Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN MANAJEMEN LAHAN

POLA GUNA LAHAN


KECAMATAN BUKIT RAYA
KOTA PEKANBARU-RIAU

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin, Puji dan syukur penulis ucap kan kehadirat


Allah Yang Maha Kuasa atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan akhir yang berjudul ”Pola Guna Lahan
Kecamatan Bukit Raya” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata
kuliah Manajemen Lahan, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota di Fakultas
Teknik Universitas Islam Riau. Dan penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Mira Hafizah Tanjung selaku Dosen Pengasuh yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Atas semua bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan fasilitas
yang telah diberikan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan
serta pengetahuan mengenai pola peggunaan lahan yanng terdapat di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru, serta dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan
dan penyusunan laporan ini. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Pekanbaru, Maret 2020

Penulis

1
LAPORAN MANAJEMEN LAHAN
POLA GUNA LAHAN
KECAMATAN BUKIT RAYA
KOTA PEKANBARU-RIAU

DAFTAR ISI

2
LAPORAN MANAJEMEN LAHAN
POLA GUNA LAHAN
KECAMATAN BUKIT RAYA
KOTA PEKANBARU-RIAU

DAFTAR TABEL

3
LAPORAN MANAJEMEN LAHAN
POLA GUNA LAHAN
KECAMATAN BUKIT RAYA
KOTA PEKANBARU-RIAU

DAFTAR GAMBAR

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu wilayah tidak bisa lepas dari lahan dan penggunaannya yang
merupakan suatu hal yang dinamis. Salah satu karakteristik proses perkembangan
suatu wilayah dan kota adalah adanya perubahan penggunaan lahan. Perubahan
penggunaan lahan dipicu oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi satu sama
lain yang disebut dengan istilah driving force. Setiap bentuk perubahan
penggunaan lahan pada suatu bidang tertentu akan berpotensi mempengaruhi
penggunaan lahan lain didekatnya. Penggunaan model analisis dari perubahan
penggunaan lahan dan pertumbuhan perkotaan dapat menjadi sarana penting
dalam mendukung perencanaan dan manajemen perkotaan.
Keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang
berkembang terhadap pentingnya penataan ruang sehingga diperlukan
penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif agar
terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Setiap daerah
mempunyai kewajiban untuk menyelenggaraan penataan ruang dengan
memperhatikan kondisi fisik wilayah, potensi sumber daya, ekonomi, sosial, dan
budaya. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi akan berpengaruh dengan
pola ruang. Pada tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi tingkat
pembangunan merupakan salah penyebab perubahan penggunaan lahan yang akan
berpengaruh pada pola ruangnya. Perubahan fungsi lahan untuk kawasan
permukiman terjadi seiring dengan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yang
akan menjadi masalah dalam penataan ruangnya. Ketidaksesuaian penggunaan
ruang akan menghambat daerah untuk menjalankan progam-progamnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola pengunaan lahan Kecamatan Bukit Raya dari tahun
2015-2019?
2. Bagaimana arah pola penggunaan lahan Kecamaan Bukit Raya dari tahun
2015-2019?
3. Bagaiamana pemanfaatan lahan di Kecamatan Bukit Raya?

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji Pola Penggunaan
Lahan Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru tahun 2015-2019.
1.3.2 Sasaran Penelitian
Sasaran dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi perubahan pola guna lahan Kecamatan Bukit Raya dari
tahun 2015-2019
2. Mengidentifikasi arah pola guna lahan Kecamatan Bukit Raya dari tahun
2015-2019
3. Mengidentifikasi pemanfaatan lahan di Kecamatan Bukit Raya

1.4 Manfaat Penelitian


Berikut ini adalah manfaat yang didapat dari penelitian berdasarkan latar
belakang dan tujuan dari penelitian yang dibahas:
1.4.1 Bagi Akademis
Memperoleh wawasan secara teoritis dan praktikal terhadap ilmu
perencanaan wilayah dan kota mengenai Kajian pola guna lahan Kecamatan Bukit
Raya tahun 2015-2019, Selain itu sebagai bahan dasar acuan serta referensi untuk
penelitian selanjutnya.
1.4.2 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pola penggunaan lahan
Kecamatan Bukit Raya dari tahun 2015-2019, memberikan pengalaman bagi
peneliti dalam melakukan penelitian dan teknis penulisan yang benar serta mampu
membuat peneliti berfikir lebih kritis dan terarah terhadap pola penggunaan lahan
yang terjadi dari tahhun ke tahun.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
ruang lingkup studi yang mencangkup masalah-masalah yang dibahas dalam studi
dan ruang lingkup wilayah dan yang dijadikan objek studi.
1.5.1 Ruang Lingkup Studi
Ruang lingkup studi ini membahas tentang Kajian pola gona lahan serta
arahan gunalahan Kecamatan Bukit Raya dari tahun 2015-2019 dengan
menggunakan citra satelit dari tahun 2015-2019, dari citra satelit ini akan
diidentifikasi perubahan pola guna lahan Kecamatan Buit Raya dari tahun 2015-
2019 seperti apa, misalnya dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun dan
pada penggunan lahan misalnya pada tahun 2015 lahan tersebut merupakan
kawasan permukiman, tetapi setelah tahun 2016 lahan tersebut berubah menjadi
kawasan perdagangan dan jasa. Setelah diidentifikasi perubahan pola guna
lahannya dapat diidentifikasi arahan perubahan guna lahan Kecamata Bukit Raya
mengarah ke penggunaan lahan yang seperti apa. Setelah semua sasaran dilakukan
sesuai dengan analisis dan metode penyelesaiannya akan menghasilkan Kajian
Pola Penggunaan Lahan Kecamatan Bukit Raya dar tahun 2015-2019.
1.5.2 Ruang Lingkup Wilayah

1.5.3 Ruang Lingkup Waktu


Ruang lingkup waktu yang akan digunakan dalam menyelesaikan Tugas
Pola Guna Lahan Kecamatan Bukit Raya mata kuliah Manajemen Lahan tahun
2020 ini adalah selama semester genap tahun akademik 2020/2021 yaitu dimulai
pada bulan Februari hingga Mei 2020.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Penduduk Terhadap Perkembangan Lahan


2.2 Pengertian Kota
2.3 Pengertian Lahan
2.4 Fungsi Lahan
2.5 Pola Guna Lahan
2.6. Perubahan Guna Lahan
2.7 Pemanfaatan Lahan
2.8 Pola Perkembangan Penggunaan Lahan
2.9 Konsep Pola Penggunaan Lahan
BAB III
METODE PENEITIAN

3.1 Bahan dan Alat Penelitian


Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini pada proses
pengambilan data antara lain:
a. Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan data hasil pengamatan.
b. Alat tulis (pena atau pensil), digunakan untuk mencatat atau menulis
data.
c. Petunjuk waktu, digunakan untuk mengetahui waktu pengambilan data.
d. Komputer, untuk mengolah data

3.2 Lokasi Penelitian


Kegiatan penelitian ini aakan dilaksanakan di dalam wilayah Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru. Alasan dipilihnya lokasi Kecamatan Bukit Raya
adalah karena kecamatan ini merupakan kecamatan dengan tingkat pertumbuhan
paling cepat di Kota Pekanbaru. kondisi ini ditandai dengan pertumbuhan
penduduk yang terus naik setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan terjadinya
perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Bukit Raya. Waktu penelitian ini
berlangsung dari bulan Februari sampai Mei tahun 2020.

3.3 Pendekatan Metodologi Penelitian


Metodologi berasal dari kata metode yang berarti cara yang tepat untuk
melakukan sesuatu dan logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Jadi
metodologi memiliki arti cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran
secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Adapun penelitian adalah suatu
kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai
menyusun laporannya (Wirartha, 2005).
Secara umum metode penelitian didefinisikan sebagai suatu kegiatan
ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu
baik praktis maupun teoritis. Dikatakan sebagai ‘kegiatan ilmiah’ karena
penelitian dengan aspek ilmu pengetahuan dan teori. ‘Terencana’ karena
penelitian harus direncanakan dengan memperhatikan waktu, dana dan
aksesibilitas terhadap tempat dan data (Raco, 2010).
Pendekatan metodologi penelitian merupakan cara ilmiah yang dilakukan
untuk mendapatkan data atau informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deduktif.
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif Kualitatif dan deskriptif
kuantitatif dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).
3.3.1 Pendekatan Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta - fakta, sifat - sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat
serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat pada situasi tertentu, termasuk
tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti
bisa saja membandingkan fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi
komparatif.
Adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap
fenomena - fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu
sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif ini dengan nama survei
normatif (normative survey), dengan metode deskriptif ini juga diselidiki
kedudukan (status) fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor
dengan faktor lain. Karenanya, metode deskriptif juga dinamakan studi kasus.
Dalam mengumpulkan data digunakan teknik wawancara, dengan menggunakan
schedule kuesioner ataupun interview guide.
3.3.2 Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk
menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) bedasarkan seperangkat premis
yang diberikan. Sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari
satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan
kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus (going from the
general to the specific).
3.4 Jenis dan Sumber Data
Data adalah suatu fakta yang mengambarkan keadaan atau keterangan
dari objek yang diteliti dilapangan. Jenis data terbagi dua, data primer dan data
sekunder yang memiliki perbedaan dalam cara memperolehnya namun sama-sama
sangat berguna untuk mendukung suatu penelitian.
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dengan turun langsung kelapangan
untuk melihat kondisi riil yang sebenarnya, untuk memperoleh data primer dapat
menggunakan cara observasi lapangan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder ini diperoleh melalui literatur yang berkaitan dengan
penelitian dan dari instansi Pemerintahan Kecamatan Bukit Raya yang
mempunyai kaitan dengan penelitian ini. Tinjauan teoritis dapat berupa teori dan
konsep yang bisa mendukung penelitian. Sedangkan pengumpulan data instansi
digunakan untuk mengetahui data Kecamaan Bukit Raya dan kebijakan-kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan wilayah penelitian. Data instansi antara lain
didapat dari, BPS Kecamatan Bukit Raya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara
yaitu sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi merupakan pengamatan lapangan sesuai dengan masalah serta
tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini pengamatan
dilakukan pada sekitar Kecamatan Bukit Raya.
b. Dokumentasi
Melakukan dokumentasi/foto saat survey tujuannya untuk penyertaan
bukti yang berkaitan dengan peelitian. Adapun alat yang akan digunakan
dalam dokumentasi antara lain kamera handphone, kamera digital, dsb.
BAB IV
GAMARAN UMUM WILAYAH

4.1 Gambaran Umum Kota Pekanbaru


4.1.1 Geografis dan Administratif
Kota Pekanbaru berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 1987 tanggal 7 September 1987, terdiri dari 8 wilayah
kecamatan dari 5 kecamatan yang ada sebelumnya, dengan luas
wilayah 446,5 Km2, setelah diadakan pengukuran dan
pematokan oleh Badan Pertanahan Nasional Riau, luas Kota
Pekanbaru selanjutnya di verifikasi menjadi 632,26 Km2.
Dengan bergulirnya otonomi daerah pada tahun 2000 dan
untuk terciptanya tertib pemerintahan serta pembinaan pada
wilayah yang cukup luas ini, maka dibentuklah Kecamatan baru
yang ditetapkan berdasarkan Perda Kota Pekanbaru No. 3 Tahun
2003 sehingga menjadi 12 kecamatan. Demikian pula dengan
Kelurahan/Desa dimekarkan menjadi 58 (dari 45 Kelurahan/Desa
yang ada sebelumnya) berdasarkan Perda Kota Pekanbaru No. 4
Tahun 2003.
Letak Kota Pekanbaru sangat dipengaruhi oleh
keberadaan Sungai Siak yang membelah kota menjadi di
wilayah. Sungai Siak ini pulalah yang kemudian menjadi acuan
orientasi Utara – Selatan kota, dimana wilayah di atas Sungai
Siak di identifikasikan sebagai daerah Utara Kota, dan sebaliknya
daerah di bawah Sungai Siak diidentifikasi sebagai daerah
Selatan Kota.
Kota Pekanbaru secara geografis terletak antara 101° 14’
- 101° 34’ Bujur Timur dan 0° 25’ - 0° 45’ Lintang Utara, dengan
batas administrasi sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar.
 Sebelah Selatan : Kabupaten Kampar dan Kabupaten
Pelalawan
 Sebelah Timur : Kabupaten Siak dan Kabupaten
Pelalawan
 Sebelah Barat : Kabupaten Kampar.
Secara spasial, Pekanbaru memiliki lokasi yang sangat
strategis sebagai kota transit yang menghubungkan kota-kota
utama di pulau Sumatera. Keuntungan lokasional ini, harus
dicermati sebagai potensi dan masalah yang harus diantisipasi
agar pembangunan kota ke depan benar-benar dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, dan mereduksi
kemungkinan dampak/pengaruh negatif yang akan ditimbulkan.
Kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan dan 58
Kelurahan, dengan luas 632,26 km2. Luas wilayah per
kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. 1 Luas Wilayah Kota Pekanbaru Menurut Kecamatan
Luas Persentas
No Kecamatan (km 2 e
) (%)
1 Pekanbaru Kota 2,26 0,36
2 Sail 3,26 0,52
3 Sukajadi 3,76 0,59
4 Lima Puluh 4,04 0,64
5 Senapelan 6,65 1,05
6 Bukit Raya 22,05 3,49
7 Marpoyan Damai 29,74 4,70
8 Payung Sekaki 43,24 6,84
9 Tampan 59,81 9,46
10 Rumbai 128,85 20,38
11 Rumbai Pesisir 157,33 24,88
12 Tenayan Raya 171,27 27,09
Jumlah 632,26 100,00
Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2017

4.1.2 Morfologi
Morfologi Kota Pekanbaru sebagian besar terdiri dari
dataran aluvium, selebihnya terdiri dari perbukitan. Bentuk
morfologi Kota Pekanbaru dibagi menjadi:
 Satuan Morfologi Dataran
Sebarannya menempati daerah Kecamatan Kota
Pekanbaru, Senapelan, Limapuluh, Sukajadi, Sail, sebagian
wilayah Rumbai, sebagian wilayah Rumbai Pesisir, Bukit
Raya, sebagian wilayah Tenayan Raya, serta wilayah
Tampan, Marpoyan Damai, dan Payung Sekaki, dengan
proporsi kurang lebih 65% dari luas keseluruhan Kota
Pekanbaru. Daerah ini merupakan daerah endapan sungai
dan rawa. Sebagian merupakan daerah dataran banjir (flood
plain), sedangkan daerah rawa meliputi daerah bagian Barat
Daya dan Tengah. Kemiringan lerengnya kurang dari 5 %,
kecuali pada lembah-lembah, dan makin bergelombang ke
arah
Utara.
Ketinggiannya kurang dari 50 m di atas muka laut (dpl),
tersusun oleh batuan yang terdiri dari material lepas
berukuran lempung, lempung tufan, lanau, pasir, kerikil-
kerakal, sisa-sisa tumbuhan, hasil proses abrasi dan erosi
sungai dan rawa gambut. Pemanfaatan lahan di daerah ini
umumnya dimanfaatkan sebagai lahan permukiman, kebun
campuran, dan pertanian berupa persawahan dan ladang.
Aliran Sungai Siak termasuk sebagian atau seluruhnya masuk
dalam satuan morfologi ini.
Proses erosi sungai yang terjadi sudah mengarah lateral
sehingga penampang sungai membentuk huruf ”U” serta alur
sungai yang membentuk adanya meander. Mengingat proses
tersebut maka sungai-sungai yang mengalir pada morfologi
ini sangat berperan dalam mengisi air tanah (influent
stream). Kondisi sungai ini selalu berair, berkelok-kelok dan
membentuk pola aliran mendaun dan sejajar.
4.1.3 Geologi
Kota Pekanbaru keadaannya relatif datar dengan kondisi

sebagai berikut :

a. Struktur Tanah di wilayah Kota Pekanbaru

Pada umumnya struktur tanah di wilayah Kota Pekanbaru

terdiri dari jenis aluvial dengan pasir

b. Struktur Tanah di wilayah pinggiran Kota Pekanbaru

Pada umumnya struktur tanah di wilayah pinggiran kota

terdiri dari jenis tanah organosol dan humus yang

merupakan rawa-rawa yang bersifat asam dan sangat

korosif untuk besi.

4.1.4 Hidrologi
Kondisi hidrologi dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu
kondisi hidrologi air permukaan dan air tanah.
1. Hidrologi air permukaan pada umumnya berasal dari
sungai–sungai yang mengalir di Kota Pekanbaru yaitu
Sungai Siak, mengalir dari Barat ke Timur di dalam kota,
dengan panjang 300 Km dan kedalaman 29 meter serta
lebar 100 – 400 meter yang mempunyai anak – anak
sungai seperti : Sungai Umban Sari, Air Hitam, Sibam,
Setukul, Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Limau, dan
Tampan.
2. Hidrologi air tanah kurang baik sebagai air minum,
khususnya hidrologi air tanah dangkal dari Formasi Petani.
Sedangkan untuk air tanah dangkal dari Formasi Minas
memiliki potensi ketersediaan air yang cukup banyak,
mengingat kondisi batuan Formasi Minas memiliki
permeabilitas dan porositas yang tinggi.
4.1.5 Klimatologi
Kota Pekanbaru mempunyai iklim tropis dengan suhu
udara maksimum berkisar antara 31,0C-33,4C dengan suhu
udara minimum berkisar antara 23,4C-24,4C. Curah hujan antara
73,9-584,1 mm/tahun. Kelembaban maksimum berkisar antara
85,5%-93,2% dan kelembaban minimum berkisar antara 57,0-
67,7%.
4.1.6 Kependudukan
Pertumbuhan penduduk dapat terjadi akibat empat
komponen yaitu, tingkat kelahiran (Fertilitas), tingkat kematian
(Mortalitas), Migrasi masuk dan migrasi keluar. Dengan kata lain
pertumbuhan penduduk adalah merupakan keseimbangan yang
dinamis antara lahir, mati, datang dan pergi.
Masalah penduduk di Kota Pekanbaru sama halnya seperti
daerah lain di Indonesia. Untuk mencapai manusia yang
berkualitas dengan jumlah penduduk yang tidak terkendali akan
suliy tercapai. Program kependudukan yang meliputi
pengendalian kelahiran, menurunkan tingkat kematian bagi bayi
dan anak, perpanjangan usia dan harapan hidup, penyebaran
penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi
penduduk sebagai modal pembangunan yang harus ditingkatkan.
Berikut adalah tabel 4.2 jumlah penduduk Kota Pekanbaru tahun
2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 2 Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Tahun 2000, 2009 dan 2017
No Kecamatan 2000 200 201
9 7
1 Pekanbaru Kota 30,092 25,719
2 Sail 22,335 22,015
3 Sukajadi 52,989 48,544
4 Lima Puluh 42,759 42,469
5 Senapelan 37,614 37,459
6 Bukit Raya 87,586 103,722
7 MarpoyanDamai 127,369 131,362
8 PayungSekaki 74,439 90,902
9 Tampan 106,160 285,932
10 Rumbai 51,772 67,570
11 RumbaiPesisir 67,179 72,864
12 Tenayan Raya 102,494 162,530
Jumlah 802,788 188,341
Sumber: Kota Pekanbaru Dalam Angka 2001,2010,2018

4.1.7 Ekonomi Masyarakat


Perkembangan perekonomian Pekanbaru, sangat
dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan minyak, pabrik pulp dan
kertas, serta perkebunan kelapa sawit beserta pabrik
pengolahannya. Kota Pekanbaru pada triwulan I 2010 mengalami
peningkatan inflasi sebesar 0.79%, dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang mencapai 0.30%. Berdasarkan
kelompoknya, inflasi terjadi hampir pada semua kelompok
barang dan jasa kecuali kelompok sandang dan kelompok
kesehatan yang pada triwulan laporan tercatat mengalam
ideflasi masing-masing sebesar 0.88% dan 0.02%. Secara
tahunan inflasi kota Pekanbaru pada bulan Maret 2010 tercatat
sebesar 2.26%, terus mengalami peningkatan sejak awal tahun
2010 yaitu 2.07% pada bulan Januari 2010 dan 2.14% pada bulan
Februari 2010.
Posisi Sungai Siak sebagai jalur perdagangan Pekanbaru,
telah memegang peranan penting dalam meningkatkan
pertumbuhan ekomoni kota ini. Penemuan cadangan minyak
bumi pada tahun 1939 memberi andil besar bagi perkembangan
dan migrasi penduduk dari kawasan lain. Sektor perdagangan
dan jasa saat ini menjadi andalan Kota Pekanbaru, yang terlihat
dengan menjamurnya pembangunan ruko pada jalan-jalan utama
kota ini. Selain itu, muncul beberapa pusat perbelanjaan modern,
diantaranya: Plaza Senapelan, Plaza Citra, Plaza Sukaramai, Mal
Pekanbaru, Mal SKA, Mal Ciputra Seraya, Lotte Mart, Metropolitan
Trade Center, dan Giant. Walau di tengah perkembangan pusat
perbelanjaan modern ini, pemerintah kota terus berusaha untuk
tetap menjadikan pasar tradisional yang ada dapat bertahan, di
antaranya dengan melakukan peremajaan, memperbaiki
infrastruktur dan fasilitas pendukungnya. Beberapa pasar
tradisional yang masih berdiri, antara lain Pasar Bawah, Pasar
Raya Senapelan (Pasar Kodim), Pasar Andil, Pasar Rumbai, Pasar
Lima puluh dan Pasar Cik Puan.
Sementara dalam pertumbuhan bidang industri di Kota
Pekanbaru terus mengalami peningkatan dengan rata-rata
pertumbuhan pertahun sebesar 3,82 %, dengan kelompok
industry terbesar pada sector industry logam, mesin, elektronika
dan aneka, kemudian disusul industry pertanian dan kehutanan.
Selain itu beberapa investasi yang ditanamkan di kota ini
sebagian besar digunakan untuk penambahan bahan baku,
penambahan peralatan dan perluasan bangunan, sebagian kecil
lainnya digunakan untuk industri baru.
4.1.8 Pengunaan Lahan
Luas lahan terbangun (built up area) sekitar 24% dari luas wilayah Kota
Pekanbaru dan dimanfaatkan sebagai kawasan perumahan sekitar 73% dari luas
area terbangun, pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri, militer,
bandar udara, dan lain-lain. Area belum terbangun (non built up area) adalah
sekitar 76% dari luas wilayah kota saat ini yang merupakan kawasan lindung,
perkebunan, semak belukar dan hutan. Areal ini ebagian besar terdapat di wilayah
utara kota (Rumbai dan Rumbai Pesisir), Tenayan Raya dan sekitarnya.
Tabel 4. 3 Penggunaan Lahan Kota Pekanbaru
Luas Presentase
Tutupan Lahan
(m²) (%)
Sungai 5.458.772,64 0,85
Danau 1.113.883,87 0,17
Semak Belukar/Alang-alang 54.288.607,30 8,50
Tanah Kosong 1.101.164,79 0,17
Tagalan Ladang 45.009.457,44 7,05
Bandar Udara 243.232.64 0,04
Empang 933.652,11 0,15
Hutan Rimba 7.295.966,93 1,24
Padang Rumput 344.905.35 0,05
Permukiman/Lahan Terbangun 137.503.167,14 21,54
Perkebunan 383.822.517,67 60,11
Luas Presentase
Tutupan Lahan
(m²) (%)
Rawah 331.840,44 0,05
Sawah Tadah Hujan 415.362,03 0,07
Total (m²) 638.492.530,34 100,00
Sumber : RTRW Kota Pekanbaru Tahun 2014-2034

4.2 Gambaran Umum Kecamatan Bukit Raya


4.2.1 Geografis dan Administrasi
4.2.2 Morfologi
4.2.3 Geologi
4.2.4 Hidrologi
4.2.5 Klimatologi
4.2.6 Kependudukan
4.2.7 Ekonomi masyarakat
4.2.8 Penggunaan Lahan
BAB V
HASIL & PEMBAHASAN

5.1 Analisis Perkembangan Penduduk Kecamatan Bukit Raya


5.2 Pola Penggunaan Lahan Kecamatan Bukit Raya dari Tahun 2015-
2019
5.3 Perkembangan Pola Penggunaan Lahan Kecamatan Bukit Raya
5.4 Arah Perkembangan Pola Penggunaan Lahan Kecamatan Bukit
Raya
5.5 Perkembangan Pemanfaatan Penggunaan Lahan Kecamatan Bukit
Raya

Anda mungkin juga menyukai