Anda di halaman 1dari 13

STUDI KOMPARATIF PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN PADA MASYARAKAT PEDESAAN DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS POLEANG BARAT DENGAN MASYARAKAT PERKOTAAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LEPO-LEPO TAHUN 2015
1 2 3
Anhar La Ode Ali Imran Ahmad Cece Suriani Ismail
123
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
1 2 3
anharalimuddin@gmail.com imranoder@gmail.com ewincc@yahoo.com

ABSTRAK

Masalah kesehatan merupakan masalah sosial, ekonomi, politik dan hak asasi manusia yang paling penting.
Mengetahui perbedaan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat Pedesaan di wilayah kerja puskesmas Poleang
barat Dengan Masyarakat Perkotaan di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah
penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan studi komparatif. Penelitian ini dilaksanakan bulan
Februari 2016 di Desa Ranokomea Kecamatan Poleang Barat Kabupaten Bombana dan Kelurahan Lepo-lepo Kecamatan
Baruga Kota Kendari. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Ranokomea yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Poleang Barat Kecamatan Poleang barat Kabupaten Bombana sebanyak 1.261 jiwa dengan 388 KK, dan
masyarakat Kelurahan Lepo-Lepo yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo Kecamatan Baruga Kota Kendari
sebanyak 4.611 jiwa dengan 1.184 KK. Sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yaitu sebanyak 76 KK di Desa
Ranokomea dan 90 di kelurahan Lepo-lepo dengan teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple
random sampling). Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan taraf kepercayaan 95% (α =
0,05). Hasil uji Mann – Whitney U Test menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pemanfaatan pelayanan
kesehatan di pedesaan dan perkotaan (p = 0,000), ada perbedaan yang signifikan antara ketersediaan tenaga kesehatan di
pedesaan dan perkotaan (p = 0,000), ada perbedaan yang signifikan antara persepsi tentang sakit di pedesaan dan
perkotaan(p = 0,000), ada perbedaan yang signifikan antara tradisi di pedesaan dan perkotaan(p = 0,00) dan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara aksesibilitas di pedesan dan perkotan(p =0,494).

Kata Kunci : pemanfaatan, ketersediaan tenaga kesehatan, persepsi sakit, tradisi, aksesibilitas

COMPARATIVE STUDY OF UTILIZATION OF HEALTH SERVICES IN THE RURAL COMMUNITY IN WORKING AREA
OF LOCAL GOVERNMENT CLINIC OF WEST POLEANG AND THE URBAN COMMUNITY
IN WORKING AREA OF LOCAL GOVERNMENT CLINIC OF LEPO-LEPO IN 2015

ABSTRACT

Health problem is the most important problem of social, economic, political and human rights problems. To
determine the differences of utilization of health services in the rural community in working area of Local Government
Clinic of West Poleang and the urban communitiy in working area of Local Government Clinic of Lepo-Lepo. Type of this
study is observational analytic study using a comparative study approach. This study was done in February 2016 in the
Ranokomea Village, West Poleang Sub-district, Bombana Regency and in Lepo-Lepo, Baruga Sub-district, Kendari
Municipality. The population in this study are inhabitants of Ranokomea Village located in working area of Local
Government Clinic of West Poleang, West Poleang Sub-district, Bombana Regency as many as 1.261 people with 388
households, and inhabitants of Lepo-Lepo located in working area of Local Government Clinic of Lepo-Lepo, Baruga Sub-
district, Kendari Municipality as much as 4.611 people with 1.184 households. The sample in this study are head of
households, as many as 76 households in Ranokomea Village and 90 households in Lepo-Lepo and sampling was done by
the simple random sampling technique. Analyzed using univariate and bivariate analysis with confidence interval of 95% (α
= 0,05). Results of Mann-Whitney U test showed that there was a significant difference about the utilization of health
services in the rural and urban areas (p = 0,000), there was a significant difference about the availability of health workers
in the rural and urban areas (p = 0,000), there was a significant difference about the sick perception in the rural and urban
areas (p = 0,000), there was a significant difference between urban and rural traditions (p = 0,00) and there was no
significant difference between accessibility in the rural and urban areas (p = 0,494).

Keywords: utilization, availability of health workers, sick perception, tradition, accessibility

1
PENDAHULUAN
Pembiayaan kesehatan di Indonesia menurut yang masyarakatnya sebagian besar bersuku bugis
Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional 2013 dengan jumlah penduduk sekitar 1.261 jiwa. Dalam
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang laporan ahir tahunan dijelaskan bahwa target
mengeluh sakit selama sebulan sebelum survey puskesmas belum tercapai dengan baik karna belum
dilakukan sebesar 23,92%. Perilaku pencarian meratanya kesadaran masyarakat untuk berkunjung
6
pengobatan yang dilakukan oleh penduduk kepuskesmas ketika mereka sakit .
Indonesia yang mengeluh sakit sebesar 33,11% Berdasarkan pengambilan data awal, salah satu
memilih berobat jalan ke Puskesmas, Pustu, tenaga kerja pukesmas menjelaskan bahwa “adanya
Polindes, Puskel dan sisanya sebesar 66,89% persepsi tentang sehat sakit yang salah pada
melakukan pengobatan sendiri, pengobatan masyarakat, mereka akaan berkunjung ke
1
tradisional dan tidak berobat . puskesmas ketika mereka suda tidak bangun dari
Data Riskesdas (2013) menunjukan jumlah tempat tidur, masih adanya masyarakat yang lebih
kunjungan pasien pada fasilitas pelayanan kesehatan memilih berkunjung kedukun dari pada ke
di Indonesia tahun 2013 sebanyak 31.549.259 puskesmas ketika mereka sakit”. Masyarakat lebih
(12,7%) kunjungan. Data pada tahun 2013 terjadi memilih pengobatan tradisional atau dukun dari
rata-rata kunjungan ke puskesmas sebesar 3.656 pada tenaga medis yakni masyarakat masih
kunjungan per hari atau 1.334.468 kunjungan per mempercayai adanya penyakit yang tidak bisa
tahun. sedangkan pada tahun 2014 mengalami disembukan oleh obat medis melainkan obat dukun.
peningkatan sebesar 7.241 kunjungan perhari atau Hal ini menandai bahwa tadisi berobat kedukun
2
2.642.700 per tahun . masyarakat Poleang barat terkhusus masih sangat
Pada tahun 2013 jumlah kunjungan ke fasilitas tinggi, sehingga dalam masalah pengobatan penyakit
kesehatan di kota kendari sebesar 544.367 lebih memilih pengobatan diri sendiri atau ke
7
kunjungan. Data pada tahun 2013 terjadi rata-rata dukun .
kunjungan ke puskesmas sebesar 287.255 kunjungan Kelurahan lepo-lepo adalah salah satu daerah
pertahun. Sedangkan pada tahun 2014 kunjungan yang berada di wilayah kerja puskesmas Lepo-lepo
ke fasilitas kesehatan sebesar 454.645 kunjungan, Kecamatan Baruga Kota Kendari Propinsi Sulawesi
dan kunjungan ke puskesmas sebesar 193.248 Tenggara dengan jumlah penduduk 20.363 jiwa.
3
kunjungan per tahun . Derajat kesehatan masyarakatnya suda dikatakan
Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sangat bagus karna pemamfaatan peleyanan
dan kuantitas pelayanan kesehatan berupa kesehatan perorangan suda terlaksana dengan naik
puskesmas yang sudah hampir merata diseluruh suda tidak ada lagi laporan masyarakat yang
kecamatan dimana minimal terdapat satu meninggal karna penyakit KLB dan semaua bayi lahir
8
puskesmas disetiap kecamatan. Upaya pemeritah ini dalam keadaan hidup .
ternyata tidak dibarengi dengan peningkatan Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas,
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Berdasarkan tampak bahwa perbedaan derajat kesehatan dan
laporan tahunan puskesmas pada Dinas Kesehatan pencarian pengobatan oleh Masyarakat Pedesaan
Kota Kendari bahwa angka kunjungan puskesmas masih sangat kurang di bandingkan dengan
perhari buka masih sangat rendah yaitu 54,5 masyarakat perkotaan dengan melihat pada data
kunjungan bila dibandingkan dengan rata – rata kunjungan ke Puskesmas Poleang barat pada tahun
angka kunjungan puskesmas perhari buka secara 2013 sebesar dan mengalami penurunan pada
4
nasional yaitu 83 kunjungan . tahun 2014 sebesar 12.257 dan data kunjungan ke
Berdasarkan data puskesmas poleang barat Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2013 sebesar
data kunjungan pada tahun 2013 sebesar 4.546 dan 43.1 dan pada tahun 2014 juga mengalami sedikit
pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar penurunan sebesar 18,039 kunjungan, hal ini banyak
3.257 (profil puskesmas poleang barat tahun 2014). di pengaruhi dengan sikap masyarakat pedesaan
Sedangkan data kunjungan puskesmas lepo-lepo yang enggan ke pelayanan kesehatan berkaitan
pada tahun 2013 sebesar 43.011 dan pada tahun denagan tradisi dan adat istiadat yang masih di
2014 mengalami penurunan sebesar 18.039 pegang erat oleh kebanyakan masyarakat yang
5
kunjungan . bertempat tinggal di daerah pedesaan dan pekerjaan
Desa Ranokomea adalah salah satu desa yang masyarakat yang rata-rata petani sehingga
berada di wilayah kerja puskesmas Poleang barat pendapatan masyarakat yang tidak menentu juga
Kabupaten Bombana Propinsi Sulawesi Tenggara masih menjadi salah satu alasan masyarakat untuk

