almari yang
mempunyai ukuran 40 x 80 x 100 cm, dapat berupa almari yang
dilekatkan di dinding atau menjadi satu kesatuan dengan almari
besar. Almari tersebut mempunyai 2 kunci yang satu untuk
menyimpan narkotika sehari-hari dan yang lainnya untuk narkotika
persediaan dan morfin, pethidin dan garam-garamnya hal ini untuk
menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti
penyalahgunaan obat-obat narkotika. Penyusunan obat dilakukan
dengan cara alphabetis untuk mempermudah pengambilan obat
saat diperlukan (Hartini dan Sulasmono, 2006).
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
penyimpanan :
1. Dalam hal pengecualian atau darurat, dimana isi dipindahkan
pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi
dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadahnya.
2. Obat Atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari
pabrik.
3. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch,
dan tanggal kadaluwarsa.
4. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai,
layak dan menjamin kestabilan bahan (Bogadenta, 2012).

9
4. Administrasi
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, seorang
apoteker perlu melaksanakan kegiatan administrasi berikut :
a. Administrasi umum, yang meliputi pencatatan, pengarsipan,
pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku (Bogadenta, 2012). Pencatatan dan
pelaporan terhadap pengelolaan psikotropika diatur dalam pasal 33
UU No.5 tahun 1997 yakni pabrik obat, pedagang besar farmasi,
sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah
sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga penelitian
dan / atau lembaga pendidikan wajib membuat dan menyimpan
catatan mengenai kegiatan masing-masing yang berhubungan
dengan psikotopika. Laporan narkotika disampaikan setiap bulan
dan pencatatan narkotika menggunakan buku register narkotika
(Hartini dan Sulasmono, 2006).
b. Administrasi pelayanan, yang meliputi pengarsipan resep,
pengarsipan catatan, pengobatan pasien, dan pengarsipan hasil
monitoring penggunaan obat (Bogadenta, 2012). Apoteker
pengelola apotek mengatur resep yang telah dikerjakan menurut
urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep dan harus
disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun, resep yang
mengandung narkotik harus dipisahkan dari resep lainnya.
Permenkes No.922 tahun 1993 pasal 1 17 ayat 2 menyebutkan
bahwa resep harus dirahasiakn dan disimpan dengan baik dalam
jangka waktu 3 tahun (Hartini dan Sulasmono, 2006).

2.6 Manajemen Pengelolaan Keuangan di Apotek


Di dalam apotek, kebutuhan akan keuanganjuga tidak berbedadengan
kondisi badan usaha yang lain, dimana keuangan memegang peranan penting
bagi maju dan berkembangnya apotek tersebut. Jika keuangan tidak bisa
dikelola dengan baik maka akan mempengaruhi tingkat persediaan,
pelayanan, dan unit-unit lainnya. Sebuah apotek yang maju dan berkembang,

10
salah satunya dikarenakan kemampuan dalam mengelola keuangan dengan
baik. Oleh sebab itu, jika ingin apotek maju dan berkembang maka harus
melakukan manajemen keuangan (Bogadenta, 2012).
Manajemen keuangan merupakan suatu kegiatan perencanaan,
penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan
penyimpanan dana yang dimliki oleh suatu organisasi atau perusahaan.
Apabila dilihat dari pengertiannya tersebut, maka apotek memang sangat
membutuhkan manajemen keuangan (Bogadenta, 2012).

11
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Apotek adalah tempat yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian oleh apoteker, sedangkan apoteker adalah sebagai penanggung
jawab. Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh
seorang apoteker yang professional.Tanpa beberapa manajemen yang baik
yang mengarahkan kegiatan apotek itu akan berakibat tidak ada arah untuk
usaha apotek itu. Proses manajemen melibatkan pengendalian mutu Sediaan
Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.
Pengelolaan apotek adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh
seorang Apoteker Pengelola Apotek dalam rangka tugas dan fungsi apotek
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan
penilaian. Menurut PP No. 51 tahun 2009 tugas dan fungsi apotek antara lain
Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker, untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian., untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain
obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bogadenta, Aryo. 2012. Manajemen Pengelolaan Apotek. Yogyakarta: D-Medika.

Faqih A. 2010. Manajemen Agribisnis. Yogyakarta: Dee Publishing.

Hartini, Y.S. & Sulasmono, 2007. Apotek: Ulasan Beserta Naskah Peraturan


Perundang-Undangan Terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan
Permenkes tentang Apotek Rakyat. Edisi Revisi. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.

Menteri Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


IndonesiaNo. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan
dan TataCara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Depkes RI., 1992. UU RI No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Depkes RI.

Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Persyaratan Apotek, Kepmenkes Nomor


278/MENKES/SK/V/1981.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.28/MENKES/PER/I/1978


Tentang Tata Cara penyimpanan Narkotika, Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Bogadenta, Aryo. 2012. Manajemen Pengelolaan Apotek. Yogyakarta: D-Medika.

Faqih A. 2010. Manajemen Agribisnis. Yogyakarta: Dee Publishing.

Hartini, Y.S. & Sulasmono, 2007. Apotek: Ulasan Beserta Naskah Peraturan


Perundang-Undangan Terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan
Permenkes tentang Apotek Rakyat. Edisi Revisi. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.

Menteri Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


IndonesiaNo. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan
dan TataCara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Depkes RI., 1992. UU RI No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Depkes RI.

Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Persyaratan Apotek, Kepmenkes Nomor


278/MENKES/SK/V/1981.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.28/MENKES/PER/I/1978


Tentang Tata Cara penyimpanan Narkotika, Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai