Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS DESAIN STRUKTUR RIGID PAVEMENT DENGAN METODE EMPIRIK,

EVALUASI DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE KENPAVE-KENSLABS


(STUDI KASUS : JALAN TOL SEMARANG SOLO SEKSI III BAWEN SALATIGA)

Ilpandari1, Edy Purwanto2, dan Bachnas3


1
Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil,Universitas Islam Indonesia
Email: ilpandari@gmail.com
2
Staf Pengajar Program Magister Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia
Email: purwanto_edy57@yahoo.com
3
Staf Pengajar Program Magister Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia
Email: bachnaskoto@gmail.com

Abstract:The results of subgrade characteristics analysis included in the CH group based on the
classification of USCS which is a type of non-organic clay soil with high plasticity, fat clay (fat
clay), and included in the group type A-7-6 based on AASHTO classification, which is a type of clay
to medium bad. With a subgrade CBR value of 6,5%, a thick base of 10 cm is obtained using the
lean-mix concrete K125. Thick design analysis in a rigid pavement using the Department of
Kimpraswil method (Pd. T-14-2003) obtained thick 26 cm and AASHTO method (1993) obtained
thick 29 cm, there is a difference of 4 cm this is due to differences in parameters in the basic
planning concepts of each method. Evaluation using the KENPAVE-KENSLABS Software both
methods have no index cracking value and the design life value is more than 1000 years
(unlimited), while the running software results in a thickness of 19.69 cm with an index cracking
value of 5% per year for a design life of 20 years. Rigid pavement modeling uses variations in the
quality of concrete K350, K400, and K450 with a thickness of 20 cm, 21 cm, 22 cm, 23 cm, and 24
cm.By increasing the quality of concrete, the greater the maximum value of stress, while increasing
the thickness of the concrete plate, the smaller the maximum value of stress.While in the maximum
value deflection , index cracking and designs life by raising the quality of concrete and thick plate
concrete hence the maximum value deflection and index cracking into small and designs life
increasing.For the design life of 20 years, the thickness of the concrete plate using the K450
concrete quality is 19.69 cm, K400 is 20.39 cm and K350 is 21.21 cm with the index cracking value
of 5% per year. For the design life of 20 years, the thickness of the concrete plate using the K450
concrete quality is 19.69 cm, K400 is 20.39 cm and K350 is 21.21 cm with the index cracking value
of 5% per year.From the results of a comparison of the plan cost design results of each method, so
the type of BBTT / JPCP pavement in the Department of Regional Infrastructure method (Pd T-14-
2003) is greater 15,53 % and methods AASHTO (1993) is greater 21,93 % of the results of
KENPAVE-KENSLABS Software. Whilethe type of BBDT / JRCP pavement in the Department of
Regional Infrastructure method (Pd T-14-2003) is greater 13,50 % and methods AASHTO (1993) is
greater 19,19 % of the results of KENPAVE-KENSLABS Software.

Keyword : Design, Evaluation, Modelling, Plan Cost, Rigid Pavement, KENPAVE-KENSLABS

Page 1
1. PENDAHULUAN Metode Mekanistik-Empirik
Pemerintah dalam upaya meningkatkan menggunakan Software KENPAVE-
pembangunan infrastruktur merupakan salah KENSLABS.
satu langkah strategis untuk peningkatan 4. Mengetahui perbandingan Rencana
perekonomian, peningkatan kualitas hidup Anggaran Biaya (RAB) hasil desain dari
dan kesejahteraaan masyarakat. Salah satunya metode empirik dan metode mekanistik-
dengan infrastruktur transportasi darat yang empirik dengan tipe perkerasan Beton
memadai dan berkesinambungan sangat Bersambung Tanpa Tulangan
dibutuhkan guna mendukung pelaksanaan (BBTT/JPCP) dan perkerasan Beton
program pembangunan nasional. Bersambung Dengan Tulangan
Proyek jalan tol Semarang – Solo salah satu (BBDT/JRCP) sepanjang 1000 meter pada
jalan tol yang berkontribusi pada bagian jalan Proyek Jalan Tol Semarang - Solo Seksi
tol Trans Jawa. Desain rigid pavement III Bawen - Salatiga (Paket 3.1 Bawen –
terdapat berbagai metode yang biasa Polosiri).
digunakan pada perkerasan jalan seperti
metode empirik namun pada metode ini tanpa 1.2 Manfaat Penelitian
mempertimbangkan sifat mekanistik yang Terdapat dua manfaat yang diperoleh dari
terjadi pada perkerasan, maka diperlukan penelitian ini yaitu sebagai berikut.
evaluasi dan pemodelan agar hasil desain 1. Manfaat Teoritis
lebih efektif dan efisien sehingga kualitas Mengembangkan ilmu pengetahuan di
perkerasan jalan dapat melayani dengan baik dunia teknik sipil khususnya tentang
selama umur layanan yang telah ditetapkan. analisis desain struktur rigid pavement
Pelat beton semen portland dan lapisan dengan metode empirik (Departemen
pondasi diatas subgrade (tanah dasar) atau di Kimpraswil, 2003 dan AASHTO, 1993)
atas base (lapis pondasi atas) pada rigid serta membandingkan konsep dasar
pavement ini memiliki modulus elastisitas teoritis dari kedua metode tersebut
tinggi yang akan mendistribusikan beban kemudian dievaluasi serta dimodelkan
terhadap bidang area yang cukup luas atau pengaruh variasi mutu beton dan tebal
beban merata agar mampu memikul beban pelat beton terhadap respon sensitivitas
lalu lintas berat yang bekerja di atas perkerasan dengan Metode Mekanistik-
perkerasan jalan tersebut. Empirik menggunakan Software
KENPAVE - KENSLABS.
1.1 Tujuan Penelitian 2. Manfaat Praktis
Tujuan penelitian yang akan dicapai dari Memperoleh alternatif pilihan metode
penelitian tesis ini yaitu sebagai berikut. yang paling efektif dan efisien dalam
1. Mengetahui karakteristik subgrade (tanah mendesain struktur rigid pavement selain
dasar) dan hubungan nilai CBR subgrade dengan metode empirik (Metode
dengan base (lapis pondasi). Departemen Kimpraswil, Pd T-14-2003
2. Mengetahui desain struktur rigid dan AASHTO, 1993) dan dapat juga
pavement dengan metode empirik dievaluasi dan dimodelkan dengan Metode
menggunakan Metode Departemen Mekanistik - Empirik menggunakan
Kimpraswil (Pd. T-14-2003) dan Metode Software KENPAVE-KENSLABS.
AASHTO (1993) untuk tipe perkerasan
BBTT/JPCP dan BBDT/JRCP. 2. TINJAUAN PUSTAKA
3. Mengetahui hasil analisis evaluasi dan Tony (2009), meneliti Jalan Tol Cipularang
pemodelan struktur rigid pavement dengan terletak di Jawa Barat, merupakan salah satu

Page 2
jalan raya yang paling penting guna evaluasi output momen, tegangan dan
mendukung hubungan transportasi antara lendutan dari SAP-2000 dan BISAR 3.0.
kota-kota utama: Jakarta, Bandung dan
daerah sekitarnya. Dalam penelitian ini 3. METODE PENELITIAN
konstruksi yang digunakan adalah perkerasan Dalam penelitian ini dengan metode
kaku dengan menggunakan AASHTO (1993) penelitian kuantitatif yaitu deduktif
dan AUSTROADS 1992 didasarkan pada komparatif digunakan untuk analisis
kumulatif yang diharapkan 80 kN ESAL karakteristik subgrade, hubungan nilai CBR
umur desain perkerasan kaku biasanya 20 subgrade dengan base, analisis desain,
tahun. Lalu lintas harian rata-rata tahunan evaluasi rigid pavement dan perbandingan
pada tahun 2005 adalah 154.941 kendaraan / RAB, sedangkan metode eksperimental
hari / 2 tujuan. CBR nilai desain 6%. Hasil digunakan untuk analisis pemodelan yaitu
desain dihitung dengan AASHTO (1993) pengaruh variasi mutu beton dan tebal pelat
menggunakan grafik didapat tebal perkerasan beton terhadap respon sensitivitas rigid
30 cm. Sedangkan AUSTROADS (1992) pavement dengan Software KENPAVE-
diberikan nilai desain ketebalan dengan KENSLABS. Flowchart penelitian secara
menggunakan pemilihan ketebalan dasar umum dapat dilihat seperti pada Gambar 1
percobaan dengan perhitungan pengulangan berikut.
yang diharapkan dan diijinkan kelelahan dan
erosi analisis, didapat tebal perkerasan 21 cm.
Surat (2011), meneliti Ruas jalan Purwodadi -
Blora terletak di Kabupaten Grobogan-Blora
Propinsi Jawa Tengah yang mengalami
kerusakan pada perkerasan jalan berupa
cracking (retak), depression (ambles) , rutting
(alur) dan pothole (lubang). Hasil analisis
menunjukkan bahwa tanah dasar jalan
termasuk lempung lanauan CH (High Clay)
dengan potensi pengembangan dan tingkat
keaktifan yang tinggi. Desain struktur
perkerasan lentur yang terdiri dari lapisan
ACWC 4 cm, lapisan ACBC 6 cm dan struktur
perkerasan kaku yang terdiri dari perkerasan
beton semen bertulang 25 cm, lapisan WLC 5
cm dapat dipakai untuk rehabilitasi ruas jalan
Purwodadi-Blora. Alternatif desain struktur
perkerasan yang paling baik dipilih adalah
struktur perkerasan kaku yang terdiri dari
lapis perkerasan beton semen bertulang tebal
25 cm dan lapis WLC tebal 5 cm. Dengan
pertimbangan bahwa perkerasan kaku
memenuhi persyaratan teknis yaitu momen
yang relatif kecil pada dasar perkerasan, daya
dukung yang besar, lendutan yang kecil,
distribusi tegangan yang merata dan distribusi
lendutan yang merata berdasarkan hasil Gambar 1 Flowchat Penelitian

Page 3
4. HASIL DAN PEMBAHASAN lapangan, penentuan nilai CBR rencana dapat
dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2 berikut.
4.1 Data Lalu-lintas
Data lalu-lintas yang digunakan adalah data
Tabel 2 Nilai CBR Subgrade Rencana
LHR di ruas jalan Bawen – Salatiga pada
tahun 2010 sebagai data awal. Kemudian Jumlah yang
CBR Persen (%) yang sama
dalam desain rigid pavement ini No
(%)
Sama atau
atau lebih besar
lebih besar
menggunakan data LHR saat jalan tol
dibuka yaitu pada tahun 2017 dengan 1 6 17 17/17 x 100 = 100%

tingkat pertumbuhan masing – masing 2 6 - -

kendaraan dapat dilihat pada tabel 1 3 6 - -


4 6 - -
berikut.
5 6,2 13 13/17 x 100 = 76,47%
Tabel 1 Data LHR Ruas Jalan Bawen – 6 6,8 12 12/17 x 100 = 70,59%
Salatiga 7 6,8 - -
Pert 8 8 10 10/17 x 100 = 58,82
umb
uha 9 8,6 9 9/17 x 100 = 52,94
LHR 2010 n LHR 2017
(Kend/hari) Lalu (Kend/hari) 10 9,5 8 8/17 x 100 = 47,06
-
Jenis linta
Golongan
Kendaraan s
11 9,8 7 7/17 x 100 = 41,18
(i)
Per
12 10 6 6/17 x 100 = 35,29
Per Per tahu Per Per
Jenis Gol. n Jenis Gol.
13 10,2 5 5/17 x 100 = 29,41
(%)
14 11 4 4/17 x 100 = 23,53
Sedan, Jeep,
2 Station 9.141 5,51 13.306 15 12,5 3 3/17 x 100 = 17,65
Wagon (MP)
Oplet, Pick 16 13 2 2/17 x 100 = 11,76
Up Oplet,
3
Combi,
1.130 5,51 1.645 17 15,7 1 1/17 x 100 = 5,88
Minibus
I Mikro Truck, 11.469 16.695
Mobil
4
Hantaran, 271 5,51 394
Pick Up Box
5a Bus Kecil
5b Bus Besar 927 5,51 1.349
Truk Kecil 2 3,61
6a 3.092 3.963
Gandar
II 4.280 5.486
Truk Sedang 3,61
6b 1.188 1.523
2 Gandar
Truk 3
III 7a 1.800 1.800 2.849 2.849
Gandar 6,78
Truk 4
Gandar 8,76
IV 7b 320 320 576 576
(Truck
Gandengan)
Truk 5
V 7c
Gandar
(Truck Semi
150 150
8,83
271 271 Gambar 2. Grafik Penentuan Nilai CBR
Trailer) Rencana
Total 18.019 25.877

4.3 Data Karakteristik Desain Rigid


(Sumber: PT. Cipta Strada Engineering Pavement
Consultan, 2010)
Data lainnya yang berhubungan dengan
desain rigid pavement adalah sebagai berikut.
4.2 Data CBR Subgrade
1. Umur rencana untuk pembangunan jalan
Sebagai kriteria dasar dalam desain rigid
tol Semarang – Solo yaitu 20 tahun
pavement berdasarkan hasil test laboratorium
2. Fungsi jalan yaitu arteri primer atau jalan
digunakan nilai CBR subgrade (tanah dasar)
tol, menghubungkan antar kota atau

Page 4
daerah yang menhendaki waktu dan jarak
tempuh dengan efektif.
3. Panjang jalan 3.200 m atau 3,2 km dari
STA 23+100 sampai dengan 26+300
4. Terdiri dari 4 lajur, 2 arah terbagi dengan
bahu jalan flexible pavement.
5. Material yang akan digunakan dalam rigid
pavement yaitu:
a. Subgrade dengan nilai CBR rencana
sebesar 6,5% Gambar 3 Penentuan Jenis dan Tebal
b. Subbase menggunakan Aggregat A Base
c. Base menggunakan lean-mix concrete
dengan beton mutu K125. 4.5 Analisis Desain Rigid Pavement
d. Rigid pavement dengan tipe perkerasan Dengan Metode Empirik
BBTT/JPCP dan BBDT/JRCP 1. Metode Departemen Kimpraswil (Pd.T
menggunakan mutu beton K450. 14-2003)
Dalam menentukan desain rigid pavement
4.4 Analisis Subgrade dan Base metode ini menggunakan beberapa
1. Analisis Karakteristik Subgrade parameter yaitu nilai CBR subgrade
Diketahui bahwa butiran tanah yang lolos rencana dan efektif (k), jenis dan tebal
saringan No.200 (0,075 mm) sebesar base, mutu beton, faktor keamanan beban
91,88% > 50%, bila dihubungkan dengan (FKB), lalu-lintas, dan jenis bahu beton.
nilai batas cair (LL) sebesar 55,56%, serta Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar
nilai indeks plastisitas (PI) sebesar 26,49% 4 berikut.
maka berdasarkan sistem klasifikasi USCS
klasifikasi tanah tersebut termasuk pada
kelompok CH yaitu merupakan jenis
tanah lempung tak organik dengan
plastisitas tinggi, lempung gemuk (fat
clays), sedangkan berdasarkan sistem
klasifikasi AASHTO dengan nilai batas
plastis (PL) sebesar 29,07% < 30% maka
tanah tersebut termasuk dalam kelompok
A-7-6 yaitu merupakan jenis tanah
lempung sedang sampai buruk.
2. Hubungan Nilai CBR Subgrade Rencana
dengan Base
Hubungan nilai CBR subgrade rencana
sebesar 6,5% maka didapat base (lapis
pondasi) menggunakan lean-mix concrete
(LMC) atau campuran beton kurus (CBK)
dengan ketebalan 100 mm atau 10 cm dan
jumlah repetisi sumbu sebesar 2,8x108.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4 Penentuan Desain Metode
Gambar 3 berikut. Departemen Kimpraswil (Pd T-14-2003)

Page 5
Dari hasil analisis desain maka tebal
rigid pavement sebesar 26 cm dengan
didapat rusak fatik 0% dan rusak erosi
85,22% sehingga angka tersebut
Gambar 8. Detail Dowel
memnuhi syarat dikarenakan kurang dari
100%. Selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 5 berikut.

Gambar 5 Hasil Analisis Desain dengan


Metode Departemen Kimpraswil
Dalam menentukan sambungan dan Gambar 9 Geometri Tie-bar, Dowel dan
tulangan menggunakan dua tipe rigid Tulangan Perkerasan BBDT/JRCP
pavement yaitu Perkerasan Beton
Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT) 2. Metode AASHTO (1993)
atau Jointed plain concrete pavement Dalam menentukan desain rigid pavement
(JPCP) dan Perkerasan Beton metode ini menggunakan beberapa
Bersambung Dengan Tulangan (BBDT) parameter yaitu Equivalen Single Axle
atau Jointed reinforced concrete Load (ESAL), realibility (R),
pavement (JRCP). serviceability, Modulus Reaksi Subgrade
Untuk tipe BBTT/JPCP maka didapat (k), Modulus Elastisitas Beton (EC),
tiebar dengan diameter 16 mm ulir, jarak Flextural Strength (SC'), Drainage
750 mm, panjang 700 mm dan dowel Coefficient (Cd), dan Load Transfer
dengan diameter 36 mm polos, jarak 300 Coefficient (J). Selengkapnya dapat dilihat
mm, panjang 450 mm, sedangkan untuk pada Gambar 10 berikut.
tipe BBDT/JRCP didapat tulangan
dengan diameter 12 mm dan jarak 350
mm. Selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8, dan
Gambar 9 berikut.

Gambar 6 Geometri Tie-bar dan Dowel


Perkerasan BBTT/JPCP

Gambar 10 Penentuan Desain Metode


Gambar 7 Detail Tie-bar AASHTO (1993)

Page 6
Dari hasil analisis desain maka didapat
tebal rigid pavement sebesar 30 cm
Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar
11 berikut.

Gambar 15 Geometri Tie-bar, Dowel


Gambar 11 Hasil Analisis Desain
dan Tulangan Perkerasan BBDT/JRCP
dengan Metode AASHTO (1993)
4.6 Analisis Evaluasi dan Pemodelan
Untuk tipe BBTT/JPCP maka didapat
Dengan Software KENPAVE-
tiebar dengan diameter 13 mm ulir, jarak
KENSLABS
750 mm, panjang 650 mm dan dowel
Output analisis evaluasi dan pemodelan
dengan diameter 32 mm polos, jarak 300
struktur rigid pavement menggunakan
mm, panjang 450 mm, sedangkan untuk
Software KENPAVE-KENSLABS yang
tipe BBDT/JRCP didapat tulangan
didapat respon sensitivitas struktur rigid
dengan diameter 12 mm dan jarak 350
pavement yaitu nilai maximum stress
mm. Selengkapnya dapat dilihat pada
(tegangan), maximum deflection (lendutan),
Gambar 12, Gambar 13, Gambar 14, dan
index cracking, dan design life (umur
Gambar 15 berikut.
rencana). Selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 16 berikut.

Gambar 12 Geometri Tie-bar dan


Dowel Perkerasan BBTT/JPCP

30 cm

Gambar 13 Detail Tie-bar


Gambar 16 Penentuan respon
Sensitivitas Perkerasan Dengan Software
30 cm KENPAVE-KENSLABS

1. Analisis Evaluasi Struktur Rigid Pavement


Gambar 14 Detail Dowel Hasil analisis evaluasi dilakukan
berdasarkan design life selama 20 tahun,
Mutu Beton K450, dan tebal pelat beton

Page 7
hasil perhitungan Metode Departemen 19,69 cm selama design life 20 tahun.
Kimpraswil (Pd. T-14-2003) yaitu sebesar Nilai tersebut menunjukkan bahwa
26 cm, Metode AASHTO (1993) yaitu ketebalan pelat beton masing-masing
sebesar 30 cm, sedangkan hasil running metode berpengaruh terhadap nilai
Sofware KENPAVE-KENSLABS yaitu maksimum stress, maksimum deflection,
didapat sebesar 19,69 cm. Dari hasil index cracking, dan design life.
tersebut terdapat selisih tebal yang
2. Analisis Pemodelan Struktur Rigid
signifikan antara hasil running dengan
Pavement
metode Departemen Kimpraswil (Pd. T-
Hasil analisis pemodelan dilakukan
14-2003) yaitu sebesar 6,31 cm,
berdasarkan parameter variasi mutu beton
sedangkan dengan metode AASHTO
K450, K400, dan K350 dengan tebal pelat
(1993) yaitu sebesar 10,31 cm. Respon
beton 20 cm, 21 cm, 22 cm, 23 cm, dan 24
sensitivitas terhadap struktur rigid
cm. Kemudian untuk design life 20 tahun
pavement selengkapnya dapat dilihat pada
juga diperoleh tebal pelat beton sesuai
tabel 3 berikut.
dengan variasi mutu beton, selengkapnya
Tabel 3 Output Evaluasi Rigid Pavement dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Hasil Running Software
Tabel 4 Output Pemodelan Rigid
Renc Eval
Maks. Inde ana uasi
Pavement Hasil Running Software
Maks. Stress
Mut Deflectiom x Desi Desi
(kPa) Maks. Stress Maks. Deflection Design
Met u Tebal (mm) Crac gn gn
(kPa) (mm) Index Life
ode Beto (cm) king Life Life Mutu Tebal
Singl Cracking
n Singl Tand Singl Tand
Beton (cm) Single Tande Tande
e (%) (Thn)
e em e em (%) Thn Thn Axle m Axle m Axle
Axle
Axle Axle Axle Axle K 2035, 1586,2 0,641
KIM
20 1,4500 16,687 5,99
350 430 28 1
Unli
PRA K 1486 1383 0,54 1,35 1911, 1527,2 0,62
26,00 0,00 20 mite 21 1,4368 6,206 16,11
SWI 450 ,15 ,03 56 37 406 28 48
d
L 1887, 1515,5 0,621
21,21 1,4339 5,000 20,00
AAS Unli 021 42 5
K 1226 1252 0,50 1,29
H 30,00 0,00 20 mite 1799, 1474,7 0,60
450 ,41 ,20 51 72 22 1,4236 1,974 50,66
TO d 597 73 97
KEN 1698, 1427,0 0,595
23 1,4099 0,441 242,92
PAV
123 51 5
1606, 1384,7 0,582 Unlimite
E- K 2139 1686 0,63 1,44 24 1,3964 0,028
19,69 5,00 20 20 030 40 2 d
KEN 450 ,88 ,66 24 32
K 2068, 1629,1 0,633
SLA 20 1,4443 7,535 13,27
400 104 04 7
BS
2917, 1605,5 0,627
20,39 1,4386 5,000 20,00
334 20 1
Dari hasil analisis evaluasi dapat dilihat 21
1941, 1569,8 0,617
1,4303 2,407 41,55
671 88 5
bahwa nilai maksimum stress dan 1827, 1516,6 0,602
22 1,4168 0,514 194,41
maksimum deflection yang terjadi pada 801 47 6
1724, 1469,0 0,588 Unlimite
konfigurasi tandem axle lebih besar 23
57 13 6
1,4030 0,039
d
daripada single axle, untuk nilai index 24
1639,
647
1425,1
88
0,575
4
1,3890 0,000
Unlimite
d
cracking pada metode Departemen K
19,69
2139, 1689,6 0,632
1,4432 5,000 20,00
Kimpraswil (Pd. T-14-2003) dan metode 450 888
2097,
61
1669,5
4
0,627
20 1,4386 3,464 28,86
AASHTO (1993) tidak terjadi cracking ini 280 74 1
1968, 1609,1 0,611
dikarenakan besaran design life lebih dari 21
686 76 2
1,4248 0,812 123,14

1000 tahun (unlimited), sedangkan hasil 22


1852, 1554,8 0,596
1,4106 0,082
Unlimite
770 64 3 d
running software KENPAVE-KENSLABS 1747, 1506,3 0,582 Unlimite
23 1,3965 0,000
didapat nilai index cracking 5% pertahun 856 12 4 d
1652, 1461,9 0,569 Unlimite
dengan ketebalan pelat beton sebesar 24
593 09 5
1,3826 0,000
d

Page 8
a. Pengaruh mutu beton dan tebal pelat b. Pengaruh mutu beton dan tebal pelat
beton terhadap nilai maksimum stress beton terhadap nilai maksimum
deflection

Gambar 17 Pengaruh Mutu Beton


dan Tebal Terhadap Nilai Maksimum Gambar 19 Pengaruh Mutu Beton
Stress pada Konfigurasi Single Axle dan Tebal Pelat Beton Terhadap Nilai
Maksimum Deflection pada
Konfigurasi Single Axle

Gambar 18 Pengaruh Mutu Beton


dan Tebal Terhadap Nilai Maksimum
Stress pada Konfigurasi Tandem Axle Gambar 20 Pengaruh Mutu Beton
dan Tebal Pelat Beton Terhadap Nilai
Dari hasil grafik diatas dapat dilihat
Maksimum Deflection pada
bahwa pengaruh mutu beton dan tebal
Konfigurasi Tandem Axle
pelat beton terhadap nilai maksimum
stress (tegangan) lebih besar terjadi pada
Dari hasil grafik diatas dapat dilihat
konfigurasi sumbu single axle
bahwa pengaruh mutu beton dan tebal
dibandingkan dengan tandem axle , hal
pelat beton terhadap nilai maksimum
tersebut terjadi karena jumlah volume
deflection (lendutan) lebih besar pada
lalu lintas kendaraan pada single axle
konfigurasi tandem axle dibandingkan
lebih besar dari pada volume lalu lintas
dengan single axle, hal tersebut terjadi
kendaraan pada sumbu tandem axle.
karena jumlah sumbu kendaraan
Hal ini juga menunjukkan bahwa dengan
golongan tandem axle lebih besar dari
menaikkan mutu beton maka nilai
pada single axle.
maksimum stress juga naik sebaliknya
Hal ini juga menunjukkan bahwa dengan
jika menaikkan tebal pelat beton dengan
menaikkan mutu beton dan tebal pelat
mutu beton yang sama maka nilai
beton maka nilai maksimum deflection
maksimum stress yang terjadi akan
menjadi turun.
semakin kecil.

Page 9
c. Pengaruh mutu beton dan tebal pelat d. Variasi mutu beton dan tebal pelat
beton terhadap index cracking dan beton dengan design life 20 tahun
design life (umur rencana)

Gambar 21 Pengaruh Mutu Beton Gambar 23 Variasi Mutu Beton Dan


dan Tebal Pelat Beton Terhadap Nilai Tebal Pelat Beton dengan Design Life
Index Cracking Selama 20 Tahun
Dari hasil gambar diatas dapat dilihat
bahwa variasi mutu beton K350,
K400, dan K450 dengan design life
20 tahun maka didapat tebal pelat
beton yaitu sebesar 21,21 cm; 20,39
cm; dan 19,69 cm dan nilai index
cracking didapat sebesar 5%
pertahun. Dari hasil nilai tersebut hal
ini menunjukkan bahwa dengan
semakin tinggi mutu beton maka
Gambar 22 Pengaruh Mutu Beton tebal pelat beton menjadi semakin
dan Tebal Pelat Beton Terhadap lebih kecil.
Design Life (Umur Rencana)
4.7 Analisis Perbandingan RAB
Dari hasil grafik diatas dapat dilihat Hasil analisis perbandingan Rencana
bahwa pengaruh mutu beton dan tebal Anggaran Biaya (RAB) berdasarkan tipe
pelat beton terhadap nilai index Perkerasan Beton Bersambung Tanpa
cracking dan design life memiliki Tulangan (BBTT/JPCP) dan Perkerasan
korelasi karena nilai index Beton Bersambung Dengan Tulangan
cracking diketahui dalam waktu (BBDT/JRCP) dan masing-masing metode
satu tahun untuk menentukan yaitu antara metode Departemen Kimpraswil
design life. (Pd. T-14-2003), metode AASHTO (1993)
Dengan menaikkan mutu beton dan dan software KENPAVE - KENSLABS yang
tebal pelat beton maka akan merupakan struktur rigid pavement meliputi
menurunkan nilai index cracking dan pekerjaan persiapan subgrade, subbase,
meningkatkan design life serta juga base, pelat beton, sambungan dan
meningkatkan performa rigid tulangan dihitung sepanjang 1000 meter
pavement untuk melayani beban lalu sudah masuk PPN, selengkapnya dapat dilihat
lintas sampai umur rencana yang pada Gambar 24 berikut.
telah ditentukan.

Page 10
1.806.283.000,00 atau lebih besar 19,19%
dari hasil software KENPAVE-KENSLABS
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dengan
Software KENPAVE-KENSLABS lebih kecil
dari metode Departemen Kimpraswil (Pd. T-
14-2003) dan metode AASHTO (1993)
dikarenakan ketebalan pelat beton hasil
perhitungan masing-masing metode berbeda
Gambar 24 Hasil Analisis
Perbandingan RAB
Hasil analisis perbandingan Rencana 5. SIMPULAN DAN SARAN
Anggaran Biaya (RAB) berdasarkan tipe 5.1 Simpulan
perkerasan didapat dari hasil metode Hasil penelitian pada proyek jalan tol
Departemen Kimpraswil (Pd. T-14-2003) Semarang – Solo seksi III Bawen – Salatiga
yaitu sebesar Rp. 7.611.059.000,00 (Paket 3.1 Bawen – Polosiri) dari STA
(BBTT/JPCP) dan Rp. 8.786.482.000,00 24+100 sampai dengan 26+300, setelah
(BBDT/JRCP), terdapat selisih sebesar Rp. dilakukan analisis dan pembahasan dapat
1.175.423.000,00 (13,38%). Dari hasil disimpulkan sebagai berikut.
metode AASHTO (1993) yaitu sebesar Rp.
8.235.599.000,00 (BBTT/JPCP) dan sebesar 1. Hasil Analisis karakteristik subgrade
Rp. 9.411.022.000,00 (BBDT/JRCP), termasuk dalam kelompok CH
terdapat selisih sebesar Rp. 1.175.423.000,00 berdasarkan klasifikasi USCS yang
(12,49%), sedangkan dari hasil software merupakan jenis tanah lempung tak
KENPAVE-KENSLABS yaitu sebesar Rp. organik dengan plastisitas tinggi, lempung
6.429.316.000,00 (BBTT/JPCP) dan gemuk (fat clays), dan 6 berdasarkan
7.604.739.000,00 (BBDT/JRCP), terdapat klasifikasi AASHTO termasuk pada
selisih sebesar Rp. 1.175.423.000,00 kelompok jenis A-7- merupakan jenis
(15,46%). tanah lempung sedang sampai buruk.
Hasil analisis perbandingan RAB berdasarkan Sedangkan hasil analisis nilai CBR
masing-masing metode dengan menggunakan subgrade rencana sebesar 6,5%, maka
tipe Perkerasan BBTT/JPCP, untuk metode didapat jenis base menggunakan lean-mix
Departemen Kimpraswil (Pd. T-14-2003) concrete (LMC) mutu beton K125 dengan
terdapat selisih Rp. 1.181.743.000,00 atau ketebalan 10 cm.
lebih besar 15,53% dari hasil software 2. Hasil analisis desain rigid pavement
KENPAVE-KENSLABS, untuk metode dengan metode empirik sebagai berikut.
AASHTO (1993) terdapat selisish Rp. a. Tebal pelat beton menggunakan
1.806.283.000,00 atau lebih besar 21,93% Metode Departemen Kimpraswil (Pd.
dari hasil software KENPAVE-KENSLABS. T-14-2003) didapat 26 cm dilengkapi
Sedangkan dengan menggunakan tipe dengan tiebar diameter 16 mm, jarak
Perkerasan BBDT/JRCP untuk metode antara tiebar 75 cm, panjang tiebar
Departemen Kimpraswil (Pd. T-14-2003) 70 cm untuk, dan dowel diameter
terdapat selisih Rp. 1.181.743.000,00 atau 36 mm (polos), jarak anatar dowel
lebih besar 13,50% dari hasil software 30 cm, panjang dowel 45 cm, untuk
KENPAVE-KENSLABS, untuk metode
tipe perkerasan BBTT/JPCP,
AASHTO (1993) terdapat selisish Rp.
sedangkan tipe perkerasan