2
tidak menggunakan layanan kesehatan yang Kelurahan Lepo-lepo dengan jumlah penduduk 4.476
terdapat di daerah tempat tinggal mereka. Sehingga jiwa dan 995 KK
pemanfaatan pelayanan kesehatan pada masyarakat Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian
pedesaan masih sangat kurang di bandingkan ini adalah Data primer adalah Diperoleh dengan
masyarakat perkotaan khsususnya pada masyarakat menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang
pedesaan desa ranokomea. telah tersedia mengenai pendapatan, pengetahuan,
Masalah kesehatan merupakan suatu masalah tradisi, dan sikap petugas dalm pelayanan
yang sangat kompleks. Hal ini saling berkaitan kesehatan. Data sekunder data dan dokumen yang
dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan. diperoleh selama penelitian yang berguna sebagai
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik penunjang dan pelengkap data primer yang masih
kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. berhubungan dengan penelitian. Data sekunder
Hendrik L. Blum seorang pakar di bidang kedokteran dalam penelitian ini didapat dari data tentang
pencegahan mengatakan bahwa status kesehatan kunjungan pasien yang diperoleh dari Puskesmas
masyarakat dipengaruhi oleh 4 hal yaitu lingkungan, Lepo-lepo dan Puskesmas Poleang Barat serta data
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik jumlah penduduk kelurahan/desa yang diperoleh
10
(keturunan). Faktor-faktor ini, berpengaruh langsung dari Kepala Kelurahan/Desa .
pada kesehatan dan saling berpengaruh satu sama
lainnya. Status kesehatan dapat tercapai secara HASIL
optimal jika keempat faktor ini secara bersama-sama Karakteristik Responden
mempunyai kondisi yang optimal. Salah satu faktor Jenis kelamin Responden di wilayah desa
saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak Ranokomea
optimal) maka status kesehatan dapat tergeser ke No. Jenis kelamin Jumlah
arah di bawah keadaan optimal. Responden
Frekuensi Persentase
(n) (%)
METODE
1. Laki-laki 72 91,1
Jenis penelitian yang dilakukan adalah 2. Perempuan 7 8,9
penelitian observasional analitik dengan Total 79 100,0
menggunakan pendekatan studi komparatif. Sumber: Data Primer, 2016
Tujuannya untuk memperoleh Perbandingan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 79 responden
pemamfaatan pealayanan kesehatan oleh (100%) terdapat responden laki-laki sebanyak 72
masyarakat di desa ranokomea kecmatan Poleang responden (91,1%), dan perempuan sebanyak 7
barat dan masyarakat di Kelurahan Lepo-lepo Kota responden (8,9%).
9
Kendari provinsi Sulawesi Tenggara . Jenis kelamin Responden di wilayah kelurahan
Desain penelitian ini bertujuan untuk Lepo-lepo
Mengetahui perbedaan pemanfaatan pelayanan No. Jenis kelamin Jumlah
kesehatan oleh masyarakat Pedesaan di wilayah Responden
kerja puskesmas Poleang barat Dengan Masyarakat Frekuensi Persentase
(n) (%)
Perkotaan di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo.
1. Laki-laki 67 74,4
Pada desain ini pengukuran dilakukan sebanyak satu
2. Perempuan 23 25,6
kali. Total 90 100,0
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Sumber: Data Primer, 2016
acak sederhana (simple random sampling). Teknik Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 90 responden
pengambilan sampel dilakukan dengan secara acak (100%) terdapat responden laki-laki sebanyak 67
dari 388 KK di desa Ranokomea sehingga responden (74,4%), dan perempuan sebanyak 23
menghasilkan 79 KK dan 995 KK di kelurahan lepo- responden (25,6%)
lepo sehingga menghasilkan 90 KK yang terpilih
sebagai responden.
Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Poleang
barat Kecamatan Poleang Barat, khusunya desa
ranokomea dengan jumlah penduduk 1.261 jiwa
dan 388 KK dengan wilayah kerja Puskesmas Lepo-
lepo Kecamatan Baruga Kota Kendari khususnya

3
Umur Responden di wilayah desa Ranokomea Tingkat pendidikan Responden di wilayah
No. Umur (tahun) Jumlah kelurahan Lepo-lepo
Frekuensi Persentase No. Pendidikan Jumlah
(n) (%) Responden
Frekuensi Persentase
1. 19-24 1 1,2
(n) (%)
2. 25-29 4 5
1. Tidak pernah 3 3,3
3. 30-34 11 14
sekolah
4. 35-39 9 11,3
5. 40-44 15 19 2. SD 12 13,3
6. ≥45 39 49,5 3. SLTP 11 122
4. SLTA 15 16,7
Total 79 100,0
5. Akademik 49 54,5
Sumber: Data Primer, 2016
Total 90 100,0
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 79 responden
Sumber: Data Primer, 2016
(100%), terdapat responden tertinggi pada kelompok
Tabel 6 menunjukkan bahwa responden status
umur ≥ 45 tahun sebanyak 39 responden (49,5%),
pendidikan dari 90 responden (100%), terdapat
sedangkan responden terendah pada kelompok
status pendidikan responden paling tertinggi adalah
umur 19-24 tahun sebanyak 1 responden (1,2%).
akademik yaitu sebanyak 49 responden (54,5%),
Umur Responden di wilayah kelurahan Lepo-lepo
sedangkan yang terendah Tidak Pernah sekolah yaitu
No. Umur (tahun) Jumlah
hanya terdapat 3 responden(3,3%)
Frekuensi Persentase Pekerjaan Responden di wilayah desa Ranokomea
(n) (%)
No. Pekerjaan Jumlah
1. 19-24 3 3,3 Responden
2. 25-29 20 22,2 Frekuensi Persentase
3. 30-34 22 24,4 (n) (%)
4. 35-39 14 11,3 1. PNS 4 5
5. 40-44 20 15,6 2. Dagang 14 17,2
6. ≥45 13 13,2 3. Tidak bekerja 2 2,3
Total 90 100,0 4. Petani 48 60,5
Sumber: Data Primer, 2016 5. Buruh 11 5
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 90 responden Total 79 100,0
(100%), terdapat responden tertinggi pada kelompok Sumber: Data Primer, 2016
umur 30-34 tahun sebanyak 22 responden (24,4%), Tabel 7 menunjukkan bahwa pada jenis pekerjaan
sedangkan responden terendah pada kelompok dari 79 responden (100%), terdapat dimana
umur 19-24 tahun sebanyak 3 responden (3,3%). pekerjaan responden yang paling dominan adalah
Tingkat Pendidikan Responden Responden di Petani yaitu sebanyak 48 responden (60,5%)
wilayah desa ranokomea sedangkan yang paling kecil adalah Tidak Bekerja
No. Pendidikan Jumlah sebanyak 2 responden (2,3%).
Responden Pekerjaan Responden di wilayah kelurahan Lepo-
Frekuensi Persentase lepo
(n) (%)
No. Pekerjaan Jumlah
1. Tidak pernah 32 40,5
Responden
sekolah Frekuensi Persentase
2. SD 25 31,6 (n) (%)
3. SLTP 13 16,4 1. PNS 43 47,7
4. SLTA 2 2,5 2. Dagang 21 23,3
5. Akademik 7 8
3. Wiraswasta 16 17,8
Total 79 100,0
4. Buruh 4 4,4
Sumber: Data Primer, 2016 5. Pealayanan jasa 16 6,8
Tabel 5 menunjukkan bahwa responden status Total 90 100,0
pendidikan dari 79 responden (100%), terdapat Sumber: Data Primer, 2016
status pendidikan responden paling tertinggi adalah Tabel 8 menunjukkan bahwa pada jenis
Tidak pernah sekolah yaitu sebanyak 32 responden pekerjaan dari 90 responden (100%), terdapat
(40,5%), sedangkan yang terendah SLTA yaitu hanya dimana pekerjaan responden yang paling dominan
terdapat 2 responden(2,5%). adalah PNS yaitu sebanyak 43 responden (47,7%)

4
sedangkan yang paling kecil adalah Wiraswasta yaitu Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 79
1 responden (4,4%). responden (100%), terdapat responden yang
Analisis Univariat mempunyai ketersediaan tenaga cukup yaitu
Pemanfaatan Pelayanan kesehatan di wilayah desa sebanyak 45 responden (57%), sedangkan yang
ranokomea menyatakan ketersediaan tenaga kurang yaitu
No. Pemanfaatan Jumlah sebanyak 34 responden (34%).
Pelayanan Ketersediaan tenaga kesehatan di wilayah
kesehatan Frekuensi Persentase
kelurahan Lepo-lepo
Responden (n) (%)
No. Ketersediaan Jumlah
1. memanfaatkan 50 63,3 tenaga kesehatan Frekuensi Persentase
2. Tidak 29 36,7 Responden (n) (%)
memanfaatkan 1. Cukup 85 94,4
Total 79 100,0
2. Kurang 5 5,6
Sumber: Data Primer, 2016
Total 90 100,0
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 79 responden
Sumber: Data Primer, 2016
(100%), terdapat responden yang memanfaatkan
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 90 responden
pelayanan kesehatan sebanyak 50 responden
(100%), terdapat responden yang mempunyai
(63,3%), sedangkan yang tidak memanfaatkan
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 85 responden
pelayanan kesehatan sebanyak 29 responden
(94,4%), sedangkan yang pengetahuannya kurang
(36,7%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yaitu sebanyak 5 responden (5,6%).
pemanfaatan pelayanan di Wilayah Kerja Puskesmas Tradisi di wilayah desa ranokomea
Poleang Barat Kecamatan Poleang Barat Kabupaten No. Tradisi Jumlah
Bombana yang diperoleh sebagian besar berada
Responden
pada kategori memanfaatkan (63,3%). Frekuensi Persentase
Pemanfaatan Pelayanan kesehatan di wilayah (n) (%)
kelurahan Lepo-lepo 1. Posiif 50 63,3
No. Pemanfaatan Jumlah 2. Negatif 29 36,7
Pelayanan Total 79 100,0
kesehatan Frekuensi Persentase
(n) (%) Sumber: Data Primer, 2016
Responden
1. memanfaatkan 87 96,7 Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 79
2. Tidak 3 3,3 responden (100%), terdapat responden dengan
memanfaatkan tradisi yang baik yaitu sebanyak 50 responden
Total 90 100,0 (63,3%), sedangkan responden dengan tradisi yang
Sumber: Data Primer, 2016 buruk yaitu sebanyak 29 responden (36,7%).
Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 90 Tradisi responden di wilayah kelurahan Lepo-lepo
responden (100%), terdapat responden yang No. Tradisi Jumlah
memanfaatkan pelayanan kesehatan sebanyak 87 Responden
Frekuensi Persentase
responden (96,7%), sedangkan yang tidak
(n) (%)
memanfaatkan pelayanan kesehatan sebanyak 3
responden (3,3%). Hasil penelitian menunjukkan 1. Posiif 87 96,7
bahwa pemanfaatan pelayanan di Wilayah Kerja 2. Negatif 3 3,3
Puskesmas Lepo-lepo Kecamatan Baruga Kota Total 90 100,0
Kendari yang diperoleh sebagian besar berada pada Sumber: Data Primer, 2016
kategori memanfaatkan (96,7%). Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 90
Ketersediaan tenaga kesehatan di wilayah desa responden (100%), terdapat responden dengan
ranokomea tradisi yang baik yaitu sebanyak 87 responden
No. Ketersediaan Jumlah (96,7%), sedangkan responden dengan tradisi yang
tenaga kesehatan Frekuensi Persentase buruk yaitu sebanyak 3 responden (3,3%).
Responden (n) (%)
1. Cukup 45 57
2. Kurang 34 43
Total 79 100,0
Sumber: Data Primer, 2016

5
Persepsi sakit di wilayah desa ranokomea Aksesibilitas di wilayah kelurahan Lepo-lepo
No. Persepsi sakit Jumlah No. Aksesibilitas Jumlah
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(n) (%) (n) (%)
1. Posiif 18 22,8 1. Mudah 88 97,8
2. Negatif 61 77,2 2. Sulit 2 22
Total 79 100,0 Total 90 100,0
Sumber: Data Primer, 2016 Sumber: Data Primer, 2016
Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 79 Pada tabel 18 menunjukkan bahwa dari 90
responden (100%), yang menyatakan positif responden (100%), terdapat responden yang
terhadap persepsi sakit yaitu sebanyak 18 responden menyatakan mudah di akses yaitu sebanyak 88
(22,8%), responden yang menyatakan negatif responden (97,8%), sedangkan responden yang
terhadap pesepsi sakit yaitu sebanyak 61 responden menyatakan sulit di akses yaitu sebanyak 2
(77,2%). responden (2,2%).
Persepsi sakit di wilayah kelurahan Lepo-lepo Analisis Bivariat
No. Persepsi sakit Jumlah Perbandingan pemanfaatan pealayanan kesehatan
No Pemanfaaan N Mean P value
Frekuensi Persentase Pealayanan Rank
(n) (%) kesehatan
1 Wiayah 79 53,69
1. Posiif 88 97,8 pedesaan 0,000
2. Negatif 2 2,2 2 Wilayah 90 112,5
Total 90 100,0 Perkotaan
Sumber: Data Primer, 2016 Total 169
Tabel 16 menunjukkan bahwa dari 90 Sumber: Data Primer, 2016
responden (100%), yang menyatakan positif Tabel 19. Menunjukkan bahwa mean rank
terhadap persepsi sakit yaitu sebanyak 88 responden untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan pada
(45,5%), responden yang menyatakan negatif wilayah pedesaan adalah 53,69, kemudian untuk
terhadap persepsi sakit yaitu sebanyak 2 responden mean rank wilayah perkotaan adalah 112,48. Hasil
(2,2%). uji statistik didapatkan nilai p = 0,000, berarti
Aksesibilitas Persepsi sakit di wilayah desa pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang
ranokomea signifikan pemanfaatan pelayanan kesehatan
No. Aksesibilitas Jumlah pada wilayah pedesaan dan perkotaan.
Perbandingan Ketersediaan tenaga kesehatan
Frekuensi Persentase No Ketersediaa N Mean P value
(n) (%) n tenaga Rank
kesehatan
1. Mudah 65 82 1 Wiayah 79 56,09
2. Sulit 14 18 pedesaan 0,000
Total 79 100,0 2 Wilayah 90 110,4
Sumber: Data Primer, 2016 Perkotaan
Total 169
Pada tabel 17 menunjukkan bahwa dari 79
Sumber: Data Primer, 2016
responden (100%), terdapat responden yang
Tabel 20. Menunjukkan bahwa mean rank
menyatakan mudah di akses yaitu sebanyak 65
untuk ketersediaan tenaga kesehatan pada
responden (82%), sedangkan responden yang
wilayah pedesaan adalah 56,09, kemudian untuk
menyatakan sulit di akses yaitu sebanyak 14
mean rank pada wilayah perkotaan adalah 110,37.
responden (18%).
Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000, berarti
pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang
signifikan pada ketesediaan tenaga kesehatan di
wilayah pedesaan dan perkotaan.

6
Perbandingan Persepsi sakit penyebarannya.Pelayanan kesehatan yang bermutu
No Persepsi N Mean P value masih jauh dari harapan masyarakat, serta
sakit Rank berkembangnya kesadaran akan pentingnya mutu,
1 Wiayah 79 45,92
pedesaan 0,000
maka UU Kesehatan Nomor 23 tahun 1992
2 Wilayah 90 119,3 menekankan pentingnya upaya peningkatan mutu
Perkotaan pelayanan kesehatan, khususnya ditingkat
Total 169 Puskesmas.
Sumber: Data Primer, 2016 pelayanan kesehatan melalui puskesmas
Tabel 21. Menunjukkan bahwa mean rank untuk diperlukan karena Demi pemerataan pelayanan
persepsi tentang sakit pada wilayah pedesaan adalah kesehatan, agar dapat menjangkau seluruh
45,92, kemudian untuk mean rank pada wilayah penduduk, maka pelayanan kesehatan diberikan
perkotaan adalah 119,30. Hasil uji statistik tidak hanya melalui rumah sakit yang membutuhkan
didapatkan nilai p = 0,000, berarti pada alph 5% sumber daya yang tinggi, tapi dapat diberikan
terlihat ada perbedaan yang signifikan pada persepsi melalui fasilitas yang lebih sederhana, lebih murah
tentang sakit responden di wilayah pedesaan dan tapi lebih tersebar luas seperti puskesmas,
perkotaan. puskesmas pembantu, bidan di desa, dan didukung
Perbandingan Tradisi dengan sistem rujukan sehingga dapat menjangkau
No Persepsi N Mean P value penduduk lebih banyak. Sebelum ada puskesmas,
sakit Rank
1 Wiayah 79 40,09
pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan hanya
pedesaan 0,000 ada pelayanan pengobatan jalan, BKIA, vaksinasi
2 Wilayah 90 124,4 cacar dan petugas kesehatan lingkungan, yang pada
Perkotaan umumnya tidak berhubungan dan tidak peduli
Total 169 keadaan yang satu dengan yang lainnya. Di samping
Sumber: Data Primer, 2016 itu pelayanan kesehatan belum ditujukan kepada
Tabel 22. Menunjukkan bahwa mean rank untuk masyarakat secara keseluruhan. Keadaan demikian
tradisi pada wilayah pedesaan adalah 40,09, dirasakan tidak efisien dan belum dapat mencapai
kemudian untuk mean rank pada wilayah perkotaan sasaran yang sebenarnya .
11

adalah 124,42. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = Berdasarkan dari hasil uji Mann-Whitney Test
0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan didapatkan ada perbedaan pemanfaatan pelayanan
yang signifikan pada tradisi responden di wilayah kesehatan antara masyarakat pedesaan di wilyah
pedesaan dan perkotaan. kerja puskesmas Poleang Barat dengan perkotaan di
Perbandingan aksesibilitas wilayah kerja puskesmas Lepo-lepo. Dari hasil
No Aksesibilitas N Mean P value
analisis diatas jumlah responden yang
Rank
1 Wiayah 79 82,51 memanfaatkan pelayanan kesehatan dan tidak
pedesaan 0,000 memanfaatkan pelayanan kesehatan memiliki
2 Wilayah 90 87,19 jumlah yang tidak sama. Artinya bahwa, ada
Perkotaan perbedaan yang signifikan pada pemanfaatan
Total 169
pelayanan kesehatan di pedesaan dengan di
Sumber: Data Primer, 2016
perkotaan.
Berdasarkan hasil Observasi di lapangan
DISKUSI
kegiatan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang
Perbandingan pemanfaatan pelayanan kesehatan
dilakukan nelayan masyarakat pedesaan dan
di Pedesaan Wilayah Kerja Puskesmas Poleang
perkotaan, masyarakat pedesaan belum sepenuhnya
Barat dengan Perkotaan Wilayah Kerja Puskesmas
memanfaatkan pelayanan kesehatan ke tempat
Lepo-lepo
pelayanan kesehatan terdekat hal ini dikarenakan
Pelayanan kesehatan yang memadai merupakan
masih kurangnyaa kesadaraan masyarkat disana
tumpuan masyarakat.Pelayanan kesehatan adalah
tentang pentingnnya pemanfaatan pelayanan
salah satu kebutuhan mendasar selain pangan dan
kesehatan sehingga masyarakat pedesaan tidak
juga pendidikan. Pelayanan kesehatan bukan salah
menjadikaan puskesmas sebagai pertolongan utama
monopoli rumah sakit saja. Penduduk Indonesia
ketika mereka sakit dan mereka lebih
yang jumlahnya melebihi 200 juta jiwa tidak
mengutamakan pertolongan dukun. Masyarakat
mungkin harus bergantung dari rumah sakit yang
pedesaan hanya akan berkunjung ke puskesmas
jumlahnya sedikit dan tidak merata
ketika penayakit mereka suda tidak bisa

7
disembuhkan oleh dukun atau pada saat sakitnya dengan pendekatan sistem yaitu dengan
suda sangat parah dan tidak bisa bangun dari tempat memanfaatkan semua sumber daya yang ada
tidur. Rendahnya pendidikan juga mempengaruhi meliputi pengoptimalan input, penerapan proses
kesadaran masyarakat untuk mamanfaatkan yang tepat dan baik, output yang berkualitas dan
pelayanan kesehatan. Selain itu faktor pekerjaan bermanfaat. Dalam hal ini, input terdiri dari SDM,
masyarakat di pedesaan ayang rata-rata petani yang dana, metode dan logistik. Logistik merupakan
mengaruskan mereka untuk bekerja dari pagi sampai bagian yang penting dalam menunjang kegiatan
sore sedangkan jam buka puskesmas yang terbatas pelayanan kesehatan. Karena penyelenggaraan
dari jam 00.08 sampai jam 14.00 sehingga logistik memberikan kegunaan waktu dan
masyarakat yang bekerja tidak dapat melakukan tempat.Berbeda halnya dengan leaflet yang dibuat
kunjungan, alasan lain kareana keterbatsan obat- sendiri oleh peneliti, video dalam konseling ini
obat yang tersedia dipuskesmas. Sedangkan diperoleh dari website internet mengingat
masyarakat perkotaan sebagian besar suda keterbatasan waktu dan tenaga peneliti untuk
memnafaatakan pelayanan kesehatan disebabkan membuatnya.
karena masyarakat kota makin memahami Perbandingan ketersediaan tenaga kesehatan di
pentingnnya pemeliharaan kesehatan sehingga Pedesaan Wilayah Kerja Puskesmas Poleang Barat
mereka mengunjungi puskesmas tidak hanya untuk dengan Perkotaan Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-
mencari pengobatan saja tetapi juga untuk lepo
memelihara kesehatannya agar terhindar dari Fasilitas adalah segala hal yang memudahkan
penyakit (upaya preventif). Sebab lain adalah adanya perkara atau kelancaran tugas. Fasilitas sangat
perubahan kebijakan pemerintah kota denagan diperlukan dalam melaksanakan suatu kegiatan,
membebaska biaya obat dapat meringankan kelengkapan fasilitas sangat mempengaruhi beban
masyarakat sehingga mempengaruhi pemanfaatan kerja seseorang dalam melaksanakan tugas dan
pelayana kesehatan, selain itu fungsi rujukan, tanggung jawabnya. Ketersediaan tenaga kesehatan
sosialisai program-program puskesmas dan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
penyuluhan keshatan juga berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan.
pemanfaatan puskesmas. Masyarakat di kota tidak Berdsarkan dari hasil uji Mann-Whitney Test
hanya mengunjungi puskesmas saja untuk upaya didapatkan ada perbedaan ketersediaan tenaga
pencarian pelayana kesehatan lainnya seperti klinik, kesehatan antara masyarakat pedesaan di wilayah
prakter dokter swasta, praktek bidan swasta. kerja puskesmas Poleang Barat dengan masyarakat
Setiap kota atau desa selalu berupaya wilayah perkotaan di wilayah kerja puskesmas Lepo-
melakukan peningkatan pelayanan kesehatan bagi lepo. Dari hasil analisis diatas jumlah responden
masyarakatnya, dengan tujuan untuk memberi yang menyatakan ketersediaan tenaga kesehatan
pelayanan secara lebih merata dan berkualitas pelayanan kesehatan pada pedesaan dan perkotaan
kepada seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapai untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan memiliki
tujuan tersebut telah dilakukan peningkatan, jumlah yang tidak sama. Artinya bahwa, ada
pemerataan, dan perluasan jangkauan pelayanan perbedaan yang signifikan pada ketersediaan tenaga
kesehatan melalui Puskesmas. Namun demikian, pelayanan kesehatan di pedesaan dengan di
upaya tersebut belum sepenuhnya dapat perkotaan, apabila dilihat dari nilai mean rank
memberikan pelayanan kesehatan yang prima. memperlihatkan perbedaan yang signifikan diantara
Bahkan pelayanan fasilitas kesehatan yang diberikan wilayah pedesaan dan perkotaan.
tidak dapat dirasakan oleh beberapa golongan Hasil ini sejalan dengan penelitian Rivka (2010)
masyarakat. Sebagai ujung tombak pelayanan yang menyatakan ada hubungan bermakna antara
kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat, tentunya keberadaan tenaga kesehatan dengan pemanfaatan
Puskesmas harus memiliki mutu pelayanan yang pelayanan kesehatan. SDM atau tenaga kesehatan di
baik. Selain itu sering pula dijumpai Puskesmas yang puskesmas berperan sebagai pelaksana pelayanan
seharusnya mampu memberikan pelayanan optimal kesehatan sehingga peran tersebut diharapkan
bagi masyarakat justru tidak mampu melaksanakan sesuai denagan tupoksi (tugas pokok dan fungsi),
12
tugasnya dengan baik dikarenakan wilayah pedidikan dan keterampilan yang dimilikinya .
pelayanannya yang terlalu luas. Berdasarkan hasil observasi lapangan didaptkan
Salah satu upaya yang banyak dilakukan oleh ada perbedaan pernyataan ketersediaan masyarakat
pihak Puskesmas dalam rangka meningkatkan di pedsaan dan di perkotaan, hal ini disebabkan
pemanfaatan pelayanan kepada masyarakat adalah karna tenaga kesehatan yang ada di puskesmas

8
poleang barat belum sepenuhnya lengkap sehingga melihat hal yang sama tetapi memahaminya secara
13
mereka tidak bisa sepenuhnya memberikan berbeda .
pelayanan yang optimal ketika pasien dalam jumlah Persepsi masyarakat tentang sakit yang
yang banyak. Salah satu tenaga kesehatan yang ada notabene merupakan konsep sehat sakit masyarakat
di puskesmas poleang barat yaitu tenaga analis berbeda pada tiap kelompok masyarakat. Dua orang
kesehatan yang diharapkan mampu melakukan atau lebih secara patologis menderita suatu jenis
pemeriksaan laboratorium, namun sampai saat ini penyakit yang sama. Bisa jadi orang kesatu merasa
belum ada tenaganya di puskesmas. Selain itu masih lebih sakit dari yang lain, dan bahkan orang yang
banyak masyarakat yang belum tahu profesi dari satunya lagi tidak merasa sakit. Hal ini disebabkan
masingmasing tenaga kesehatan sehinga tidak karena evaluasi atau persepsi mereka yang berbeda
14
mengetahui tupoksi mereka di puskesmas. tentang sakit .
Sedangkan masyarakat di perkotaan rata-rata Berdsarkan dari hasil uji Mann-Whitney Test
mereka suda mengetahui profesi dan tufoksi petugas ada perbedaan persepsi tentang sakit antara
kesehatan yang ada di puskesmas lepo-lepo, Dan masyarakat pedesaan di wilayah kerja puskesmas
jumlah tenga yang yang bekerja di puskesmas lepo- Poleang Barat dengan masyarakat wilayah perkotaan
lepo suda cukup untuk melayani mayrakat yang di wilayah kerja puskesmas Lepo-lepo. Dari hasil
berkunjung kepuskesmas. analisis diatas jumlah responden yang menyatakan
Ketersediaan tenaga kesehatan dalam hal ini tentang persepsi sakit pada pedesaan dan perkotaan
adalah keberadaan tenaga tersebut di puskesmas untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan memiliki
saat pelayanan pasien, karena meskipun tenaga jumlah yang tidak sama. Artinya bahwa, ada
kesehatan di puskesmas tersebut semua ada namun perbedaan yang signifikan pada persepsi tentang
kadang-kadang tidak berada di tempat pada saat sakit di pedesaan dengan di perkotaan, , apabila
dibutuhkan pasien, hal ini disebabkan karna adanya dilihat dari nilai mean rank memperlihatkan
berbagai kegiatan lain seperti pelatihan, rapat dan perbedaan yang signifikan diantara wilayah
sebagainya sehingga perlu evaluasi lebih lanjut pedesaan dan perkotaan.
tentang tupoksi tenaga yang ada dan perlu Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang
mengambil langkah bijaksana untuk mengatasi hal dikemukakan oleh Soekidjo Notoatmodjo
tersebut. (2003:181), menyatakan bahwa persepsi masyarakat
Perbandingan persepsi tentang sakit di Pedesaan terhadap sehat sakit erat hubungannya dengan
Wilayah Kerja Puskesmas Poleang Barat dengan perilaku pencarian pengobatan. Kedua pokok pikiran
Perkotaan Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-lepo tersebut akan mempengaruhi atas dipakai atau
persepsi adalah suatu proses dimana individu tidaknya fasilitas kesehatan yang disediakan.
mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan Pelayanan kesehatan didirikan berdasarkan asumasi
sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan bahwa masyarakat membutuhkannya. Namun
mereka. Persepsi juga merupakan proses kognitif kenyataannya masyarakat baru maumencari
yang memungkinkan kita dapat menafsirkan dan pengobatan (pelayanan kesehatan) setelah benar-
15
memahami lingkungan sekitar kita. Dalam proses benar tidak dapat berbuat apa-apa .
persepsi, stimulus dapat datang dari luar diri Berdasarkan hasil observasi lapangan didaptkan
individu, tetapi juga dapat datang dari dalam diri ada perbedaan persepsi sakit di masyarakat di desa
individu yang bersangkutan. Karena dalam persepsi dan dikota. Hali ini disebabkan karna adanya
itu merupakan aktivitas yang integrated, maka persepsi masyarakat di desa yang salah
seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti mengartikan sakit, sakit itu ialah pada saat mereka
perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, suda tidak bisa bangun dari tempat tidur atau tidak
kerangka acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dapt bekerja. Mereka baru akan berkunjung
dalam diri individu akan ikut berperan dalam kepuskesmas ketika sakitnya suda sangat parah
persepsi tersebut. Berdasarkan atas hal tersebut, sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur, sakitnya
dapat dikemukakan bahwa persepsi itu sekalipun sudah lebih dari 3 hari tapi belum sembuh juga dan
stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sakitnya belum sembuh padahal suda diobati oleh
sama, kemampuan berpikir tidak sama, kerangka dukun. Tindakan yang mereka lakukan ketika mereka
acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil sakit atau keluarga ada yang sakit cenderung
persepsi antara individu satu dengan yang lain tidak melakukan pengobatan sendiri dengan membeli
sama. Riset tentang persepsi secara konsisten juga obat diwarung atau mereka membiarkan saja
menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat penyakit itu sembuh dengan sendirinya. Persepsi

9
masyarakat yang keliru ini tidak jarang menyebabkan Perbandingan aksesibilitas pelayanan kesehatan di
kurang dimanfaatkannya sarana – sarana kesehatan Pedesaan Wilayah Kerja Puskesmas Poleang Barat
yang telah ada. Misalnya puskesmas yang didirikan dengan Perkotaan Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-
di tengah – tengah masyarakat dengan berbagai lepo.
macam pelayanan yang diasumsikan akan dapat Akses fisik terkait dengan ketersediaan
mengatasi masalah kesehatan yang ada di pelayanan kesehatan, atau jaraknya terhadap
masyarakat tersebut, ternyata kurang dimanfaatkan pengguna pelayanan. Akses fisik dapat dihitung dari
masyarakat karena mereka mempunyai persepsi waktu tempuh, jarak tempuh, jenis transportasi, dan
yang salah tentang sehat – sakit mereka. Jadi kondisi di pelayanan kesehatan, seperti jenis
meskipun Puskesmas sudah memberikan pelayanan pelayanan, tenaga kesehatan yang tersedia dan jam
yang baik kepada responden, namun jika penilaian buka.
meraka terhadap sehat sakit masih kurang tepat, Berdsarkan dari hasil uji Mann-Whitney Test
maka pemanfaatan pelayanan kesehatan di didapatkan tidak ada perbedaan aksesibilitas antara
Puskesmas akan tetap rendah Sedangakan masyarakat pedesaan di wilayah kerja puskesmas
masyarakat perkotaan rata-rata memeiliki persepsi Poleang Barat dengan masyarakat wilayah perkotaan
sakit yang benar yakni seorang disebut sakit ketika di wilayah kerja puskesmas Lepo-lepo. Dari hasil
kondisi tubuh tidak seperti biasanya pada saat analisis diatas jumlah responden yang menyatakan
mneras sakit atau sangat lemah dan lesu. Sehingga tentang persepsi sakit untuk memanfaatkan
ketiaka mereka sakit walaupun belum begitu parah pelayanan kesehatan memiliki jumlah yang hampir
mereka langsung berobat kepuskesmas atau tempat sama. Artinya bahwa, tidak ada perbedaan yang
pelaynan kesehetan yang lain. Selain itu mereka signifikan pada aksesibilitas di pedesaan dengan di
tidak hanya berkunjung ke puskesmas ketik mereka perkotaan, apabila dilihat dari nilai mean rank
sakit tetapi juga untuk memelihara kesehatannya memperlihatkan tidak ada perbedaan yang signifikan
agar terhindari penyakit yang disebut dengan upaya diantara wilayah pedesaan dan perkotaan.
pencegahan. Penelitian ini sejalan dengan yang di hasilkan
Setiap orang pasti mempunyai persepsi yang oleh Sriwahyuni (2012) bahwa tidak ada hubungan
berbeda-beda meskipun mengamati obyek yang yang bermakna antara aksesibilitas dengan
16
sama. Hasil penelitian ini berdasrkan pada persepsi pemanfaatan pelayanan kesehatan
dari masing-masing responden tentang bagaiman Sejalan dengan pendapat Smith (1983) dalam
mempersepsikan bagaimana keadaan dirinya Rabhina (2011), menempatkan pelayanan kesehatan
menurut keadaan sakit yang dirasakannya dan masyarakat khususnya bagi golongan masyarakat
pendapat responden akan kebutuhan segera sosial rendah harus lebih dekat sehingga pelayana
mendapatkan pelayanan kesehatan apabila merasa kesehatan tersebut dapat dengan mudah diterima
sakit, sehingga jika responden mengetahu persepsi dan diakses oleh masyarakat. Jarak merupakan
sakit yang benar maka dia akan selalu penghalang yang meningkatkan kecenderungan
memanfaatkan pelayanan kesehatan dan tidak penundaan upaya seseorang atau masyarakat dalam
menunggu sakitnya parah/segera melakukan mencari pelayanan kesehatan. Masyarakat
pencarian pelayanan kesehatan. Berbeda dengan diharapkan dapat memanfaatkan pelayanan
responden yang mempunyai persepsi sakit yang kesehatan berupa (dalam hal ini puskesmas) untuk
salah akan menunda kebutuhan untuk mendapatkan keluarganya, jika jarak tempat tinggalnya tidak
17
pelayanan kesehatan sehingga bisanya berusaha terlalu jauh dari pusat pelayanan kesehatan .
mengobati diri sendiri dengan membeli obat Berdasarkan hasil observasi lapangan bahwa
diwarung minum jamu tradisional ataupun tidak didaptkan perbedaan antara aksesibilitas
menunggu sakitnya parah baru memanfaatkan masyarakat di desa dan di kota unuk menjangkau
pelayanan kesehatan. tempat pelayana kesehatan. Hal ini disebabkan
Persespi masyarakat tentang sakit notabene karena meskipun angkutan umum jarang ada yang
merupakan konsep sehat-sakit masyarakat. Konsep melewati puskesmas bukan suatu masalah karena
sehat masyarakat, yaitu bahwa sehat adalah orang sebagian besar masyarakat menggunakan kendaraan
yang dapat bekerja atau menjalankan pekerjaannya pribadi untuk mencapai puskesmas, selain itu
sehari-hari .Dan konsep sakit masyarakat, dimana banyak transportasi ojek yang dapat digunakan
dirasakan oleh seseorang yang sudah tidak dapat untuk sebagai pengganti angkutan umum.
bangkit dari tempat tidur, dan tidak dapat Masyarakat yang tempat tinggalnya dekat
menjalankan pekerjaannya sehari-hari. dengan puskesmas memiliki peluang lebih besar