Page 11
BBDT/JRCP maka ditambahkan d. Hasil analisis Pemodelan rigid
tulangan melintang dan memanjang pavement dengan pengaruh variasi
diameter 12 mm dengan jarak mutu beton K350, K400, dan K450 dan
tulangan 35 cm. tebal pelat beton 20 cm, 21 cm, 22 cm,
23 cm dan 24 cm. Dengan menaikkan
mutu beton maka semakin besar nilai
b. Tebal pelat beton menggunakan
maksimum stress, sedangkan
Metode AASHTO (1993) didapat 30 cm
menaikkan tebal pelat beton maka
dilengkapi dengan tiebar diameter 13
semakin kecil nilai maksimum stress.
mm, jarak antar tiebar 75 cm, panjang
Sedangkan pada nilai maksimum
tiebar 65 cm, dan dowel diameter 32
deflection, index cracking dan design
mm (polos), jarak antar dowel 30 cm,
life dengan menaikkan mutu beton
panjang dowel 45 cm untuk tipe
serta tebal pelat beton maka nilai
perkerasanBBTT/JPCP, sedangkan
maksimum deflection dan index
tipe perkerasan BBDT/JRCP maka
cracking menjadi kecil dan design life
ditambahkan tulangan melintang dan
semakin meningkat. Jika mendesain
memanjang diameter 12 mm dengan
dengan design life 20 tahun maka
jarak tulangan 35 cm.
didapat tebal pelat beton menggunakan
c. Dari kedua metode empirik tersebut
mutu beton K350 yaitu sebesar 21,21
terdapat selisih hasil perhitungan tebal
cm, K400 yaitu 20,39 cm dan K450
sebesar 4 cm, dikarenakan perbedaan
yaitu 19,69 cm dengan nilai index
parameter dalam konsep dasar
cracking sebesar 5% pertahun.
perencanaan pada masing – masing
4. Hasil Analisis perbandingan Rencana
metode.
Anggaran Biaya (RAB) hasil desain rigid
3. Hasil analisis evaluasi dan pemodelan
pavement masing – masing metode
rigid pavement dengan metode
sepanjang 1000 meter sebagai berikut.
mekanistik-empirik menggunakan
a. Rencana Anggaran Biaya (RAB) hasil
Software KENPAVE-KENSLABS sebagai
desain untuk metode Departemen
berikut.
Kimpraswil (Pd. T-14-2003) tipe
a. Hasil analisis evaluasi rigid pavement
Perkerasan BBDT/JRCP lebih besar
menggunakan Software KENPAVE-
13,28% dari pada tipe Perkerasan
KENSLABS untuk nilai maksimum
BBTT/JPCP, untuk metode AASHTO
stress dan maksimum deflection yang
(1993) tipe Perkerasan BBDT/JRCP
terjadi pada konfigurasi single axle
lebih besar 12,49% dari pada tipe
serta tandem axle lebih besar dari
Perkerasan BBTT/JPCP. Sedangkan
metode Departemen Kimpraswil (Pd.
hasil desain Software KENPAVE-
T-14-2003) dan metode AASHTO
KENSLABS tipe Perkerasan
(1993). Untuk nilai index cracking
BBDT/JRCP lebih besar 15,46% dari
dengan tebal 19,69 cm didapat sebesar
pada tipe BBTT/JPCP.
5% pertahun selama design life 20
b. Dari hasil perbandingan Rencana
tahun, sedangkan pada tebal 26 cm
Anggaran Biaya (RAB) hasil desain
hasil dari metode Departemen
dari masing-masing metode, maka tipe
Kimpraswil (Pd. T-14-2003) dan tebal
Perkerasan BBTT/JPCP pada metode
30 cm hasil dari metode AASHTO
Departemen Kimpraswil (Pd. T-14-
(1993) tidak terjadi cracking ini
2003) lebih besar 15,53% dan metode
dikarenakan besaran design life lebih
AASHTO (1993) lebih besar 21,93%
dari 1000 tahun (unlimited).