10
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan manusia lain, bagaimana manusia bertindak
dibandingkan masyarakat yang bertempat tinggal terhadap lingkungannya, dan bagaimana perilaku
jauh. Dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan manusia terhadap alam yang lain.
terkandang akses yang sulit terhadap pelayanan Berdsarkan dari hasil uji Mann-Whitney Test
kesehatan sangat mempengaruhi dalam didapatkan ada perbedaan tradisi antara masyarakat
pengambilan keputusan untuk memanfaatkan pedesaan di wilayah kerja puskesmas Poleang Barat
pelayanan kesehatan Puskesmas. Berdasarkan dengan masyarakat wilayah perkotaan di wilayah
responden bahwa jarak merupakan jarak fisik terkait kerja puskesmas Lepo-lepo. Dari hasil analisis diatas
terjangkauan dengan ketersediaan pemanfaatan jumlah responden yang menyatakan tentang tradisi
pelayanan kesehatan, atau jaraknya terhadap untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan memiliki
pengguna pelayanan. Akses fisik dapat dihitung dari jumlah yang hampir sama. Artinya bahwa, tidak ada
waktu tempuh, jarak tempuh, jenis transportasi, dan perbedaan yang signifikan pada persepsi tentang
kondisi di pelayanan kesehatan, seperti jenis sakit di pedesaan dengan di perkotaan, apabila
pelayanan, tenaga kesehatan yang tersedia dan jam dilihat dari nilai mean rank memperlihatkan ada
buka. perbedaan yang signifikan diantara wilayah
Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi pedesaan dan perkotaan.
oleh jarak pelayanan kesehatan, waktu yang harus Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
ditempuh untuk memperoleh pelayanan kesehatan, dilakukan oleh Erwin (2015) menyatakan bahwa ada
mudah atau tidaknya alat transportasi yang hubungan tradisi dengan pemanfaatan pelayanan
digunakan, serta besarnya biaya yang harus kesehatan. Masih besarnya pengaruh tradisi
dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan masyarakat Pesisir dalam hal penyembuhan penyakit
kesehatan tersebut. Akan tetapi, untuk beberapa yang dilakukan oleh dukun sehingga masyarakat
kondisi tertentu besarnya jarak tidak terlalu lebih cenderung memilih berobat ke dukun daripada
18
mempengaruhi unsur akses lain (alat transportasi, ke pusat pelayanan kesehatan .
waktu tempuh, dan biaya) tergolong mudah. Kondisi Berdasrakan hasil observasi lapangan yang
keuangan yang terbatas dan keharusan untuk dilakukan bahwa ada perbedaan tradisi masyrakat di
mencapai pelayanan kesehatan masyarakat dengan kota dan di desa. Hal ini disebabkan karena
biaya lebih membuat beberapa responden memilih masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Poleang
untuk tidak berobat ke puskesmas sekalipun biaya Barat sangat percaya akan hal-hal mistis walaupun
pengobatannya gratis. tingkat pendidikan beberapa responden dikatakan
Dalam rangka untuk meningkatkan tinggi tapi mereka masih percaya akan hal tersebut.
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat Mereka juga meyakini bahwa pengobatan yang
tersebut dilakukan upaya dengan cara meningkatkan dilakukan oleh dukun baik itu berupa ramuan
kualitas pelayanan kesehatan. Secara korelasional ataupun mantra dapat menyembuhkan penyakit.
jarak dan pendapatan responden dengan Sehingga tidak jarang dari mereka mengalami
pemanfaatan pelayanan kesehatan yang memiliki penyakit yang kronis dan kembali membutuhkan
hubungan keterkaitan. Jarak dan pendapatan pelayanan kesehatan Puskesmas atau rumah sakit.
mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan Kepercayaan dan dari segi daya tarik, dukun telah
pelayanan kesehatan. Artinya semakin dekat sarana banyak menyembuhkan masyarakat pedesaan jika
kesehatan maka semakin besar peluang masyarakat mengalami sakit. Masyarakat beranggapan dukun
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. mampu menyelesaikan masalaah yang berhubungan
Perbandingan Tradisi di Pedesaan Wilayah Kerja dengan penyakit yang dideritanya, sedangkan dari
Puskesmas Poleang Barat dengan Perkotaan segi kemudahan (faktor geografis dan ekonomi)
Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-lepo masyarakat Pedesaan mudah menjangkau tempat
Tradisi adalah kebiasaan turun temurun tersebut (dukun). Inilah yang dirasakan masyarakat
sekelompok masyarakat berdasarkan nilai budaya dalam melakukan pengobatan ketika mengalami
masyarakat yang bersangkutan. Tradisi gangguan kesehatan, sehingga dalam memilih
memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat pengobatan lebih cenderung kedukun, ditambah lagi
bertingkah laku, baik dalam kehidupan yang bersifat dari segi pengetahuan tentang pengobatan medis
duniawi maupun terhadap hal-hal yang bersifat gaib yang masih kurang karena disebabkan tingkat
atau keagamaan. Dalam tradisi diatur bagaimana pendidikan yang rendah. Sedangakan masyarakat di
manusia berhubungan dengan manusia yang lain kota sebagian besar suda meninggalkan kepercayaan
atau satu kelompok manusia dengan kelompok tentang penayakit yang disebakan oleh mistis.

11
Mereka suda memasuki era modernisasi dan 4. Ada perbedaan tradisi pada masyarakat
menjadikan puskesmas sebagai tempat pertolongan perkotaan di wilayah kerja puskesmas Lepo-lepo
pertama ketika mereka sakit. Selain itu kemajuan dengan masyarakat pedesaan wilayah kerja
teknologi di dunia kesehatan yang didukung oleh puskesmas Poleang barat.
kecanggihan alat-alat medis yang bisa menunjang 5. Tidak ada perbedaan aksesibilitas pelayanan
untuk penyembuhan berbagai jenis penyakit, hal ini kesehatan pada masyarakat perkotaan di wilayah
memepengaruhi masyarakat dikota untuk lebih kerja puskesmas Lepo-lepo dengan masyarakat
mengutamakan pengobatan di tempat pelayana pedesaan wilayah kerja puskesmas Poleang barat
kesehatan dari pada berobat di dukun.
keyakinan adalah kecenderungan untuk SARAN
melakukan atau tidak melakukan hal-hal tertentu
1. Dinas kesehatan
memberikan respon baik berupa respon yang positif
a. Agar mempertimbangkan kebijakan tentang
maupun yang bersifat negatif terhadap orang, objek
penempatan dan pemerataan tenaga
atau situasi juga dibuktikan bahwa sikap merupakan
kesehatan sehingga beban kerja petugas
perasaan tertentu, predisposisi ataupun jumlah
tidak terlalu tinggi dan dapat memberikan
keprcayaan tertentu yang dianjurkan kepada objek
pelayanan kesehatan yang lebih maksimal
manusia ataupun situasi. Tanpa sikap yang positif
terhadap masyarakat sesuai dengan profesi
dari pasien untuk memanfaatkan pelayanan
dan pendidikiannya.
kesehatan, maka kemungkinan untuk
b. Memasang iklan layanan publik melaui
dimanfaatkannya sebuah pelayanan kesehatan
media yang ada seperti televisi, radio
sangat sulit untuk terjadi. Karena tanpa sikap positif
maupun poster yang dipasang di tempat
pasien, kemungkinan takut untuk memanfaatkan
19 umum untuk menambah pengetahuan
pelayanan kesehatan yang disediakan tersebut .
dengan wawasan masyarakat khususnya
Dari zaman dahulu masyarakat pedesaan sudah
tenatan persepsi masyarakat terhadap
meyakini bahwa mantra dapat menyembuhkan
penayakit, pencegahan dan tindakan yang
penyakit. Mereka kadang tidak bisa membedakan
dilakukan segera ketika sakit.
antara penyakit medis dengan penyakit yang sengaja
2. Puskesmas
dikirim oleh orang. Terkadang anggota keluarga
a. Mempromosikan puskesmas sebagai pusat
mereka mengalami sakit medis yang harus di obati di
kesehatan masyarakat yang melayani
Puskesmas atau rumah sakit, tetapi mereka masih
promotif dan preventif bukan hanaya sebagai
lebih mengandalkan pengobatan yang dilakukan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif.
oleh dukun. Dalam penelitian ini tradisi mempunyai
b. Melakukan pendekatan kepada masyarakat
hubungan terhadap pemanfaatan pelayanan
sehingga masyarakat lebih mengenal petugas
kesehatan oleh masyarakat Pedesaan. Tradisi yang
keshetan serta tugas pokok dan fungsinya
masih berpengaruh atau kepercayaan terhadap
c. Membina hubungan kepercayaan denagan
dukun dapat memegang peranan yang penting
masyarakat sehinngga menimbulkan sugesti
terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.
positif terhadap masyarakat sehingga
SIMPULAN
menjadingan puskesmas sebagao
1. Ada perbedaan pemanfaatan pelayanan
pertolongan utama ketikan masyarakat sakit.
kesehatan pada masyarakat perkotaan di wilayah
d. Meningkatkanmutu pelayan kesehatan baik
kerja puskesmas Lepo-lepo dengan masyarakat
dengan meningkatkan kompetensi dan
pedesaan wilayah kerja puskesmas Poleang
motivasi kerja serta meningkatkan
barat.
pembinaan peran serta masyarakat
2. Ada perbedaan ketersediaan tenaga kesehatan
melauluyi kelompok-kelompok masyarakat
pada masyarakat perkotaan di wilayah kerja
yang terorganisir.
puskesmas Lepo-lepo dengan masyarakat
pedesaan wilayah kerja puskesmas Poleang
DAFTAR PUSTAKA
barat.
1. BPS, (2013). Perilaku pencarian pengobatan
3. Ada perbedaan persepsi sakit pada masyarakat
yang dilakukan oleh penduduk Indonesia yang
perkotaan di wilayah kerja puskesmas Lepo-lepo
mengeluh sakit. Kendari
dengan masyarakat pedesaan wilayah kerja
2. Badan Penelitian dan Pengembangan
puskesmas Poleang barat
Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar

12
(Riskesdas 2013). Jakarta: Kementerian 19. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan, Teori
Kesehatan. Dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta.
3. Dinkes, 2014. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara. Kendari.
4. Dinkes, 2014. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara. Kendari.
5. Dinkes, 2014. Profil Kesehatan kabupaten
bombana Tahun 2014. Poleang barat
6. Dinkes, 2014. Profil Kesehatan kota kendari
Tahun 2014. Lepo-lepo
7. Dinkes, 2014. Profil Kesehatan kabupaten
bombana Tahun 2014. Poleang barat
8. Dinkes, 2014. Profil Kesehatan kabupaten
bombana Tahun 2014. Poleang barat
9. Notoatmodjo, S,(2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
10. Aspuah, S. (2013). Kumpulan Kuesioner dan
Instrumen Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
11. Depkes RI. 2009. Undang-undang RI, Tentang
Kesehatan.Depertemen Kesehatan RI. Jakarta.
12. Rivka, 2010. Analisi pemanfaatan pelayana
dasar puskesmas oleh keluarga miskin peserta
JPKMM di wilayah kecamatan warung kondang
kabupaten cianjur. Tesis. FKM UI.
13. Primanita. 2011. Hubungan Antara Persepsi
Tentang Sakit Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan oleh Peserta Jaminan Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Gunungpati Kota
Semarang. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang.
14. Notoatmodjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan, Jakarta :Rineka Cipta
15. Notoatmodjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan, Jakarta :Rineka Cipta
16. Sriwahyuni, 2012. Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di
Puskesmas sumber rejo Kota Balikpapan Provinsi
KALTIM. Tesis. FKM UI.
17. Rabhina, 2011. Factor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemanfaatan Jamkesmas Diwilayah
Puskesmas Kota Jambi. Skripsi. FKM UI. Jakarta.
18. Erwin, 2015. Pemamfaatan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat Pesisir Tujuan Penelitian
Ini Adalah Untuk Menganalisis Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan Pada Masyarakat Pesisir
Di Wilayah Kerja Puskesmas Wali. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Haluoleo.

13

Anda mungkin juga menyukai