Page 12
dari hasil running Software KENPAVE- aktual atau sesuai kondisi lalu lintas
KENSLABS. Sedangkan tipe yang melewati jalan tersebut. Data ini
Perkerasan BBDT/JRCP pada metode didapat dari jembatan timbang atau
Departemen Kimpraswil (Pd. T-14- menggunakan survei WIM (weight in
2003) lebih besar 13,50% dan metode Motion) dilakukan dengan penimbangan
AASHTO (1993) lebih besar 19,19% secara bergerak menggunakan peralatan
dari hasil running Software KENPAVE- PAD/ Weight-Mat dari Golden River
KENSLABS. (Inggris).
5. Dari hasil analisis metode mekanistik-
empirik berbasis elemen hingga ini juga
5.1 Saran harus dihitung dengan penyelidikan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebenarnya di lapangan. Kalibrasi lebih
oleh penulis hasil analisis desain, evaluasi, lanjut akan memberikan arti
dan pemodelan rigid pavement diperlukan perkembangan penting dari analisa
ketelitian dan kecermatan untuk menentukan metode elemen hingga untuk rigid
nilai setiap parameter, pengolahan data dan pavement.
dalam proses perhitungan. Oleh karena itu, 6. Ditinjau dari biaya dan umur rencana,
penulis perlu memberikan saran untuk maka penulis menyarankan analisis
penelitian yang selanjutnya sebagai berikut: dengan metode mekanistik-emprik
1. Dalam desain struktur rigid pavement menggunakan Software KENPAVE-
metode empirik diperlukan nilai faktor KENSLABS lebih efektif dan efisien
keamanan atau faktor kepercayaan dari serta dapat menghemat anggaran dalam
data yang dimasukkan ( nilai FKB pada pembangunan jalan tol.
metode Departemen Kimpraswil, Pd.T- 7. Untuk penelitian sejenis selanjutnya
14-2003 dan nilai Reliability pada perlu membandingkan dengan software
AASHTO, 1993). Semakin besar nilai desain rigid pavement yang lain untuk
parameter tersebut, maka hasil ketebalan mengetahui respon sensitivitas yang
pelat beton juga besar. Agar hasil desain terjadi terhadap struktur rigid pavement.
pelat beton diperoleh tidak berlebihan
maka data-data yang dimasukkan harus
akurat. 6. DAFTAR PUSTAKA
2. Dalam metode empirik dengan AASHTO. (1993). American Association of
Nomogram yang terdapat pada metode State Highway and Transportation
Departemen Kimpraswil (Pd.T-14-2003) Officials, Guide for design of
agar penentuan nilai repetisi ijin menjadi pavement structures.USA.
lebih akurat perlu diubah dalam bentuk
AUSTROADS. (1992). Pavement Design : A
persamaan.
Guide to The Structural Design of
3. Kecepatan kendaraan perlu
Road Pavement. Austroads, Sydney,
dipertimbangkan untuk penelitian lebih
Australia.
lanjut karena beban yang terjadi
diasumsikan statis, namun pada Bina Marga, (2013), Manual Desain
kenyataan dilapangan ada beban yang Perkerasan Jalan –
terjadi secara dinamis. No.2/M/BM/2013, Kementerian
4. Beban yang digunakan untuk Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal
menganalisis dalam desain rigid Bina Marga. Jakarta.
pavement adalah data beban kendaraan

Page 13
Chen Huan, (2005), Evaluation Of Finite Surat. (2011). Analisis Struktur Perkerasan
Element Sofware For Pavement Jalan di Atas Tanah Ekspansif (Studi
Stress Analysis. Department Of Civil Kasus : Ruas Jalan Purwodadi-Blora).
Engineering. Ryerson University, Thesis. Universitas Sebelas Maret
Toronto, Ontario, Canada. Surakarta.
Departemen Permukiman dan Prasaranan Tony, D. (2009). Analisis Perencanaan
Wilayah, (2003). Perencanaan Ketebalan Perkerasan Kaku
Perkerasan Jalan Beton menggunakan Metode AASHTO
Semen,Pedoman Konstruksi 1993 dan AUSTROAD 1992 (Studi
Bangunan, Pd T-14-2003, BSN. Kasus: Jalan Tol Cipularang). Thesis.
Jakarta. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Fadhlan, (2010). Evaluasi Perkerasan Tebal
Perkerasn Lentur Metode Bina Marga
Yoder, E.J. and Witczack, M.W. (1975).
Pt T-0102- 2002-B dengan
Principles of Pavement Design, 2-
Menggunakan Program KENVAPE.
Edition, John Willey & Son, Inc.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
New York.
Huang, H. Y., (2004), Pavement Analysis and
Design. University of Kentucy,
Prentice Hall, Englewood Cliffs, New
Jersey, U.S.A.
Hardiyatmo, H. C. (2015). Perancangan
Perkerasan Jalan dan Pnyelidikan
Tanah. Edisi Ke-2. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Ibrahim, H.B., (2003). Rencana dan Estimate
Real Of Cost, Penerbit PT. Bumi
Aksara, Jakarta
Jasa Marga, (2008). Row Plan dan Rencana
Teknik akhir Pembangunan Jalan Tol
Semarang – Solo. Laporan Desain
Perkerasan.
Saodang, Hamirhan. (2004). Konstruksi Jalan
Raya – Buku 2 Perancangan
Perkerasan Jalan Raya. Nova.
Bandung
Suryawan, A. (2009). Perkerasan Jalan
Beton Semen Portland
(RigidPavement)-Perencanaan
Metode ASSHTO 1993, Spesifikasi,
Parameter Desain, Contoh
Perhitungan. Beta Offset,
Yogyakarta.

Page 14

Anda mungkin juga menyukai